Disusun oleh
Kelompok 7
Yuniadi (210303112)
Ikramullah (210303074)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian islam
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang mana telah memberikan
kita sehat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami mampu menyusun makalah yang
berjudul islam progresif untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian islam. salawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan umatnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharap krtik, serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam, secara etimologis (asal – usul kata, lughawi) berasal dari bahasa arab : Salima
yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkandiri atau tunduk
dan patuh, pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk agama islam berarti menyerahkan
diri kepada allah dan siap patuh terhadap ajarannya. Islam sebagai agama yang memberi rahmat
bagi keseluruhan alam (rahmatan lil alamin) lahir sebagai gerakan sosial yang merombak sistem
jahiliyah, yaitu sistem yang membenarkan dan melestarikan adanya pemiskinan, pembodohan,
penindasan dan ketidakadilan atas sesama manusia, menuju sistem sosial yang berlandaskan
tauhid dengan meninggikan Tuhan dan menganggap derajad manusia semuanya adalah sama.
Seiring dengan berjalannya waktu Islam menjadi sangat variatif Penganutnya bukan
hanya dari Mekkah Madinah sebagaimana di masa Nabi dahulu, tetapi sudah mendunia.
Beragamnya pemeluk Islam dengan latar belakang sejarah dan keadaan yang berbeda, telah
melahirkan berbagai macam varian dalam Islam. Salah satu dari varian Islam tersebut adalah
Islam Progresif1
Dalam ruang kajian Islam kontemporer, istilah Islam Progresif tergolong baru. Setelah
sebelumnya banyak bermunculan istilah yang disematkan pada Islam, seperti Islam Liberal,
Islam Transformatif, Islam Inklusif, dan sebagainya.
secara umum, dapat dikatakan bahwa Islam progresif bukanlah suatu kubu yang terpisah
dari masyarakatnya, atau menempatkan diri sebagai kelas menengah yang berdiri di atas pundak
masyarakatnya, dengan atribut-atribut dan keistimewaan-keistimewaan intelektualnya sendiri.
Dalam arti tertentu, Islam progresif adalah Islam yang dilihat dari komitmen sosialnya, bersifat
"radikal sehingga sebutan "radikal sebenarnya paling layak dialamatkan bagi Islam ini dan bukan
kalangan reaksioner Islam "garis kanan yang lebih layak disebut "ekstremis" atau "religius fasis"
1
Ahmad Dafit, "Islam Progresif Dalam Gerakan Sosial Dawam Raharjo (1942-2016)", Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat, Vol 1, No 1, 2017, hlm. 45
iii
secara ideologis, Islam progresif melakukan kritik dan otokritik tidak sebagaimana
liberalisme Islam yang cenderung mempercayai bahwa gagasan-gagasan pembaruan Islam yang
diusungnya saja sudah cukup untuk menjelaskan keterpurukan dan krisis yang dihadapi oleh
muslim.
Islam progresif hadir bersuara lebih lantang dalam berbagai media yang ada. Dengan
cara menghidangkan atau menampilkan wajah islam yang lebih ramah, terbuka,dan
pluralis. Dengan begitu Islam progresif menghindarkan berbagai tindak kekerasan diberbagai
belahan dunia dari kaum atau kelompok – kelompok fundamentalis, radikal, dll. yang berusaha
mengetengahkan wajah islam yang tegas, keras, dan penuh semangat permusuhan.
B. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman mengenai masalah yang dibahas dalam makalahini.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam progresif
Secara etimologis, Progresif berarti bergerak ke depan, ke arah kemajuan dan berhaluan
ke arah perbaikan keadaan sekarang," sedangkan Islam progresif berarti Islam yang maju (al-
Islam al-Mutaqaddimah)." Dari segi kebahasaan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan ini
merupakan gerakan yang mencoba memberi penafsiran baru kepada ajaran Islam yang
bersumber dan al-Quran agar lebih sesuai dan selaras dengan tuntutan kemajuan dan
perkembangan dunia saat ini. 2
Islam Progresif adalah Islam yang menawarkan sebuah kontekstualisasi penafsiran Islam
yang terbuka, ramah, segar, serta responsif terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan. Hal ini
tentu berbeda dengan Islam militan dan ekstrimis yang tetap berusaha menghadirkan wacana
penafsiran masa lalu serta menutup diri terhadap ide-ide baru yang berasal dari luar
kelompoknya. Bahkan seringkali untuk meneguhkan keyakinannya, mereka bertindak dengan
mengklaim diri sebagai pemilik otoritas kebenaran untuk bertindak secara otoriter terhadap
paham dan agama lain. 3
Di satu sisi pandangan dan aksi Islam Progresif, menurut Omid Safi" merupakan
kelanjutan dan kepanjangan dari gerakan Islam Liberal yang muncul sejak kurang lebih seratus
lima puluh tahun yang lalu. Namun, di sisi lain dia muncul sebagai bentuk ungkapan
ketidakpuasan terhadap gerakan Islam Liberal yang lebih menekankan pada kitik-kritik internal
terhadap pandangan dan prilaku umat Islam yang tidak atau kurang sesuai dengan nilai-nilai
humanis. Sementara itu, kiritik terhadap modernitas, kolonialisme dan imprialisme justru tidak
mendapatkan perhatian yang cukup dari gerakan Islam Liberal.
Muslim yang progresif menurut Ebrahim Moosa adalah orang Islam yang perduli
terhadap ketidakadilan sosial, politik, dan agama. Dengan tetap menjalankan ritualitas
2
Nur Kholis Setiawan, Akar-akar Pemikiran Progresif dalam Kajian al-Qur'an, hlm. 26
3
oyo Mulyana, Islam Progresif, (Serang Untirta Press, 2005), hlm. 36
1
kelslamannya, meskipun cara pelaksanaan ritual yang progresif terkadang mengundang
kontroversi dan kritik. 4
Progresif di sini bukan dalam arti suatu kategori atau label yang esensial atau ontologis,
ia juga bukan suatu label untuk sekumpulan atau suatu suku tertentu seperti Islam Jawa, Islam
Melayu, karena label-label seperti Jawa dan Melayu itu adalah label yang esensial. Tetapi label
"Islam Progresif merupakan label yang bersifat deskriptif yaitu ia adalah nama yang
menggambarkan keadaan suatu objek fenomena.
Kehadiran Islam Progresif menjadi penting dan bermakna. Setidaknya terdapat beberapa
karakter yang menjadi pijakan lahirnya doktrin Islam yang progresif
1. Islam harus mampu menjadi agama yang menghadirkan dimensi kemanusiaan yang
sejati. Belakangan ini baik dalam ruang akademisi amaupun tradisi, Islam menampilkan
wajahnya yang cenderung teosentris, namun Islam Progresif adalah menginisiasi lahirnya
wajah dan tafsir kelslaman yang antroposentris.
2. Islam harus mendorong kebebasan berpikir dan dialog yang dinamis-konstruktif.
3. Islam harus menjadi agama yang mendorong perubahan dan pembebasan.
B. Karasteristik pemikiran islam progresif
Secara garis besar, karakteristik pemikiran dan gerakan pemikiran islam progresif dapat
di petakan ke dalam dua kriteria, yakni corak pembacaan mereka atas teks keagamaan dan
agenda atau tema – tema sosial keagamaan yang mereka usung. Dengan
membedah kedua aspek tersebut, akan sangat memungkinkan untuk memetakan independensi
posisi islam progresif terutama di tenga tarik menarik arus konseratisme, fundamentalis di satu
sisi serta liberalisme di sisi yang lain.
- pertama sikap selektif rasional mereka atas wacana- wacana kontemporer yang sebagian
besar dipopulerkan oleh barat. Dalam hal ini, para eksponen islam progresif mampu
memainkan dua peran sekaligus. Di satu sisi, mereka mengambil sikap permisif, bahkan
cenderung adaptif terhadap isu– isu kontemporer, namun disisi
4
Zudy Dwy Khalfy, "Islam Progresif Hasan Hanafi", hlm. 35
2
yang lain, mereka tidak menghalfakan sikap kritis mereka terhadap beberapa residu pers
oalan yang disisahkan oleh proyek modernitas barat.
- Kedua keenggangan mereka untuk mengadopsi model epistemologi tekstual literer yang
secara historis merupakan warisan dari tradisi Islam klasik. kalangan progresif berusaha
menyakinkan masyarakat islam.
- Ketiga Penegasan sikap merekaterkait dengan superioritas barat
yangdalam banyak hal telah mendelma menjadi semacam ancaman bagi kedaulatan dunia
Islam.
- Premis pertama setiap manusia, perempuan dan lelaki, muslim dan non
muslim,kaya dan miskin, selatan dan utara, memiliki kemuliaan intrinsik yang sama yang
diberikan oleh tuhan. kemuliaan intrinsik yang sama itu, menurut al-qur’an adalah
ruh ketuhanan yang dihembuskan olehtuhan ke dalam diri manusia dalam proses pencip
taannya. Dua ayat al-qu’an dengan redaksi yang persis sama menyatakan itu,yaitu al-hijr
49.
َس ِجدِين ۟ ُس َّو ْيتُهۥُ َونَف َْختُ فِي ِه مِن ُّروحِ ى فَقَع
َ َٰ ُ وا لَهۥ َ فَإِذَا
Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
- Premis kedua yang selalu digandengkan dengan premis ketiga, karena keduanya
diderivasikan dari ayat yang sama dalam al- Qur’an, masing-masing adalah “misi utama
kehadiran manusia di dunia adalahuntuk menjadi pejuang dan penegak keadilan.
kedua premis itu disarikan dari ayat al-Qur’an yangsama, yaitu al-nahl:90
ان
ِ س ِ ْ ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبا ْلعَ ْد ِل َو
َ اْل ْح اِنَّ ه
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan
3
2. Tiga wilayah pemikiran
Pemikiran Islam progresif meliputi tiga wilayah diskursus dan aksi, yaitu keadilan
sosial, keadilan gender,dan pluralisme.
a. Keadilan social
Dewasa ini banyak kelompok pemeluk agama yang terlibat dalam banyak isu
keadilan sosial. bagi sebagian umat Islam, keadilan social mungkin dirasa baru, tetapi
tema keadilan dalam Islam sama sekali tidak baru, karena keadilan merupakan inti etika
sosial Islam. berulangkali al-qur’an berbicara tentang keadilan melalui pembelaan bagi
anggota masyarakat yangterpinggirkan, seperti orang miskin, anak yatim, kaum tertindas,
musafir, orang kelaparan, dan lain"lain.
b. Keadilan gender
Islam progresif berpandangan bahwa umat Islam tidak akan dapat mewujudkan
keadilan tanpa adanya jaminan keadilan untuk perempuan muslimah. kesetaraan
gender merupakan tolak ukur untuk konsen yang lebih luas tentang keadilan sosial & plu
ralisme. Interpretasi progresif atas Islam harus menyertakan masalah keadilan gender.
4
c. Pluralisme
5
memuliakan. dan mengikat menyatu antara satu dengan lainnya melalui kesamaan dan
perbedaan.
Istilah Islam progresif atau Muslim progresif sebenarnya kurang dikenal dalam
wacana Islam di Indonesia. Istilah tersebut dipinjam dari wacana yang berkembang di negeri
jiran Malaysia, yang dipromosikan oleh perdanaMenteri Malaysia sendiri, Datuk seri Abdullah
ahmad badawi. Dalam konteks Indonesia, masyarakat Muslim disini lebih akrab dengan istilah
Islam Moderat yang sering diperhadapkan dengan Islam Militan atau Islam radikal, Islam liberal
yang diperhadapkan dengan “Islam konservatif” atau “Islam fundamentalis” dan “Islam
pluralis” atau “Inklusif Inklusi” yang diperhadapkan dengan “islam eksklusif”. Istilah"istilah
tersebut lebih seringdikemukakan dan lebih mudah dimengerti ketimbang Islam progresif.
Dalam studi klasik mengenai Islam Indonesia, ada dua kategoti besar, yaitu Islam
radisionalis (yang diwakili oleh organisasi massa Islam nahdlatul ulama {NU}) danIslam
Modernis (yang diwakili oleh organisasi massa Islam Muhammadiyah). Dua lokomotiF Islam
besar inilah yang menarik rangkaian gerbong kaum Muslim Indonesia pada umumnya sepanJang
abad ke 20 hingga sekarang.
Dalam sejarah gerakan dan pemikiran Islam di Indonesia tetap saja hanya dikenal tiga
arus besar, yaitu, Islam tradisionalis, Islam modernis, dan Islam neo-
modernis. sementara itu identitas keislaman yang disandangkan
kepada kelompok tertentu seperti liberal, moderat, radikal, konserfatif, militan, undamentalis,
6
tidak lebih dari identitas ad hoc alias tidak permanen. Ia lebih menegaskan
sebuah kecenderungan reaksioner sementara, lebih sering bahkan bersifat politis, dan tidak
menjelaskan posisi epistemologisnya di tengah agenda dakwah Islam jangka panjang. sikap
moderat atau liberal bisa muncul di kalangan tradisionalis, modernis, maupun neomodernis.
begitu pula sikap radikal, militan,konserfatif, atau fundamentalis, terdapat baik dalam kelompok
tradisionalis, modernis,maupun neomodernis.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemunculan Muslim progresif dengan ijtihad progresif nya dalam menangkap pesan –
pesan fundamental al-quran dan hadits adalah sebuah upaya untuk mengurai problema posisi
dilematis muslim dalam hubungannya dengan tradisi dan modernitas. upaya seperti itu sangat
diperlukan oleh umat islam indonesia secara khususnya danumat islam di dunia pada umumnya
dalam mengatasi masalah – masalah ataupun problem – problem kekinian.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kurang sempurna, maka penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yang budiman, agar pembuatan makalah
kedepannya lebih baik, sekian dari penulis kami mengucapkan limpah terimakasih.
8
DAFTAR PUSTAKA
Dafit, Ahmad. 2017. Islam Progresif Dalam Gerakan Sosial Dawam Raharjo (1942-2016), Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat, Vol 1, No 1.
https://www.academia.edu/13128365/Makalah_Islam_Progresif
Sahiron Syamsuddin (2007), Islam Progresif dan Upaya Membumikannya di Indonesia', diakses
dari (http://nahdliyinbelanda.wordpress.com/2007/09/29/islam-progresif-dan-
upayamembumikannya- di-indonesia/), pada 22 Mei 2015.