DOSEN PENGAMPU :
Bpk. Abduh Fauzan Al-Fatih, Spdi
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Abduh Fauzan Al-Fatih beliau selaku Dosen dalam mata kuliah Pengantar Studi
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi Islam secara mendalam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Abduh Fauzan Al-Fatih
selaku Dosen dari mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan makalah
ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara
aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti
sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional
menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala
pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis
dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang
secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang
timbul.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN
Dalam istlah Bahasa Arab,Islam sering disebut dengan dinul Islam. Kata dinul
islam tersusun atas dua kata, yakni din dan Islam. Din dalam Bahasa Arab berarti
menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Sedangkan kata Islam berasal dari akar
kata kerja salima yang berarti selamat, mendamaikan, dan Sejahtera. Pendapat ini
dipegangi oleh hampir semua ahli, khususnya para ulama Islam. Kata tersebut kemudian
dibentuk mutaadi, (transitif) menjadi aslama yang berarti memelihara diri, tunduk, patuh,
dan taat. Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan Muslim. Orang
tersebut telah dinyatakan taat, berserah diri, dan patuh kepada Allah SWT.
Secara eksistensial, Islam merupakan nama agama. Islam adalah agama Allah
SWT. Yang di wahyukan kepada Rosul-Nya guna diajarkan kepada manusia sebagai
sebuah agama. Islam merupakan tuntutan kebutuhan seluruh umat manusia yang
digunakan sebagai pedoman hidup, baik bagi kehidupan duniawi maupun kehidupan
sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan
dengan sang Khalik serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengann makhluk,
termasuk didalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, studi agama memosisikan agama sebagai sasaran
atau objek studinya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa objek yang menjadi sasaran
kajian Islam (Islamic studies) adalah agama Isalam itu sendiri dalam berbagai aspeknya
dan berbagai mazhab alirannya, ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah dalam arti
sempit, akan tetapi juga meliputi interaksi sosial kemasyarakatan secara luas.
Islam sebagai objek kajian, diarahkan kepada dua hal sebagai berikut :
1. Islam yang bermuara kepada ketundukan atau berserah diri kepada Allah SWT.
2. Islam bermula pada kedamaian, dimana makhluk hidup diciptakan dari satu
sumber, yakni Allah SWT. Manusia juga berasal dari satu keturunan yang sama,
yakni Adam Dan Hawa.
3
2.2. PENGERTIAN STUDI ISLAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) studi berarti penelitian ilmiah,
kajian, atau telaahan. Kata ‘studi’ berasal dari Bahasa Inggris (study) yang kemudian
diambil kata serapannya dalam Bahasa Indonesia yang berarti mempelajari atau
mengkaji. Adapun secara Terminologi, studi merupakan suatu aktivitas dimana terdapat
sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,dan tidak
bisa menjadi bisa. Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab,
yakni “dirosah Islamiyah”. Adapun secara terminologis, studi Islam merupakan kajian
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memaknai, dan menganalisis secara mendalam
hal-hal yang berkaitan dengan Islam., sumber ajaran Islam, Sejarah Islam, maupu realitas
Terdapat beberapa istilah yang mempunyai arti hampir sama dan menunjukkan
tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni theoretical framework, conceptual
framework, approach, perspective, point of view dan paradigma. Semua istilah ini dapat
diartikan sebagai cara memandang dan cara menjelaskan sesuatu gejala atau peristiwa.
Pengertian pendekatan memiliki dua orientasi, yakni:
b. Berarti ”cara menghampiri” atau “memandang fenomena (budaya dan sosial)”, artinya
menjadi “perspektif” atau “sudut pandang”.
c. Berarti “disiplin ilmu”, sehingga pendekatan menggunakan teori atau teori-teori dari
disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pendekatan.
Dengan melalui pendekatan, maka kehadiran agama (Islam) dapat dipahami oleh
manusia sehingga Islam dapat berfungsi sebagai solusi masalah dan aturan yang
menyelamatkan manusia.
4
Dalam melakukan studi terhadap Islam, diperlukan pendekatan dan metode yang tepat
agar dihasilkan suatu kesimpulan mengenai Islam dalam keseluruhan aspek ajarannya
secara tepat pula.
2. Pendekatan Antropologis
3. Pendekatan Sosiologis
4. Pendekatan Filosofis
5. Pendekatan Historis
6. Pendekatan Psikologis
7. Ideologis Komprehensif
Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama (Islam) dapat
difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan (approach). Pada prinsipnya,
masing-masing pendekatan bertujuan untuk meneliti dan mengkaji masalah-masalah
yang spesifik dari berbagai masalah keagamaan, dan juga memiliki metode penelitian
yang khas yang disesuaikan dengan masalah yang ditelitinya. Namun demikian, dalam
hubungan ini, Hasan Bisri (1997:32) mengemukakan bahwa pendekatan apapun yang
digunakan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi dapat difahami
bahwa, tidak ada satu pendekatan pun yang utuh dan sempuma.
Secara umum, sejarah mempunyai dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti
subyektif, dan sejarah dalam arti obyektif. Menurut materinya (subject-matter)nya,
sejarah dapat dibedakan atas:
c) Tematis (ada sejarah sosial politik, sejarah kota, agama, seni dll)
Sebuah studi atau penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang kontemporer,
sebenamya merupakan kombinasi antara analisa dari aktor dan peneliti, sehingga
merupakan suatu realitas dari hari lampau yang konon utuh. Metode sejarah
menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soerjono
6
Soekanto (1969:30), pendekatan historis mempergunakan analisa atas peristiwa-
peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode ini dapat
dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal pengamalan, yang
disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan Muslim”. Metode ini biasanya
dikombinasikan dengan metode komparative (perbandingan). Contohnya ialah seperti
yang digunakan oleh Geertz yang membandingkan bagaimana Islam berkembang di
Indonesia (Jawa) dan di Maroko.
pelaksanaan sebuah aturan, ajaran dan ideologi tertentu. Namun ia tetaplah bersifat
subjektif, artinya dia tidak bisa menjadi kaidah atau sumber hukum. Kecuali sejarah yang
diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah tersebut bukan diambil dari
pandangan orang kafir dan orientalis. Jika hal ini dilanggar maka studi Islam akan
menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’ dan ‘fitnah’ semata.
3. Pendekatan Antropologis
membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik pendekatan dan
metode ini yang terlalu berpijak pada teori-teori barat dan bahkan menjauhi metodologi
Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.
4. Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan
7
aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok
yang satu dengan yang lain. Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam
memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan
sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan
yang lain.
Secara praktis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebaikan? Dari dua spektrum
inilah kemudian filsafat merambah ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus
memberikan tawaran-tawaran solutifnya. Karena itu, dalam konteks inilah, Ibn Qayyim
8
al-Jauziyah (w.751 H/1350 M) berkesimpulan, bahwa filsafat adalah paham (isme) di luar
agama para nabi. Ditambah lagi, filsafat memang ajaran yang murni dihasilkan oleh akal
manusia. Jika demikian faktanya, maka jelas filsafat itu—baik sebagai ajaran maupun
pengetahuan—tidak ada dalam Islam. Sebab, Islam telah mengajarkan tentang al-haq
(kebenaran) dan al-khair (kebaikan), termasuk cara pandang yang khas tentang keduanya.
Bukan hanya itu, Islam juga telah menjelaskan hakikat dan batasan akal, metode berpikir
dan pemikiran yang dihasilkannya.
6. Pendekatan Psikologis
Psikologi mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamati. Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai penerapan
metode- metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakinan dan pemahaman
keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata
lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan keagamaan dengan menggunakan
paradigma dan teori- teori psikologis dalam memahami agama dan sikap keagamaan
seseorang.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara
mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak
akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang,
melainkan dengan mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat
pengaruhnya dalam perilaku penganutnya. Pendekatan ini dapat dilakukan ketika
berhadapan dengan masalah sikap dan perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk
agama. Penerapan pendekatan ini dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada
pengaruh yang ditimbulkan oleh ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak
setelah ibadah tersebut dilakukan.
9
psikologis bisa dianggap bahwa ajaran Islam itulah yang membolehkan prostitusi.
Disinilah letak kelemahan pendekatan psikologis.
Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak
terpengaruh pandangan subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (ad-din) yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢuntuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya. Islam
adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam konteks ini adalah
keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat serta Qadha dan Qadar,
yang baik dan buruknya hanya dari Allah swt semata.
Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur
seluruh masalah manusia. Syariat Islam sendiri berisi aturan (sistem) yang bisa
diklasifikasikan:
2) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan dirinya sendiri, seperti
hukum terkait pakaian, makanan, minuman, dan juga hukum seputar akhlak, yang
mencerminkan sifat dan tingkah-laku seseorang;
3) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan dengan orang lain, seperti masalah
bisnis-perdagangan, pendidikan, sosial- masyarakat, pemerintahan, politik, sanksi
hukum-peradilan dan lain-lain.
Karena itu pendekatan Ideologis komprehensif ini adalah sebuah cara memahami
Islam yang dimulai dari sebuah pandangan bahwa Islam adalah sebuah Ideologi artinya
Islam mengurusi seluruh urusan kehidupan, sehingga harus diterapkan dalam kehidupan.
Metodologi ini menggunakan pendekatan yang integral dimana semua ilmu keislaman
original dikerahkan, mulai dari ilmu tauhid, ulumul quran, ulumul hadits, fikih, ushul
fikih, bahasa arab, dan lain sebagainya.
Pendekatan ini juga sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang dikembangkan para
ulama muktabar. Maka dari itu pendekatan ini cocok untuk ajaran Islam. Pendekatan ini
dikenalkan oleh pemikir muslim, Dr. Samih Athif az-Zain dalam beberapa karyanya.
10
STUDI ISLAM : METODOLOGI STUDI ISLAM
1. Pengkajian (study)
2. Penggambaran (dskripsi)
3. Penjelasan (eksplanasi)
4. Pembenaran (justifikasi)
Istilah studi berasal dari bahasa inggris yaitu study artinya mempelajari atau mengkaji,
sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah studi mempunyai makna
penelitian ilmiah, kajian, dan telaahan. Dalam hal ini yang dimaksud studi berarti
pengkajian islam secara ilmiah dalam segala aspeknya, mulai dari teori maupun
prakteknya.
Istilah islam berasal dari bahasa Arab dari kata salima atau aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk dan berserah. Aslama juga mengandung arti kepatuhan,
ketundukan, dan berserah orang yang tunduk, patuh dan berserah diri kepada ajaran Islam
disebut muslim, dan akan selamat dunia akhirat. Secara istilah, Islam adalah nama sebuah
agama samawi yang disampaikan melalui para Rasul Allah, khususnya Rasulullah
Muhammad SAW, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Islam juga dimaknai sebagai
agama dengan ajaran yang sangat luhur dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama
samawi sebelumnya yang membawa misi rahmatan lil’alamin.
11
Dari berbagai definisi tiap istilah tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa Metodologi
Studi Islam memiliki makna sebagai ilmu yang berisi cara dan jalan untuk memahami
kajian Islam secara ilmiah dan terstruktur untuk mendapatkan pemahaman terhadap
ajaran islam yang holisik dengan tujuan utama sebagai rahmatan lill’alamiin.1
Istilah studi islam dalam bahasa inggris adalah Islamic Studies. Secara sederhana
dimaknai sebagai kajian islam. Studi islam berasal dari dua kata, yaitu studi dan islam.
Studi adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi,
mendapatkan pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan keterampilan seseorang.
Sedangkan islam berasal dari kata aslama yang penurut dan patuh. Jadi studi islam adalah
upaya untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan islam. Studi islam adalah suatu
pembelajaran yang dikaitkan atau berkaitan dengan kajaian-kajian islam atau keagamaan.
Kajian keislaman (Islamic Studies) yang dilakukan oleh kaum orientalis tidak terlepas
pula pada pendekatan disiplin ilmu yang dipergunakan. Dikenal dalam kajian orientalis
dimana para orientalis mulai sangat dalam kajian mengujudkan Kristen sebagai agama
orosinal dari Tuhan (sebagai agama wahyu) dengan pendekatan teologis sehingga mereka
memiliki objektivitas ilmiah. 2
1
Rohimat, Asep Maulana, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara,2018), h. 1-4.
2
Al-Hasyimi, Ali Muhammad. Pribadi Islami dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. (Yogyakarta: Mitra
Pustaka,2000), h. 14.
12
dari selirih pandangan yang ada. Bukan dari satu tinjauan madzhab saja. Harus ada
komparasi antara mazdhab sehingga menghasilkan kajian fiqh sholat yang komprehensif.
Fungsi dari Metodologi Studi Islam adalah membentuk pemikiran seseorang yang
lebih toleran tidak kaku dan tidak mudah menyalahkan pendapat orang lain yang berbeda
namun mempunyai keyakinan tersendiri atas pemikiran pribadinya yang berdasar atas
kajian ilmu. Seorang akademis yang yang mamahami metodologi studi islam akan
mempunyai penglihatan keilmuan yang holistic dan moderat. Juga menggunakan akal
pikiran yang sehat yeng bersumber dari kekuatan cahaya kebenaran objektif (bashiroh)
bukan hasil dari desakan hawa nafsu yang pasti akan melahirkan subjektifitas yang sangat
kuat.3
Studi islam memiliki tujuan untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, menjelaskan spirit (jiwa) berupa pesan moral dan value yang
terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respon islam terhadap berbagai
pradigma baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta munculnya filsafat dan ideology baru serta hubungan islam dengan visi
misi dan tujuan ajaran islam.
Studi islam merupakan sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam
dan segala bentuk seluk beluk yang berhubungan dngan agama islam. Studi islam ini
mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus menunjukkan arah studi islam tersebut.
Dengan arah dan tujuan yang jelas, dengan sendirinya studi islam merupakan usaha sadar
dan tersusun secara sistematis.
3
Rohimat, Asep Maulana, Metodologi Studi Islam, h. 5
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus
digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches)
ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian.
Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, kami kelompok satu, mendasarkan
bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan
yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena
itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi,
atau penelitian legalistik.
3.2. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para pembaca sekalian
mau memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
14
DAFTAR PUSAKA
iii