Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 11 METEDOLOGI STUDI ISLAM

ISLAM &
GLOBALISASI
Setiaji 2017402051

Indah Nur Fatimah 2017402052

Rizka Amalia 2017402053

Irma Setiani 2017402054


RESPON MUSLIM TERHADAP GLOBALISASI

Perubahan sosial yang berlangsung amat cepat sebagai dampak dari

globalisasi melahirkan berbagai persoalan, baik secara sosial, ekonomi,

politik dan agama. Pada satu sisi era globalisasi memberi peluang lebar

bagi semua komunitas untuk "berbaur" dengan komunitas lain. Di sisi lain,

globalisasi justru menebar ancaman bagi komunitas yang tidak siap

menahan derasnya arus globalisasi yang sedang berlangsung pada saat

ini. Berbagai komunitas agama baik di Indonesia maupun di negara-

negara lain memiliki keprihatinan bersama menyangkut globalisasi.

Problem globalisasi agaknya perlu mendapat perhatian serius dari semua

kalangan terutama komunitas beragama.


RESPON MUSLIM TERHADAP GLOBALISASI
Pengaruh globalisasi terhadap agama, dapat dilihat dari munculnya dua

respons agama yang tampaknya berlawanan. Respon pertama, komunitas

agama mampu merambah dunia global. Artinya mereka itu 'menerima'

globalisasi sebagai bagian dari proses hidup yang sudah digariskan Tuhan. Dan

manusia sebagai khalifah, ditugaskan untuk mengawalnya. Ada pandangan

cultural yang menjadi alasan kelompok ini. Bahwa sejatinya semua umat

manusia dengan beragam jenisnya ada dalam kebersamaan. Respon kedua,

Adapun respon kecenderungan sebaliknya. Yakni kecenderungan komunitas

agama tertentu merespons globalisasi dengan menolak, mengasingkan diri

sembari menekankan keberbedaan. Fenomena ini, dapat kita lihat dan rasakan

dari muncul dan menguatnya fundamentalisme agama,baik di komunitas Islam,

Kristen, Hindu, dan agama lainnya serta beragam Fundamental nasionalisme di

sejumlah tempat.
Modernisme Islam
Modernisme Islam adalah sebuah ideologi politik yang dirumuskan oleh kaum

modernis untuk menjadi basis bagi sebuah gerakan politik. Kaum modernis

meyakini dan menerima Islam sebagai ajaran yang bersifat universal, berlaku

sebagai petunjuk bagi umat manusia sepanjang zaman. Sebagai ajaran universal,

maka dalam penataan kehidupan masyarakat, ajaran Islam memberikan petunjuk-

petunjuk yang bersifat umum, tidak detil. Hal itu diyakini sebagai kebijaksanaan

ilahi, agar Islam mampu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.

Reformisme Islam
Reformisme dapat diartikan dengan suatu golongan yang berpaham tentang pemikiran yang

menitik beratkan pada arti pengembalian orisinialitas pemahaman dan praktek Islam kepada

kajian literal Al-Qur'an dan Sunnah.


Fundamentalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “fundamental” adalah kata sifat

yang memberikan pengertian “bersifat dasar (pokok); mendasar”, diambil dari

kata “fundament” yang berarti dasar, asas, alas, fondasi. Maka dari itu,

fundamentalisme dapat diartikan dengan paham yang berusaha untuk

memperjuangkan atau menerapkan apa yang dianggap mendasar.

Karakteristik fundamentalisme secara umum adalah skriptualisme, yaitu

keyakinan harfiah terhadap kitab suci yang merupakan firman Tuhan dan

dianggap tanpa kesalahan. Dengan keyakinan itu, dikembangkanlah gagasan

dasar yang menyatakan bahwa suatu agama tertentu dipegang secara kokoh

dalam bentuk literal dan bulat tanpa kompromi, pelunakan, reinterpretasi, dan

pengurangan.
Radikalisme
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.

Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial

dan politik dengan cara drastis dan kekerasan. Dalam perkembangannya

bahwa radikalisme kemudian diartikan juga sebagai faham yang menginginkan

perubahan besar secara empirik, radikalisme agama di belahan dunia muncul

dalam bentuknya yang paling konkret, yakni kekerasan atau konflik. Di Bosnia

misalnya, kaum Ortodoks, Katolik, dan Islam saling membunuh. Di Irlandia Utara,

umat Katolik dan Protestan saling bermusuhan. Begitu juga di Tanah Air terjadi

konflik antaragama di Poso dan di Ambon. Kesemuanya ini memberikan

penjelasan betapa radikalisme agama sering kali menjadi pendorong terjadi

konflik dan ancaman bagi masa depan perdamaian.


Tradisionalisme Islam
Di bidang pemikiran, Islam tradisional adalah suatu ajaran yang berpegang

pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi, yang diikuti oleh para Sahabat dan secara

keyakinan telah dipraktekkan oleh komunitas Muslim (Ahlu al Sunnah wa al

Jama’ah), memegang dan mengembangkan ajaran fiqh scholastic madzhab

empat.

Post-tradisionalisme
Secara historis kemunculan Post-tradisionalisme Islam di Indonesia belum ada

sumber yang jelas dan pasti kapan keberadaannya. Secara leksikal tidak di

temukan pula pengertian yang memadai tentang Post-tradisionalisme Islam.

Dalam diskursus keislaman di Indonesia, tema dan gagasan tersebut juga kurang

mendapatkan apresiasi yang memadai sebagai sebuah gagasan yang besar.


Liberalisme Islam
Islam liberal berarti paham Islam yang akomodatif terhadap ide kebebasan

individu untuk mendorong kemajuan sosial. Menurut Kurzman (2003:xxxiii),

Islam liberal adalah gaya berfikir yang merupakan perkawinan paripurna

antara trio filsafat kritik dialektis Socrates (470-400M) dengan rasionalitas

Descartes (1596-1650) dan dipadukan dengan pemikiran Muktazilah (Rachman,

2018: 41). Istilah Islam liberal juga seringkali digunakan oleh para penulis Barat

untuk menganalisis perkembangan para tokoh Islam yang mendukung ide

kebebasan dan kemajuan.


Esklusif
Secara umum eksklusif adalah sikap yang memandang bahwa keyakinan, pandangan

pikiran dan diri islam sendirilah yang paling benar, sementara keyakinan, pandangan,

pikiran dan prinsip yang dianut agama lain salah, sesat dan harus dijauhi.

Islam Inklusif
Islam Inklusif adalah islam yang bersifat terbuka. Terbuka disini tidak hanya masalah

berdakwah atau hukum, tetapi juga masalah ketauhidan, sosial, tradisi, dan

pendidikan.

Islam Pluralis
Pemikiran Islam pluralis merupakan hasil evolusi dari pemikiran Islam inklusif. Ada titik

persamaan dan perbedaan dalam pemikiran Islam inklusif dan pemikiran Islam pluralis. Dua

pemikiran tersebut sama-sama mengakui kebenaran agama lain. Bedanya, pemikiran Islam

inklusif tidak berpartisipasi aktif terhadap agama lain, pemikiran Islam pluralis, ikut nimbrung

dalam agama lain untuk menghargai perbedaan, namun hati tetap yakin terhadap keyakinan

sendiri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai