Anda di halaman 1dari 14

KONSEKUENSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah metode penelitian filsafat

Dosen pengampu:
Gesit Yudha, M. Ip
Disusun oleh:
Syahrul Kurniawan 1831010105
Ayu Octyana Putri 1831010132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya dan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah metode penelitian filsafat dengan judul
“KONSEKUENSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN” dengan waktu yang telah
ditentukan dan dapat terselesaikan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam proses makalah ini banyak mengalami
kekurangan serta kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak, kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Penulisan makalah
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Harapannya semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca. Penulis dengan segala kerendahan
hati menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan
penulisan makalah ini pada penulisan yang akan datang.
Tidak banyak kata yang dapat penulis sampaikan sebagai rasa terimakasih
apabila pembaca menerima segala kekurangan dan kelalaian yang tidak disengaja
dalam laporan ini.

Lampung, 15 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halama
n
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Tauhid.............................................................. 3
2.2 Enam Perkara Ilmu Tauhid........................................... 3
2.3 Unsur-Unsur Agama Islam yang Perlu Ditanamkan.... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tauhid................. 5
3.2 Hal-Hal yang Dapat Mengurangi Sikap Tauhid........... 6
3.3 Tauhid Sebagai Rumus Utama Pengalaman
Berkeagamaan.............................................................. 7
BAB IV ANALISIS
4.1
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mobilitas sosial yang begitu cepat dalam setiap aspek kehidupan manusia
adalah suatu hal yang sulit untuk dibendung pada dewasa ini. Hal ini membuat
setiap orang yang menyadari untuk semakin tertantang. Tingginya tuntutan
perubahan yang cepat bagi setiap aspek kehidupan manusia, membuat manusia
yang ingin mewujudkan perubahan besar semakin terikat dengan dinamika
kehidupan dunia yang bersifat materialistik dan hasil instan, namun abai dengan
aspek rohani.
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk merealisasikan tauhid dalam
kehidupan kita sehari-hari, karena tauhid merupakan ajaran dasar Islam yang di
atasnya dibangun syariat-syariat agama. Dalam ajaran tauhid, paling tidak ada tiga
hal mendasar yang dibicarakan. Pertama, Ilāhiyyāt, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan Tuhan, baik sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan hubungan
antara Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Kedua, Nubuwwāt, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan para nabi yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh umat
manusia, untuk menyampaikan syariat-syariat-Nya kepada mereka.
Ketiga, Sam’iyyāt, yaitu informasi-informasi yang dibawa oleh para nabi tersebut
berupa wahyu yang mereka terima dari Allah swt. untuk disampaikan kepada
umat mereka masing-masing.
Dalam rangka itu, maka dibutuhkan suatu konsep pendidikan aqidah
tauhid yang komprehensif, implementatif, dan mempunyai dampak yang kuat
dalam menangani konsekuensi tauhid, sehingga mampu membentengi diri dari
perilaku yang menyimpang, serta pengaruh negatif dari perkembangan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam tauhid?
2. Apa saja hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid?
3. Bagaimana tauhid sebagai rumusan utama pengalaman keberagaman?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam tauhid
2. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid
3. Untuk mengetahui tauhid sebagai rumusan utama pengalaman
keberagaman

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Tauhid


Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, yaitu; “wahhada-yuwahhidu-
tauhidan” [mengesakan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, yang tidak ada
sekutu bagi-Nya dengan keyakinan yang bulat]. Secara etimologis, tauhid berarti
keesaan, “i’tiqad” atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, tunggal, satu.
Tauhid adalah keyakinan dan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
SWT.1
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-
sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, sifat-sifat
yang tidak mungkin ada pada-Nya, membicarakan tentang rasul-rasul, untuk
menetapkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka,
dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka

2.2 Enam Perkara dalam Ilmu Tauhid


Ilmu tauhid membahas tentang keesaan Tuhan semesta alam, dan
membahas pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli
maupun dalildalil „aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan
semua keraguan, ilmu yang menyingkap kebatilan orang-orang kafir, kerancuan,
dan kedustaan mereka. Adapun yang dibahas dalam ilmu tauhid ada enam
perkara, yaitu:
1. Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya dan ikhlas beribadah kepada-Nya
tanpa sekutu apapun bentuknya.
2. Iman kepada rasul-rasul Allah sebagai para pembawa petunjuk ilahi di muka
bumi, mengetahui sifat-sifat yang wajib, sifat-sifat mustahil, dan sifat-sifat
yang harus kepada mereka, khususnya mu‟jizat dan bukti-bukti kerasulan
Nabi Muhammad SAW.
1
Suryani,ira.2018. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Pada Proses Konseling dalam Mewujudkan Mental
yang Sehat. Vol.8, No.1.Hal 88

3
3. Iman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul
sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya.
4. Iman kepada malaikat-malaikat Allah dengan mengetahui nama-nama dan
tugas masing-masing dari mereka.
5. Iman kepada hari akhir dengan memercayai kepastian akan datangnya hari
dimana semua manusia dbangkitkan dari kuburnya.
6. Iman kepada qadla dan qadar Allah SWT, dengan meyakini bahwa ketetapan
Allah SWT Yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua
yang ada dalam semesta alam ini.

2.3 Unsur-Unsur Agama Islam yang Perlu di Tanamkan.


Tugas manusia adalah sebagai “Abdulla”' [hamba Allah] merupakan
realisasi dari mengemban amanah dalam arti; memelihara kewajiban-kewajiban
dari Allah yang harus dilaksanakan dan menjauhi larangan-larangan-Nya,
memelihara kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah“ atau ma'rifah kepada Allah. Oleh
karena itu pendidikan tauhid sejak dini pada anak merupakan dasar pendidikan
agama Islam yang diharapkan dapat membentuk nilai-nilai pada diri anak. Unsur-
unsur agama Islam yang perlu ditanamkan adalah antara lain: 2
1. Keyakinan atau kepecayaan terhadap Ke-Esa-an Allah (adanya Tuhan) atau
kekuatan ghaib tempat berlindung dan memohon pertolongan.
2. Melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Mencintai dan mengamalkan segala perintah Allah serta larangan-Nya,
dengan beribadah yang setulus-tulusnya dan meninggalkan segala yang tidak
diizinkan-Nya.
4. Meyakini hal-hal yang dianggap suci dan sakral seperti kitab suci, tempat
ibadah dan sebagainya.

2
Suryani,ira, Jurnal Pendidikan dan konselng…, Hlm. 89.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tuhid


Kata tauhid ialah mengesakan, berasal dari bahasa Arab (wahhada–
yuwahhidu– tauhidan). Jadi bertauhid artinya mengesakan Tuhan sebagai pencipta
semesta alam, yang tidak ada sekutu bagiNya dengan keyakinan yang bulat.
Pendapat yang sama, bahwa perkataan tauhid berasal dari bahasa arab, masdar
dari kata wahhada, yuwahhidu. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, i’tiqad
atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa; tunggal; satu.3
Tauhid mempengaruhi kehidupan manusia, dengan tauhid tidak mungkin
seseorang mempunyai pandangan sempit, karena ia percaya kepada yang
menciptakan langit dan bumi, pemilik seantero jagat, barat dan timur, pemberi
rizki dan pendidik mereka, tidaklah bisa ditemukan di alam ini sesuatu yang ganjil
sesudah adanya iman, karena segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milik-
Nya.
Orang yang bertauhid, akan luas pandangannya, tidak suatupun yang
menyempitkan dia, sebagaimana tidak ada sesuatupun dari milik Allah yang
menjadi sempit. Iman kepada kalimat tauhid melahirkan rasa bangga dan harga
diri pada manusia, yang tidak dapat dirintangi oieh sesuatu. Ilmu yang yakin ini
menjadikan dia tidak berhajat kepada yang lain selain pada Allah, dan mencabut
dari dalam hatinya rasa takut kepada yang lain dari padaNya.
Salah satu dari pembawaan syirik, kufur dan kemurtadan, ialah bahwa
seseorang mau menundukkan kepalanya kepada yang lain selain pada Allah, dan
menganggapnya bahwa ia berkuasa untuk memberi manfaat dan mudharat
kepadanya. Bersamaan dengan ini, yaitu bersamaan dengan rasa bangga dan harga
diri, adalah iman kepada kalimat tauhid menumbuhkan rasa rendah hati pada diri
manusia.4
3
Kastolani, 2016. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental. Vol 1, No.1 Hlm 4.
4
Kastolani, 2016….., Hlm 6.

5
Adapun manusia yang murtad yang tidak percaya kepada adanya zat Allah, maka
adalah ia mengingkari nikmat, dan congkak.
Bagi seorang muslim, usaha yang paling penting dan utama untuk menuju
mental yang sehat adalah memantapkan, menguatkan, dan mengokohkan akidah
(tauhid) yang ada dalam dirinya. Sebab, dengan akidah (tauhid) yang kuat, kokoh,
dan mantap, jiwanya akan selalu stabil, pikirannya tetap tenang, dan emosinya
terkendali.5

3.2 Hal-Hal yang Dapat Mengurangi Sikap Tauhid


Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan
menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat
mengurangi sikap tauhid, yaitu:
1. Penyakit riya’ Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri di dalam Al-
Qur‟an sebagai peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
“sesungguhnya proses terjadinya manusia (membuatnya) tak stabil. Bila
mendapatkan kegagalan lekas berputus asa. Bila mendapatkan kemenangan
cepat menepuk dada”.6
2. Penyakit ananiah (egoism) selain sikap riya ialah manusia menempuh jalan
pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan mementingkan diri sendiri.
Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi yang mau beribadah ihsan
dan khusyu.
3. Penyakit takut dan bimbang Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara
yang akan datang yang belum terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini
ialah dengan tawakkal‟alallah artinya memasrahkan perkara yang kita hadapi
itu kepada Allah SWT., maka Allah akan memberikan pemecahan masalah
tersebut.
4. Penyakit zalim Zalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau
melakukan sesuatu yang tidak semestinya.

5
Kastolani, 2016….., Hlm 17.
6
Suryani,ira, Jurnal Pendidikan dan konselng…, Hlm. 91.

6
5. Penyakit hasad atau dengki Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak
senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh
sikap yang menganggap diri paling hebat dan paling berhak mendapatkan
segala yang terbaik. Sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan
beruntung, ia merasa tersaingi.

3.3 Tauhid Sebagai Rumusan Utama Pengalaman Keberagaman


Secara keseluruhan prinsip Islam bertumpu pada tauhid. Hal inilah yang
merupakan inti atau ruh Islam. Dengan kata lain tauhid merupakan konsep sentral
dan sangat fundamental dalam Islam. Tauhid secara kebahasaan berarti keesaan
atau kesatuan, yaitu keesaan Tuhan. Ulama menyebutkan bahwa pengertian tiada
Tuhan selain Allah adalah tiada yang layak disembah selain-Nya, ketundukan
hanya tertuju pada-Nya.7 Tak diragukan lagi esensi ajaran Islam itu sendiri adalah
tauhid -suatu afirmasi atau pengakuan bahwa Allah adalah Maha Esa, Pencipta
yang mutlak dan transenden, serta Raja dan Penguasa alam semesta.8
Pernyataan “Tiada Tuhan selain Allah” cukup singkat dan padat namun
memiliki makna yang sangat kaya dalam ajaran Islam sebagai suatu keseluruhan
sistem. Bahkan terkadang seluruh kebudayaan, peradaban atau sejarah kehidupan
termuat dalam kalimat tersebut. Rukun Islam, Syahadat, yaitu pengakuan seorang
Muslim bahwa “aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah” bukanlah sekedar penegasan atas eksistensi
Tuhan melainkan juga persaksian bahwa Allah merupakan satu-satunya realitas
sejati, bentuk eksistensi sejati.
Kehadiran Tuhan mengisi kesadaran Muslim dalam waktu kapanpun.
Dalam pandangan Muslim yang benar, Tuhan bukanlah semata-mata sebagai
‘sebab pertama’ sebagaimana dideskripsikan sementara teolog dan ultimat yang
tinggi, melainkan lebih dari itu, yaitu bahwa Dia adalah inti kenormativan.

7
Rakhman, Alwi Bani. 2013.Teologi Sosial Keniscayaan Keberagamaan yang Islami. UIN Sunan
Kalijaka. Yogyakarta. Vol. XIV No. 2. Hlm 164.
8
Rakhman, Alwi Bani. Loc. Cit.,

7
Pengalaman keagamaan Islam memang mempunyai konsekuensi besar bagi
sejarah Islam. Semangat wawasan Islam mendorong seorang Muslim ke atas
panggung sejarah, untuk mewujudkan di dalamnya pola Ilahi yang telah diberikan
Nabi kepadanya. Semuanya dikemukakan untuk menggaungkan, sebagaimana
dalam al-Qur’an, ‘menjadikan kalimat Ilahi menjadi yang terunggul’.9
Kita telah melihat bahwa manusia dibebani kewajiban untuk mengubah
dirinya, masyarakat dan lingkungannya agar sesuai dengan pola Ilahi. Dari fakta-
fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia memikul tanggung jawab.
Mematuhi Tuhan, yakni merealisasikan perintah-perintah-Nya dan
mengaktualisasikan sistem-sistem-Nya berarti menuju untuk memperoleh
keberuntungan (fala>h}) dan kebahagiaan. Sebaliknya, tidak berbuat demikian,
berarti mengundang untuk memperoleh hukuman, penderitaan, dan kesengsaraan.
Hak istimewa manusia adalah menjalani kehidupan yang penuh dengan budaya
kosmik dengan kemerdekaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya,
kemerdekaan untuk berkehendak, dan kemerdekaan untuk memilih. Tentunya hal
ini tidak melampaui kadar atau ukuran yang ditetapkan oleh Tuhan.10

9
Rakhman, Alwi Bani. Op. Cit,. Hal.165.
10
Rakhman, Alwi Bani. Loc. Cit.,

8
BAB IV
ANALISIS

9
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Peranan tauhid sangat penting dalam memelihara dan membentuk
kesehatan mental seseorang. Tauhid dengan rukun iman yang berjumlah enam
saling berhubungan. Bila seseorang menjalankan dan menyakini serta menghayati
rukun iman yang berjumlah enam sangat mustahil mentalnya terganggu. Justru
sebaliknya orang yang beriman bisa dipastikan memiliki mental yang sehat.
Orang yang beriman kepada rukun iman yang berjumlah enam itu dengan sangat
yakin serta penghayatan yang dalam maka bukan tidak mungkin bahkan
merupakan kepastian bahwa mentalnya akan senantiasa sehat.
Kesehatan mental jika diimplementasikan dalam bentuk yang konkrit maka
ada relevansinya dengan bimbingan dan konseling Islam. Dengan demikian dapat
sesuai tujuan bimbingan dan konseling Islami yaitu membantu individu atau klien
yang sedang terkena masalah atau belum terkena masalah untuk menjadi manusia
seutuhnya dan bertakwa kepada Tuhan menuju kebahagian hidup di dunia dan
akhirat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suryani,ira.2018. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Pada Proses Konseling dalam


Mewujudkan Mental yang Sehat. Vol.8, No.1. Hal 86-107.
Kastolani, 2016. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental. Vol 1,
No.1 Hlm 1-24.
Rakhman, Alwi Bani. 2013.Teologi Sosial Keniscayaan Keberagamaan yang
Islami. UIN Sunan Kalijaka. Yogyakarta. Vol. XIV No. 2. Hlm 161-182.

Anda mungkin juga menyukai