Anda di halaman 1dari 16

Macam-Macam Pendekatan Studi Islam

Inter-Multidisipliner

Makalah ini ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Islam Inter-Multidisipliner

Dosen Pengampu :

Dr. H. PUJIONO, M.Ag.


Dr. UUN YUSUFA, M.A.

Disusun oleh :

FARUQ MUBAROK / NIM. 233206080003

PRODI STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UIN KH. ACHMAD
SHIDDIQ JEMBER
2023

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan seluruh alam yang
mengatur Kehidupan. Alhamdulillah dengan kehendak Allah penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dalam rangka belajar dan memenuhi tugas mata kuliah
Studi Islam Inter-Multidisipliner Program Pascasarjana Studi Islam di UIN KH.
Achmad Shiddiq Jember.

Shalawat dan Salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
menjadi suritauladan sehingga kita dapat mengenal tuhan kita dan merubah cara
pandang dalam menjalani hidup sebagai manusia.

Kata terimakasih kami ucapkan kepada bapak Dr. H. PUJIONO, M.Ag dan
Dr. UUN YUSUFA, M.A., selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam Inter-
Multidisipliner yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh sebab itu
kritik dan Saran yang bersifat edukatif sangat penulis harapkan demi perbaikan
makalah berikutnya.

Penulis Berharap Semoga Makalah ini dapat memberi manfaat dan membuka
pemikiran para pembaca agar lebih bersemangan dalam membelajari Ilmu tentang
Islam.

Jember, 19 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
Macam-Macam Pendekatan
A. Pendekatan Teologis............................................................. 4
B. Pendekatan Filosofis........................................................... 5
C. Pendekatan Psikologis ........................................................ 6
D. Pendekatan Historis............................................................. 6
E. Pendekatan Sosiologi........................................................... 7
F. Pendekatan Antropologis...................................................... 8
G. Pendekatan Saintifik .......................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 11
B. Saran.................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama sering dipandang sebagai jalan hidup. Ayat dalam surat Al-fatihah
“tunjukanlah kami jalan yang lurus” atau kata-kata “ God is the way” merupakan contoh
bahwa Agama diklaim sebagai jalan hidup. Mempelajari masalah-masalah dalam agama
menjadi penting sebagai bentuk usaha manusia dalam mencari petunjuk bagaimana
mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Agama akhirnya dijadikan pedoman dalam
bersosialisasi dengan lingkungan mereka atau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
psikologi mereka.
Petunjuk untuk menjalani hidup biasanya tertulis dalam kitab suci suatu Agama.
Untuk umat Islam berarti terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber
petunjuk bagi manusia. Untuk mengetahui petunjuk tersebut maka manusia harus
membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Al-Qur’an dipercaya sebagai kata-kata tuhan, bahasa yang dipakai adalah bahasa
Tuhan, Sehingga tidak mudah untuk memahami tanpa mempelajarinya lebih lanjut. Pada
masa Nabi muhammad, Petunjuk dalam Al-Qur’an dibahasakan kembali menjadi bahasa
manusia yang lebih mudah dimengerti. Al-Quran yang sudah dibahasakan menjadi
bahasa manusia oleh nabi muhammad disebut dengan Hadits. Hadits menjelaskan hal-hal
yang ada di dalam Al-Qur’an sehingga umat nabi muhammad dapat mengetahui
petunjuk-petunjuk dalam Al-Qur’an secara tepat (Isnanita N. Andriyani, 2016).
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh budaya dan teknologi yang ada disekitar
mereka. Masalah agama mau tidak mau juga akan berkembang mengikuti kehidupan
manusia. Ilmu agama islam bersumber dari Al-Qur’an maka solusi untuk kehidupan baik
dimasa lalu, masa sekarang dan masa akan datang juga harus sesuai dengan Al-Qur’an.
Mempelajari ilmu agama yang sesuai dengan Al-Qur’an dan perkembangan zaman
menjadi sangat penting agar agama tetap memiliki peran sebagai petunjuk untuk
kehidupan.
2

Ilmu agama dapat dipelajari menggunakan pendekatan ilmu lain. Hal ini perlu
dilakukan mengingat sulitnya memahami Al-Qur’an secara langsung. Dengan adanya
pendekatan teologi, filosofis, sosial dan yang lainnya diharapkan ilmu agama yang ada
dapat sesuai dengan kehidupan masyarakat saat ini. Macam-macam pendekatan ini
digunakan sebagai tolak ukur ilmu agama.
Ilmu pengetahuan semakin berkembang dan memiliki efek luar biasa bagi
perkembangan teknologi dan kebudayaan. Revolusi industri, digitalisasi dan lainnya
merubah kebiasaan masyarakat. Sehingga secara tidak langsung ilmu pengetahuan juga
mempengaruhi ilmu agama.
Ilmu sains ikut berkembang dan seiring dengan perkembangannya banyak ilmu-
ilmu sains tersebut yang kemudian dapat menjelaskan hal-hal dalam agama yang
sebelumnya masih belum dapat dijelaskan. Ilmu sains yang dikenal sebagai ilmu yang
mempelajari alam, ilmu pasti menjadi faktor baru dalam membelajari ilmu agama. Para
kaum cendikia, ilmuan dan liberal yang berpendapat bahwa suatu petunjuk dalam
menjalani hidup haruslah masuk akal dan dapat dijelaskan mulai yakin akan ilmu agama
karena seiring dan sejalan dengan ilmu mereka. Pendekatan saintis mulai muncul untuk
mempelajari ilmu agama.

B. Rumusan Masalah
Ilmu agama islam dapat dipelajari melalui sudut pandang ilmu lain baik yang
serumpun maupun tidak sebagai pendekatan dalam studi islam sehingga perlu dipelajari
lebih lanjut faktor-faktor berikut:
1. Macam-Macam Pendekatan dalam studi islam
2. Bagaimana pengaruh berbagai macam pendekatan terharap studi islam
3. Bagaimana Perkembangan ilmu pengetahuan terhadap studi islam

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui macam-macam pendekatan dalam studi islam
2. Memahami pengaruh macam-macam pendekatan terharap studi islam
3. Menngetahui pengaruh ilmu pengetahuan terharap studi islam
3

D. Manfaat Penulisan
Mempelajari macam-macam pendekatan dalam studi islam diharapkan dapat
membantu proses kajian masalah agama. Ilmu dalam agama tidak cukup hanya dengan
membaca Al-qur’an dan memaknainya secara tekstual. Kajian dan pemahaman lebih
lanjut harus dilakukan agar ilmu agama yang didapat sesuai dengan keadaan masyarakat
dan perkembangan zaman.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran suatu ilmu dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ilmu
tentang metode disebut metodologi (Muhyar Fanani, 2010). Metode yang sering
dipakai adalah metode membandingkan ilmu tersebut dengan ilmu lain, atau
mengkaji suatu ilmu dari sudut pandang ilmu lain. Cara memandang dan
memahami sesuatu dalam studi islam ini yang kemudian disebut dengan
pendekatan (Khoiruddin Nasution, 2007).
Pendekatan yang biasa digunakan dalam studi islam sangat beragam,
mengingat islam adalah agama yang dipandang sebagai jalan hidup. Hal ini
membuat seluruh ilmu yang berkaitan dengan kehidupan manusia dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam studi islam baik ilmu agama, ilmu sosial,
bahasa dan eksakta.

A. Pendekatan Teologis (Normatif atau Agamis)


Teologis sebenarnya merupakan ilmu pengetahuan yang memenihi
syarat saintifik. Hal ini karena masalah-masalah dan pemecahan dalam ilmu
teologi biasanya bersifat objektif. Objek yang dipelajari berupa ayat Al-Qur’an
maupun hadits. Agama menggunakan wahyu dan doktrin yang dipercaya
berasal dari tuhan. Ketika suatu ilmu atau permasalahan dikaji dari sudut
pandang agama maka kaum agamis akan menggunakan wahyu dan doktrin
tersebut sebagai variable pembanding untuk masalah yang ada. Proses ini akan
membuat kajian pada suatu masalah bersifat objektif tidak subjektif menurut
para agamis, tetapi objektif menurut kitab dan ilmu agama yang mereka yakini.
(Moh. Nasir Mahmud, 2013)

Pendekatan teologis merupakan pendekatan yang sering digunakan


dalam studi islam . Studi islam adalah ilmu yang mempelajari islam, baik islam
dalam konteks agama maupun budaya. Ilmu-ilmu islam dihasilkan dari
mempelajari Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an dan hadits merupakan data yang
nantinya dikelola untuk dijadikan produk baik berupa doktrin, ideologi,
kepercayaan maupun hukum.
5

Masalah yang sering dijumpai dengan pendekatan teologis adalah


masalah halal haram. Ketika ada suatu produk baru dimasyarakat baik itu
makanan, minuman, parfum, obat-obatan dan lainnya maka yang pertama
ditanyakan oleh orang islam adalah apakah produk tersebut bebas dari babi. Hal
ini dikarenakan Al-Qur’an menyebutkan bahwa babi haram mutlak, maka setiap
produk akan dipandang buruk atau tidak dapat dikonsumsi jika mengandung
babi

B. Pendekatan Filosofis
Ilmu filsafat dipercaya sebagai indik dari seluruh ilmu pengetahuan.
folosofis Sumber ilmu pengetahuan adalah gagasan, ide. Berbeda dengan ilmu
agama yang sumber utama nya adalah wahyu dan doktrin. Gagasan dan ide ini
yang kemudian dikembangan untuk menjadi ilmu baru. Gagasan dan ide ini
lebih bersifat bebas. Istilah kebebasan berfikir menjadi slogan khusus para
filosofis walaupun pada kenyataan nya kebebasan tersebut sebenarnya
dipengaruhi oleh ilmu dan keadaan lingkungan disekitarnya (Omar Mohammad,
1979)

Cara berfikir bebas dalam studi islam sebenarnya baik, tetapi


dikarenakan studi islam adalah ilmu yang mempelajari islam maka kebebasan
dalam berfikir harus memiliki batasan-batasan tertentu. Ketika mempelajari
islam maka objektifitas harus tetap dijaga. Hal yang dipelajari adalah islam
penentuan objek dan subjek sebelum mengkaji suatu masalah harus diperjelas
agar ketika suatu ilmu terbentuk, ilmu tersebut dapat dipertanggung jawabkan,
bersifat objektif dan bukan subjektif. Sesuai dengan objeknya bukan sesuai
dengan yang berfikir.

Perbedaan pendapat seringkali terjadi ketika mempelajari sesuatu. Misal


ketika para ulama membelajari Al-Qur’an. Al-Qur’an disini sebagai objek.
Maka yang perlu diperhatikan adalah Al-Qur’an sebagai bahan dasar kajian.
Subjeknya adalah para ulama. Terjadinya perbedaan dalam mempelajari suatu
objek bukan karena objeknya yang berubah-ubah, tidak tetap atau ambigu,
tetapi karena cara pandang dan perlakuan dari subjeknya yang berbeda.
6

C. Pendekatan Psikologis
Pendekatan Psikologis erat kaitannya dengan kesehatan jiwa kan rohani
seseorang. Setiap manusia memiliki kebutuhan primer yang harus terpenuhi.
Kebutuhan primer yang bersifat fisik misalnya makan, minum, pakaian, tempat
tinggal. Kebutuhan primer yang bersifat rohani misalnya rasa aman,
kebahagiaan dan sebagainya. Manusia akan secara otomatis dan spontan
menolak sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman, sebaliknya mereka akan
setuju dengan sesuatu yang membuat mereka nyaman. Keadilan masuk dalam
hal ini.

Doktrin hasil dari pengelolaan suatu ilmu dapat mempengaruhi psikologi


seseorang baik sadar maupun tidak. Agama dan permasalahan jalan hidup
akhirnya akan menjadi solusi dari kebutuhan kejiwaan seseorang. Surga
digunakan sebagai alat iming-iming agar seseorang melakukan sesuatu.
Sedangkan neraka digunakan untuk alat menakut-nakuti seseorang agar
meninggalkan sesuatu.

Hiburan, main game, jalan-jalan menjadi alat untuk mendapat kembali


semangat untuk menjalani hari. Sebagian orang memilih untuk menenangkan
diri dengan cara yoga, menyendiri, mencari inspirasi. Agama kemudian hadir
dengan caranya sendiri untuk memberi kebutuhan tersebut bagi pemeluknya,
diantaranya sholat, sholawat, ziarah yang dianggap lebih baik dari sekedar
hiburan.

D. Pendekatan Historis
Sejarah berpengaruh besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Sejarah banyak mengandung ilmu-ilmu yang dapat digunakan untuk mengambil
keputusan dalam hidup baik yang bersifat individu atau kelompok. Sebab akibat
dari suatu tindakan, keputusan, hukum dapat dipelajari dari peristiwa dalam
sejarah. Dengan mempelajari sejarah maka suatu ilmu diharapkan lebih objektif
dan dapat memberi gambaran tentang penyelesaian suatu masalah
(Nouruzzaman Shiddiqi, 1989)
7

Studi islam banyak yang mengunakan dasar pendekatan sejarah.


Pendekatan sejarah menarik untuk dilakukan karena sebab akibat dari suatu
peristiwa tergambarkan secara jelas. Sejarah bukan hanya dipandang sebagai
peristiwa masa lalu tetapi juga sebagai bukti. Ketika variable yang diamati
sedikit dan mudah diamati maka akan seperti “ketika A maka B”. Hal ini yang
membuat kajian historistik digemari oleh masyarakat. Karena sudah terbukti
kebenarannya dan dapat terjadi.

Kelompok masyarakat islam ada yang meyakini bahwa bentuk khilafah


adalah bentuk pemerintahan yang baik untuk negara islam atau yang mayoritas
islam. Mereka menggunakan fakta sejarah bahwa masa keemasan islam terjadi
saat masa khilafah. Memang benar ketika dipandang dari segi histori itu terjadi,
tetapi masa tersebut juga masa dimana perang saudara antar muslim sering
terjadi. Dibutuhkan sudut pandang lain dan kajian yang lebih jika benar-benar
ingin mengulangi masa keemasan islam. Tetapi perlu ditanamkan kembali
pertanyaan “kenapa harus mengulangi kalau bisa melampaui masa lalu?”.

E. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan terutama kehidupan bermasyarakat. Sosiologi merupakan ilmu
tentang masyarakat yang menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia, cara hidup
sendiri dan cara hidup berserikat (Hasan Shadily, 1993). Dengan Sosiologi
manusia akan dapat mengerti tugasnya sebagai individu dan sebagai kelompok.

Manfaat sosiologi dalam studi islam adalah untuk mengkaji masalah


masalah agama yang bersifat hubungan antar manusia. Hukum yang mengatur
hubungan antar manusia dalam agama islam adalah hukum muamalah. Dengan
memanfaatkan ilmu sosiologi diharapkan penerapan ilmu agama islam dapat
selaras dengan kehidupan masyarakat.
8

Kesenjangan sosial rawan terjadi pada masyarakat. Seseorang biasanya


dinilai dari sikap dan perilaku. kebiasaan yang baik akan membuat orang lain
berperilaku baik. Agama menawarkan kebiasaan baik tersebut dengan hukum
muamalah. Contoh hukum tersebut adalah zakat. Ketika seseorang mempunyai
harta lebih maka diwajibkan untuk memberikan sebagian hartanya untuk orang
lain. Hal ini dimaksutkan untuk mempererat tali persaudaraan. Sehingga
kesenjangan sosial dapat terkurangi.

F. Pendekatan Antropologis
Ilmu Antropologi berbeda dengan sosiologi, jika sosiologi hadir
dikarenakan interaksi antara satu individu dengan individu lain. Maka
antropologi adalah ilmu sosial dari keberadaan manusia sebagai makhluk
biologi. Antropologi mengkaji manusia dari segi fisik sebagai makluk hidup
dan budaya yang timbul karena faktor tersebut (Jamali Sahrodi, 2008).

Sikap seseorang dapat terpengaruhi oleh lingkungan, terutama


lingkungan tempat tinggal mereka. Tempat tinggal yang baik dan layak, jalanan
yang bersih bebas dari polusi suara akan membuat seseorang dapat bersikap
lebih lembut dan perduli dengan orang lain. Sebaliknya jika kurang baik maka
keegoisan yang akan timbul.

Hak-hak individu benar-benar diperhatikan dalam hukum islam.


Seseorang dilarang mengambil atau memanfaatkan sesuatu yang bukan
miliknya. Pahala yang besar juga dapat diraih ketika seseorang memberikan apa
yang dia punya untuk dipakai oleh masyarakat. Ketika seseorang menggunakan
apa yang dia miliki dengan baik tanpa merugikan orang lain bahkan malah
memberi manfaat kepada orang lain maka hubungan antar individu dapat
terjalin dengan baik dan harmonis.

G. Pendekatan Saintifik
Ilmu sains adalah ilmu yang mempelajari tentang alam. Ilmu sains lebih
menekankan pada objektifitas. Syarat utama dalam ilmu sains adalah suatu
masalah memiliki tolak ukur. Ilmu sains biasanya menggunakan bukti-bukti
ilmiah yang ada di alam atau di dalam tubuh manusia sebagai data.
9

Ilmiah dan masuk akal adalah dua hal yang berbeda. Sesuatu yang
ilmiah berarti hal tersebut dapat dijelaskan dengan ilmu sains memiliki tolak
ukur dan dapat dibuktikan. Ketika seseorang memiliki ilmu dan pengetahuan
yang cukup maka hal yang ilmiah akan menjadi masuk akal. Berbeda dengan
masuk akal, sesuatu masuk akal jika seseorang meyakini hal tersebut benar.
Maka dari itu masuk akal belum tentu ilmiah. Perbedaan antara ilmiah dan
masuk akal adalah ilmiah bersifat objektif sedangkan masuk akal bersifat
subjektif.

Sebagian orang menginginkan bahwa yang namanya jalan hidup, agama


dan peraturan itu harus masuk akal. Ini menimbulkan suatu masalah bagi islam.
Ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits harus dapat dijelaskan
kepada sebagian orang tersebut sampai akal mereka menerima. Hal ini sulit
dilakukan karena harus memahami Al-Qur’an yang merupakan bahasa tuhan.
Metode yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan ilmu lain, dalam hal ini
bisa menggunakan ilmu sains. Ilmu yang mempelajari alam. Al-Qur’an
dipercaya sebagai ayat quliyah, sedangkan alam semesta seisinya dipercaya
sebagai ayat kauniyah. Ketika memahami Al-Qur’an secara langsung dianggap
sulit maka pendekatan ilmu alam sebagai ayat kauniyah dapat mempermudah
proses pemahaman.

Puasa merupakan ibadah yang dilakukan oleh umat islam. Ada yang
bersifat wajib yaitu puasa pada bulan ramadhan, ada juga yang bersifat sunnah.
Sebagian umat muslim tidak mengetahui manfaat ibadah tersebut. Umat non
muslim juga merasa aneh dengan kebiasaan berpuasa dibulan ramadhan. Ibadah
Puasa ini menjadi hal yang ilmiah dan masuk akal setelah seorang peneliti asal
jepang melakukan kajian tentang sel, autophagy dan puasa.

Yoshinori Ohsumi meraih hadiah nobel karena menemukan sistem


metabolisme dalam sel yang disebut autophagy setelah meneliti tentang puasa.
Sel-sel tubuh akan menjadi muda karena mekanisme autophagy, mekanisme
autophagy ini aktif ketika tubuh manusia berpuasa selama 12 jam (Yoshinori
Ohsumi, 2016).
10

Penemuan tentang keilmiahan puasa mengubah persepsi dan cara hidup


manusia. Setelah mekanisme autophagy ditemukan, program-program hidup
sehat mulai berkembang. Masyarakat akhirnya mengenal yang namanya jendela
makan. Banyak orang yang merasakan manfaat dari puasa dan menganggap
puasa adalah sesuatu yang ilmiah dan masuk akal. Hal ini membuat sebagian
orang lebih percaya dengan islam, bahkan memutuskan untuk memeluk agama
islam.
11
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat membuat pemahaman
tentang agama bertambah. Mengkaji agama dari sudut pandang ilmu lain
bisa menjadi cara yang baik untuk mengenal lebih dekat tentang agama
dan dapat memahami petunjuk bagaimana cara menjalani hidup sesuai
dengan tuntunan agama.

Studi islam dengan berbagai macam pendekatan dapat menjadi


solusi ketika terjadi suatu perbedaan pendapat pada masalah studi islam.
Dengan berbagai macam pendekatan yang dilakukan maka studi islam
akan lebih ilmiah karena objektifitas dari studi islam meningkat.
Penyeselaian masalah dalam studi islam menjadi lebih presisi sehingga
mudah untuk dimengerti dan dipraktekkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu eksakta


membuka pemikiran para ilmuan. Agama tidak lagi hanya dianggap
sebagai doktrin bagaimana menjalani hidup atau untuk kepentingan politi
semata. Tetapi agama juga dapat dipandang sebagai sumber ilmu yang
perlu diteliti lebih lanjut untuk menghasilkan teori-teori baru yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Keimanan seseorang dapat bertambah ketika agama yang


dianutnya memiliki tingkat ke ilmiahan yang tinggi dan sesuai atau cocok
ketika dikaji dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya.
11
B. Saran 15
Ilmu Pengetahuan Selalu Berkembang. Sebagai orang yang termasuk
kaum akademisi seharusnya mengikuti perkembangan ilmu. Ketika kaum
akademisi mengambil suatu ilmu dari lingkungan maka sebaiknya juga ikut
memberikan ilmu kepada lingkungan. Dengan cara ini maka ilmu pengetahuan
akan semakin berkembang. Kajian suatu ilmu pengetahuan dengan pendekatan
ilmu lain akan menghasilkan ilmu baru.
11
16

DAFTAR PUSTAKA

Al-Syaibani, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Filsafah Pendidikan Islam. (Terj.)


Langgulung dari judul asli Falsafah al-tarbiyah al-islamiah. Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang.

Andriyani, Isnanita N., Pendekatan dalam Studi Islam (Richard, C. Martin) Jurnal
komunikasi dan pendidikan islam. Volume 6, nomor 2, Desember 2016.

Fanani, Muhyar. 2010. Metode Studi Islam, Aplikasi Sosiologi pengetahuan sebagai cara
pandang. Yogyakarta : Pusaka Pelajar.

Mahmud, Moh. Nasir. 2013. Orientalisme, Berbagai Pendekatan Barat dalam Studi Islam.
Kudus : MEIFA Jemdela Ilmu.

Nasution, Khoiruddin. 2007. Pengantar studi islam. Yogyakarta : TAZZAFA.

Ohsumi, Yoshinori. 2016. The Nobel Assembly at Karolinska for discoveries of


Mechanisms for Autophagy. Karolinska Institutet

Sahrodi, Jamali. 2008. Metodologi Studi Islam, Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam
ala Sarjana Orientalis. Bandung : Pusaka Setia.

Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : Bina Aksara.

Shiddiqi, Nouruzzaman. 1989. Metodologi Penelitian Agama: Sebuah pengantar


Yogyakarta : Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai