Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASWAJA

“KELOMPOK DAN ALIRAN TRANSNASIONAL : ISLAM


TRANSNASIONAL, SALAFI WAHABI, SYIAH, HIZBUT TAHRIR DAN
AHMADIYAH”
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja
Dosen Pengampu : Vina Rohmatul Ummah, M.Pd

Disusun oleh :

1. SINTA NURIYAH (2022390101706)


2. ELOK RISKA WARDANI (2022390101585)
3. AGUNG FAJAR KHOIRI (2022390101714)
4. ERLANGGA WANDA SAPUTRA (2022390101583)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG BANYUWANGI
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad Saw beserta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Atas berkat
karunia-Nya, kami telah selesai Menyusun makalah yang berjudul “Kelompok
dan aliran Islam transnasional : Islam transnasional, Salafi Wahabi, Syiah, Hizbut
Tahrir,danAhmadiyah”.

Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah
Aswaja dengan dosen Vina Rohmatul Ummah, M.Pd. Adapun ruang lingkup
pembahasan dalam karya tulis ini meliputi: pengertian dan kategori Islam
transnasional, karakteristik serta komponen didalamnya. Dalam penyusunannya
kami juga mengambil sumber dari beberapa literatur terutama buku buku
pegangan yang biasa dipakai di Kampus IAI Ibrahimy. Pembaca mungkin akan
menemukan bebererapa kekurangan dan kesalahan penulisan dalam makalah ini,
oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi perbaikan di masa yang akan datang.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir
kata, semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1


1) Latar belakang ...................................................................................... 1
2) Rumusan masalah ................................................................................ 3
3) Tujuan ...........................................................................................................3

Bab II Pembahasan .................................................................................. 4


1. pengertian kelompok aliran Islam transnasional, sejarah munculnya serta
macam macam kelompok di
dalamnya…………………………………………………………………..4
2. Pengertian Salafi Wahabi dan sejarahnya ...................................................5
3. Pengertian Syiah dan sejarahnya ...............................................................10
4. Pengertian Hizbut Tahrir (HTI) dan sejarahnya.........................................12
5. Pengertian Ahmadiyah dan sejarahnya ......................................................14

Bab III Penutup ..................................................................................... 16


1) Kesimpulan ....................................................................................... 16
2) Saran .................................................................................................. 17

Daftar Pustaka ........................................................................................... 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam sebuah agama telah diyakini oleh penganutnya sebagai ajaran yang
terakhir dan dinyatakan final sampai akhir jaman. Meskipun demikian aja ran
yang dianut oleh para penganutnya selalu sama dalam hal Memahami, Mengkaji,
dan mengamalkan teks teks yang ada dalam kita suci Al Quran. Banyaknya
perbedaan tersebut berimplikasi pada munculnya banyak perubahan dalam Islam
seperti paham, aliran dan Gerakan Gerakan keagamaan. Fenomena keberagaman
Gerakan social Islam di era kontemporer telah mewarnai berbagai aktifitas dan
dakwah dalam perkembangan Islam. Salah satu yang menarik untuk di kajian
akademik akhir akhir ini yaitu dengan munculnya Gerakan Islam global atau bisa
disebut dengan “Gerakan Islam Transnasional”.

Gerakan Islam Transnasional adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada


organisasi Islam yang bergerak lintas negara, dimana pergerakannya melewati
batas batas territorial setiap negara. Gerakan organisasi ini beriorentasi pada
agenda penyatuan umat Islam di seluruh dunia, dimana ideologi keislamannya
didominasi oleh pemikiran skripturalis, tekstual, normatif, radikal, fundamental,
dimana gagasannya berbeda dengan konsep negara bangsa (nation-state). Target
utama dari Gerakan ini adalah untuk mengubah budaya asli negara musim
setempat dengan pandangan baru yang dianggap dimiliki oleh Islam murni.
Dengan demikian, umat Islam yang berbeda dengan kelomopok Gerakan ini
dianggap salan dan tidak menerima akulturasi kebudayaan Islam dengan

1
kebudayaan lokal sebagai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang
berpenduduk Islam di daerah dan agama tertentu.

Munculnnya gerakan transnasional menurut Jamhari dan Jahroni


merupakan akibat dari situasi global dunia termasuk dunia Islam, yang pada saat
itu tengah memasuki era modern. Banyak masyarakat muslim yang mengalami
disorientasi akibat ketidaksiapan mereka memasuki periode tersebut. Untuk
mengatasi persoalan tersebut, ummat Islam berusaha mencari identitas lewat
penafsiran agama yang khas pada intinya menekankan pentingnya pengamalan
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.1

Indonesia sendiri karena posisinya sebagai negara yang memiliki


penduduk muslim terbesar di dunia menjadi lahan subur bagi perkembangan
gerakan Islam transnasional. Hal ini bisa kita jumpai dengan banyaknya Gerakan
gerakan Islam baru yang muncul seperti: Gerakan Ahmadiyah, Jamaah Tablig,
Hizbuttahrir Indonesia (HTI), Wahabi, Syiah dan lain-lain. Sebagai akibat dari
munculnya gerakan-gerakan Islam transnasional tersebut, peta dakwah di
Indonesia turut serta mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada
banyak aspek seperti muatan dakwah, metode dakwah, maupun media dakwah itu
sendiri.

Fenomena diatas sangat penting untuk dikaji terutama Ketika dikaitkan


dengan masa depan Gerakan dakwah Ahlussunnah wal jamaah agar seluruh umat
Islam mempunyai sikap selektif dalam menentukan paham mana yang baik untuk
dianut

1
Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), 170.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa pengertian kelompok aliran Islam transnasional dan


sejarah munculnya ?
2. Macam-macam kelompok aliran Islam transnasional ?
3. Pengertian Salafi wahabi dan perbedaan ?
4. Pengertian Syiah dan sejarahnya?
5. Pengertian Hizbut Tahrir (HTI) dan sejarahnya?
6. Pengertian Ahmadiyah dan sejarahnya?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kelompok aliran Islam transnasional dan
sejarah munculnya.
2. Untuk mengetahui macam-macam kelompok aliran Islam transnasional.
3. Untuk mengetahui pengertian Salafi wahabi dan perbedaannya.
4. Untul mengetahui pengertian Syiah dan sejarahnya.
5. Untuk mengetahui pengertian Hizbut tahrir (HTI) dan sejarahnya.
6. Untuk mengetahui pengertian Ahmadiyah dan sejarahnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALIRAN ISLAM TRANSNASIONAL

Pengertian Islam transnasional adalah sebuah istilah yang ditujukan


kepada organisasi Islam yang bergerak lintas negara, dimana pergerakannya
melewati batas-batas teritorial setiap negara. Terdapat berbagai istilah yang
dipakai oleh para sarjana dan pengamat untuk mengidentifikasi dan menjelaskan
fenomena kebangkitan Islam di dunia Muslim, antara lain: radikalisme,
revivalisme, skripturalisme, Islam politik (political Islam), ekstrimisme, dan
fundamentalisme. Namun, istilah fundamentalisme nampaknya lebih umum
dipakai oleh para sarjana, pengamat maupun akademisi. Akan tetapi, berbagai
istilah tersebut masih diperdebatkan dan dipersoalkan, terutama istilah
fundamentalisme yang dianggap mengandung makna negatif terhadap Islam, yaitu
gerakan yang bersifat ekstrim dan keras. Fundamentalitas Islam dikaitkan dengan
penindasan terhadap perempuan, kerja sama atas pelanggaran norma agama,
fanatic terhadap keyakinan, memusuhi barat, serta kecenderungan terhadap
kekerasan bahkan terorisme.2

Esposito merupakan salah satu kalangan sarjana barat yang


mengemukakan bahwa istilah fundamentalisme setidaknya digunakan dalam tiga
pengertian. Pertama, mereka yang berusaha menyerukan panggilan untuk kembali
pada kepercayaan dasar atau pondasi agama bisa disebut kelompok fundamentalis.
Dalam konteks masyarakat Islam, usaha kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
Rasul adalah sebuah model hidup yang normatif. Kedua, pemahaman dan persepsi
tentang fundamentalisme sangat dipengaruhi oleh tradisi Protestanisme Amerika.
Fundamentalisme adalah gerakan Protestanisme abad ke-20 yang menekankan
penafsiran Injil secara literal sebagai sesuatu yang fundamental bagi kehidupan
dan ajaran Kristen. Ketiga, istilah fundamentalisme sering kali dikaitkan dengan
aktivitas politik, ekstrimisme, fanatisme, terorisme, dan anti-Amerikanisme. Oleh
karena itu, istilah tersebut oleh Esposito dianggap terlalu bermuatan presuposisi
kristen dan stereotip Barat, serta mengisyaratkan ancaman monolitik yang tidak

2
Richard T Antoun, Memahami Fundamentalisme: Gerakan Islam,Kristen, Yahudi,
terjemahan (Surabaya: Pustaka Euraka, 1999), h. 1

4
eksis.3

Secara khusus di Indonesia, istilah Islam transnasional pertama kali


disampaikan pada tahun 2007 oleh KH Hasyim Muzadi, seorang ulama dan
mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Istilah itu
merujuk pada ideologi keagamaan lintas negara yang sengaja diimpor dari luar
dan dikembangkan di Indonesia. Menariknya, ideologi ini menurut Hasyim
Muzadi bukan hanya datang dari Timur Tengah, tapi juga dari Barat. Kelompok
seperti Majelis Mujahidin, Ikhawanul Muslimin, Al-Qaedah disebut sebagai
ideologi transnasional dari Timur, sedangkan Jaringan Islam Liberal sebagai
kelompok yang mengembangkan ideologi transnasional dari Barat.4

Terminologi Islam transnasional juga diungkapkan oleh KH. Hasyim


Muzadi untuk menggambarkan berbagai tipologi gerakan baru yang mulai
menyebar di Indonesia yang di support oleh kekuatan di luar negeri. Lebih
tepatnya Hasyim Muzadi ingin menyebutkan bahwa radikalisme yang terjadi di
Indonesia terjadi karena dibantu oleh beberapa negara-negara maju, dan tidak
murni keinginan orang Islam Indonesia. Istilah ini ditegaskan oleh KH. Hasyim
Muzadi sebagai penegasian NU dari kelompok Islam yang bersifat transnasional
(melintasi batas-batas nasionalisme keindonesiaan) maupun kelompok Islam yang
membawa misi transformasi sosial-keagamaan secara radikal, ekstimis,
fundamentalis dan tekstual. Sebagai bentuk penegasian dirinya, PBNU meminta
kepada bangsa Indonesia agar tidak mau mengikuti gerakan keagamaan yang
berideologi transnasional (antar-negara). Pasalnya, kebanyakan gerakan dari
ideologi tersebut tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dan budaya setempat.5
Selain gerakan ini tidak sesuai dengan budaya dan kultur Islam yang di
kembangkan oleh NU, gerakan ini juga dinilainya dapat mengancam sekaligus
merusak Ideologi Pancasila dan NKRI.

1) Sejarah munculnya Gerakan Islam transnasional

Munculnya Gerakan Islam transnasional tidak terlepas dari


kebangkitan Islam pada masa sebelumnya. Fenomena gerakan ini bisa
ditarik ke belakang sejak kebangkitan dan pembaharuan Islam yang
berkembang di Timur Tengah sejak abad ke-18. Beberapa gerakan Islam
menandai era baru kebangkitan Islam di Timur Tengah antara lain:
gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) di Arabia bagian
tengah yang melahirkan kelompok Wahabiyah. Selain itu, muncul juga

3
Esposito, 1994: 17-18
4
NU Online, 29/04/2007
5
NU Online, 15/5/2007

5
gerakan pada abad ke-19 dan ke-20 yang dipimpin oleh tiga pemikir
selanjutnya: Jamaludin al-Afghani (1839- 1897) yang melahirkan gerakan
Pan Islamisme, gerakan yang dipimpin oleh Muhammad Abduh (1849-
1905), dan gerakan yang dipimpin oleh Rasyid Ridha (1865-1935).6
Gerakan yang dikembangkan Muhammad bin Abdul Wahab yaitu gerakan
untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan pemahaman as-salaf
ash-shalih. As-salaf ash-shalih adalah tiga generasi pertama sahabat Nabi
Muhammad SAW, pengikut generasi selanjutnya sering disebut sebagai
gerakan Wahabiyah. Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan
gerakannya di Arabia bagian Tengah (Saudi Arabia).

Tujuan utama gerakan Wahabiyah yaitu memurnikan kembali


ajaran Islam di tanah jazirah Arab yang dinilai telah terinfiltrasi dan
mengalami akulturasi dengan budaya jahiliyah. Bangunan-bangunan yang
bernilai sejarah dan makam para sufi maupun makam tokoh-tokoh Islam
banyak dihancurkan oleh gerakan Wahabi. Bangunan tersebut dinilai oleh
mereka sebagai tempat bertaburnya tradisi-tradisi yang dapat merusak
aqidah umat Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kehadiran Gerakan
Wahabi membayang-bayangi lahirnya Ikhwanul Muslimin oleh Hassan
Al-Banna di Mesir pada 1928. Pendiri gerakan ini berpandangan bahwa
ancaman Barat terhadap umat Islam tidak hanya berbentuk fisik tapi juga
non fisik. Ancaman yang berbentuk non fisik yaitu munculnya kaum
intelektual yang rasional-empiris. Umumnya, kelompok ini cenderung
mengesampingkan sisi-sisi spiritualitas Islam. Cara melawannya yaitu
dengan kembali pada dasar-dasar Islam, dan perlunya pola perilaku hidup
Islam serta sistem Islam dalam negara.

Beberapa teori yang membahas tentang munculnya Gerakan Islam


transnasional di dunia Islam antara lain. Pertama, adanya kegagalan umat
Islam dalam menghadapi arus modernitas yang dinilai telah menyudutkan
Islam. Kedua, adanya rasa kesetiakawanan terhadap nasib yang menimpa
saudara-saudara seagamanya seperti yang terjadi di Palestina, Kashmir,
Afganistan dan Irak. Perasaan solidaritas ini sesungguhnya dimiliki oleh
seluruh umat Islam sedunia. Namun, cara meresponnya berbeda dengan
mayoritas muslim lainnya. Ketiga, secara khusus di Indonesia, maraknya
fundamentalisme lebih disebabkan oleh kegagalan negara dalam
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan sosial dan
terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat7. Wahid dalam
melihat infiltrasi gerakan Islam transnasional di Indonesia, cenderung
mengkategorikannya sebagai gerakan Islam fundamentalis.

6
Fealy dan Bubalo, 2007: 30
7
Wahid, 2009: 8-9

6
Munculnya modernitas dianggap sebagai salah satu penyebab
kegagalan umat Islam. Di tengah ketidakberdayaan menghadapi arus
modernitas, golongan fundamentalis mencari dalil-dalil agama untuk
“menghibur,” dalam sebuah dunia yang dibayangkan belum tercemar. Jika
sekedar “menghibur” barang kali tidak akan menimbulkan banyak masalah
Masalah akan muncul saat mereka mulai menyusun kekuatan politik
dalam melawan arus modernitas, sehingga kepentingan mereka akan
berbenturan dengan golongan Islam yang lain yang tidak setuju dengan
cara yang mereka lakukan.

Munculnya ideologi kapitalisme, nasionalisme, sekulerisme,


pluralisme, liberalisme serta sistem demokrasi telah memberikan warna
tersendiri di tengah kehidupan umat manusia. Bagi mereka, kehadiran
ideologi/gagasan tersebut dianggap sebagai virus yang akan mencemari
akidah umat Islam. Dalam usaha untuk membendung tantangan
modernitas, kelompok Islam ini mencari dalil-dalil agama yang dapat
dijadikan alasan untuk melegitimasi kebenaran yang akan disampaikan.
Kebenaran ini bagi mereka adalah murni datangnya dari Tuhan
berdasarkan kitab suci AlQur’an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW.
Meskipun teks-teks yang mereka baca banyak kalangan menganggap
bahwa pemahaman mereka cenderung bersifat tekstual, rigit dan kaku.

Gerakan islam transnasional juga muncul karena adanya rasa


kesetiakawanan atau sifat solidaritas terhadap umat Islam seperti di Irak,
Afganistan dan Pakistan atas nasib di daerahnya akibat penjajahan yang
dilakukan oleh negara-negara lain. Transnasionalisme Islam di Timur
Tengah bagi mereka dianggap sebagai langkah efektif dalam
membebaskan dirinya dari imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.

2) Macam macam Gerakan Islam Transnasional

1. Salafi wahabi
2. Syiah
3. Hizbut tahrir
4. Ahmadiyah

B. ISTILAH SALAFI WAHABI

Penisbatan istilah “wahabi”, “wahabiyah” atau “wahabiyun” ditujukan

7
kepada Muhammad ibn ‘Abd al-wahab’. Meskipun Sebagian pengikut
Muhammad ibn ‘Abd al Wahab menggunakan istilah “salafi”, “salafiyah” atau
“salafiyun”. Bahkan diantara mereka ada kalangan yang lebih suka menyebutnya
dengan istilah umum seperti Islam, muslim, umat, atau istilah lain tanpa
penyebutnya nama kelompok tertentu.

Dalam perjalanan waktu, istilah Wahabi semakin popular, khususnya dari


kalangan non Wahabi. Oleh karenanya pengikut/kaum Muhammad ibn ‘Abd al
Wahab tidak segan untuk memakai istilah tersebut. Misalnya ada perkataan “ana
wahabi” atau “nahnu wahabi”, bagi mereka adalah suatu kebanggaan dan
kemuliaan berkenaan dengan pengamalan ajaran keagamaan dan berpegang teguh
dalam suatu keyakinan. Dengan demikian, istilah wahabi dapat dirumuskan
sebagai berikut :

“Wahabi merupakan suatu ajaran, Gerakan dakwah atau paham yang


dirintia oleh Muhammad ibn ‘Abd al-wahab pada abad ke 18 M yang
diperjuangkan Bersama pengikutnya diwilayah Najd, yang kemudian
pengaruhnya meluas ke wilayah kerajaan Saudi Arabiah dan wilayah diluar Saudi
Arabiah”.8 Adapun istilah pengikut/kaum wahabi yaitu setiap orang diantara kaum
muslimin yang sepakat, mengikuti, dan mendukung Gerakan dakwah Muhammad
ibn ‘Abd al Wahab dan para ulama yang meneruskan dakwah beliau”. Dari
definisi tersebut yang dapat dititikberatkan adalah bukan sekadar tahu satu atau
dua pendapat dari pernyataan pelopor wahabi, Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhāb,
namun benar-benar terikat secara ilmu dan emosional dalam bentuk persetujuan,
pengamalan, serta dukungan nyata yang diaplikasikan dalam kehidupannya.
Berkenaan istilah "salafi" dari akar kata salafa yang berarti orang yang
mendahului atau hidup sebelum kita. Bila ditinjau dari segi hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim bisa kita lihat bahwa : "Sebaik-baik
manusia adalah (yang hidup) di masaku (para sahabat),kemudian orang-orang
yang mengikutimereka (tābiʻīn), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka
(tābiʻ al-tābiʻīn), kemudian setelah mereka akan datang suatu kaum kesaksian
mereka mendahului sumpah mereka, dan sumpah mereka mendahului kesaksian
mereka". (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadits dtersebut yang dimaksud al-salaf adalah para sahabat Nabi saw,
kemudian ada tabi'in (pengikut nabi setelah masa sahabat) lalu tabiʻ al-tabiʻin
(pengikut Nabi setelah masa tabi'in, termasuk di dalamnya para Imam Mazhab
karena sebagian besar mereka hidup di tiga abad pertama sepeninggal Nabi saw).

8
Muḥammad ibn Saʻd Al- Shuway'ir . Taṣḥīh Khata’ Tārīkh Hawli alWahhābīyah, Edisi
Indonesia, “Wahabi dan Imperialisme: Mengungkap Asal-Usul Istilah ‘Wahabi’”, terj. Abu
Mu’awiyah Hammad. Jakarta: Griya Ilmu, 2010

8
Oleh karenanya ketiga masa ini kemudian dikenal dengan sebutan al-qurun al-
mufadalah (masa-masa yang mendapatkan keutamaan). Sebagian ulama
menambahkan label (gelar) al-salih hingga menjadi al-salaf al-salih untuk
memberikan karakter pembeda dengan pendahulu kita yang lain, yakni sesudah
kurun (periode) ini, kemudian dikenal dengan istilah “khalaf”. Oleh karenanya
seorang salafi berarti mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi saw, tabiin dan
tabi al tabiin dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.
menurut pendapat Muḥammad Abū Zahrah, bahwa awal mula munculnya
“Salafi” sebagai istilah adalah di Mesir, setelah usainya penjajahan Inggris.
Tepatnya, saat muncul gerakan pembaruan Islam (al-iṣlāh aldīnī) yang dipimpin
oleh Jamāl al-Dīn al-Afghānī (1839-1897) dan muridnya, Muḥammad ‘Abduh
(1266-1323 H/1849-1905 M), di akhir abad ke-19 Masehi, yang dikenal dengan
gerakan “pan-Islamisme”. Gerakan tersebut ditujukan agar menumbuhkan rasa
patriotisme dan taʻaṣṣub (fanatik) yang tinggi terhadap perjuangan umat Islam
saat itu. Di samping itu, dalam rangka membendung pengaruh sekularisme,
penjajahan dan hegemoni Barat atas dunia Islam,sehingga Muḥammad ‘Abduh
mengenalkan istilah “Salafi” di kalangan tubuh umat Muslim.

1). Perbedaan Salafi dan Wahabi


Kaum Wahabi atau Salafi adalah mereka yang mengikuti mazhab
Ḥanbalī pengikut Imam Aḥmad ibn Ḥanbal yang berpaham tajsīm atau
nawāṣib sekalipun ada sebagian di antara mereka yang berbeda pandangan
dalam sejumlah masalah hukum Islam. Namun, mereka satu pandangan
dalam masalah akidah tajsīm, tashbīh, dan benci terhadap Ahl al-Bayt serta
tidak menghormati mereka. Mereka menganut sejumlah pemikiran demi
mewujudkan tujuan mereka ini, seperti mengangkat istilah “firqah nājiyah”
(aliran yang selamat) dan hanya merekalah yang menjajuru penyelamat. Di
samping itu, beberapa perkara tersebut, mereka juga banyak sikap
mempermasalahkan tentang bidʻah, syirik, kuburan, tawaṣṣul, dan masalah-
masalah ikhtilāfīyah lainnya
.
Menurut Ḥasan al-Saqqāf, bahwa tidak ada perbedaan antara “Salafi” dan
“Wahabi”. Keduanya merupakan dua istilah yang digunakan untuk bentuk
yang sama. Mereka memiliki keyakinan dan pemikiran yang sama. Di dalam
Jazirah Arab mereka dikenal dengan istilah Kaum Wahabi Ḥanbalī, namun
saat di luar mereka disebut dengan istilah “Salafi”. Oleh karena itu, menurut
al-Saqqāf,kaum Wahabi terlahir dari kaum Salafi. Muḥammad ibn ‘Abd al-

9
Wahhāb adalah orang yang menyeru untuk mengikuti pemikiran Ibn
Taymīyah dan para imam mazhab Ḥanbalī yang berpaham tajsīm.9
Di samping itu, ada pula yang mengatakan bahwa golongan ini
sebenarnya menolak untuk dijuluki sebagai penganut mazhab Wahabi, dan
mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai golongan al-muwaḥḥidūn
148(unitarians) atau mazhab al-Salaf al-Ṣāliḥ atau Salafi (pengikut kaum
Salaf), karena mereka ingin mengembalikan ajaran-ajaran tauhid ke dalam
Islam menurut sunnah Rasulullah saw. Oleh karenanya mereka menolak
amalanamalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw, karena
bagi mereka sebagai amalan yang baru dan bersifat bidʻah. Dalam hal ini,
perlu dipahami bahwa pengikut Salafi tersebut sering menafsirkan ayat Al-
Qur’an dan hadis Nabi saw secara tekstual atau harfiyah dan meniadakan arti
majāzī atau kiasan yang berimbas pada multi interpretasi, sehingga mereka
dengan mudah membidʻahkan dan mensyirikkan sesama Muslim yang
memang berbeda dengan pemahaman kelompok mereka itu.
Namun demikian, bagi Ibn Taymīyah, berpandangan bahwa mazhab Salaf
ialah mazhab yang menetapkan segala sesuatu yang terdapat di dalam
AlQur’an dan Sunnah, baik berupa sifat, berita, maupun keadaan.
Sebagaimana disinyalir dalam beberapa ayat suci Al-Qur’an, di antaranya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…” (QS. al-Baqarah
[2]: 255); “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”10.

C. PENGERTIAN SYIAH

Syiah dari segi etimologi (bahasa)yaitu pengikut, pecinta,pembela,yang


ditujukan kepada ide, individu, atau kelompok tertentu11. Adapun syiah secara
terminologi (istilah) banyak sekali pengertiannya yang sulit mewakili seluruh
pengertian syiah itu sendiri. Menurut muhammad Husain Attabi’i di dalam
bukunya “Syiah Islam” memberi pengertian bahwa syiah adalah kaum muslimin
yang menganggap penggantian Nabi Muhammad saw adalah merupakan hak

9
Sayyid Ḥasan Al-Saqqaf . al-Salafīyah al-Wahhābīyah: Afkāruhā al-Asāsīyah wa
Judhūruhā al-Tārīkhīyah. Beirut: Dār al-Imām al-Rawwās, 1423 H/2002 M.
10
Ibn Taymīyah, Shaykh al-Islām Taqī al-Dīn Aḥmad. al-‘Aqīdah al-Wāsiṭīyah,
Cet. ke-7. t.tp.: t.pt., 1393 H.
11
M. Quraish Shihab. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas
Konsep Ajaran dan Pemikiran. (Tangerang: Lentera Hati, 2007)

10
istimewa yang dimiliki oleh keluarga nabi dan mereka yang dalam bidang
pengetahuan dan kebudayaan islam mengikuti ahlul bait12
Qurais shihab dengan mengutip pendapat Ali Muhammad Al-Jurjani
mendefinisikan bahwa Syiah yaitu mereka yang mengikuti Sayyidina Ali ra, dan
percaya bahwa beliau adalah imam sesudah rasul saw. Dan mereka percaya
bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunannya. Dan syiah terbesar
yaituSyiahItsnan Asyariyah.13Kesimpulan dari pendapat di atas syiah secara
istilah yaitu kelompok/paham yang mengikuti sayyidina ali bin abi thalib ra
(khalifah ke empat). Dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan
Rasulullah.

1. Sejarah munculnya Syiah

Dilihat dari data sejarah , jika yang dimaksud dengan syi’ah adalah
kelompok yang mendasarkan paham keagamaan pada Ali bin Abi Tholib dan
keturunannya ( ahlul bait ) maka cikal bakal kemunculan kelompok syi’ah
sudah ada sejak awal kepemimpinan islam paska kerasulan nabi muhammad.
Kemunculan kelompok syi’ah dipicu oleh perbedaan pandangan di kalangan
para sahabat nabi dengan ahlul bait (keluarga nabi) tentang siapa yang
menggantikan kedudukan nabi setelah meninggalnya. Setelah terpilihnya abu
bakar sebagai kholifah, muncul fakta ada sebagian dariumat islam yang
berpendapat bahwa sebenarnya ali bin abi thalib lah yang berhak memegang
tampuk pada waktu pimpinan silam pada waktu itu.

perjuangan islam, Ali juga tidak diragukan lagi pengorbanannya. Kuatnya


keyakinan kelompok pendukung Ali peristiwa ghodir khumm setelah
menjalankan haji terakhir, nabi memerintahkan kepada Ali sebagai
penggantinya dihadapan umat muslim, dan menjadikan Ali sebagai pelindung
mereka14.
Akan tetapi yang terjadi tidak seperti yang diinginkan kelompok
Syiah. Menurut kalangan syiah setelah nabi wafat pada saat jasadnya
terbaring belum dikuburkan, ada kelompok diluar ahlul bait berkumpul untuk
memilih khalifah bagi kaum muslimin, dengan menjaga kesejahteraan umat
dan memecahkan problem sosial saat itu. Mereka melakukan itu tanpa
berunding dengan ahlul bait yang sedang sibuk dengan acara pemakaman,

12
Thabathaba’I, Allamah Sayyid Muhammad Husayn. Islam Syiah: Asal-Usul dan
Perkembangannya. Diterjemahkan dari Syi’ite Islam. Penerjemah: Djohan Effendi. (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1989).Hal : 32
13
Ibid.
14
Thabathaba’I, Allamah Sayyid Muhammad Husayn. Islam Syiah: Asal-Usul dan
Perkembangannya.(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1989)

11
sehingga Ali dan sahabat-sahabatnya dihadapkan dengan suatu keadaan yang
tidak mungkin diubah lagi, ketika abu bakar didaulat menjadi khalifah
pertama15. Ali Bin Abi Thalib pada waktu itu cukup bersabar untuk
menunggu saat yang tepat sampai pergantian kholifah yang ketiga, Usman.
Pada kepemimpinan tiga khalifah tersebut, kelompok Ali ( ahlul bait )

Kepemimpinan usman yang dinilai lemah, membuat banya kesulian


yang harus dihadapi Ali ketika memimpin pemerintahan islam. Semasa
pemerintahan Ali, pemberontakan demi pemberontakan terus terjadi akibat
dari intrik yang dilancarkan oleh kelompok Muawiyah. Sampai pada akhirnya
Ali harus mati terbunuh ditangan kelompok khawarij. Keinginan yang kuat
dari kelompok muawiyah untuk menguasai pemerintahan islam tidak pernah
surut. Muawiyah terus menjalankan aksi –aksinya untuk menyingkirkan
kekuasaan dari ahlul bait. Sampai pada akhirnya Imam Hasan putra Ali
menyerahkan kekuasaannya pada muawiyah karena Hasan tidak meninginkan
pertumpahan darah lagi.
Saat yang paling sukar bagi kelompok syi’ah adalah 20 tahun masa
kuasa kekuasaan muawiyah.Kaum syi’ah pada waktu itu tidak memiliki
perlindungan ,dan kebanyakan dari kaum syiah dikejar-kejar oleh
pemerintah.keluarga Imam Hasan dan Husain mati dibunuh dengan kejam,
dibantai oleh seluruh pembantu dan anak- anaknya. Penderitaan kelompok
ahlul bait semasa pemerintahan muawiyah inilah yang menguatkan
perjuangan kelompok syiah menjadi sebuah paham/ aliran untuk terus
bertahan menentang penguasa yang berbuat tidak adil dan aniaya.

D. PENGERTIAN HIZBUT TAHRIR (HTI)

Secara harfiah, Hizbut Tahrir bermakna ‘partai pembebasan’. Dalam


bahasa Arab, hizb berarti ‘partai’ dan at-tahrir berarti ‘pembebasan’. Partai ini
mendeklarasikan bahwa ideologinya adalah Islam.16 HT bukanlah organisasi
kerohanian, bukan pula lembaga ilmiah, juga bukan lembaga pendidikan dan
bukan pula lembaga yang hanya melakukan aktivitas sosial, namun mereka
merupakan partai politik yang berideologi Islam. Hizbut Tahrir sebagai
manifestasi dari Islam trasnasional, memandang modernitas sebagai sumber
kegagalan umat Islam. Isme-isme yang muncul sebagai produk modernitas
termasuk sistem demokrasi yang berlaku dianggap sebagai sistem yang kufur,
sehingga haram bagi mereka untuk mempelajari, menerima dan menerapkannya.

15
Ibid, hal : 39
16
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3938 Jurnal Kawistara, 2012

12
Pembentukan HT nampaknya merupakan respon An- Nabhani terhadap
kolonialisme Barat yang mengakibatkan jatuhnya kekhilafahan Islam, serta
terpecahnya negara-negara muslim Arab ke dalam sejumlah negara bangsa. Oleh
karena itu, perhatian utamanya adalah menyatukan negaranegara muslim Arab di
bawah satu sistem pemerintahan. An-Nabhani selalu menunjukan keinginan yang
kuat untuk membebaskan umat Islam dari cengkeraman imperialisme Barat.
Dalam bukunya, Mafahim Hizbut Tahrir, ia menjelaskan bahwa HT menentang
penjajahan dalam segalah bentuk dalam istilahnya. HT juga membebaskan umat
dari qiyadah fikriyah, penjajah, dan mencabut dari akar-akarnya; baik aspek
budaya, politik, militer, ekonomi dan sebagainya dari tanah negeri kaum muslim.
HT juga berjuang mengubah ideide (Mafahim) yang telah tercemari oleh penjajah,
yang membatasi Islam hanya pada aspek ibadah dan akhlak semata.”17

1. Sejarah terbentuknya Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir didirikan oleh Taqiyuddin al Nabhani pada tahun 1952 di


Quds, Palestina. semasa kecil, Taqiyuddin al Nabhani menghabiskan
waktunya di desanya itu dengan memperoleh pendidikan langsung dari
ayahnya yang bernama Ibrahim, seorang ahli hukum Islam yang mengajar di
sebuah sekolah di Haifa. ibunya, adalah anak dari Syaikh Yusuf al-Nabhani,
ulama, penyair, sarjana dan hakim yang mempunyai peran jabatan di
pemerintahan Turki Utsmani
Dari latar belakang keluarganya, akhirnya memberikan pengaruh terhadap
Taqiyuddin untuk tumbuh menjadi orang yang cinta akan ilmu pengetahuan
dan perjuangan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar dan
menengah, Taqiyuddin menuju Kairo untuk belajar di Universitas Al-Azhar
pada tahun 1928. Taqiyuddin menjadi murid dari salah satu ulama terkenal
pada saat itu yaitu Syaikh al Akhdar Hussein.
Dan tahun 1932, Taqiyuddin berhasil menyelesaikan perkuliahannya.
Setelah Taqiyuddin menyelesaikan perkuliahannya, Taqiyuddin kembali ke
daerahnya untuk mengajar dari tahun 1932-1938. Namun karena kurikulum
yang diberlakukan di sekolah-sekolah dimana Taqiyuddin mengajar
dipengaruhi oleh pendidikan Barat, maka selanjutnya Taqiyuddin memutuskan
untuk menjadi seorang hakim Menurut pandangannya, bahwa sistem
pengadilan Palestina masih berakar dari tradisi hukum Islam.Oleh sebab
itulah, Taqiyuddin segera memutuskan untuk beralih profesi dari seorang guru
menjadi seorang hakim. Taqiyuddin diangkat menjadi seorang hakim pertama
di Bissan, Taberrias dan Haifa, tempat kelahirannya

17
(An-Nabhani, 2007: 128).

13
Tahun 1952 Hizbut Tahrir didirikan secara resmi di Quds Palestina.namun
para penguasa saat itu menolak tegas kehadirannya, tetapi pihak masyarakat
justru memberi dukungan penuh atas kehadiran Hizbut Tahrir.Hizbut Tahrir
pada saat itu dipimpin oleh Syekh Taqiyuddin al Nabhani hingga wafat pada
tahun 1977.18

Untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah Daulah Khilafah


Islamiyah Organisasi ini bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam
melalui penegakan negara Khilafah yang menyatukan seluruh dunia.19
Mengembalikan kaum muslimin untuk kembali taat kepada hukum-hukum
Allah SWT yakni hukum Islam, memperbaiki sistem perundangan dan hukum
negara yang dinilai tidak Islami agar sesuai dengan tuntunan syariat Islam,
serta membebaskan dari sistem hidup dan pengaruh negara Barat.20

E. PENGERTIAN AHMADIYAH

ahmadiyah adalah sebuah gerakan keagamaan islam yang di bangun oleh


mirza ghulam ahmad. jemaat muslim ahmadiyah(ahmadiyya muslim
community) adalah satu organisasi yang tersebar ke lebih dari 185 negara di
dunia. para pengikut ahmadiyah, terbagi menjadi 2 kelompok kelompok
pertama ialah” ahmadiyah muslim jama’at” atau(ahmadiyah qadian).
Kelompok ke dua ialah”ahmadiyah anjuma isha’at-e-islam lahore
atau(ahmadiyah lahore).21

Kelahiran seorang Ghulam Ahmad tidak terlepas dari konteks sosial yang
terjadi ketika dia hidup. Sebelum kelahiran Ghulam Ahmad, kerajaanMughal
yang saat itu sedang menguasai India tengah berada di ambang keancuran. Hal
tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa sebab yaitu,melemahnya pemerintahan
dikarenakan oleh adanya moral yang tidak baik dan pola hidup mewah yang
melanda para pejabat kerajaan, selain itu banyak terjadi pemberontakan yang
dilancarkan oleh golongan Hindu dan Sikh, belum lagi campur tangan Inggris

18
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact
=8&ved=2ahUKEwjA0uSLncT6AhVUQnwKHf0bBDUQFnoECBsQAQ&url=http%3A%2F%2F
digilib.uinsby.ac.id%2F19150%2F7%2FBab%25203.pdf&usg=AOvVaw0ZCb3rqyX_il3vkxDWe
Jqo
19
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3938 Jurnal Kawistara, 2012
20
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact
=8&ved=2ahUKEwjyr7Sco8T6AhVYDbcAHZZLAYkQFnoECBcQAQ&url=https%3A%2F%2F
kumparan.com%2Fkumparannews%2Fsejarah-hizbut-tahrir-di-
indonesia&usg=AOvVaw1MHzUettNZC68PKXn_UgOx
21
https://p2k.unkris.ac.id/id1/1-3073-2962/Ahmadiyah_40234_Portal:Geografi_p2k-
unkris.html

14
yang datang ke India sejak abad 15M telah membuat pemerintahan Mughal
ketika itu menjadi mundur.

Selain kondisi India sedang mengalami kemunduran dan gencarnya


gerakan kristenisasi, di India juga muncul gerakan Neo-Hindu yang sangat
agresif dan militan. Ghulam Ahmad lahir pada 13 Februari 1835 M/14 Syawal
1250 H Di Qadian , India , ayahnya adalah seorang tabib yang mahir. Ghulam
ahmadtidak banyak mendapatkan pendidikan formal semasa hidupnya. Ia
mulai mendapatkan pndidikan ketika berusia 6 tahun di rumah, dimana
ayahnya mendatangkan guru privat untuk mengajarkan al-Quran dan kitab-
kitab berbahasa Parsi, Nahwu-Sharaf, dan manthiq, sedangkan ilmu ketabiban
ia peroleh dari ayahnya sendiri. Ghulam merasa sangat sedih melihat keadaan
umat Islam yang sangat memprihatinkan, disisi lain golongan Hindu, Nasrani
dan sikh melancarkan

berbagai serangan berupa pemikiran maupun senjata. Setelah kematian


ayahnya, Ghulam ahmad lebih memfokuskan diri untuk menulis beberapa
artikel untuk membela ajaran-ajaran Islam dari serangan yang dilancarkan
oleh berbagai golongan hususnya Nasrani dan

Arya Samaj di beberapa media masa. Pada tahun 1880, Ghulam Ahmad
menerbitkan sebuah buku yang sangat monumental yaitu Barahin Ahmadiyah
yang berisi tentang keunggulan-keunggulan ajaran Islam dan ketinggian Al-
Quran dibandingkan agama Nasrani, Hindu, Arya Samj, dan agama-agama
lainnya.Selain berisi tentang keunggulan-keunggulan Islam dari agama agama
lain, dalam buku Barahin Ahmadiyah terdapat pendakwaan bahwa Ghulam
Ahmad adalah seorang mujadid abad ke 14 M. Tidak lama setelah pengakuan
dirinya sebagai seorang mujadid abad ke 14 M, Ghulam ahmad mengaku telah
menerima wahyu bahwa Nabi Isa telah wafat, sedangkan al-Masih yang
dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad adalah Gulam Ahmad
sendiri. Banyak orang yang mengkritik dan mengklaim Ghulam sebagai kafir
dan sesat, namun di lain pihak banyak pula yang mendukung dan menjadi
pengikutnya dengan melakukan bai’at kepadanya. Ghulam pun semakin
menjadi-jadi semenjak tahun 1901 yaitu ketika dia mendakwakan dirinya
sendiri sebagai seorang “nabi d}zil>li” dan umati (nabi bayangan dan nabi
umat Muhammad). Ghulam Ahmad sebagai pendiri aliran Ahmadiyah tidak
bisa dianggap kecil. Selama hidupnya, Ghulam telah banyak melakukan
perjuangan dan pembelaan terhadap umat Islam. Citacitanya untuk
menegakkan kembali puing-puing kejayaan Islam dengan jalan damai telah
banyak menginspirasi umat Islam baik pada masa dia hidup bahkan sampai
beberapa tahun kemudian dan hingga kini. Namun kesempatannya untuk terus
memberikan sumbangsih kepada umat harus berahir karena pada tanggal 26
Mei 1908 Ghulam ahmad wafat di Lahore dan dikebumikan di Qadian.22

22
https://core.ac.uk/download/pdf/146820321.pdf#page=128

15
1. Sejarah masuknya Ahmadiyah di Indonesia

Gerakan Ahmadiyah di perkenalkan di Indonesia dalam arus


besar kebangsaan di tengah situasi politik, ekonomi dan sosial keagamaan
yang tidak menentu di Indonesia sendiri, Ahmadiyah sudah ada sejak
tahun 1924 untuk aliran Ahmadiyah Lahore (disebut Gerakan Ahmadiyah
Indonesia) dan 1925 untuk aliran Ahmadiyah Qodian (di sebut Jamaah
Ahmadiyah Indonesia).

Perbedaan kedua aliran Ahmadiyah tersebut terletak pada


pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi oleh Ahmadiyah Qodian
dan sebagai Mujadid (pembaharu) oleh Ahmadiyah Lahore. Masing-
masing aliran mengalami perkembangan tersendiri dan masing-masing
memiliki pusat di beberapa kota di Indonesia.Yogyakarta sebagai pusat
Ahmadiyah Lahore dan Jawa Barat sebagai pusat Ahmadiyah Qodian.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengertian Islam transnasional adalah sebuah istilah yang ditujukan


kepada organisasi Islam yang bergerak lintas negara, dimana
pergerakannya melewati batas-batas teritorial setiap negara. Terdapat
berbagai istilah yang dipakai oleh para sarjana dan pengamat untuk
mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena kebangkitan Islam di dunia
Muslim, antara lain: radikalisme, revivalisme, skripturalisme, Islam politik
(political Islam), ekstrimisme, dan fundamentalisme.

2. Penisbatan istilah “wahabi”, “wahabiyah” atau “wahabiyun” ditujukan


kepada Muhammad ibn ‘Abd al-wahab’. Meskipun Sebagian pengikut
Muhammad ibn ‘Abd al Wahab menggunakan istilah “salafi”, “salafiyah”
atau “salafiyun”. Bahkan diantara mereka ada kalangan yang lebih suka
menyebutnya dengan istilah umum seperti Islam, muslim, umat, atau
istilah lain tanpa penyebutnya nama kelompok tertentu.

3. Syiah dari segi etimologi (bahasa)yaitu pengikut, pecinta,pembela,yang


ditujukan kepada ide, individu, atau kelompok tertentu23. Adapun syiah
secara terminologi (istilah) banyak sekali pengertiannya yang sulit
mewakili seluruh pengertian syiah itu sendiri. Menurut muhammad Husain
Attabi’i di dalam bukunya “Syiah Islam” memberi pengertian bahwa
syiah adalah kaum muslimin yang menganggap penggantian Nabi
Muhammad saw adalah merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh
keluarga nabi dan mereka yang dalam bidang pengetahuan dan
kebudayaan islam mengikuti ahlul bait.

4. Secara harfiah, Hizbut Tahrir bermakna ‘partai pembebasan’. Dalam


bahasa Arab, hizb berarti ‘partai’ dan at-tahrir berarti ‘pembebasan’. Partai
ini mendeklarasikan bahwa ideologinya adalah Islam.24 HT bukanlah
organisasi kerohanian, bukan pula lembaga ilmiah, juga bukan lembaga

23
M. Quraish Shihab. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas
Konsep Ajaran dan Pemikiran. (Tangerang: Lentera Hati, 2007)
24
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3938 Jurnal Kawistara, 2012

17
pendidikan dan bukan pula lembaga yang hanya melakukan aktivitas
sosial, namun mereka merupakan partai politik yang berideologi Islam.
Hizbut Tahrir sebagai manifestasi dari Islam trasnasional, memandang
modernitas sebagai sumber kegagalan umat Islam. Isme-isme yang muncul
sebagai produk modernitas termasuk sistem demokrasi yang berlaku
dianggap sebagai sistem yang kufur, sehingga haram bagi mereka untuk
mempelajari, menerima dan menerapkannya.

5. Ahmadiyah adalah sebuah gerakan keagamaan islam yang di bangun oleh


mirza ghulam ahmad. jemaat muslim ahmadiyah(ahmadiyya muslim
community) adalah satu organisasi yang tersebar ke lebih dari 185 negara
di dunia. para pengikut ahmadiyah, terbagi menjadi 2 kelompok kelompok
pertama ialah” ahmadiyah muslim jama’at” atau(ahmadiyah qadian).
Kelompok ke dua ialah”ahmadiyah anjuma isha’at-e-islam lahore
atau(ahmadiyah lahore

B. SARAN

Kami berharap adanya penelitian lebih lanjut akan upaya peningkatan diskusi
terhadap beberapa kelompok yang telah kami paparkan dan juga pada kelompok
kelompok yang belum dapat kami paparkan pada makalah ini sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan pengetahuan kita dalam mengetahui kelompok-
kelompok yang legal di Indonesia

18
DAFTAR PUSTAKA

Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta:


Raja Grafindo, 2004), 170.
Richard T Antoun, Memahami Fundamentalisme: Gerakan Islam,Kristen,
Yahudi, terjemahan (Surabaya: Pustaka Euraka, 1999), h. 1
Esposito, 1994: 17-18

NU Online, 29/04/2007

NU Online, 15/5/2007

Fealy dan Bubalo, 2007: 30

Wahid, 2009: 8-9

Muḥammad ibn Saʻd Al- Shuway'ir . Taṣḥīh Khata’ Tārīkh Hawli


alWahhābīyah, Edisi Indonesia, “Wahabi dan Imperialisme:
Mengungkap Asal-Usul Istilah ‘Wahabi’”, terj. Abu Mu’awiyah
Hammad. Jakarta: Griya Ilmu, 2010

Sayyid Ḥasan Al-Saqqaf . al-Salafīyah al-Wahhābīyah: Afkāruhā al-


Asāsīyah wa Judhūruhā al-Tārīkhīyah. Beirut: Dār al-Imām al-Rawwās,
1423 H/2002 M

Ibn Taymīyah, Shaykh al-Islām Taqī al-Dīn Aḥmad. al-‘Aqīdah al-


Wāsiṭīyah,
Cet. ke-7. t.tp.: t.pt., 1393 H

M. Quraish Shihab. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah:


Kajian Atas Konsep Ajaran dan Pemikiran. (Tangerang: Lentera Hati,
2007)

Thabathaba’I, Allamah Sayyid Muhammad Husayn. Islam Syiah: Asal-


Usul dan

19
Perkembangannya. Diterjemahkan dari Syi’ite Islam. Penerjemah:
Djohan Effendi. (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989).Hal : 32

Thabathaba’I, Allamah Sayyid Muhammad Husayn. Islam Syiah: Asal-


Usul dan Perkembangannya.(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1989)
Ibid 39
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3938 Jurnal Kawistara,
2012
(An-Nabhani, 2007: 128)

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rj
a&uact=8&ved=2ahUKEwjA0uSLncT6AhVUQnwKHf0bBDUQF
noEC
BsQAQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsby.ac.id%2F19150%2F
7%2F Bab%25203.pdf&usg=AOvVaw0ZCb3rqyX_il3vkxDWeJqo
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3938 Jurnal Kawistara,
2012
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rj
a&uact=8&ved=2ahUKEwjyr7Sco8T6AhVYDbcAHZZLAYkQFn
oECB
cQAQ&url=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fkumparannews
%2Fse jarah-hizbut-tahrir-di-
indonesia&usg=AOvVaw1MHzUettNZC68PKXn_UgOx
https://p2k.unkris.ac.id/id1/130732962/Ahmadiyah_40234_Portal:Geograf
i_p2k- unkris.html
https://core.ac.uk/download/pdf/146820321.pdf#page=128

20

Anda mungkin juga menyukai