Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDEKATAN STUDI ISLAM DAN


METODOLOGI STUDI ISLAM
MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


1. Sri Adji Putrawardana (23.02.01.0002)
2. Shinta Wijaya Putri (23.02.01.0007)
3. Neng Putri (23.02.01.0005)

DOSEN PENGAMPU :
Bpk. Abduh Fauzan Al-Fatih, Spdi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pendekatan Studi Islam dan
Metodologi Studi Islam tepat waktu. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Abduh Fauzan Al-Fatih beliau selaku Dosen dalam mata kuliah Pengantar Studi
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi Islam secara mendalam.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Abduh Fauzan Al-Fatih
selaku Dosen dari mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan makalah
ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya,


Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
dengan terselesaikannya makalah tentang Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi
Islam ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Bogor, 25 Oktober 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

1.1 Latar belakang masalah......................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

2.1 Islam sebagai objek kajian .................................................................................... 3


2.2 Pengertian Studi Islam .......................................................................................... 4
2.3 Indentifikasi Pendekatan Studi Islam.................................................................... 4
2.4 Berbagai Pendekatan Studi Islam ......................................................................... 5
2.5 Pengertian Metodologi Studi Islam .................................................................... 11
2.6 Tujuan Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi Islam ............................ 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14


3.2 Saran ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iii

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,


sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya yaitu Al-qur’an dan Hadits
tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap
terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-
feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia
dan bersikap positif lainnya.

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara
aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti
sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional
menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala
pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis
dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang
secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang
timbul.

Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan. Hal


demikian perlu dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara
fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Berbagai pendekatan tersebut
meliputi pendekatan teologis, normative, antropologis, sosiologis, psikologis,
historis dan pendekatan filosofis, serta pendekatan-pendekatan lainnya. Adapun
yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama.

Pendekatan dalam studi islam yaitu pendekatan filosofis dan sosiologis


sangat menarik untuk dikaji. Sehingga pada kesempatan kali ini penulis akan
mengkaji pendekatan dalam studi Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian Pendekatan Studi Islam?


b. Bagaimana mengindentifikasi pendekatan dalam Studi Islam?
c. Apakah pengertian Metodologi dalam Studi Islam?
d. Apa tujuan dari Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi Islam?

1.3 Tujuan Masalah

Secara umum pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


pengantar Studi Islam dalam menerangkan pendekatan studi Islam dan
metodologi studi Islam serta memberikan gambaran umum tentang pendekatan
studi Islam dan metodologi studi Islam.
Secara khusus tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian Pendekatan Studi Islam
b. Agar dapat mengindentifikasi pendekatan dalam Studi Islam
c. Mengetahui tentang pendekatan Metodologi dalam Studi Islam dan
d. Mengetahui tujuan dari Pendekatan Studi Islam dan Metodologi
Studi Islam

2
BAB II PEMBAHASAN

STUDI ISLAM : PENDEKATAN STUDI ISLAM

2.1. ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN

Dalam istlah Bahasa Arab,Islam sering disebut dengan dinul Islam. Kata dinul
islam tersusun atas dua kata, yakni din dan Islam. Din dalam Bahasa Arab berarti
menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Sedangkan kata Islam berasal dari akar
kata kerja salima yang berarti selamat, mendamaikan, dan Sejahtera. Pendapat ini
dipegangi oleh hampir semua ahli, khususnya para ulama Islam. Kata tersebut kemudian
dibentuk mutaadi, (transitif) menjadi aslama yang berarti memelihara diri, tunduk, patuh,
dan taat. Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan Muslim. Orang
tersebut telah dinyatakan taat, berserah diri, dan patuh kepada Allah SWT.

Secara eksistensial, Islam merupakan nama agama. Islam adalah agama Allah
SWT. Yang di wahyukan kepada Rosul-Nya guna diajarkan kepada manusia sebagai
sebuah agama. Islam merupakan tuntutan kebutuhan seluruh umat manusia yang
digunakan sebagai pedoman hidup, baik bagi kehidupan duniawi maupun kehidupan
sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan
dengan sang Khalik serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengann makhluk,
termasuk didalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, studi agama memosisikan agama sebagai sasaran
atau objek studinya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa objek yang menjadi sasaran
kajian Islam (Islamic studies) adalah agama Isalam itu sendiri dalam berbagai aspeknya
dan berbagai mazhab alirannya, ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah dalam arti
sempit, akan tetapi juga meliputi interaksi sosial kemasyarakatan secara luas.

Islam sebagai objek kajian, diarahkan kepada dua hal sebagai berikut :

1. Islam yang bermuara kepada ketundukan atau berserah diri kepada Allah SWT.

2. Islam bermula pada kedamaian, dimana makhluk hidup diciptakan dari satu
sumber, yakni Allah SWT. Manusia juga berasal dari satu keturunan yang sama,
yakni Adam Dan Hawa.

3
2.2. PENGERTIAN STUDI ISLAM

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) studi berarti penelitian ilmiah,
kajian, atau telaahan. Kata ‘studi’ berasal dari Bahasa Inggris (study) yang kemudian
diambil kata serapannya dalam Bahasa Indonesia yang berarti mempelajari atau
mengkaji. Adapun secara Terminologi, studi merupakan suatu aktivitas dimana terdapat
sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,dan tidak
bisa menjadi bisa. Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab,
yakni “dirosah Islamiyah”. Adapun secara terminologis, studi Islam merupakan kajian
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memaknai, dan menganalisis secara mendalam
hal-hal yang berkaitan dengan Islam., sumber ajaran Islam, Sejarah Islam, maupu realitas

pelaksanaannya dalam kehidupan manusi

2.3. IDENTIFIKASI PENDEKATAN STUDI ISLAM

Terdapat beberapa istilah yang mempunyai arti hampir sama dan menunjukkan
tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni theoretical framework, conceptual
framework, approach, perspective, point of view dan paradigma. Semua istilah ini dapat
diartikan sebagai cara memandang dan cara menjelaskan sesuatu gejala atau peristiwa.
Pengertian pendekatan memiliki dua orientasi, yakni:

a) Masih terbagi tiga, yakni :

a. Berarti ”dipandang” atau ”dihampiri dengan”, artinya menjadi paradigma.

b. Berarti ”cara menghampiri” atau “memandang fenomena (budaya dan sosial)”, artinya
menjadi “perspektif” atau “sudut pandang”.

c. Berarti “disiplin ilmu”, sehingga pendekatan menggunakan teori atau teori-teori dari
disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pendekatan.

Dengan melalui pendekatan, maka kehadiran agama (Islam) dapat dipahami oleh
manusia sehingga Islam dapat berfungsi sebagai solusi masalah dan aturan yang
menyelamatkan manusia.

4
Dalam melakukan studi terhadap Islam, diperlukan pendekatan dan metode yang tepat
agar dihasilkan suatu kesimpulan mengenai Islam dalam keseluruhan aspek ajarannya
secara tepat pula.

Berikut beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam memahami Islam :

1. Pendekatan Teologis (Normatif)

2. Pendekatan Antropologis

3. Pendekatan Sosiologis

4. Pendekatan Filosofis

5. Pendekatan Historis

6. Pendekatan Psikologis

7. Ideologis Komprehensif

2.4. BERBAGAI PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama (Islam) dapat
difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan (approach). Pada prinsipnya,
masing-masing pendekatan bertujuan untuk meneliti dan mengkaji masalah-masalah
yang spesifik dari berbagai masalah keagamaan, dan juga memiliki metode penelitian
yang khas yang disesuaikan dengan masalah yang ditelitinya. Namun demikian, dalam
hubungan ini, Hasan Bisri (1997:32) mengemukakan bahwa pendekatan apapun yang
digunakan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi dapat difahami
bahwa, tidak ada satu pendekatan pun yang utuh dan sempuma.

Hal ini bisa bersumber dari manusianya, baik karena keterbatasan-keterbatasan


dalam memahami peraturan dan menangkap gejala yang dihadapi, maupun karena
kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan. Berikut ini, akan dikemukakan
tentang beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam studi Islam.

1. Pendekatan Teologis Normatif

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat


diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu
Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu
keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya.
5
Pendekatan normatif dapat diartikan studi Islam yang memandang masalah dari sudut
legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain, pendekatan normatif lebih
melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Al Qur’an dan Hadits.

Menurut Hadidjah dan Karman al-Kuninganiy (2008:56) pendekatan normatif


mempunyai cakupan sangat luas. Pada umumnya pendekatan yang digunakan oleh ahli
ushul fikih (ushuliyyin), ahli hukum Islam (fuqaha) dan ahli tafsir (mufassirin) dan ahli
hadits (muhaditsin) yang berusaha menggali aspek legal-formal ajaran Islam dari
sumbernya selalu menggunakan pendekatan normatif.

Kekurangan pendekatan teologis antara lain bersifat eksklusif-dogmatis, tidak


mau mengakui agama lain dan sebagainya. Kekurangan ini dapat diatasi dengan cara
melengkapinya dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan lainnya. Sedangkan
kebihannya, melalui pendekatan teologis normatif ini, seseorang memiliki sikap militansi
dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada yang diyakininya sebagai yang benar
tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya. Sehingga, umat Islam tidak hanya
memahami Islam melalui pendekatan teologis saja, agar pemahaman tentang Islam
menjadi integral, universal, dan komprehensif. Yakni, mampu menjelaskan solusi secara
faktual dan empiris atas masalah dengan tetap menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai
ukuran (panduan berfikir), akan tetapi pemecahan masalah kekinian dapat dicapai.
Namun pendekatan ini biasanya berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin semata.

2. Pendekatan Historis (Sejarah)

Secara umum, sejarah mempunyai dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti
subyektif, dan sejarah dalam arti obyektif. Menurut materinya (subject-matter)nya,
sejarah dapat dibedakan atas:

a) Daerah (Asia, Eropa, Amerika, Asia Tenggara, dan sebagainya)

b) Zaman, (misalnya zaman kuno, zaman pertengahan modern)

c) Tematis (ada sejarah sosial politik, sejarah kota, agama, seni dll)

Sebuah studi atau penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang kontemporer,
sebenamya merupakan kombinasi antara analisa dari aktor dan peneliti, sehingga
merupakan suatu realitas dari hari lampau yang konon utuh. Metode sejarah
menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soerjono

6
Soekanto (1969:30), pendekatan historis mempergunakan analisa atas peristiwa-
peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode ini dapat
dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal pengamalan, yang
disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan Muslim”. Metode ini biasanya
dikombinasikan dengan metode komparative (perbandingan). Contohnya ialah seperti
yang digunakan oleh Geertz yang membandingkan bagaimana Islam berkembang di
Indonesia (Jawa) dan di Maroko.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sejarah sebenarnya hanya merupakan gambaran

pelaksanaan sebuah aturan, ajaran dan ideologi tertentu. Namun ia tetaplah bersifat
subjektif, artinya dia tidak bisa menjadi kaidah atau sumber hukum. Kecuali sejarah yang
diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah tersebut bukan diambil dari
pandangan orang kafir dan orientalis. Jika hal ini dilanggar maka studi Islam akan
menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’ dan ‘fitnah’ semata.

3. Pendekatan Antropologis

Dalam konteksnya sebagai metodologi, Antropologi merupakan ilmu tentang


masyarakat dengan bertitik tolak dari unsur-unsur tradisional, mengenai aneka warna,
bahasa-bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya, dan mengenai dasar
dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat.

Memahami Islam secara antropologis memiliki makna memahami Islam dengan


mengungkap tentang asal-usul manusia yang berbeda dengan pandangan Teori Evolusi
(The Origin of Species)nya Charles Darwin. Bisa juga memahami misalnya, tentang kisah
Ashabul Kahfi yang tidur (baca: ditidurkan oleh Allah) selama kurang lebih 309 tahun.
Ini merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti melalui pendekatan
antropologis. Namun pendekatan ini penggunaannya bersifat asumtif sehingga tidak bisa

membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik pendekatan dan
metode ini yang terlalu berpijak pada teori-teori barat dan bahkan menjauhi metodologi
Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.

4. Pendekatan Sosiologis

Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan

7
aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok
yang satu dengan yang lain. Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam
memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan
sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan
yang lain.

Namun pendekatan ini juga, lagi-lagi penggunaannya bersifat asumtif sehingga


tidak bisa membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik
pendekatan dan metode ini yang terlalu berpijak pada teori-teori barat dan bahkan
menjauhi metodologi Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar. Bahkan pendekatan
sosiologis ini bisa menyebabkan pragmatisme dalam memahami Islam, atau Islam hanya
diamalkan jika bermanfaat saja, bukan semata-mata menjalankan perintah Allah.

5. Pendekatan (Metode) Filosofi

Metode filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang


universal dengan meneliti akar permasalahannya. Metode ini bersifat mendasar dengan
cara radikal dan integral, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat
sesuatu). Harun Nasution (1979:36) mengemukakan bahwa berfilsafat intinya adalah
berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak terikat kepada
apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar. Metode ini sangat lemah,
sebagaimana dikemukakan Arkoun (1994:55) bahwa sikap filsafat mengurung diri dalam
batas-batas anggitan (susunan) dan metodologi yang telah ditetapkan oleh nalar mandiri
secara berdaulat. Selain itu, terkesan metode filsafat ini melakukan pemaksaan gagasan-
gagasan.

Hal ini dikemukakan Amal dan Panggabean (1992:19), gagasan-gagasan yang


dipaksakan terlihat dalam penjelasan para filosof Muslim mengenai kebangkitan manusia
di akhirat kelak. Kemudian, sejumlah besar gagasan asing lainnya telah disampaikan oleh
para filosof ke dalam Alquran ketika membahas tentang kekekalan dunia, doktrin
kenabian, dan lain-Iain. Disamping itu, filsafat sejatinya bukan merupakan pengetahuan
semata, tetapi juga merupakan cara pandang tentang berbagai hal, baik yang bersifat
teoritis maupun praktis. Secara teoritis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebenaran?

Secara praktis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebaikan? Dari dua spektrum
inilah kemudian filsafat merambah ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus
memberikan tawaran-tawaran solutifnya. Karena itu, dalam konteks inilah, Ibn Qayyim

8
al-Jauziyah (w.751 H/1350 M) berkesimpulan, bahwa filsafat adalah paham (isme) di luar
agama para nabi. Ditambah lagi, filsafat memang ajaran yang murni dihasilkan oleh akal
manusia. Jika demikian faktanya, maka jelas filsafat itu—baik sebagai ajaran maupun
pengetahuan—tidak ada dalam Islam. Sebab, Islam telah mengajarkan tentang al-haq
(kebenaran) dan al-khair (kebaikan), termasuk cara pandang yang khas tentang keduanya.
Bukan hanya itu, Islam juga telah menjelaskan hakikat dan batasan akal, metode berpikir
dan pemikiran yang dihasilkannya.

6. Pendekatan Psikologis

Psikologi mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamati. Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai penerapan
metode- metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakinan dan pemahaman
keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata
lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan keagamaan dengan menggunakan
paradigma dan teori- teori psikologis dalam memahami agama dan sikap keagamaan
seseorang.

Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara
mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak
akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang,
melainkan dengan mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat
pengaruhnya dalam perilaku penganutnya. Pendekatan ini dapat dilakukan ketika
berhadapan dengan masalah sikap dan perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk
agama. Penerapan pendekatan ini dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada
pengaruh yang ditimbulkan oleh ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak
setelah ibadah tersebut dilakukan.

Pendekatan ini nampak bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak


komprehensif, bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk agama
yang belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri. Pendekatan seperti ini bisa
menyebabkan orang yang memandang Islam malah salah paham, misal : jika sebuah
masyarakat mayoritas muslim, lalu disana ada prostitusi, dan mungkin yang melakukan
kemesuman dan maksiat tersebut bisa jadi orang Islam, maka dengan pendekatan

9
psikologis bisa dianggap bahwa ajaran Islam itulah yang membolehkan prostitusi.
Disinilah letak kelemahan pendekatan psikologis.

7. Pendekatan Ideologis Komprehensif

Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak
terpengaruh pandangan subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (ad-din) yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad ‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬untuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya. Islam
adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam konteks ini adalah
keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat serta Qadha dan Qadar,
yang baik dan buruknya hanya dari Allah swt semata.

Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur
seluruh masalah manusia. Syariat Islam sendiri berisi aturan (sistem) yang bisa
diklasifikasikan:

1) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan Penciptanya (Allah


swt), seperti ibadah, baik shalat, puasa, zakat, haji-umrah, termasuk jihad;

2) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan dirinya sendiri, seperti
hukum terkait pakaian, makanan, minuman, dan juga hukum seputar akhlak, yang
mencerminkan sifat dan tingkah-laku seseorang;

3) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan dengan orang lain, seperti masalah
bisnis-perdagangan, pendidikan, sosial- masyarakat, pemerintahan, politik, sanksi
hukum-peradilan dan lain-lain.

Karena itu pendekatan Ideologis komprehensif ini adalah sebuah cara memahami
Islam yang dimulai dari sebuah pandangan bahwa Islam adalah sebuah Ideologi artinya
Islam mengurusi seluruh urusan kehidupan, sehingga harus diterapkan dalam kehidupan.
Metodologi ini menggunakan pendekatan yang integral dimana semua ilmu keislaman
original dikerahkan, mulai dari ilmu tauhid, ulumul quran, ulumul hadits, fikih, ushul
fikih, bahasa arab, dan lain sebagainya.

Pendekatan ini juga sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang dikembangkan para
ulama muktabar. Maka dari itu pendekatan ini cocok untuk ajaran Islam. Pendekatan ini
dikenalkan oleh pemikir muslim, Dr. Samih Athif az-Zain dalam beberapa karyanya.

10
STUDI ISLAM : METODOLOGI STUDI ISLAM

2.5. Pengertian Metodologi Studi Islam


Meteodologi berasal dari dua suku kata yaitu metode dan logi. Metode difinisikan
secara bahasa berasal dari method artinya cara, jalan, arti lainnya dalah cara yang teratur
dan terfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan istilah logi/loghos mempurnyai arti ilmu. Jika digabungkan menjadi
metodologi yang mempunyai arti ilmu berupa cara atau jalan dalam memahami sesuatu.
Metodologi diartikan secara sederhana dengan maksud sebagai ilmu tentang metode atau
uaraian tentang metode.

Menurut Abraham Kaflan yang dikutip Abuy Sodikin menjelaskan bahwa


metodologi bisa dipahami sebagai pengkajian dengan penggambaran (deskripsi),
penjelasan (eksplanasi), dan pembenaran (justifikasi). Merujuk definisi tersebut,
metodologi mengandung unsure-unsur :

1. Pengkajian (study)
2. Penggambaran (dskripsi)
3. Penjelasan (eksplanasi)
4. Pembenaran (justifikasi)

Istilah studi berasal dari bahasa inggris yaitu study artinya mempelajari atau mengkaji,
sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah studi mempunyai makna
penelitian ilmiah, kajian, dan telaahan. Dalam hal ini yang dimaksud studi berarti
pengkajian islam secara ilmiah dalam segala aspeknya, mulai dari teori maupun
prakteknya.

Istilah islam berasal dari bahasa Arab dari kata salima atau aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk dan berserah. Aslama juga mengandung arti kepatuhan,
ketundukan, dan berserah orang yang tunduk, patuh dan berserah diri kepada ajaran Islam
disebut muslim, dan akan selamat dunia akhirat. Secara istilah, Islam adalah nama sebuah
agama samawi yang disampaikan melalui para Rasul Allah, khususnya Rasulullah
Muhammad SAW, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Islam juga dimaknai sebagai
agama dengan ajaran yang sangat luhur dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama
samawi sebelumnya yang membawa misi rahmatan lil’alamin.

11
Dari berbagai definisi tiap istilah tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa Metodologi
Studi Islam memiliki makna sebagai ilmu yang berisi cara dan jalan untuk memahami
kajian Islam secara ilmiah dan terstruktur untuk mendapatkan pemahaman terhadap
ajaran islam yang holisik dengan tujuan utama sebagai rahmatan lill’alamiin.1

Istilah studi islam dalam bahasa inggris adalah Islamic Studies. Secara sederhana
dimaknai sebagai kajian islam. Studi islam berasal dari dua kata, yaitu studi dan islam.
Studi adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi,
mendapatkan pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan keterampilan seseorang.
Sedangkan islam berasal dari kata aslama yang penurut dan patuh. Jadi studi islam adalah
upaya untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan islam. Studi islam adalah suatu
pembelajaran yang dikaitkan atau berkaitan dengan kajaian-kajian islam atau keagamaan.

Kajian keislaman (Islamic Studies) yang dilakukan oleh kaum orientalis tidak terlepas
pula pada pendekatan disiplin ilmu yang dipergunakan. Dikenal dalam kajian orientalis
dimana para orientalis mulai sangat dalam kajian mengujudkan Kristen sebagai agama
orosinal dari Tuhan (sebagai agama wahyu) dengan pendekatan teologis sehingga mereka
memiliki objektivitas ilmiah. 2

2.6. Tujuan Pendekatan Studi Islam dan Metodologi Studi Islam


Tujuan dipelajarinya Pendekatan dan Metodologi Studi Islam adalah untuk
memberikan alat berfikir kepada kita dalam mempelajari Islamic Studies guna
mendapatkan hasil kajian yang sistematis. Sehingga mempelajari islam dalam segala
aspeknya di perguruan tinggi adalah berbentuk kajian ilmiah bukan seperti pengkajian
klasik yang biasa dilakukan di majelis taklim masyarakat.

Perbedaan pengkajian dengan pengajian adalah terletak pada metodenya. Jika di


pengkajian itu hanya membahas sebuah topic ilmu islam yang dilihat dari satu sisi
pemahaman saja, missal seorang ustadz/penceramah mengajarkan fiqih sholat hanya dari
satu sisi madzhab syafii, dengan menafikan fiqh sholat dari madzhab lain, maka akhirnya
jumlah pengajian tersebuh akan fiqh madzhab syafii saja yang dipahaminya.

Berbeda pula dengan pengajian, pengkajian islam di perguruan tinggi


menggunakan metode yang ilmiah maka ketika mengkaji fiqh sholat harus disampaikan

1
Rohimat, Asep Maulana, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara,2018), h. 1-4.
2
Al-Hasyimi, Ali Muhammad. Pribadi Islami dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. (Yogyakarta: Mitra
Pustaka,2000), h. 14.

12
dari selirih pandangan yang ada. Bukan dari satu tinjauan madzhab saja. Harus ada
komparasi antara mazdhab sehingga menghasilkan kajian fiqh sholat yang komprehensif.

Fungsi dari Metodologi Studi Islam adalah membentuk pemikiran seseorang yang
lebih toleran tidak kaku dan tidak mudah menyalahkan pendapat orang lain yang berbeda
namun mempunyai keyakinan tersendiri atas pemikiran pribadinya yang berdasar atas
kajian ilmu. Seorang akademis yang yang mamahami metodologi studi islam akan
mempunyai penglihatan keilmuan yang holistic dan moderat. Juga menggunakan akal
pikiran yang sehat yeng bersumber dari kekuatan cahaya kebenaran objektif (bashiroh)
bukan hasil dari desakan hawa nafsu yang pasti akan melahirkan subjektifitas yang sangat
kuat.3

Studi islam memiliki tujuan untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, menjelaskan spirit (jiwa) berupa pesan moral dan value yang
terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respon islam terhadap berbagai
pradigma baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta munculnya filsafat dan ideology baru serta hubungan islam dengan visi
misi dan tujuan ajaran islam.

Studi islam merupakan sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam
dan segala bentuk seluk beluk yang berhubungan dngan agama islam. Studi islam ini
mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus menunjukkan arah studi islam tersebut.
Dengan arah dan tujuan yang jelas, dengan sendirinya studi islam merupakan usaha sadar
dan tersusun secara sistematis.

3
Rohimat, Asep Maulana, Metodologi Studi Islam, h. 5

13
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Mempelajari Pendekatan Studi Islam dan Metodelogi-Nya adalah untuk


menguatkan Aqidah dan keyakinan kita terhadap Aqidah Islam, juga untuk mengetahui
aliran-aliran yang ada di dunia agar kita tidak terjerumus kedalam Aqidah yang sesat dan
menyesatkan.

Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus
digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches)
ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian.

Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, kami kelompok satu, mendasarkan
bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan
yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena
itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi,
atau penelitian legalistik.

3.2. SARAN

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para pembaca sekalian
mau memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSAKA

Al-Hasyimi, Ali Muhammad.2000.Pribadi Islami dalam Al-Qur’an dan As-


Sunnah.Yogyakarta: Mitra Pustaka

Rohimat, Asep Maulana.2018.Metodologi Studi Islam.Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara

iii

Anda mungkin juga menyukai