Anda di halaman 1dari 15

ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Dian Indah, M.Sos

OLEH:
Ilmu Komunikasi 2 / Kelompok 9
Tifani Alzahra NIM 0603221205
Dwiki Ramadhan Rangkuti NIM 0603222088

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Aneka Metodologi Memahami
Islam” sesuai dengan yang diharapkan.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yaitu
Ibu Dian Indah, M.Sos yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kelompok kami,
sehingga kami mampu mengetahui dan memahami tentang Metodologi Studi Islam Tidak
lupa juga ucapan terimakasih kami berikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
jalannya proses penyusunan makalah ini sehingga bisa terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun sesuai dengan kemampuan kami. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun kami harapkan dan kami terima dengan senang
hati sebagai acuan kami bias menjadi lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua dan juga untuk perkembangan dunia pendidikan terutama
pendidikan Metodologi Studi Islam Sekian dari kami, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 02 Oktober 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Metodologi Ulumul Tafsir dan Ulumul Hadis ................................................................ 3
B. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam) ...................................................................... 5
C. Metodologi Tasawuf ....................................................................................................... 6
D. Pengaruh Metodologi dalam Memahami Ajaran Islam Terhadap Pemahaman dan
Praktik Keagamaan Umat Islam ............................................................................................. 7
E. Relevansi Aneka Metodologi Memahami Islam dalam Konteks Kekinian .................... 8
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama besar dengan lebih dari satu miliar pemeluk di seluruh dunia.
Keanekaragaman keyakinan, tradisi, dan praktik dalam Islam menghasilkan beragam
metode interpretasi Al-Quran dan Hadis. Tantangan di sini adalah memahami bagaimana
berbagai aliran dan kelompok dalam Islam berbeda dalam mengartikan ajaran agama
mereka. Sejarah Islam memiliki peran penting dalam pemahaman ajaran-ajaran Islam.
Tantangan melibatkan bagaimana mengintegrasikan pemahaman sejarah Islam ke dalam
studi agama, terutama mengenai perkembangan pemikiran teologis dan hukum Islam.
Studi filosofis dan teologis tentang Islam membahas konsep-konsep seperti Allah,
kebebasan, keadilan, dan tujuan hidup. Metodologi ini melibatkan pemahaman konsep-
konsep ini melalui pendekatan filosofis atau teologis. Melalui pendekatan ini, kita dapat
memahami bagaimana Islam diimplementasikan dalam praktik sehari-hari individu dan
komunitas. Ini mencakup studi tentang norma, nilai, dan peran sosial dalam masyarakat
Muslim.
Pemahaman gender dalam Islam adalah aspek penting dalam studi, terutama dalam
memahami bagaimana ajaran agama memengaruhi peran dan hak perempuan dalam
masyarakat Muslim. Islam juga harus dipahami dalam konteks zaman sekarang, termasuk
isu-isu seperti radikalisme, terorisme, pluralisme agama, dan hak asasi manusia.
Bagaimana mengintegrasikan pemahaman ini dalam studi Islam adalah tantangan penting.
Studi Islam sering melibatkan perbandingan dengan agama-agama lain, seperti Kristen,
Yahudi, Hindu, atau Buddha. Bagaimana metode perbandingan ini digunakan dalam
memahami Islam dapat menjadi isu krusial.
Islam juga mengalami perubahan sosial dan modernisasi dalam berbagai masyarakat.
Bagaimana pemahaman agama ini beradaptasi dengan perubahan sosial dan modernisasi
adalah pertanyaan penting. Beberapa studi tentang Islam memanfaatkan pendekatan
interdisipliner yang mencakup ilmu sosial, sejarah, antropologi, sastra, dan bahasa.
Tantangan di sini adalah mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam pemahaman
holistik tentang Islam.
Dengan beragam metode dan pendekatan ini, pemahaman tentang Islam menjadi lebih
kaya dan komprehensif. Bagaimana masyarakat, ilmuwan, dan pemimpin agama

1
menghadapi tantangan ini dalam memahami Islam menjadi bagian penting dalam
keragaman intelektual dan budaya global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metodologi Ulumul Tafsir dan Ulumul Hadis?
2. Apa yang dimaksud dengan metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)?
3. Apa yang dimaksud dengan metodologi Tasawuf?
4. Bagaimana pengaruh metodologi dalam memahami ajaran Islam terhadap pemahaman
dan praktik keagamaan umat Islam?
5. Bagaimana relevansi aneka metodologi memahami Islam dalam konteks kekinian?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu metodologi Ulumul Tafsir dan Ulumul Hadis.
2. Mengetahui apa itu metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam).
3. Mengetahui apa itu metodologi Tasawuf.
4. Memahami pengaruh metodologi dalam memahami ajaran Islam terhadap pemahaman
dan praktik keagamaan umat Islam.
5. Memahami relevansi aneka metodologi memahami Islam dalam konteks kekinian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metodologi Ulumul Tafsir dan Ulumul Hadis


1. Ulumul Tafsir
Secara bahasa, tafsir berasal dari kata al-fasru yang berarti jelas dan nyata.
Dalam Lisan al-Arab, Ibnu Manzur menyebutkan, al-fasru berarti membuka tabir,
sedangkan at-tafsir berarti menyibak makna dari kata yang tidak dimengerti. Dari
definisi tersebut, maka tafsir bisa dimaknai sebagai upaya membuka tabir untuk sesuatu
yang kasat mata dan menyingkap maknanya. Dalam buku Al-Maqayis fi al-Lughah,
Ahmad Ibnu Faris menyatakan bahwa ilmu tafsir mengandung makna keterbukaan dari
kejelasan.
Ilmu tafsir juga biasa disebut dengan ilmu takwil. Penamaan ini didasari pada
kitab pertama yang diciptakan oleh Imam At-Thabari yang berjudul Jami’ul bayan ‘An
Ta’wili Ayi Al-quran. Dalam menafsirkan Alquran, para ulama dari semua kalangan
dan generasi Ulumul Quran selalu berpegang teguh pada empat hal, yaitu Alquran
Karim, Nabi SAW, para sahabat, dan ijtihad. (Ini, 2021)
Bentuk masdar dari kata Fassara, Yufassiru, dan Tafsiran adalah al-Fasr, yang
secara etimologi berarti: menerangkan, menjelaskan (al-Bayan atau at-Tabyin),
menyatakan (al-Bayan), membuka sesuatu yang tertutup (Kasyfu al-Mugthi), dan
sebagainya. Sementara itu, "Tafsir al-Qur'an" berarti penjelasan, pernyataan,
penerangan, atau yang semakna dengan maksud kandungan al-Qur'an al-Karim. Para
ulama telah berbeda pendapat tentang pengertian tafsir menurut istilah (terminologi).
Ada yang mendefinisikan panjang, ada yang sederhana, dan ada yang mendefinisikan
singkat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan tafsir adalah untuk
menjelaskan ayat-ayat dan lafazh-lafazh al-Qur'an, sehingga ayat-ayat yang tidak jelas
menjadi jelas, ayat-ayat yang samar menjadi terang, dan ayat-ayat yang sulit dipahami
menjadi mudah dipahami, sehingga al-Qur'an, yang berfungsi sebagai pedoman hidup
manusia, benar-benar dapat dipahami dan diperasionalkan untuk mencapai
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Pada dasarnya, tafsir adalah disiplin ilmu yang mempelajari apa saja yang
dimaksudkan Allah SWT dalam firman-Nya. Penjelasan tentang hal ini pasti sangat
bergantung pada kemampuan si mufassir itu sendiri. (Dr. Ma’mun Mu’min, M, 2016)

3
2. Ulumul Hadis
Hadis sebagai referensi otoritatif hukum Islam setelah Alquran memegang
peranan penting dalam perkembangan Islam. Dari hadis lahirlah berbagai ilmu,
termasuk ulumul hadis. Ilmu tentang hadis ini banyak dibahas para ulama dalam
berbagai kitab ulumul hadis. Baik yang membahas hadis secara umum maupun pada
aspek tertentu, seperti perawi dan matan.
Pada dasarnya, Ulumul Hadits telah muncul sejak periwayatan Hadits di dalam
Islam, terutama setelah Rasul Saw wafat. Umat merasakan perlunya menghimpun
hadis-hadis ini karena khawatir mereka akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai
rajin mencatat dan memahami Hadits. Mereka mulai menggunakan prinsip dan teknik
tertentu untuk menerima hadis, tetapi mereka belum menuliskannya.
Dalam ayat enam surah al-hujurat, Allah subhanahu Wa ta'ala meminta orang-
orang yang beriman untuk memeriksa dan mempertanyakan informasi yang
disampaikan oleh orang-orang yang tidak beriman. Pembicaraan tentang isnad dan
pentingnya menerima atau menolak riwayat dari nabi SAW muncul karena para sahabat
mulai memperhatikan dan berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis-hadis
nabi SAW, terutama jika mereka meragukan si pembawa atau penyampainya.
Setelah terjadi fitnah dalam kehidupan umat Islam, para sahabat mulai mencari
tahu siapa yang menyampaikan hadis atau khabar. Mereka menerima atau mengambil
hadis dari orang-orang yang tetap berpegang pada Sunnah Rasul SAW, dan tidak
mengambil hadis dari para ahli bi'ah. (DR. Nawir Yuslem. MA, 2001)
Sebelum terhimpun dalam kitab-kitab seperti sekarang, hadits diajarkan dan
diriwayatkan melalui lisan dan hafalan, sesuai dengan keadaan masyarakat Arab saat
itu yang memiliki daya hafal sangat kuat. Tapi, bukan berarti kegiatan penulisan hadits
tidak ada sama sekali.
Sejak dulu, sudah banyak sahabat yang mengumpulkan hadits dengan
mencatatnya, meski hanya untuk kepentingan pribadi. Pada masa di antara wafatnya
Rasulullah hingga diangkatnya Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah, terjadilah
banyak pemalsuan hadits yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu demi
berbagai tujuan.
Bagi mereka, melakukan lawatan ke berbagai daerah yang jauh untuk
menghubungi para perawi, bukan sebuah masalah. Bahkan ketika sampai di tujuan,
mereka masih harus memeriksanya dengan teliti dan menyaringnya dengan ketat demi
mengetahui keasliannya.

4
B. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)
Filsafat secara bahasa merupakan kata serapan dari bahasa yunani yaitu filosofia, yang
diturunkan dari kata kerja filosofien yang memiliki makna “mencintai kebijaksanaan”.
Harun Hadiwijono menyatakan bahwa sebenarnya pemaknaan filsafat dengan “mencintai
kebijaksanaan” belum mampu menyampaikan hakikat filsafat yang sebenarnya. Hal itu
disebabkan bahwa “mencintai” dapat dilakukan secara pasif, sedangkan dalam pengertian
filosofien terkandung gagasan bahwa “seseorang mencintai kebijaksanaan” yang
selanjutnya disebut filsuf. Sehingga istilah filsafat seharusnya lebih dimaknai pada
kebijaksanaan yang belum diraih dan sedang diusahakan, sedangkan filsuf sendiri
merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut orang yang berusaha mencari
kebijaksanaan.
Filsafat dalam kajian studi Islam merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengungkap permasalahan dan memperoleh solusi atas permasalahan tersebut. Pendekatan
filosofis berupaya mencari jawaban atas segala sesuatu atau hikmah di balik objek formal
(fisik) dengan ciri khas; mendalam, radikal dan sistematis. Pendekatan filsafat bersifat
mendalam artinya mengoptimalkan kemampuan akal sampai tak sanggup lagi dijangkau,
radikal artinya pembahasan dilakukan sampai ke akar permasalahan hingga tak ada lagi
yang tersisa sedangkan sitematis adalah dilakukan secara teratur dan menggunakan metode
berfikir tertentu dan universal. (Hart & Hikmah, n.d.)
Metodologi pemikiran teologi Al Asy’ari sebagai dijelaskan dapat dikatakan sebagai
sintesa antara metode rasional muktazilah dan tekstualis/ literalis (Salafiah). Metodologi
ini bisa disebut sebagai metode jalan tengah atau moderat. Dengan demikian jelaslah bahwa
metodologi yang dibangun dan dibidani kelahirannya oleh al asy’ari adalah metode jalan
tengah antara metode rasional (muktazilah) yang sering disebut ekstrem kiri dalam
pemikiran Islam dan tekstualis/ literalis (Salafiah) sebagaimana disebut orang sebagai
ekstream kanan dalam pemikiran Islam, dan juga metode asy’ari ini bisa dikatakan sebagai
metode moderat. (Muchasan, 2023)
Aneka metodologi memahami Islam memiliki relevansi yang penting dalam konteks
kekinian. Beberapa relevansi tersebut antara lain:

1. Metodologi memahami Islam dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
secara komprehensif dan holistik, sehingga dapat menghindari pemahaman yang sempit
dan salah dalam menilai ajaran Islam.

5
2. Metodologi memahami Islam dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
dengan lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan, sehingga dapat memperkuat
kerukunan dan persatuan umat Islam.
3. Metodologi memahami Islam dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
dengan lebih kontekstual dan relevan dengan kondisi kekinian, sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metodologi memahami Islam dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
dengan lebih kritis dan analitis, sehingga dapat menghindari pemahaman yang dogmatis
dan tidak rasional.
5. Metodologi memahami Islam dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
dengan lebih akurat dan responsibel, sehingga dapat menghindari pemahaman yang
salah dan merugikan.
Dengan demikian, aneka metodologi memahami Islam memiliki relevansi yang penting
dalam konteks kekinian, karena dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam
dengan lebih baik dan mendalam, serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan lebih kontekstual dan relevan. (Damanik, Ushuluddin, Studi, Negeri, & Utara,
2021)

C. Metodologi Tasawuf
Tasawuf, juga dikenal sebagai sufisme, adalah cara untuk mencapai realisasi spiritual
dan mencapai kesucian jiwa. Ini adalah aspek utama dari wahyu Islam dan pada dasarnya
merupakan dimensi batin atau esoterik. Pada awalnya, tasawuf adalah sikap menjaga jarak
antara diri dengan kecenderungan duniawi atau hawa nafsu. Tasawuf atau sufisme, adalah
cara untuk mencapai realisasi spiritual dan mencapai kesucian jiwa. Sejak awal, tasawuf
adalah bidang pengalaman, bukan pikiran atau ide. Semua kesuksesan dalam tasawuf
berasal dari pengalaman. Dalam pengalaman ruhani, seseorang dapat menemukan dan
merasakan Tuhan. Untuk mencapai makrifat, para sufi melakukan riyadhah, yang berarti
mensucikan batin mereka.dasar wahyu Islam. yang pada dasarnya adalah dimensi batin atau
spiritual. Pada awalnya, tasawuf adalah sikap menjaga jarak antara diri dengan
kecenderungan duniawi atau hawa nafsu. (Suyanta, Suwar, & Dahri, 2023)
Keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu, doktrin estetikal tentang Tuhan
muncul. Ini menunjukkan bahwa ada jalur komunikasi positif antara manusia dan Tuhan.
Selain menjadi Dzat Yang Maha Agung dan Mulia, Tuhan juga adalah Dzat Yang Maha
Cantik, Indah, dan Sumber dari segala keindahan. Hanya keinginan untuk memperoleh

6
cinta dan keindahan abadi Dzat Tuhan, hasrat mencintai Tuhan adalah manusiawi karena
Tuhan adalah puncak dari segala keindahan. Selanjutnya, doktrin ini percaya bahwa cinta
kasih Tuhan mendorong penciptaan alam semesta. Penciptaan alam semesta adalah
pernyataan cinta kasih Tuhan dalam bentuk empirik atau mazhohir dari asma Allah.
Tasawuf, yang berkembang sebagai metode dan latihan untuk mencapai kesucian batin
dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah Swt, juga menarik perhatian para
pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Ada beberapa sufi yang
menjadi filosof atau Sufis. Mereka menyebut tasawuf mereka "tasawuf falsafi", yang
berarti tasawuf yang penuh dengan pemikiran-pemikiran filsafat. (Iman, 2015)
D. Pengaruh Metodologi dalam Memahami Ajaran Islam Terhadap Pemahaman dan
Praktik Keagamaan Umat Islam
Metodologi dalam memahami ajaran Islam memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pemahaman dan praktik keagamaan umat Islam. Berikut adalah beberapa
pengaruh tersebut: (Danil, 2020)
1. Metodologi yang tepat dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam secara utuh
dan integral, sehingga dapat menghindari pemahaman yang sempit dan salah dalam
menilai ajaran Islam.
2. Metodologi yang digunakan dalam memahami ajaran Islam dapat mempengaruhi cara
umat Islam memandang dan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metodologi yang digunakan dalam memahami ajaran Islam dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku umat Islam dalam menjalankan ajaran Islam.
4. Metodologi yang tepat dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam dengan
lebih baik dan mendalam, sehingga dapat meningkatkan kualitas keimanan dan
keislaman umat Islam.
5. Metodologi yang digunakan dalam memahami ajaran Islam dapat mempengaruhi cara
umat Islam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
6. Metodologi yang tepat dapat membantu umat Islam memahami ajaran Islam dengan
lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan, sehingga dapat memperkuat kerukunan
dan persatuan umat Islam.
7. Metodologi yang komprehensif dan mendalam membantu umat Islam memahami
ajaran Islam dengan lebih baik. Dengan memahami dasar-dasar ajaran agama, konsep-
konsep penting, dan sejarah perkembangan Islam, umat Islam dapat memiliki
pemahaman yang lebih mendalam tentang keyakinan mereka.

7
8. Metodologi juga dapat memengaruhi tingkat kepatuhan umat Islam terhadap hukum
syariah. Bagaimana hukum-hukum syariah diterjemahkan dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dapat bervariasi berdasarkan interpretasi dan metodologi yang
digunakan.
Dengan demikian, pemilihan dan penggunaan metodologi yang tepat dalam memahami
ajaran Islam sangat penting bagi umat Islam dalam meningkatkan pemahaman dan praktik
keagamaan mereka. (Dr. H. M. Rozali, 2020)
E. Relevansi Aneka Metodologi Memahami Islam dalam Konteks Kekinian
Islam sebagai ajaran yang lengkap dan menyeluruh yang mencakup semua aspek
kehidupan (universal), menarik perhatian baik intelektual muslim maupun sarjana Barat,
mulai dari tradisi orientalis hingga Islamolog. Pasti dengan cara yang berbeda dari
keduanya. Kajian keislaman yang dilakukan oleh intelektual muslim lebih menekankan
pada pola transmisi (dakwah dan tarbiyah), sementara kajian keislaman yang dilakukan
oleh orientalis lebih menekankan pada kajian kritis atas ajaran, masyarakat, dan institusi
yang ada di dunia Islam. Karena studi ini menggunakan metode tertentu yang dianggap
ilmiah oleh akademisi. Di sini, pendekatan adalah pendekatan yang berasal dari suatu
bidang ilmu yang digunakan untuk memahami agama (Islam). (Fahrurrozie, 2017)
Fokus pendekatan Islam (oleh para ilmuwan muslim) adalah untuk mencapai
keselamatan baik di dunia maupun akhirat. Al Qur'an dan Hadits berfungsi sebagai sumber
ajaran utama dan merupakan pedoman yang dijamin tidak akan tersesat selamanya.
Untuk memahami Islam sebagai sebuah sistem yang bersumber pada Al Qur'an dan
Hadits sebagai sumber ajarannya, diperlukan berbagai pendekatan metodologi pemahaman
Islam yang tepat, akurat, dan responsif. Dengan demikian, Islam diharapkan dapat
dipahami secara menyeluruh dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. (Damanik et
al., 2021)
Aneka metodologi untuk memahami Islam memiliki relevansi yang besar dalam
konteks kekinian karena mereka membantu kita untuk mendalami pemahaman tentang
Islam dalam kerangka yang lebih luas dan mendalam. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa metodologi ini relevan dalam dunia saat ini:
1. Dalam dunia global yang semakin terhubung, pemahaman tentang keanekaragaman
dalam pemikiran, praktik, dan interpretasi Islam menjadi penting. Metodologi yang
memungkinkan penelitian dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai aliran dan
tradisi Islam membantu kita menghargai dan menghormati perbedaan dalam
masyarakat multikultural.

8
2. Kebanyakan orang hanya memiliki pemahaman yang terbatas tentang Islam, seringkali
didasarkan pada stereotip dan prasangka. Metodologi yang komprehensif membantu
mengatasi stereotip ini dengan memberikan pemahaman yang lebih nuansa tentang
Islam.
3. Ajaran Islam dan pemahaman tentangnya relevan dalam banyak isu kontemporer,
termasuk isu-isu hak asasi manusia, kebebasan beragama, radikalisme, dan konflik
antaragama. Metodologi memungkinkan kita untuk menganalisis bagaimana Islam
memainkan peran dalam isu-isu ini dan mencari solusi yang lebih baik.
4. Dalam dunia yang semakin terinterkoneksi, dialog antar-agama menjadi semakin
penting. Metodologi yang memungkinkan pemahaman mendalam tentang Islam
membantu dalam mempromosikan dialog yang konstruktif antara pemeluk agama yang
berbeda.
5. Islam memainkan peran penting dalam politik dan sosial di banyak negara. Studi yang
menggunakan berbagai metodologi membantu kita memahami bagaimana Islam
memengaruhi tindakan politik dan sosial serta dampaknya pada masyarakat dan dunia.
6. Memahami berbagai sudut pandang dalam Islam dapat membantu komunitas Muslim
dalam berbicara tentang isu-isu yang memengaruhi mereka, seperti integrasi sosial,
hak-hak minoritas, dan peran dalam masyarakat.
7. Di berbagai negara, Islam memiliki peran dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan
pendidikan. Metodologi yang memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang
kontribusi Islam dalam pembangunan ekonomi dan sosial sangat diperlukan.
8. Dalam konteks keamanan global, pemahaman yang mendalam tentang Islam adalah
penting. Hal ini membantu dalam memahami ideologi ekstremis dan radikalisme serta
mencari cara untuk mencegahnya.
Pemahaman yang mendalam tentang Islam melalui berbagai metodologi adalah kunci
untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, toleran, dan berdama. Ini juga membantu
dalam menghadapi tantangan global dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik
antara berbagai komunitas agama dan budaya.
Di era globalisasi ini, kita kerap mendengar istilah millennial generation atau generasi
Y yang juga akrab disebut sebagai generasi me atau eco boomers. Secara harfiah tidak ada
pengelompokkan khusus dalam menentukan jenis generasi ini. Namun menurut beberapa
ahli dikatakan bahwa generasi Y adalah mereka yang lahir pada 1980-1890, atau pada awal
2000, dan seterusnya. Disepakati juga bahwa generasi Y merupakan sekelompok orang
yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi.

9
Selain itu, kita sendiri tidak bisa menutup mata akan adanya dampak positif dan negatif
dari penggunaan internet berlebihan. Beberapa dampak negatif di antaranya adalah generasi
milenial lebih mudah termakan berita hoax. Di usianya yang cukup belia, tentu mereka
belum begitu paham bagaimana menyaring informasi yang benar dan salah.

10
BAB III
KESIMPULAN

Pada dasarnya, tafsir adalah disiplin ilmu yang mempelajari apa saja yang dimaksudkan
Allah SWT dalam firman-Nya. Penjelasan tentang hal ini pasti sangat bergantung pada
kemampuan si mufassir itu sendiri. Dalam ayat enam surah al-hujurat, Allah subhanahu Wa
ta'ala meminta orang-orang yang beriman untuk memeriksa dan mempertanyakan informasi
yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak beriman. Pembicaraan tentang isnad dan
pentingnya menerima atau menolak riwayat dari nabi SAW muncul karena para sahabat mulai
memperhatikan dan berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis-hadis nabi SAW,
terutama jika mereka meragukan si pembawa atau penyampainya.
Filsafat secara bahasa merupakan kata serapan dari bahasa yunani yaitu filosofia, yang
diturunkan dari kata kerja filosofien yang memiliki makna “mencintai kebijaksanaan”. Harun
Hadiwijono menyatakan bahwa sebenarnya pemaknaan filsafat dengan “mencintai
kebijaksanaan” belum mampu menyampaikan hakikat filsafat yang sebenarnya. Hal itu
disebabkan bahwa “mencintai” dapat dilakukan secara pasif, sedangkan dalam pengertian
filosofien terkandung gagasan bahwa “seseorang mencintai kebijaksanaan” yang selanjutnya
disebut filsuf. Sehingga istilah filsafat seharusnya lebih dimaknai pada kebijaksanaan yang
belum diraih dan sedang diusahakan, sedangkan filsuf sendiri merupakan istilah yang dipakai
untuk menyebut orang yang berusaha mencari kebijaksanaan.
Metodologi pemikiran teologi Al Asy’ari sebagai dijelaskan dapat dikatakan sebagai
sintesa antara metode rasional muktazilah dan tekstualis/ literalis (Salafiah). Metodologi ini
bisa disebut sebagai metode jalan tengah atau moderat. Dengan demikian jelaslah bahwa
metodologi yang dibangun dan dibidani kelahirannya oleh al asy’ari adalah metode jalan
tengah antara metode rasional (muktazilah) yang sering disebut ekstrem kiri dalam pemikiran
Islam dan tekstualis/ literalis (Salafiah) sebagaimana disebut orang sebagai ekstream kanan
dalam pemikiran Islam, dan juga metode asy’ari ini bisa dikatakan sebagai metode moderat.
Fokus pendekatan Islam (oleh para ilmuwan muslim) adalah untuk mencapai keselamatan
baik di dunia maupun akhirat. Al Qur'an dan Hadits berfungsi sebagai sumber ajaran utama
dan merupakan pedoman yang dijamin tidak akan tersesat selamanya.
Untuk memahami Islam sebagai sebuah sistem yang bersumber pada Al Qur'an dan Hadits
sebagai sumber ajarannya, diperlukan berbagai pendekatan metodologi pemahaman Islam yang
tepat, akurat, dan responsif. Dengan demikian, Islam diharapkan dapat dipahami secara
menyeluruh dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, N., Ushuluddin, F., Studi, D. A. N., Negeri, U. I., & Utara, S. (2021). BUKU AJAR
METODOLOGI STUDI ISLAM I.
Danil, M. (2020). Pentingnya Memahami Peran Metodologi Studi Islam Terhadap Generasi
Milenial Di Era Digitalisasi. Profetika: Jurnal Studi Islam, 21(2), 223–230.
https://doi.org/10.23917/profetika.v21i2.13082
Dr. H. M. Rozali, M. (2020). Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin
Keilmuan.
Dr. Ma’mun Mu’min, M, A. M. S. M. H. (2016). Metodologi Ilmu Tafsir.
DR. Nawir Yuslem. MA. (2001). Ulumul-hadis-fix (pp. 1–496). pp. 1–496.
Fahrurrozie, R. (2017). berbagai-pendekatan-dalam-studi-islam @ www.rendrafr.com.
Retrieved from https://www.rendrafr.com/2017/08/berbagai-pendekatan-dalam-studi-
islam.html?m=1
Hart, M. H., & Hikmah, P. (n.d.). Michael H. Hart, 100 Orang Paling Berpengaruh di Dinia
Sepanjang Sejaran (Terjemahan) (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2009).
Iman, M. S. (2015). TARBIYATUNA, Vol. 6 No. 2 Desember, 2015 153. 6(2), 153–171.
Retrieved from file:///D:/Users/Downloads/document (11).pdf
Ini, B. H. (2021). mengenal-ilmu-tafsir-yang-mengkaji-makna-hukum-serta-ibrah-dalam-
alquran-1wvdkIiEacE @ kumparan.com. Retrieved from https://kumparan.com/berita-
hari-ini/mengenal-ilmu-tafsir-yang-mengkaji-makna-hukum-serta-ibrah-dalam-alquran-
1wvdkIiEacE/3
Muchasan, A. M. S. M. N. (2023). Judul Artikel : Metodologi Te ologi Al Asy ’ ary dan
Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia METODOLOGI TEOLOGI AL
ASY ’ ARY DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
gilangcempaka78@gmail.com dimaksudkan untuk membahas pengaruh me. 9(2), 163–
183.
Suyanta, S., Suwar, A., & Dahri, D. (2023). Metodologi Studi Tasawuf: Wahdatul Wujud
Hamzah Fansuri. Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam, 4(2), 514–526.
https://doi.org/10.22373/tadabbur.v4i2.300

12

Anda mungkin juga menyukai