Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODE STUDI ISLAM

“FUNDAMENTALISME TRADISIONALISME DAN LIBERALISME


ISLAM”

OLEH
NAMA : JAFRI MINHASDI
NIM : 190104065
NO. URUT : 15
KELAS/SEMESTER : IV/C

TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................2
A. Fundamentalisme Islam..........................................................2
B. Liberalisme Islam...................................................................4
C. Post-tradisionalisme Islam......................................................5
BAB III PENUTUP...............................................................................6
A. Kesimpulan.............................................................................6
B. Saran.......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kita bisa melakukan
aktivitas dengan baik. Khususnya kepada penulis sehingga makalah ini bisa
diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa pula kita haturkan sholawat serta salam kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW. Yang telah mwembawa kita dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang-benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dari awal sampai terselesainya makalah ini. penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi makalah ini mendapatkan hasil
yang memuaskan..

Mataram, Maret 2021

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fundamentalis merupakan salah satu aliran yang tidak mau menerima
perubahan dalam arti mereka menentang pembaruan. Jadi, mereka dengan
berhati-hati menegaskan bahwa bahwa pemakluman kenabian Muhammad saw
bukanlah suatu hal yang baru, melainkan hanya menyambung rentetan nabi dan
rasul yang mendahuluinya.
Sebagai sebuah contoh, berkembangnya pemikiran Islam liberal
ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat dalam keberagamaan merupakan
suatu indikasi tentang hidupnyapemikiran dalam Islam. Disatu sisi dinilai
hal tersebut baik untuk perkembangan umat yang taraf berpikirnya sudah
terkontrol, namun menjadi tidak baik apabila hal tersebut menghilangkan esensi
atau nilai sosial yang berujung pangkal pada saling mengkafirkan antara satu
dengan yang lain.
Berbicara tentang islam post tradisional lebih tepat  merupakan pergeseran
falsafah hidup tradisional ke post tradisional. Dengan demikian, islam post
tradisional menjadi teradisi sebagai basis epistimologinya yang
ditransformasikan secara meloncat, yakni pembentukan tradisi baru yang berakar
pada tradisi miliknya dengan jangkauan yang sangat jauh untuk memperoleh etos
progersif dalam transformasi dirinya.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud islam fundamental?
2. Apa yang dimaksud islam liberalisme?
3. Apa itu post tradisionalisme islam?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa maksud dari fundamental islam
2. Untuk mengetahui maksud dari islam liberal
3. Untuk mengetahui penjelasan dari post tradisionalisme islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fundamentalisme Islam
Terminologi fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti asas,
dasar hakikat, fondasi. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalis yang berarti
pokok. Dalam bahasa Arab, kata fundamentalisme ini diistilahkan dengan
ushuliyyah. Kata ushululiyyah sendiri berasal dari kata ushul yang artinya pokok.
Dengan demikian, fundamentalisme adalah paham yang menganut tentang ajaran
dasar dan pokok yang berkenaan ajaran keagamaan atau aliran kepercayaan.
Pada perkembangan selanjutnnya, istilah fundamentalis tersebut juga
menjadi salah paham atau kelompok dalam Islam, baik yang bermazhab Sunni
maupun Syi’ah. Dalam Sunni, kaum fundamentalis menerima Alquran secara
literal, sekalipun dalam hal-hal tertentu, mereka pun memiliki ciri-ciri khas
lainnya. Mazhab Syi’ah (Iran), kaum fundamentalis, tidak menginterpretasikan
Alquran secara literal (harfiah). Berdasarkan batasan ini, maka dapat dirumuskan
bahwa mereka yang memahami nash-nash secara literal, maka ia disebut kaum
fundamentalis atau berfaham fundamentalisme.1
Pengertian kaum fundamentalis dari segi istilah sudah memiliki muatan
psikologis dan sosiologis, dan berbeda dengan pengertian fundamentalis dalam
arti kebahasaan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dalam pengertian
yang demikian itu, kelahiran kaum fundamentalis ada hubungannya dengan
sejarah perkembangan ajaran Islam, kaum fundamentalis ada kaitannya dengan
masalah politik, sosial, kebudayaan dan selainnya. Kaum fundamentalis tersebut,
tidak mau menerima perubahan dalam arti mereka menentang pembaruan.

1
Wahid, Abduh. "FUNDAMENTALISME DAN RADIKALISME ISLAM (Telaah Kritis tentang
Eksistensinya Masa Kini)." Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman 12.1 (2018): 61-75.

3
B. Liberalisme dalam Islam
Secara etimologis, liberal berarti bebas. Dalam sejarah pemikiran modern,
kata liberal seringkali merujuk pada semboyan revolusi Prancis 1789 Liberty
(kebebasan/kemerdekaan), Egalite (persamaan) dan Fraternite (persaudaraan).
Kala itu, istilah liberty dimaknai sebagai sebuah gerakan perlawanan terhadap
segala bentuk penjajahan, ketidakadilan, dan tindakan otoriter para penguasa.
Pemaknaan ini terkait erat dengan situasi sosial politik masyarakat Prancis saat
itu.
Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, istilah liberty atau
liberal tidak lagi diarahkan pada persoalan sosial politik, tetapi lebih dari itu juga
dimaknai sebagai bentuk kebebasan berpikir. Dengan dikomandoi oleh Nicolaus
Copernicus, para saintis di dunia Barat ramai-ramai memperjuangkan kebebasan
berpikir dan menentang sikap otoritarianisme kalangan gereja. Revolusi
Copernican ini kemudian membawa masyarakat Barat kepada tatanan dunia baru,
dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belakangan ini, makna kata liberal semakin meluas bahkan mempengaruhi
gerakan dan pemikiran di dunia Islam, termasuk Indonesia. Perluasan makna itu
semakin jelas ketika kata Islam digandengkan dengan kata liberal. Terlepas dari
cocok tidaknya penggabungan kata Islam dan liberal, namun sepertinya terdapat
semangat yang sama antara makna liberal pada masa revolusi Prancis dan
revolusi Copernican dengan Islam liberal. Kesamaan itu terlihat dari sisi gerakan
perlawanan terhadap suatu bentuk kemampanan yang ada di masyarakat. Bila
revolusi Prancis dan revolusi Copernican melawan kemapanan para penguasa
dan kalangan gereja, maka Islam liberal melawan kemapanan pemahaman
keagamaan masyarakat Islam yang dianggap statis dan stagnan.

4
Beranjak dari tinjauan historis-etimologis tersebut, para peneliti sering
mendefenisikan Islam liberal sebagai suatu keadaan atau sikap orang atau
gerakan tertentu yang bersedia menghargai gagasan atau perasaan orang lain,
yang juga mendukung perubahanperubahan sosial, politik, dan keagamaan
melalui pembebasan pemikiran dari pandangan dunia dan sikap literal, dogmatis,
reaksioner atau pro-status quo.12 Secara operasional, Islam liberal juga dimaknai
sebagai suatu gerakan keagamaan yang menekankan pada pemahaman Islam
yang terbuka, toleran, inklusif, dan kontekstual. Kelompok ini berusaha
menafsirkan dan mengimplementasikan Alquran dengan menggunakan nalar
sekuler yang menerima kebenaran akal secara taking for granted. Mereka selalu
menggunakan prinsip taqaddam al-`aql alâ al-naql (mendahulukan pendapat akal
dari pada wahyu). Bahkan tidak jarang di antara pengikut kelompok ini yang
sama sekali mengabaikan Alquran dan hadis.2
C. Post Tradisionalisme Islam
Kata tradisionalisme berasal dari kata latin yaitu tradere yang artinya
menyerahkan, memberikan, dan meninggalkan. Dari kat ini terbentuk kata
benda traditio yang berarti penyerahan, pemberian, peninggalan, warisan tradisi.
Kata tradito inilah yang menjadi asal istilah tradisionalisme. 3 Jadi tradisionalisme
adalah ajaran yang mementingkan tradisi yang diterima dari generasi-generasi
sebelumnya sebagai pegangan hidup. Tradisi dapat berasal dari peraktek hidup
yang sudah berjalan lama yang disebut dengan tradisi kultural, dapat pula berasal
dari keyakinan keagamaan yang berpangkal dari wahyu yang disebut sebagai
tradisi keagamaan.
Tradisi bisa juga segala sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang
berasal dari masa lampau, baik itu masa lalu kita (muslim) maupun masa masa
lalu orang non islam, tradisi ini mencakup: 1) tradisi manawi (al-turats al-

2
DAULAY, Saleh P. Membumikan Islam melalui Madzhab Ketiga. Madania: Jurnal Kajian
Keislaman, 2020, 17.1: 67-74.
3
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 745.

5
maknawi), yang berupa tradisi pemikiran dan budaya; 2) tradisi material (alturats
al-madi), seperti monumen dan benda-benda masa lampau; 3) tradisi kebudayaan
yaitu segala sesuatu yang kita miliki dari masa lalu kita; 4) dan tradisi
kemanusiaan universal, yakni segala sesuatu yang hadir di tengah kita, namun
berasal dari masa lalu orang lain.4
Adapun Tradisionalisme secara bahasa berarti paham (ajaran) yang berdasar
kepada tradisi. ajaran yang menekankan pelestarian dasar tradisi. Sehingga kita
dapat menyimpulkan tradisionalisme sebagaimana yang telah disebutkan oleh
Marzuki Wahid mendefinisiakan post tradisionalisme sebagi suatu gerakan
melompat teradisi yang tidak lain adalah upaya pembaharuan budaya secara terus
menerus dalam rangka dialog dengan modernitas, sehingga mengahsilkan tradisi
baru (new tradition) yang sama sekali berbeda dengan tradisi sebelumnya.
 Islam tradisionalisme sebenarnya adalah suatu ajaran yang berpegang kepada
Al-Qur’an, sunnah Nabi, ijmak yang diikuti oleh shahabat dan secara keyakinan
telah dipraktekkan oleh komunitas muslim akhlu al ssunnah wal al jamaah.
Dalam bahasa Fazlur Rahman, kelompok tradisional adalah mereka yang
cendrung memahami syari’ah sebagaimana yang telah diperaktekkan oleh ulama’
terdahulu (shalaf). Sebagi gerakan yang berhasrat untuk melahirkan tradisi yang
lahir dengan peroses yang panjang dan berakar pada pemikiran tempo dulu.
M. Muhsin Jamil mengatakan bahwa Islam Post tradisionalisme
berpandangan bahwa sesungguhnya tidak mungkin melakukan rekontruksi
pemikiran dan kebudayaan dari ruang sejarah yang kosong, artinya betapapun
kita teramat bersemangat untuk melampaui Zaman yang sering disebut sebagai
kemunduran umat Islam, kita mesti mengaku bahwa khazanah pemikiran dan
kebudayaan yang kita miliki adalah kekayaan yang sangat berharga untuk
dikembangkan sebagai entry point merumuskan tradisi baru.5

4
Muhammad Abed al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2000), hlm. 24.
5
M. Muhsin Jamil, Pergulatan Islam Liberal Versus Islam Literal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 123.

5
 Dengan demikian, islam post tradisionalisme menjadi sasaran keritik gerakan
islam modernisme yang menolak sama sekali peroduk-produk intelektual yang
menjadi landasan konstruksi tradisionalisme, sehingga sampai tahapan tertentu
teradisi pemikiran klasik di tinggalkan dan yang dominan adalah keterpesonaan
terhadap berbagai aliran.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terminologi fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti
asas, dasar hakikat, fondasi. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalis yang
berarti pokok. Dalam bahasa Arab, kata fundamentalisme ini diistilahkan
dengan ushuliyyah. Kata ushululiyyah sendiri berasal dari kata ushul yang
artinya pokok. Dengan demikian, fundamentalisme adalah paham yang menganut
tentang ajaran dasar dan pokok yang berkenaan ajaran keagamaan atau aliran
kepercayaan.
Tradisionalisme adalah ajaran yang mementingkan tradisi yang diterima dari
generasi-generasi sebelumnya sebagai pegangan hidup.Islam Tradisionalisme
sebenarnya adalah suatu ajaran yang berpegang kepada Al-Qur’an, sunnah Nabi,
ijmak yang diikuti oleh shahabat dan secara keyakinan telah dipraktekkan oleh
komunitas muslim akhlu al ssunnah wal al jamaah. Post Tradisionalisme
merupakan konstruk intelektualisme yang berpijak pada kebudayaan lokal
Indonesia, bukan tekanan dari luar (peroyek asing) yang berintraksi dengan
berbagai jenis elemen masyarakat.
Istilah Islam Liberal disusun dari dua buah kata, yaitu Islam dan liberal.
Islam maksudnya adalah agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada
Muhammad saw. Dan Liberal yang artinya adalah kebebasan. Kata Liberal
adalah satu istilah asing yang diambil dari kata Liberalism dalam bahasa Inggris
dan liberalisme dalam bahasa perancis yang berarti kebebasan. Kata ini kembali
kepada kata Liberty dalam bahasa Inggrisnya dan Liberte dalam bahasa
prancisnya yang bermakna bebas.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abed al-Jabiri, Muhammad, 2000. Post Tradisionalisme Islam, Yogyakarta: LkiS,


Daulay, S. P. 2020. Membumikan Islam melalui Madzhab Ketiga. Madania: Jurnal
Kajian Keislaman, 17(1), 67-74
Kamisa, 2000.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Muhsin, 2005. Pergulatan Islam Liberal Versus Islam Literal, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wahid, A. 2018. FUNDAMENTALISME DAN RADIKALISME ISLAM (Telaah
Kritis tentang Eksistensinya Masa Kini). Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman, 12(1), 61-75.

Anda mungkin juga menyukai