Disusun Oleh:
Khairunnissa Hidayatillah
1220190024, Ilmu Hukum Fakultas Hukum
087872629856, khidayatillah@gmail.com
ABSTRAK
Fundamentalisme tidak selalu identik dengan Islam, tapi bisa didefenisikan
pada setiap usaha memurnikan suatu keadaan kepada aturan yang semestinya dan
membela dengan ketat aturan tersebut. Lebih lanjut pengertian fundamentalisme
akan dibahas lebih jauh pada bahasan-bahasan berikutnya, dengan asumsi
mendapatkan pengertian yang lebih mencakup. radikalisme mengacu kepada gagasan
dan tindakan kelompok yang bergerak untuk menumbangkan tatanan politik mapan,
negara-negara atau rejim-rejim yang bertujuan melemahkan otoritas politik dan
legitimasi negara-negara dan rejim-rejim lain. Sains modern dalam Islam secara
sederhana dapat digambarkan bahwa pada dasarnya Islam lahir pertama kali sudah
membawa semangat keilmuan. Di dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an yang
langsung mengarah pada hal-hal yang mengedepankan ilmu atau sains itu sendiri.
Moderatisme merupakan sebuah istilah atau nomenklatur konseptual yang tidak
mudah untuk didefinisikan. Hal ini karena ia menjadi istilah yang diperebutkan
pemaknaannya (highly contested concept), baik di kalangan internal umat Islam
maupun eksternal nonMuslim.
PENDAHULUAN
Anarkisme dan tindakan radikalisme berkaitan erat dengan fundalisme,
kalangan orang islam yang berfaham ideologi fundalisme yang melakukan tindakan-
tindakan keras di berikan istilah tersebut. Fenomena radikalisme di kalangan umat
Islam seringkali disandarkan dengan paham keagamaan, sekalipun pencetus
radikalisme bisa lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi, politik, sosial, dan lain
sebagainya, mewabahnya pemikiran Islam radikal di tanai air, terdapat fakta yang
lain dari corak keberagamaan dan toleransi generasi milenial di beberapa daerah
termasuk di kota Surabaya. Pandangan yang menekankan pada toleransi komunal.
Cara pandang ini dimungkinkan oleh dominannya skripturalisme dalam beragama,
yaitu sikap keberagamaan yang mengacu kepada dalil-dalil Alquran dan Hadis yang
dipahami secara literal, tanpa melalui proses nalar perbandingan dan tanpa
mempertimbangkan konteks turunnya ayat atau munculnya hadis.
Corak dan identitas keberagamaan seperti itu adalah cerminan dari proses
pembelajaran, pemahaman, dan pengalaman keberagamaan yang dipengaruhi oleh
konteks agama, budaya, dan sosial-politik yang kompleks. Tuduhan terhadap Islam
juga disebabkan beberapa pihak, khususnya di Barat, yang salah paham terhadap
Islam, disamping minimnya pemahaman mereka terhadap substansi ajaran Islam.
Menurut Mukhlis Hanafi pengembangan pemahaman yang benar, toleran, dan
moderat menemukan momentumnya.4 Intelektual Mesir yang juga alumni Al-Azhar,
Dr. Mohammed Ali mengatakan tuduhan-tuduhan miring terhadap Islam tersebut
sesungguhnya sama sekali bukan dari ajaran Islam. Islam yang benar adalah Islam
yang moderat, dalam pengertian moderat dalam pemahaman keagamaan dan
keislaman.
Berbagai belahan dunia demikian juga di Indonesia, terdapat setidaknya 3
golongan kaum yaitu (1) Fundamentalis yang dengan ketat memaknai Islam dari apa
yang terkandung secara tekstual dalam alQur’an, (2) Liberalis yang memberikan
ruang logika sebagai pertimbangan dalam memaknai hukum Islam, serta (3) Moderat
yang memaknai Islam dengan melihat kandungan al-Qur’an.
2
PEMBAHASAN
Fundamentalisme
fundamentalisme berasal dari kata dasar fundamen dari bahasa latin
Fundamentum dari funder yang berarti meletakkan dasar Bentuk kata bendanya
adalah fundamentalist, sementara bentuk kata sifatnya adalah fundamentalistic.
Kaum fundamentalis yang berbahasa Arab menggunakan beberapa istilah untuk
menyebut diri mereka. Antara lain, “Ululiyyah al-Islamiyah” (dasar-dasar Islam),
“Sazwah al-Islamiyah” (kebangkitan Islam). Tetapi, golongan-golongan yang kurang
simpati, malah menyebutnya dengan istilah “muta’assibiy” (orang-orang fanatik)
atau “mutaharrifin” (orangorang radikal). (Mahendra, 1999: 8-9)
Pemerintah secara khusus menggunakan istilah “ekstrim kanan” untuk menyebut
kaum fundamentalis. Fundamentalisme menurut istilah adalah penegasan aktivis
agama tertentu yang mendefenisikan agama secara mutlak dan harfiah. Artinya usaha
memurnikan atau mereformasi kepercayaan dan praktik para pemeluk menurut dasar-
dasar agama yang didefenisikan sendiri. fundamentalisme Islam memiliki beberapa
corak pemikiran yang prinsipil (Azyumardi. 1996. 109-110), yakni sebagai berikut :
1. Oppositionalism (paham perlawanan), yakni mengambil bentuk perlawanan
terhadap gerakan modernisme dan sekularisasi Barat pada umumnya.
2. Penolakan terhadap hermeneutika, yakni teks Alquran harus dipahami secara
literal sebagaimana adanya. Atau dengan kata lain kaum fundamentalisme
menolak sikap kritis terhadap teks Alquran dan interpretasinya.
3. Penolakan terhadap pluralisme dan relavitisme, yakni bagi kaum
fundamentalisme pluralisme merupakan hasil dari pemahaman yang keliru
terhadap teks. Pemahaman dan sikap keagamaan yang yang tidak selaras dengan
pandangan kaum fundamentalisme merupakan bentuk dari relativisme
keagamaan.
4. Penolakan terhadap perkembangan historis dan sosiologis, yakni kaum
fundamentalisme berpandangan bahwa perkembangan historis dan sosiologis
telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci. Dalam
kerangka ini, masyarakat harus menyesuaikan perkembangannya, kalau perlu
secara kekerasan dengan teks kitab suci, bukan sebaliknya, teks atau
penafsirannya yang mengikuti perkembangan masyarakat.
Fundamentalisme tidak selalu identik dengan Islam, tapi bisa didefenisikan
pada setiap usaha memurnikan suatu keadaan kepada aturan yang semestinya dan
membela dengan ketat aturan tersebut. Lebih lanjut pengertian fundamentalisme
akan dibahas lebih jauh pada bahasan-bahasan berikutnya, dengan asumsi
mendapatkan pengertian yang lebih mencakup.
Radikalisme
Radikalisme dalam bahasa arab diartikan dengan : mutaharrif (hal yang
melebihi batas, ekstrimisme). Namun pada kamus lain dinyatakan bahwa radikalisme
dalam bahasa Arab adalah kata jadian yaitu radikaliyyah. Radikalisme berasal dari
kata radikal yang berarti prinsip dasar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa radikal dapat berarti; secara menyeluruh; habis-habisan; amat keras;
3
Moderatisme
Sains modern dalam Islam secara sederhana dapat digambarkan bahwa pada
dasarnya Islam lahir pertama kali sudah membawa semangat keilmuan. Di dalam
beberapa ayat dalam al-Qur’an yang langsung mengarah pada hal-hal yang
mengedepankan ilmu atau sains itu sendiri. Modernisasi sains menuntut tumbuhnya
semangat komersialisasi berbagai bidang kehidupan masyarakat tak terkecuali sisi-
sisi kehidupan beragama. Moderatisme merupakan sebuah istilah atau nomenklatur
konseptual yang tidak mudah untuk didefinisikan. Hal ini karena ia menjadi istilah
yang diperebutkan pemaknaannya (highly contested concept), baik di kalangan
internal umat Islam maupun eksternal nonMuslim. Ia dipahami secara berbeda-beda
oleh banyak orang, tergantung siapa dan dalam konteks apa ia didekati dan dipahami.
(John, 2005:12).
4
KESIMPULAN
Umat muslim dunia pada hakikatnya mengalami perbedaan yang substantif
dimana terjadi variasi pemahaman ajaran Islam yang dilakukan oleh mereka sendiri.
Kondisi ini mengakibatkan munculnya fundamentalisme, radikalisme dan moderat.
fundamentalisme diartikan sebagai paham yang mengajak kembali kepada nilai-nilai
dasar yang mereka yakini. Radikalisme adalah gerakan yang dijalankan untuk
mencapai tujuan fundamentalisme atau nonfundamentalisme suatu faham.
Hubungan sains dan Islam dalam upaya membangun sains Islam seutuhnya
dalam menata hubungan sains modern dan ulumuddin dalam corak paradigma
integrasi-interkoneksi keilmuan serta pembacaan kritis keilmuan. Moderatisme
merupakan sebuah istilah atau nomenklatur konseptual yang tidak mudah untuk
didefinisikan. Hal ini karena ia menjadi istilah yang diperebutkan pemaknaannya
(highly contested concept), baik di kalangan internal umat Islam maupun eksternal
nonMuslim.
5
DAFTAR PUSTAKA