Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 7

MENDESKRIPSIKAN MENGENAI DOKTRIN DALAM ISLAM

Mata Kuliah : Metode Sudi Islam

Dosen Pengampu : Fatimawali, S.H.I., M.H

Disusun Oleh : Kelompok 7

Fathimah Inas Assegaf (205150079)


Nadhifa Jamal (205150077)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan
yaitu tentang “MENDESKRIPSIKAN MENGENAI DOKTRIN DALAM
ISLAM”
Semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis
sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada
interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan
karunia dari –Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun
sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu
penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam
lindungan-Nya.

Palu, 28 Oktober 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB 1
PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Doktrin................................................................................5
B. Doktrin Dalam Agama Islam...................................................................5
C. Agama Sebagai Doktrin...........................................................................6
D. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial..................................................7
E. Agama Sebagai Produk Budaya...............................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................10

A. Kesimpulan.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi Islam adalah system fenomena keagamaan Islam. System keagamaan artinya
menkaji konsep-konsep keagamaan baik sebagai nilai maupun doktrin agama
Islam. Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan perilaku
manusia yang berhubungan dengan nilai dan doktrin tadi. Berarti studi Islam
merupakan suatu usaha pengkajian terhadap aspek-aspek keagamaan Islam
maupun aspek sosiologis yang menyangkut fakta-fakta empiris dalam kehidupan
manusia yang timbul akibat dialog antara nilai agama keagamaan dengan realitas
kehidupan manusia.
Islam dapat dikaji, dimana Islam merupakan sebuah doktrin, Islam sebagai produk
budaya dan bahakan Islam juga merupakan produk interaksi social.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Doktrin ?


2. Menguraikan Tentang Doktrin Dalam Islam?
3. Menjelaskan Agama Sebagai Doktrin?
4. Menjelaskan Agama Sebagai Produk?
5. Menjelaskan Agama Sebagai Produk Budaya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mendeskripsikan Pengertian Doktrin


2. Mendeskripsikan Tentang Doktrin Dalam Islam
3. Mendeskripsikan Agama Sebagai Doktrin
4. Mendeskripsikan Agama Sebagai Produk
5. Mendeskripsikan Agama Sebagai Produk Budaya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Doktrin

Kata doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti ajaran. Oleh
karena itu doktrin lebih dikenal dengan dengan ajaran-ajaran yang bersifat absolute
yang tidak boleh diganggu-gugat. Dalam Kamus Ilmiah Populer kata doktrin berarti
dalil-dalil dari suatu ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan di lapangan
bahwa suatu ajaran dalam agama maupun yang lainya pasti mempunyai dasar atau
dalil-dalil.

Pengertian yang sama juga dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
yaitu doktrin adalah ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian
segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan secara bersistem,
khususnya dalam penyusunan kebijakan negara.

B.Doktrin Dalam Agama Islam

Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai
aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin sebagaimana yang
kami akan jelaskan berikut ini. Agama Islam apabila ditelaah dari aspek doktrin maka
yang akan muncul adalah ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang
bisa saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam Islam,
trilogi doktrin (ajaran) Islam biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman,
Islam dan Ihsan.

Keimanan merupakan keyakinan secara mutlak kepada Allah SWT. Elaborasi aspek
keimanan dijabarkan oleh para ulama dalam diskursus akidah atau tauhid. Keyakinan
seorang muwahhid dan mukmin membuahkan sikap penyerahan diri secara total
kepada Allah SWT. untuk melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan
semua larangan-Nya. Sikap semacam ini merupakan hakikat dari Islam yang
kemudian termaktub dalam bingkai syari'ah dan siyasah yang tercakup dalam fiqih.
Sikap ber-Islam seperti ini tentu tak cukup sekedar di bibir, tetapi perlu direalisasikan
dalam amal (tindakan) yang benar dan luhur sebagai hakikat aspek ihsan.
Pengembangan aspek ihsan tercakup dalam bidang akhlak dan tasawuf. Keimanan
merupakan sentral bagi seorang muslim.

5
Dengan keimanan itulah Islam akan teruji dan ia akan mampu menjadi orang yang
baik (ihsan). Antara iman, Islam dan ihsan merupakan konsep yang saling
berhubungan dan kesatuan yang utuh,

tidak bisa dipisah. Pada hakikatnya, iman tetapi belum Islam atau Islam tetapi belum
iman. Atau sudah iman dan Islam tetapi belum menjadi ihsan, hanyalah predikat yang
dikenakan kepada hamba Allah yang belum mampu mengamalkan konsep keimanan.

Antara iman dan Islam memiliki keterkaitan langsung. Ihsan terbentuk dari penerapan
identitas keimanan,kemudian diantara iman dan islam juga terdapat kriteriakriteria ke-
Islaman yang umumnya disebut sebagai syariat dan tarekat. Konsep dasar Islam yaitu
iman, Islam dan ihsan yang menjadi prinsip fundamental agama, tidak hanya sebatas
doktrin (bersifat teologis atau metafisik), tetapi dapat dikembangkan secara dinamis
dalam dunia keilmuan. Iman yang akar katanya a-m-n (damai, aman, tidak
menghadapi bahaya), dapat dikembangkan dalam ilmu ketuhanan dan ilmu yang
menjelaskan tentang hakikat yang ada, yang biasanya dikenal dalam filsafat. Islam,
(syariah) yang menetapkan prinsip-prinsip ibadah dan muamalah berasal dari kata s-l-
m (selamat, menyeluruh, dan terpadu, tidak terpecah), dapat dikembangkan dalam
ilmu yang berhubungan dengan manusia dan alam yang biasanya dikenal sebagai ilmu
sosial, kebudayaan dan iptek. Sementara ihsan yang berasal dari kata h-s-n (membawa
kebaikan, senang, puas, indah dan terpuji), dapat dikembangkan menjadi ilmu
tasawuf.

C.Agama Sebagai Doktrin

terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis. Contoh
dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati gagasan yang tidak praktis.

Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang
sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Mengapa tidak praktis?
Jawabannya adalah karena ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang
dijadikan dasar dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu.

Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut.
Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam
atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.

6
Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat).inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah
al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang
terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas,
yang jumlahnya 114 surah.

Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah. Sekarang ini
kalau kita ingin lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist.
Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh
Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain.

Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun
meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam
realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan
keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.

Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam
dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis
besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara
terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad. Dengan
demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-
tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.

D.Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial

Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai
gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap
dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.

Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran
studi social adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena
Islam. Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah
perilaku dari para pemeluknya.

M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya, pendekatan Studi Islam dalam Teori dan
Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agam yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari atau menstudi suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-naskah atau
sumber ajaran dan symbol-simbol agama. Kedua, para penganut atau pemimpin atau
pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan penghayatan para
penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, seperti shalat,
haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, organisasi-organisasi
keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-lain.

7
Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya
bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari
hubungantimbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi
agam, dan agama mempengaruhi masyarakat. Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang
ini mempelajari bukan masalah timbale balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh
agama terhadap tingkah laku masyarakat. Bagaimana agama sebagai system nlai
mempengaruhi masyarakat. Meskipun kecenderungan sosiologi agama. Beliau
member contoh teologi yang dibangun oleh orang-orang syi`ah, orang-orang khawarij,
orang-orang ahli al-Sunnah wa al-jannah dan lain-lain. Teologi-teologi yang dibangun
oleh para penganut masing-masing itu tidak lepas dari pengaruh pergeseran
perkembangan masyarakat terhadap agama. Persoalan berikutnya adalah bagaimana
lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi social. Dalam menjawab persoalan ini
tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu kealaman, karena
sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang terjadi mengalami keterulangan yang hampir
sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu dapat diuji. Jadi dengan
demikian menstudi Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian social
berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang
tetapi dengan cara memahami keterulangan.

Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivism. Paragdima positivism


dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati
(observable), dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable). Sedangkan
ilmu budaya hanya dapat diamati. Kadang-kadang tidak dapat diukur atau diverifikasi.
Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat
diamati, diukur, dan diverifikasi. Melihat uraian di atas, maka jika Islam dijadikan
sebagai sasaran studi social, maka harus mengikuti paragdima positivism itu, yaitu
dapat diamati gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi. Hanya saja sekarang ini
juga berkembang penelitian kualitatif yang tidak menggunakan paragdima
positivisme. Ini berarti ilmu social itu dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman.
Jika halnya demikian, maka berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik.

Lima hal sebagai gejala agama yang telah disebut di atas kemudian dapat dijadikan
obyek dari kajian Islam dengan menggunakan pendekatan ilmu social sebagaimana
juga telah dungkap diatas.

Masalahnya tokoh agama Islam, penganut agama Islam, interaksi antar umat
beragama, dan lain-lain dapat diangkat menjadi sasaran studi Islam.

8
E.Agama Sebagai Produk Budaya

Kenyataan bahwa agama merupakan produk budaya jelas berimplikasi pada sikap
manusia dalam menghadapinya. Sebagaimana diterangkan oleh Agnostik Indonesia,
nilai-nilai agama menjadi tak perlu lagi untuk disakralkan. Bukan hal yang perlu
ditakuti sedemikian rupa dengan ancaman-ancaman dosa dan neraka.

“Kita tidak bermaksud untuk mengesampingkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung


dalam agama. Namun, dengan memahami hal ini, kita dapat lebih jernih dan bijak
dalam memilah dan mengambil keputusan moral dalam kehidupan kita.”

Karena itu, klaim-klaim usang seperti doktrin keselamatan dan kekafiran dapat segera
manusia tinggalkan. Ini berefek pada pelepasan segala prasangka terhadap sesama
manusia dan menjalani kehidupan secara lebih berwibawa sebagai orang-orang yang
bebas. Oleh sebab agama merupakan produk budaya, maka membuat perbedaan antara
produk agama dan budaya menjadi tidak dimungkinkan.

“Karena ajaran agama pada dasarnya merupakan produk budaya juga. Agama-agama
paling besar di Indonesia adalah produk Timur Tengah.”

Argumen Pembuktian

Berikut ini paparan sejumlah argumen yang membuktikan bahwa agama memang
benar sebagai produk budaya. Bahwa agama tidak akan pernah bisa dilepaskan dari
bingkai sejarah manusia.

1. Bahasa Teks Agama

Sebermula kala, teks-teks agama manampakkan wujudnya melalui bahasa. Dan


kenyataan bahwa bahasa atau tulisan merupakan produk budaya manusia, maka
menjadi satu bukti valid bahwa agama juga produk budaya yang dimaksud.

Konsep tuhan dalam agama dikonstruksi berdasar refleksi manusia. Tuhan


dibayangkan sebagai sesuatu yang berpikir, punya emosi, serta memiliki kehendak
layaknya manusia. Hingga titel-titelnya pun, seperti Bapa, Raja, Tuan, semuanya
bersumber pada sistem hierarki dalam kehidupan sosial.

Terdapat pula fitur-fitur budaya macam pedang dan seruling. Misalnya, malaikat
dicontohkan membawa pedang atau dewa yang bermain-main dengan seruling. Lagi-
lagi ini contoh valid bagaimana makhluk-makhluk ilahi ternyata menggunakan benda-
benda penemuan manusia.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam sebagai doktrin, di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu
wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati
al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).

Agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu
tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara
keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam
kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari.Sebagaimana pula terlihat dalam
hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami
bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya.Islam sebagai sasaran
studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala social. Hal ini
menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan
serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?q=http://etheses.iainkediri.ac.id/576/3/903100709-
bab2.pdf&usg=AFQjCNHnAPhS7s5X-C3upxN62lBWij9sIg

https://www.google.com/url?q=http://kaksus2310.blogspot.com/2012/06/agama-
sebagai-doktrin-agama-sebagai.html%3Fm%3D1&usg

=AFQjCNFAwVP9DOizC1MGKNoC5SFn6JwO1Q

https://www.google.com/url?q=https://nalarpolitik.com/agama-adalah-produk-
budaya/&usg=AFQjCNFROeDhGB2IuJrB4Qoiu60JCr7Mbg

https://www.google.com/search?q=agama+sebagai+produk&authuser=2

11

Anda mungkin juga menyukai