Anda di halaman 1dari 15

PANDANGAN PAHAM FUNDAMENTALISME dan RADIKALISME TERHADAP

AGAMA ISLAM

Dosen pengampu Dr. Akhiyat, M. Pd.

Di susun oleh:

1. Moh Azizan Abdi (U20194075)


2. Moh Ali Ghufron (U20194067)
3. Makkiyatur Rohmah (U20194045)
4. Delfia Agustin (U20194071)
5. Moh. Asfi Royhan (U20194051)
6. Nur Laili (U20194061)

SEJARAH PERADABAN ISLAM 2

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

2019-2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Dzat yang jiwa kami berada dalam
genggaman-Nya, Allah SWT yang telah memberikan anugerah tak terkira kepada
semua makhluk-Nya. Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada junjungan
Nabi besar kita Muhammad Saw. Atas rahmat dan karunia Allah SWT. sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema “Pandangan Fundamentalisme dan
Radikalisme dalam Islam”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak pihak baik, yang mana dapat memotivasi kami untuk belajar.

Selaku mahasiswa, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas
motivasi serta do’a yang begitu tulus kepada bapak pengampu kami, Bapak Dosen
kami Dr. Akhiyat, M. Pd. Kepada orang tua kami, kepada guru-guru kami yang telah
mendidik kami.

Dan akhir kata atas nama kelompok mengucapkan banyak terimakasih atas
kesempatan dan bantuan semua pihak yang di berikan dengan tulus dan ikhlas kepada
kami semua, serta kami mohon maaf yang sebesar besarnya apabila di dalam makalah
terdapat banyak kesalahan dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki.

Jember, 05 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Abstrak....................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Pendahuluan ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................................2

FUNDAMENTALISME

A. Pengertian Fundamentalisme.......................................................................2
B. Latar Belakang Munculnya Paham Fundamentalisme.................................2
C. Fundamentalisme di Indonesia.....................................................................3
D. Karakteristik fundamentalisme....................................................................4

RADIKALISME

E. Pengertian Radikalisme................................................................................5
F. Latar Belakang Munculnya Paham Radikalisme.........................................5
G. Radikalisme di Indonesia.............................................................................6
H. Karakteristik radikalisme.............................................................................7

BAB III

PENUTUP...............................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

D.

ii
Abstrak

Gerakan politik, ystem pemikiran fundamentalisme dan radikalisme Islam muncul


untuk merespon tantangan-tantangan modernitas, baik internal maupun eksternal.
Fenomena munculnya kembali agama di atas pusat panggung dunia (center stage). Salah
satu yang menonjol dari fenomena kebangkitan agama tersebut adalah menguatnya
pemahaman keagamaan yang berkarakter fundamentalisme dan radikalisme yang dialami
oleh semua agama dan hampir terjadi di setiap wilayah dunia, terutama agama Islam yang
ada di Indonesia. Di dalam tulisan ini akan membahas: 1). Pengertian paham
fundamentalisme dan radikalisme, 2). Latar belang munculnya paham fundamentalis dan
radikalisme, 3). Fundamentalisem dan radikalisme di Indonesia, 4). Karakteristik paham
fundamentalis dan radikaslisme.

Kata kunci: Fundamentalisme, Radikalisme, Modernitas dan Islam.

Abstract

Political movements, fundamentalism and thought systems and Islamic radicalism


emerge to respond to the challenges of modernity both internal and external. The
phenomenon of the reappearance of religion on the center of the world stage. One which
protects from the phenomenon of religious revival is the strengthening of understanding to
religious religions that are fundamentalism and radicalism in character experienced by all
religions and almost happens in every region of the world. Especially the Islamic religion
that is in Indonesia. In this paper will discuss: 1). Understanding of fundamentalism and
radicalism, 2). Baground to the emergence of fundamentalism and radicalism, 3).
Fundamentalism and radicalism in Indonesia, 4). Characteristics of fundamentalism and
radicalism.

Keywords: Fundamentalism, Radicalism, Modernis and Islam.

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fundamentalisme Islam merupakan sebuah ideologi yang berusaha untuk
menetapkan kembali agama Islam sebagai suatu sistem politik dalam dunia
modern. Dengan membuat term-term baru dan menafsirkan kembali konsep-konsep
konvensional.
Dalam konteks ini, fundamentalisme Islam dipahami sebagai jawaban dari
kelompok sosial dan elit politik tertentu dalam komunitas Islam terhadap institusi,
konsep-konsep dan cita-cita yang muncul dari dalam dunia modern.
Sejarah kekerasan dan radikalisme sering kali membawa nama agama. Hal
ini dapat dipahami karena agama memiliki kekuatan yang dahsyat, yang melebihi
kekuatan politik, sosial, dan budaya. Agama bahkan bisa diangkat sampai pada
tingkat supranatural. Atas nama agama, kemudian radikalisme diabsahkan dalam
berbagai tindakan. Mulai dari mengkafirkan orang-orang yang tak sepaham (takfir)
sampai melakukan pembunuhan terhadap musuh yang tidak se-ideologi dengannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fundamentalisme dan radikalisme?
2. Bagaimana latar belakang munculnya paham fundamentalisme dan radikalisme
dalam Islam?
3. Bagaimana paham fundamentalisme dan radikalisme di Indonesia?
4. Apa saja ciri-ciri paham fundamentalisme dan radikalisme?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian paham fundamentalisme dan radikalisme.
2. Bisa memahami latar belakang munculnya paham fundamentalisme dan
radikalisme dalam pandangan Islam.
3. Mengetahui paham fundamnetalisme dan radikalisme di Indonesia.
4. Serta mengenali ciri-ciri paham fundamentalisme dan radikalisme.

1
BAB II

PEMBAHASAN

FUNDAMENTALISME
A. Pengertian Fundamentalisme
Adapun menurut Mahmud Amin al-Alim, istilah fundamentalisme secara
etimologi berasal dari kata “fundamen”, yang berarti dasar. Secara terminologi,
berarti aliran pemikiran keagamaan yang cenderung menafsirkan teks-teks
keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis (tekstual). Menurutnya, pemikiran
fundamentalisme telah kehilangan relevansinya karena zaman selalu berubah dan
problematika semakin kompleks. Perlu dilakukannya penafsiran ulang terhadap
teks-teks keagamaan dengan mengedepankan ijtihad, membongkar teks-teks yang
kaku, dan mengutamakan maslahah serta maqashid al-Syari’ah.1
Sedangkan itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan kata
“Fundamental” sebagai kata sifat yang memberikan pengertian “bersifat dasar
(pokok) mendasar”, diambil dari kata “fundament” yang berarti “dasar, asas, alas,
fondasi”.2 Dengan demikian, fundamentalisme dapat diartikan dengan paham yang
berusaha untuk memperjuangkan atau menerapkan sesuatu yang dianggap
mendasar.
Menurut Ali Syuaibi, fundamentalisme, yang dalam bahasa Arabnya disebut
dengan istilah ushuliyah, artinya kembali kepada al-Qur’an dan sunah. Dari
pengertian ini, dapat dikatakan bahwa mayoritas umat Islam yang beriman bisa
digolongkan sebagai fundamentalis (ushuliyun). Mereka tidak mengamini
kekerasan dan tidak mengimani terorisme karena keduanya bertentangan dengan al-
Qur’an dan sunah. Oleh sebab itu, ketika istilah fundamentalisme disematkan
kepada gerakan Islam politik yang seringkali diwarnai dengan aksi kekerasan dan
teror, maka tidak bisa secara mutlak dikatakan sebagai gerakan agama Islam,
melainkan lebih dekat kepada gerakan politik biasa.3
B. Latar Belakang Munculnya Paham Fundamentalisme

1
Abdurrahman Kasdi, Fundamentalisme Islam Timur Tengah: Akar Teologi, Kritik Wacana dan Politisasi
Agama dalam Jurnal Tashwirul Afkar (Jakarta: LAKPESDAM dan The Asia Foundation, 2004), Edisi No.
13, 20.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet.III, 245.
3
Ali Syuaibi dkk, Meluruskan Radikalisme Islam (Jakarta: Pustaka Azhari, 2004), 166-167.

2
Istilah fundamentalisme pada mulanya dipakai untuk menyebut gerakan
dalam agama Kristen Protestan di Amerika Serikat, yang menganut ajaran
ortodoksi Kristen yang berdasarkan atas keyakinan-keyakinan mendasar tertentu.
Keyakinan-keyakinan itu adalah:1. The literal inerrancy of the Scriptures (bahwa
Kitab Suci secara harfiah sama sekali tidak mengandung kesalahan); 2. The second
coming of Jesus Christ (bahwa Yesus akan turun kembali ke dunia); 3. The virgin
birth (bahwa Yesus dilahirkan dari perawan Maria, bukan dari konsepsi tak ternoda
atau immaculate conception); 4. The physical resurrection of the body (bahwa
Yesus dibangkitkan secara jasmaniyah dari kematian) dan 5. The substitutionary
atonement (bahwa Yesus menebus dosa seluruh manusia).4
Pelacakan historis gerakan fundamentalisme awal dalam Islam bisa
dirujukkan kepada gerakan Khawarij, sedangkan representasi gerakan
fundamentalisme kontemporer bisa dialamatkan kepada gerakan Wahabi Arab
Saudi dan Revolusi Islam Iran.5 Dari latar belakang ini, tidak heran jika banyak
tudingan yang mengatakan bahwa gerakan fundamentalisme Islam merupakan
bagian dari politisasi Islam. Islam dijadikan sebagai ideologi politik alternatif.
C. Fundamentalisme Islam di Indonesia
Berdasarkan karakteristik-karakteristik yang menjadi tanda gerakan
fundamentalis di Indonesia, terdapat beberapa kelompok yang diasumsikan sebagai
kelompok Islam fundamentalis. Di antaranya adalah Front Pembela Islam (FPI),
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jamaah
(FKAWJ), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan Laskar Jihad. Secara umum,
meminjam terminologi Shireen T Hunter dapat diidentifikasi landasan ideologis
yang dijumpai dalam gerakan-gerakan tersebut:6
1. Konsep Din wa Daulah (agama dan negara). Dalam konsep ini, Islam dipahami
sebagai sistem hidup total, yang secara universal dapat diterapkan pada semua
keadaan, waktu dan tempat. Pemisahan antara agama (din) dan negara (daulah)
tidak dapat diterima oleh kelompok fundamentalis sehingga agama dan negara
dipahami secara integralistik.
2. Mereka ingin kembali kepada al-Qur’an dan Sunah.
4
Frederick M. Denny, Islam and The Muslim Community (New York: Herper & Row, 1987), 117.
5
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme
(Jakarta: Penerbit Paramadina, 1996), 107.
6
Mukhlas Syarkun dkk, Dunia Islam dalam benturan kepentingan dan Peradaban dalam Negara Tuhan; The
Thematic Encyclopedia (Jakarta: SR Ins Publishing, 2004), 491- 493.

3
3. Puritanisme dan keadilan sosial. Nilai-nilai dan budaya Barat ditolak karena
dianggap sebagai sesuatu yang asing bagi Islam. Pemahaman ini menyaratkan
adanya penegakan keadilan sosial ekonomi sehingga doktrin tentang zakat
sangat ditekankan.
4. Berpegang teguh pada kedaulatan syariat Islam. Tujuan utama umat Islam
adalah menegakkan kedaulatan Tuhan di muka bumi ini.
5. Menempatkan jihad sebagai instrumen gerakan. Jihad tidak dilakukan dalam
pengertian defensif semata, tapi memuat tujuan jihad untuk menaklukkan semua
hambatan penyiaran Islam ke seluruh dunia, yang meliputi negara, sistem sosial
dan tradisi-tradisi asing.
6. Perlawanan terhadap Barat yang hegemonik dan menentang keterlibatan
mendalam dari pihak Barat untuk urusan dalam negara Islam.
Ideologi-ideologi inilah yang menyatukan gerakan-gerakan Islam di
berbagai negara termasuk Indonesia. Adapun yang membedakan di antara mereka
terletak pada bentuk artikulasi gerakan. Dalam hal ini, mereka sangat tergantung
pada problem yang dihadapi di negara masing-masing. Di Indonesia misalnya,
antara Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia dan Front Pembela
Islam (FPI) memiliki kesamaan ideologi, namun cara menerjemahkan ideologi dan
praktik gerakannya satu sama lain memiliki perbedaan.
D. Karakteristik Fundamentalisme
Karakteristik fundamentalisme adalah skriptualisme, yaitu keyakinan
harfiah terhadap kitab suci yang merupakan firman Tuhan dan dianggap tanpa
kesalahan. Dengan keyakinan itu, dikembangkanlah gagasan dasar yang
menyatakan bahwa agama tertentu dipegang secara kokoh dalam bentuk literal dan
bulat tanpa kompromi, pelunakan, reinterpretasi dan pengurangan.7 Karakteristik-
karakteristik yang menjadi platform gerakan Islam fundamentalis di antaranya
sebagai berikut ini:
1. Mereka cenderung melakukan interpretasi literal terhadap teks-teks suci agama,
dan menolak pemahaman kontekstual atas teks agama karena pemahaman
seperti ini dianggap akan mereduksi kesucian agama.
2. Mereka menolak pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis,
pluralisme merupakan produk yang keliru dari pemahaman terhadap teks suci.

7
Azyumardi Azra, Fenomena Fundamentalisme dalam Islam, dalam Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. IV, 1993.

4
Pemahaman dan sikap yang tidak selaras dengan pandangan kaum
fundamentalis, yang merupakan bentuk dari relativisme keagamaan.
3. Mereka memonopoli kebenaran atas tafsir agama. Kaum fundamentalis
cenderung menganggap dirinya sebagai penafsir yang paling absah atau paling
benar sehingga memandang sesat kepada aliran yang tidak sepaham dengan
mereka. Mereka juga tidak bisa membedakan antara din (agama) dan dini
(pemikiran keagamaan) yang berbentuk tafsir.
4. Setiap gerakan fundamentalisme hampir selalu dapat dihubungkan dengan
fanatisme, eksklusifisme, intoleran, radikalisme, dan militanisme.
RADIKALISME
E. Pengertian Paham Radikalisme
Radikalisme secara bahasa, radikalisme berasal dari bahasa Latin, radix,
yang berarti “akar”. Dalam bahasa Arab, kekerasan dan radikalisme disebut
dengan beberapa istilah, antara lain al-‘unf, at-tatarruf, al-guluww, dan al-irhab.
Al-‘unf adalah antonim dari ar-rifq yang berarti lemah lembut dan kasih sayang.
Abdullah an-Najjar mendefiniskan al-‘unf dengan penggunaan kekuatan secara
ilegal (main hakim sendiri) untuk memaksanakan kehendak dan pendapat. 8 Jadi,
radikalisme adalah paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan
besar untuk mencapai kemajuan.
Kata at-tatarruf secara bahasa berasal dari kata at-tarf yang mengandung
arti “ujung atau pinggir”. Maksudnya berada di ujung atau pinggir, baik di ujung
kiri maupun kanan. Karenanya, dalam bahasa Arab modern kata at-tatarruf
berkonotasi makna radikal, ekstrem, dan berlebihan. 9 Dengan demikian, at-tatarruf
ad-dini berarti segala perbuatan yang berlebihan dalam beragama, yang merupakan
lawan kata dari al-wasat (tengah/moderat) yang memiliki makna baik dan terpuji.
Adapum kata al-guluww yang secara bahasa berarti berlebihan atau
melampaui batas sering digunakan untuk menyebut praktik pengamalan agama
yang ekstrem sehingga melebihi batas kewajaran.
F. Latar Belakang Munculnya Paham Radikalisme Islam

8
Dikutip dari Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kementerian Agama, Tafsir al-Qur’an Tematik, jilid 1
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), 97.
9
Muchlis M. Hanafi, Konsep al-Wasathiyyah dalam Islam, dalam Harmoni, Jurnal Multikultural dan
Multireligius (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,
2009), Volume VIII, Nomor 32, Oktober-Desember 2009, 39.

5
Gerakan kaum Khawarij yang muncul di akhir masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib dengan prinsip-prinsipnya yang radikal inilah kemudian yang sering
dijadikan contoh gerakan fundamentalisme klasik dalam sejarah Islam dan juga
menandai terbentuknya gejala takfirisme (takfiriyah) dalam Islam. Suatu doktrin
yang mengkafirkan sesama muslim yang berbeda dengan mereka, bahkan sampai
menghalalkan darahnya.
Dari rekaman sejarah tersebut dapat dilihat bahwa fundamentalisme Islam
lebih banyak menekankan, atau setidaknya membenarkan, penggunaan radikalisme
atas nama agama. Islam dianggap mengajarkan para pemeluknya yang fanatik
untuk melakukan tindakan kekerasan tersebut sebagai manifestasi dari keimanan.
Pandangan teologis radikal tersebut diikuti oleh sikap politik yang ekstrem dan
radikal pula sehingga menganggap orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka
dianggap kafir dan boleh dibunuh. Bahkan, mereka kemudian membagi wilayah
menjadi dua, yaitu wilayah dar al-Islam yang harus dilindungi dan wilayah dar al-
kuffar yang harus diperangi dan dihancurkan.
Pada masa pra-modern, gerakan fundamentalisme radikal muncul pada abad
12 H di Semenanjung Arabia di bawah pimpinan Muhammad bin ‘Abd al-Wahhab
(1703-1792) yang kemudian dikenal sebagai gerakan Wahabi. Inilah yang
kemudian membentuk Salafisme awal, dengan Ibnu Taimiyah sebagai tokoh
utamanya.
G. Radikalisme Islam di Indonesia
Cita-cita yang mereka usung dapat diklasifikasikan menjadi tiga; pertama,
gerakan yang mencita-citakan didirikannya negara Islam yaitu MMI dan HTI
(Hizbut Tahrir Indonesia).
Kedua, gerakan yang menginginkan pemberlakuan peraturan daerah
berdasarkan Syariat Islam seperti gerakan Tarbiyah dan KPPSI (Komite Persiapan
Penegakan Syariah Islam). Gerakan Tarbiyah membungkus rangkaian kegiatan
dengan label dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Ketiga, gerakan Salafi-Wahabi yang ingin memurnikan ajaran Islam.
Gerakan Wahabi di Indonesia menggunakan nama salafi untuk mengelabui kaum
muslimin Indonesia yang sudah akrab dengan kata salaf ataupun salafiyah yang
diperintahkan Nabi dan Al-qur’an. Metode antara lain:

6
1. Memberikan beasiswa pada mahasiswa untuk belajar di universitas yang ada di
Arab Saudi.
2. Memberikan dana bantuan pada pesantren dengan tujuan memasukkan paham
wahabi.
3. Mencetak kader dengan berpola pikir wahabi.
4. Membuat situs-situs tanya jawab agama.
Syamsul Bakri, dosen Peradaban Islam STAIN Surakarta, membagi faktor
pendorong munculnya gerakan radikalisme ke dalam 5 faktor:
1. Faktor-faktor sosial-politik. Sebagaimana ungkapan Azyumardi Azra bahwa
memburuknya posisi negara-negara muslim dalam konflik utara-selatan menjadi
penolong utama munculnya radikalisme.
2. Faktor emosi keagamaan. Emosi keagamaan masyarakat adalah sebagai suatu
getaran jiwa yang dapat menggerakkan mereka untuk melakukan aktifitas religi.
3. Faktor kultural. Yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa
terhadap budaya sekularisme Barat.
4. Faktor ideologis anti westernisme. Westernisme merupakan suatu pemikiran
yang membahayakan muslim dalam mengaplikasikan syariat Islam.
5. Faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintah di negara-negara
Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan
kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun
ekonomi dari negara-negara besar.
H. Karakteristik Radikalisme Islam
Adapun karakter atau ciri-ciri tersebut dalam pandangan Nash Hamid Abu Zayd
sebagai berikut.
Pertama, menyatukan antara agama dan pemikiran.
Kedua, teologisasi fenomena sosial dan alam. Semua kejadian yang ada di bumi ini
dikembalikan kepada Tuhan selaku pencipta alam.
Ketiga, interdependensi (ketergantungan) antara salaf dan tradisi (turats). Keempat,
fanatisme pendapat dan menolak dialog.
Kelima, mengingkari dimensi historis. Semua kejadian di masa lalu bukan ciptaan
dari interaksi sosial namun sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa sejarah itu
berubah.10
10
Jamal Ma’murAsmani, Rekontruksi Teologi Radikalisme di Indonesia, Menuju Islam Rahmatan Lil
Alamin, jurnal Wahana Akademika, vol. 4, no. 1, April 2017, 4-5.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah fundamentalisme secara etimologi berasal dari kata “fundamen”,
yang berarti dasar. Secara terminologi, berarti aliran pemikiran keagamaan yang

8
cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis
(tekstual).
Pelacakan historis gerakan fundamentalisme awal dalam Islam bisa
dirujukkan kepada gerakan Khawarij, sedangkan representasi gerakan
fundamentalisme kontemporer bisa dialamatkan kepada gerakan Wahabi Arab
Saudi dan Revolusi Islam Iran. Karakteristik fundamentalisme adalah
skriptualisme, yaitu keyakinan harfiah terhadap kitab suci yang merupakan firman
Tuhan dan dianggap tanpa kesalahan.
Radikalisme adalah paham yang menghendaki adanya perubahan dan
perombakan besar untuk mencapai kemajuan. Gerakan kaum Khawarij muncul di
akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dengan prinsip-prinsipnya yang
radikal inilah kemudian yang sering dijadikan contoh gerakan fundamentalisme
klasik dalam sejarah Islam dan juga menandai terbentuknya gejala takfirisme
(takfiriyah) dalam Islam. Suatu doktrin yang mengkafirkan sesama muslim yang
berbeda dengan mereka, bahkan sampai menghalalkan darahnya.
Faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme dibagi dalam 5 faktor:
Faktor-faktor sosial-politik. Pertama, Faktor emosi keagamaan. Kedua, Faktor
kultural. Ketiga, Faktor ideologis anti westernisme. Keempat, Faktor kebijakan
pemerintah. Karakter atau ciri-ciri radikalisme dalam pandangan Nash Hamid Abu
Zayd sebagai berikut. Pertama, menyatukan antara agama dan pemikiran. Kedua,
teologisasi fenomena sosial dan alam. Ketiga, interdependensi (ketergantungan)
antara salaf dan tradisi (turats). Keempat, fanatisme pendapat dan menolak dialog.
Kelima, mengingkari dimensi historis.
B. Saran
Demikianlah makalah yang berjudul “Pandangan Paham Fundamentalisme Dan
Radikalisme Terhadap Agama Islam” yang penulis buat. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini banayak kekurangan. Maka, kritik dan saran konstruktif
penulis mengharapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah
ini menjadi motivator dan inspiratory bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Kasdi, Fundamentalisme Islam Timur Tengah: Akar Teologi, Kritik


Wacana dan Politisasi Agama, dalam Jurnal Tashwirul Afkar (Jakarta:
LAKPESDAM dan The Asia Foundation, 2004), Edisi No. 13.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet.III.

Frederick M. Denny, Islam and The Muslim Community (New York: Herper &
Row, 1987).

10
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post-Modernisme (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1996).

Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi.

Mukhlas Syarkun dan W Ghorara, “Dunia Islam dalam benturan kepentingan dan
Peradaban” dalam Negara Tuhan; The Thematic Encyclopedia (Jakarta: SR
Ins Publishing, 2004).

Azyumardi Azra, “Fenomena Fundamentalisme dalam Islam” dalam Ulumul


Qur’an No. 3 Vol. IV, 1993.

Abdurrahman Kasdi, “Fundamentalisme Islam Timur Tengah”.


Dikutip dari Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kementerian Agama, Tafsir al-
Qur’an Tematik, jilid 1 (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014).

Muchlis M. Hanafi, “Konsep al-Wasathiyyah dalam Islam”, dalam Harmoni:


Jurnal Multikultural dan Multireligius (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009),
Volume VIII, Nomor 32, Oktober-Desember 2009.

Syamsul Bakri dalam Radikalisme Agama & Tantangan Kebangsaan.

Jamal Ma‟mur Asmani, “Rekontruksi Teologi Radikalisme di Indonesia, Menuju


Islam Rahmatan Lil Alamin”, jurnal Wahana Akademika, vol. 4, no. 1, April
2017.

11

Anda mungkin juga menyukai