Anda di halaman 1dari 20

ISU – ISU ISLAM KONTEMPORER

Di Susun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah “Metode Studi Islam”

Dosen Pengampu : Riduan M.Pd.I

Di Susun Oleh

LENI SUSIANA (1611040347)

Kelas : 2 G

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya,
dan shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada keharibaan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umat muslim sepenuhnya
makalah ini bisa dapat terselesaikan. Terselesaikannya makalah ini dengan judul
“Isu – Isu Islam Kontemporer” ini tidak terlepas dari keterlibatan beberapa pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas kontribusi semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan.

Di samping pemenuhan tugas kuliah, makalah ini di sajikan menambah


wawasan penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Akhir kata tiada gading
yang tak retak, penulis menyadari tentunya masih banyak kekurangan dalam
makalah ini dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kebaikan, demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 30 Mei 2017

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................3

A. Pengertian liberalisme......................................................................4
B. Pengertian fundamentalisme dalam perspektif Islam.....................5
C. Pengertian radikalisme dalam perspektif Islam..............................7

BAB III DATA.......................................................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................12

BAB V KESIMPULAN...............................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah SAW umat Islam menjadi terpecah belah dan
berusaha mendirikan aliran–aliran Islam yang beraneka ragam dengan segala
pembenaran ideologi yang mereka yakini. Kemunculan mereka disebabkan karena
sudah tidak adanya tempat bertanya tentang Islam dengan segala permasalahan
dan solusi pemecahannya. Keberagaman pemahaman tentang Islam inilah yang
menimbulkan konflik diantara aliran–aliran Islam tersebut. Bentuk konflik yang
terjadi di masa lalu rupanya tetap ada di zaman yang serba kontemporer saat ini,
dan memunculkan beraneka ragam pola pikir dan ideologi yang kemudian
melahirkan konsep Islam yang ingin bebas menggunakan akal untuk memecahkan
sebuah permasalan Islam, dan aliran ini biasa disebut dengan Liberalisme. Ada
pula beberapa aliran Islam yang ingin mengembalikan Islam versi pemahaman
mereka ke dalam bentuk aslinya seperti yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an
dan Hadist, dan aliran ini diindentikkan dengan istilah fundamentalisme. Dalam
masa kontemporer ini, fundamentalisme memberikan kesan yang memaksa
kepada umat Islam yang lain untuk bisa sepaham dengan dia. Mereka
mengesahkan cara-cara kekerasan dalam memperingatkan umat Islam yang lain
apabila mereka menyimpang dari ajaran Islam.
Gairah umat Islam di era kontemporer untuk menegakkan kembali panji
Islam disalahartikan oleh sebagian umat Islam. Gerakan fundamentalisme negatif
dan radikalisme secara tidak langsung pun telah mereka usung. Aksi teror,
perusakan, dan tuduhan pengkafiran merupakan bukti eksistensi keberadaan
gerakan fundamentalisme dan radikalisme.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian liberalisme dan bagaimana perspektif Islam mengenai
Liberalisme?
2. Apa pengertian fundamentalisme dalam perspektif Islam ?
3. Apa pengertian radikalisme dalam perspektif Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian liberalisme dan bagaimana perspektif Islam
mengenai Liberalisme
2. Untuk mengetahuipengertian fundamentalisme dalam perspektif Islam
3. Untuk mengetahui pengertian radikalisme dalam perspektif Islam

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kontemporer
Kontemprer adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan
masih berlangsung sampai sekarang atau segala hal yang berkaitandengan saat ini,
pengertian kontemporer menurut KBBI adalah segala hal yang terjadi pada saat
ini. Secara umum pengertian kontemporer adalah pada waktu yang sama, sesama,
masa kini, menurut etimologi islam kontemporer adalah agama yang diajarkan
oleh nabi Muhammad SAW pada masa lampau dan berkembang hingga masa
sekarang, dan islam kontemporer menurut terminologi adalah gagasan untuk
mengkaji islam sebagai nilai alternatif baik dalam perspektif interprestasi, tekstual
maupun kajian kontektual mengenai kemampuan islam memberi solusi baru
kepada temuan-temuan disemua dimensi kehidupan dari masa lampau hingga
masa sekarang.1
Intinya kontemporer itu mempunyai sifat yang modern atau kekinian, lebih
tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini,
kontemporer juga juga mencerminkan bahwa adanya kebebasan dalam
menentukan sesuai apa yang berlaku saat itu atau saat ini. Jadi, kontemporer itu
benar-benar pada masa sekarang ini ukan merujuk pada masa lalu.
Isu isu Islam Kontemporer
1. Pengertian Liberalisme Dan Bagaimana Perspektif Islam Mengenai
Liberalisme
Secara etimologi, liberalisme adalah derivasi dari kata liberty (dalam bahasa
Inggris) atau liberte (dalam bahas Prancis) yang berarti “bebas”. Adapun secara
terminologi, para peneliti mengemukakan bahwa liberalisme adalah terminologi
yang cukup sulit didefinisikan. Hal itu karena konsep liberalisme yang terbentuk
tidak hanya di bahas dalam satu generasi saja, akan tetapi dengan munculnya

1 htpps//thofaddres.blogspot.com/2016/12/isu-isu-kontemporer.html

3
berbagai pemikiran tokoh yang tentunya satu sama lain saling berbeda dalam
memberikan pengertian tentang liberalisme.2
Liberalisme sendiri merupakan paham yang berusaha memperbesar wilayah
kebebasan individu dan mendorong kemajuan sosial. Liberalisme merupakan tata
pemikiran yang berlandaskan pada kebebasan manusia. Bebas, karena manusia
mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dan ini berarti
bahwa liberalisme adalah paham pemikiran yang optimistis tentang manusia. Dari
pengertian liberalisme ini maka terlihat dua agenda besar yang di perjuangkannya,
yaitu; mengandalkan rasio dan besar kesadaran individu, dan mengandalkan
pembangunan mandiri masyarakat tanpa intervensi berlebihan dari Negara.
1. Akar Pemikiran Liberalisme
Akar pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama
untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi
Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-
XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from
restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas
dari pengawasan gereja dan raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat
Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan
manusia. Ideologi Barat itu juga dapat dinamai dengan istilah kapitalisme atau
demokrasi. Jika istilah kapitalisme lebih digunakan untuk menamai sistem
ekonominya, istilah demokrasi sering digunakan untuk menamai sistem
politik atau pemerintahannya. Namun monopoli istilah demokrasi untuk ideologi
Barat ini sebenarnya kurang tepat, karena demokrasi juga diserukan oleh ideologi
sosialisme-komunisme dengan nama “demokrasi rakyat”, yakni bentuk khusus
demokrasi yang menjalankan fungsi diktatur yang protelar.3
Liberalisme dalam Islam, menurut kelompok Islam Progresif adalah keinginan
menjembatani antara masa lalu dengan masa sekarang. Jembatannya adalah

2 https://seratanabqon.blogspot.com/2012/12/dinamika-islamakontemporer.html

3 https://hasby.lecture.ub.ac.id/archives.html

4
melakukan penafsiran-penafsiran ulang sehingga Islam menjadi agama yang
hidup. Karena kita hidup dalam situasi yang dinamis dan selalu berubah, sehingga
agar agama tetap relevan, menurut mereka, diperlukan cara pandang baru atau
tafsir baru dalam melihat dan memahami agama. Tafsir yang dimaksud adalah
tafsir yang membebaskan, yaitu tafsir yang akan dijadikan pisau analisin untuk
melihat problem kemanusiaan, mempertimbangkan budaya, menghilangkan
ketergantungan pada sebuah fase sejarah tertentu dan menjadikan doktrin agama
sebagai sebuah etis untuk melakukan perubahan.

2. Pengertian Fundamentalisme Dalam Perspektif Islam


Kata ’Fundamental‘ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke–2
tahun 1991, berarti’ bersifat dasar atau pokok atau mendasar’. Tetapi pada kamus
yang sama kata ‘ fundamentalis’ di artikannya sebagai “ penganut gerakan
kegamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke
ajaran agama yang asli seperti yang tersurat dalam kitab suci.”
Arti yang diberikan oleh KBBI sebagian benar dan sebagian mengandung
unsur bias yang subyektif dari kelompok tertentu. Kata ‘ kolot ’ dan ‘ reaksioner ‘
itu aspek yang subyektif yang ditambahkan oleh team editor yang bias dan tidak
bijaksana, kecuali kitab suci agama tersebut benar–benar kolot. 4
Memang perlu dicermati secara kritis, bahwa fundamentalisme yang
dipersepsikan masyarakat dunia , merupakan pemaknaan sepihak yang diproduksi
para peneliti Barat, yang sering melekatkan fundamentalisme dengan Islam.
Sehingga stigma negatif pun tersemat dalam agama Islam. Tidak sedikit buku–
buku hasil pemikiran barat mendefinisikan fundamentalisme yang selalu di
sandingkan dan diidentikkan dengan agama Islam. Fundamentalisme menunjuk
pada sikap–sikap yang ekstrem, hitam putih, tidak toleran, tidak kompromi dan
segalanya yang asosiatif.

4 Muhammad Tholah Hasan, (2005), Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman,
Jakarta : Lantabora Press. Hal. 67

5
Berbeda dengan para peneliti Barat lainnya , Karen Amstrong terlihat lebih
arif dan jernih dalam memaknai fundamentalisme. Karen memandang
fundamentalisme tidak secara simbolik, tetapi melihat paradigma yang mendasar
dalam fundamentalisme , yaitu sebagai upaya melawan modernitas. Modernitas,
menurut Karen Amstrong , telah mengakibatkan krisis keimanan dan moralitas.
Karena itu , fundamentalisme hadir dalam rangka keluar dari krisis itu (embattled
form of spiritually, which have emerged as response to a perceived crisis). Meski
demikian, dalam melihat fundamentalisme islam, Karen Amstrong belum
menyentuh esensi fundamentalisme yang bergelayut dalam tradisi keagamaan
klasik. Itu disebabkan ketidakmampuan peneliti Barat memahami epistemologi
yang berkembang dalam tradisi islam.
Fenomena fundamentalisme yang tidak hanya dipahami sebagai sebuah gejala
agama, sosial dan politik ini, juga dapat dilihat dalam perspektif kelompok
fundamentalisme dalam Islam. Istilah fundamentalisme Islam, kendati populer
populer di barat menyusul pecahnya revolusi Islam di Iran tahun 1978–1979,
yang membuktikan kemenangan sejarah kaum militan islam atas rezim sekuler,
namun istilah ini seringkali digunakan untuk menggeneralisasi beragam gerakan
Islam yang muncul dalam satu tarikan nafas kebangkitan Islam (islam revival).
a. Macam – macam fundamentalisme
Dilihat dari perkembangan, fundamentalisme dibagi menjadi dua macam,
yaitu fundamentalisme yang sifatnya positif dan fundamentalisme yang bersifat
negatif.5
b. Faktor – faktor yang melatar belakangi gerakan Fundentalisme
Gerakan fundamentalisme di latarbelakangi beberapa faktor diantaranya :
1) Adanya keinginan dari kelompok umat Islam untuk melakukan purifikasi
terhadap ajaran agama Islam yang dianggap sudah menimpang dari
sumbernya.

5 Muhammad Tholah Hasan, (2005), Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman,
Jakarta : Lantabora Press. Hal. 70

6
2) Adanya perintah Allah SWT di dalam Al–quran (umatan wahidah) untuk
menjadikan seluruh umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam hal ini Al–
quran telah mengatakan bahwa manusia dilahirkan untuk beribadah kepada
Allah atau menyembah kepada – Nya.
3) Arus globalisasi yang tidak terbendung yang tidak terfiltrasi oleh masyarakat
sehingga menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang imoral dan
menyimpang dari norma – norma agama.
4) Kekuasaan despotik pemerintahan yang menyeleweng dari nilai- nilai
fundamental.6

3. Pengertian Radikalisme Dalam Perspektif Islam


Radikalisme Islam jika dilihat dari fakta sejarah dan sosio-politik sudah
terjadi sejak zaman nabi Muhammad SAW, kemudian berlanjut di zaman
kekhalifahan Ali Bin Abi Tholib. Secara kultural-histori, akar maupun cikal bakal
munculnya benih radikalisme Islam dimulai ketika golongan yang dulunya
pengikut Khalifah Ali, membangkang hingga memutuskan keluar dari barisan dan
mendirikan kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan nama Khawarij.
Doktrin khawarij memang sangat kaku dan tidak kenal toleransi, dasar yang
dia gunakan adalah ayat Al-quran yang berbunyi “barang siapa yang tidak
mengikuti hukum Allah, maka mereka adalah kafir”. Kelompok khawarij
menganggap Ali sudah keluar dari Islam. Karena menurut mereka, kebijaksanaan
Ali tidak sepaham dengan pemikiran dan pemahaman kelompok khawarij.
Model pemikiran dan semangat radikal khawarij bermetamorfosis sejalan
dinamika maupun perubahan zaman. Ideologi radikal berkembang di tanah Arab,
dengan setting sosial-politik berbeda. Artinya pemikiran dan aksi radikal tak lagi
dibatasi doktrin maupun dogma agama ditafsirkan sepihak, tetapi radikalisme
berkembang karena sejarah dan faktor lain di luar agama. Radikalisme lebih
sering muncul saat menghadapi kebijakan politik penguasa dan kondisi sosial-
budaya dipandang dapat mengancam penerapan ajaran Islam yang diyakini mutlak
6 htpps//thofaddres.blogspot.com/2016/12/isu-isu-kontemporer.html

7
benar. Kaum radikal mengusung rasa wajib memperjuangkan keyakinan mereka
itu sampai mati.7
 Terorisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teror diartikan dengan:
1. Perbuatan (pemerintahan dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam,
bengis, dsb)
2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau
golongan. Terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
kekuatan dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik);
praktik-praktik tindakan teror.
Dengan demikian, tindakan atau penampilan tertentu yang tanpa disengaja
menyebabkan orang lain ketakutan tidak dapat dimasukkan dalam kategori
ketakutan. Demikian hukum atau ketentuan yang membuat orang takut untuk
melakukan pelanggaran, tidak termasuk kategori terorisme.
Pembahasan melalui terorisme tidak dapat secara tersendiri dalam kitab-kitab
fiqh lama. Biasanya pembahasan mengenai terorisme terdapat dalam pasal atau
bab tentang pembegal dan selalu berkenan dengan hukuman atas pelakunya.8
Dalil yang biasa dipakai untuk menentukkan hukuman-hukuman teroris adalah
ayat 33-34 dari surat al-Maidah yang berbunyi:
“Bahwasanya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta
melakukan kerusakan dimuka bumi ialah dengan dibalas bunuh, atau dipalang,
atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, atau dibuang negeri.
Hukuman yang demikian itu adalah suatu kehinaan didunia bagi mereka beroleh
azab siksa yang amat besar. Kecuali orang-orng yang bertaubat sebelum kamu
dapat menangkapnya, (mereka terlepas dari hukuman itu). Maka ketahuilah,
bahwasannya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi.” (QS. Al-Maidah
[5]: 33-34)

7 M. Imdadun Rahmat, (2005), Arus Baru Islam Radikal, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
Hal. 121

8 https://seratanabqon.blogspot.com/2012/12/dinamika-islamakontemporer.html

8
BAB III

DATA

9
Banyaknya teror dan tindak kekerasan atas nama Islam yang terjadi dalam
kurang lebih satu dasawarsa terakhir telah menjadikan Indonesia sebagai salah
satu wilayah penting dalam studi-studi terorisme dan radikalisme keagamaan.
Merujuk kepada Global Terrorism Database (2007), dari total 421 tindak
terrorisme di Indonesia yang tercatat sejak 1970 hingga 2007, lebih 90% tindak
terorisme terjadi pada kurun tahun-tahun mendekati Soeharto lengser hingga
memasuki era demokrasi. Selain itu, jenis tidak terrorisme yang bersifat “fatal
attacks” juga mengalami kenaikan serius pada kurun waktu tersebut. Termasuk
penggunaan metode baru dalam melakukan teror, yakni aksi bom bunuh diri
(suicide attacks) yang sebelumnya hampir tidak pernah terjadi. Sejak peristiwa
teror Bom Bali I yang menewaskan 202 orang hingga 2013, sekurangnya telah
berlangsung 12 aksi bom bunuh diri. Kelompok Islam berhaluan radikal yang
dikenal sebagai Jemaah Islamiah (JI)- dan jaringannya- dianggap sebagai pihak
yang paling bertanggung jawab atas sebagian besar gelombang teror di Indonesia
pasca reformasi. Merespons berbagai aksi teror tersebut, hingga Juni 2013
pemerintah telah menahan lebih kurang 900 orang yang didakwa terlibat tindak
pidana teroris dan sekitar 70 terduga teroris ditembak mati.9

Keterlibatan kelompok Islam radikal dalam aksi teror sama sekali bukan
merupakan fenomena baru dalam sejarah politik di tanah air. Menengok sejarah
dapat dicatat antaranya: pengeboman di Cikini 30 November 1957, lalu
kekerasan oleh gerakan Darul Islam (DI) pimpinan Kartosuwirjo (1950-an hingga
awal 1960-an). Lalu, masa Orde Baru muncul juga serangkaian kekerasan dan
pengeboman yang dikaitkan dengan gerakan Komando Jihad, pembajakan
pesawat terbang Woyla oleh sekelompok fundamentalis jamaah Imron bin
Muhammad Zein tahun 1981, peledakan candi Borobudur oleh kelompok Syi’ah
yang dipimpin Hussein al Habsy tahun 1985, dan sebagainya. Aksi teror sporadis

9 https://www.csrc.or.id/.../300-dari-nii-ke-isis-gerakan-islam-radikal-di-indonesia
kontemporer.html

10
dan berkala massif, juga dengan berlatar keagamaan, kembali hadir seiring dengan
transisi demokrasi hingga saat ini.10

Salah satu perkembangan yang penting dicatat saat ini adalah semakin kuatnya
pengaruh dinamika politik di dunia Islam terhadap perkembangan gerakan Islam
di tanah air. Kaitan global-nasional ini telah dapat dilihat semenjak revolusi Iran
1979, kemudian perang Afghanistan 1980-an hingga 1990-an, perang di
Chechnya, serta yang belakangan konflik dan perang di Irak, Syiria, dan beberapa
wilayah lain di Timur Tengah. Sejumlah orang Indonesia tercatat terlibat dalam
perang di Syiria. BNPT mencatat lebih kurang 30, sebagian menyebut 50-an.
Diantaranya langsung berangkat dari Indonesia dan sebagian lain adalah para
pelajar yang ada di Sudan, Yaman dan Mesir. Sekurangnya 2 orang dilaporkan
meninggal, setelah melakukan aksi bom bunuh diri (istismata) di Irak sebagai
martir ISIS, sebuah gerakan radikal baru pecahan dari al Qadah. ISIS (Islamic
State of Iraq and Syiria/ Syam) terbentuk pada 3 Januari 2014 dan
mendeklarasikan kekhalifahan pada 29 Juni 2014. Ideologi ISIS dicirikan sebagai
salafy jihadi, wahhabism, kekhalifahan, serta sikap anti syi’ah yang kuat. Saat ini
sebagai khalifah bentukan ISIS adalah Abu Bakr al-Baghdadi. Tidak mau kalah
dengan ISIS, faksi al Qaidah Jabath Nusroh beberapa waktu kemudian
mengumumkan kekuasaan “Emirat Islam” di wilayah yang mereka kuasai

Dalam waktu yang tidak berapa lama, sejumlah ormas Islam di Solo, Jakarta,
Bekasi, dan Bima juga menyatakan baiatnya secara demonstratif. Sebenarnya bila
dilihat dari aspek ideology, adanya dukungan yang cukup massif ini bukanla hal
yang mengejutkan. Sebab, sejumlah ormas atau kelompok Islam Indonesia yang
memberi dukungan dan baiatnya kepada ISIS memiliki akar ideologis yang tidak
begitu beda, yakni pembentukan kekhilafahan Islam.

BAB IV

10 https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia.html

11
PEMBAHASAN

Telah muncul berbagai studi yang mencoba memahami akar-akar terorisme


dan radikalisme dalam berbagai perspektif, baik itu segi ekonomi, budaya,
politik, psikologi, dan keagamaan (A.P. Schmidt, 2011 dan John Horgan, 2012)
Demikian halnya studi terorisme di Indonesia. Para ahli sepakat bahwa akar
terorisme bersifat kompleks. Ada beberapa segi terorisme keagamaan di Indonesia
yang membedakan dengan fenomena serupa di negara-negara Barat maupun
negara muslim lainnya :11

a. Unsur Kesejarahan
Akar terorisme di Indonesia saat ini yang melibatkan banyak kelompok Islam
berpandangan radikal akan dapat diketahui dengan baik dengan melihat
keterhubungannya dengan gerakan-gerakan Islam radikal yang telah ada
sebelumnya. Radikalisme Islam saat ini merupakan “turunan” dari radikalisme
Islam yang diawali sebelumnya oleh Kartosoewirjo dengan Darul Islam-nya sejak
1950-an dan gerakan Komando Jihad atau Komji yang muncul akhir 1970-an
(Lihat: Zaki Mubarak, 2008). Hubungan ini nyata terlihat tidak hanya pada segi
kesamaan ideologi, tapi bahkan juga segi biologis. Beberapa nama terduga teroris,
baik yang ditangkap hidup-hidup atau tertembak mati, tercatat telah memiliki
sejarah panjang tersangkut paut dengan gerakan teror keagamaan sebelumnya.

b. genealogy pemikiran
ideology yang menginspirasi berkembangnya radikalisme keagamaan juga
penting untuk ditelusuri. Perkembangan gagasan Islam radikal di tanah air, yang
beberapa ekspresi politiknya dilakukan melalui aksi teror, banyak dipengaruhi
oleh pandangan keislaman ulama klasik Osama bin Laden, menjadi tokoh
terpenting dalam mempengaruhi arah dan perkembangan gerakan neo-
fundamentalisme kontemporer (Oliver Roy, 2005).
c. kebijakan negara yang sangat repressif terhadap kelompok Islam

11

12
Dianggap berperan penting yang mendorong kelompok Islam melancarkan
aksi terror. Mohammed Hafez (2004) menegaskan hal ini dengan menyimpulkan –
dalam kasus terorisme kelompok Islam di Aljazair- bahwa repressi yang brutal
oleh rejim menjadi faktor terpenting yang melahirkan aksi-aksi terror dari
kelompok Islam yang ditindas dengan kejam. 12

Selain itu tumbuh dan berkembangnya kelompok radikal, khususnya yang


dipengaruhi oleh kelompok radikal Islam trans-nasional, di Indonesia saat ini
bukan fenomena yang muncul seketika tetapi merupakan suatu proses evolusi
sejalan dengan dialektika antara perkembangan dinamis dari lingkungan strategis,
baik pada tataran global, regional dan nasional dengan para aktor (baik manusia
maupun organisasi kelembagaan), termasuk negara, Pemerintah, dan kelompok-
kelompok kepentingan. Gerakan radikal Islam di Indonesia tidak lagi merupakan
sebuah gerakan yang hanya berkarakter domestik, tetapi telah mulai terkait
dengan gerakan Islam radikal transnasional, tetapi juga jejaring kelompok radikal
Islam ini telah semakin luas dan ideologi yang digunakan sebagai landasan juga
terpengaruh dan bahkan merupakan bagian dari ideologi transnasional, yang
bercirikan Jihadi dan Takfiri.

Ideologi jihadi (berperang) dan takfiri (mengkafirkan) yang digunakan juga


memiliki perbedaan dengan ideologi Islam politik ala DI/TII. Bagi penganut
ideologi takfiri, maka kendati sesama Muslim pun apabila tidak mengikuti
kelompok tersebut, dianggap telah keluar dari Islam. Ajaran ideologi jihadi dan
takfiri ini, misalnya, sangat dilihat dalam buku-buku ABB yang disebarluaskan di
kalangan kelompok tersebut dan juga dapat diakses oleh publik, seperti Tadzkirah
(Nasehat/ Peringatan). Sedangkan dalam Dalih Jihad,Islam radikal melakukan
aksi kekerasan, yang dianggapnya sebagai bagian dari jihad, di tanah air lebih satu
dasawarsa terakhir, dapat dilihat sekurangnya melalui dua aspek. Pertama, alasan-
alasan yang dinyatakan para pelaku sendiri. Kedua, menjelaskan dengan
menggunakan pedekatan akademis melalui beberapa teori sosial.

12

13
Ali Imron –pelaku pengeboman Legian Bali 12 Oktober 2002- menyatakan
alasan-alasan mengapa dirinya melakukan jihad pengeboman.

1. Perasaan tidak puas terhadap pemerintahan yang ada. Tidak adanya imamah –
kepemimpinan dalam konsep NII- telah menyebabkan berbagai kerusakan dan
kemaksiatan, baik itu munculnya aliran-aliran sesat, pergaulan bebas, hingga
kaum harus tunduknya kepada kepemimpinan orang lain (Amerika dan Barat-
pen).
2. Tidak diberlakukannya syariat islam secara menyeluruh. Melalui aksi
pengeboman ini Ia berharap memicu terjadinya revolusi yang menghantarkan
terbentuknya imamah dan pemberlakukansyariat islam secara menyeluruh.
3. harapan terbukanya jihad fi sabilillah. Satu-satunya cara yang efektif untuk
melawan kemungkaran adalah dengan membuka medan jihad, yaitu
peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Dengan melakukan pengeboman
yang menewaskan orang-orang asing di Bali, ia berharap akan membuka
medan peran antara kaum muslimin dan orang-orang kafir.
4. melaksanakan kewajiban jihad. Jihad adalah prang suci di jalan Allah,
menurutnya, dengan melibatkan diri dalam aksi pengeboman tersebut berarti
telah melaksanakan jihad di jalan Allah.
5. membalas kaum kafir. Tindakan bom bali dan pengeboman gereja-gereja di
malam natal merupakan aksi pembalasan terhadap kebiadaban zionis Israel
dan Amerika terhadap umat Islam baik yang ada di Palestina, Afghanistan,
Somalia, Kashmir, Chechnya, dan sebagainya. Juga pembalasan bagi pihak
Kristen terkait kasus Ambon dan Poso (Ali Imron, 2007).13

Demikian pula jika dilihat dari segi jangkauan gerakan Islam radikal
transnasional seperti Al-Qaeda dan ISIS (Islamic State in Iraq and Shams, Negara
Islam di Irak dan Syam), mereka tidak hanya memperjuangkan cita-cita suatu
nasion sebagaimana pengertian negara-bangsa (nation state). Perubahan nama dari
ISIS menjadi “Islamic State” (IS) atau “Negara Islam” yg dilakukan oleh Abu

13 https://arrahmahnews.com › Focus.html

14
Bakar al Baghdadi, menunjukkan perubahan dari tujuan perjuangan yang terbatas
pada geografi dua negara menuju sebuah imperium atau Kekhalifahan Islam.

BAB V

KESIMPULAN

15
Banyak sedikitnya Islam juga telah mengalami beberapa imbas dari era
modernisasi yang dikatakan serba positivistic dan serba terukur itu. Dengan
berstandar acuan pada ukuran rasionalitas dan pendewasaan akal pikiran, ragam
polemik baru, justru muncul di tubuh Islam. Tentunya dengan menilik juga dari
sisi baik dan buruknya. Dapat kita ketahui secara bersama pula bahwa isu-isu
kontemporer yang bermunculan dalam Islam memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, mulai dari wacana-wacana sosio-politis dunia yang sedikit
memaksa ke-universal-annya untuk merealisasikan eksistensi ataupun
menancapkan pengaruh serta hegemoni.

Kita tidak mungkin untuk menolak modernisasi tapi kita bisa berpegang pada
slogan Islam yaitu Al Muhafadhoh ‘ala al-qadim al-shalih wa al-ahdzubi al-jadid
al-ashlah (memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang
lebih baik). Ataupun dalam tantangan intelektualisme (ilmiah akademis) dalam
kerangka maraknya kajian keagamaan kontemporer yang mengarah pada
pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bukan hanya dalam
bentuk pernyataan-pernyataan teoritik dan konseptual semata, sehingga bisa
diterima oleh pihak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

16
Hasan Muhammad Tholah, (2005), Prospek Islam dalam Menghadapi
Tantangan Zaman, Jakarta : Lantabora Press.

Rahmat M. Imdadun, (2005), Arus Baru Islam Radikal, Jakarta : Gelora


Aksara Pratama.

https://seratanabqon.blogspot.com/2012/12/dinamika-islamakontemporer.html

https://arrahmahnews.com › Focus.html

https://hasby.lecture.ub.ac.id/archives.html

htpps//thofaddres.blogspot.com/2016/12/isu-isu-kontemporer.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia.html

17

Anda mungkin juga menyukai