Anda di halaman 1dari 18

RUANG LINGKUP STUDI ISLAM

DAN PEMBIDANGAN STUDI ISLAM


Makalah diajuakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

Dosen Pengampu:

Dea Rakhimafa wulandari, M.Pd

Disusun oleh:

Ayu Alfiyah 2023750126001


Wafiq Azizah Sujatmiko 20230750126024

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF(STAIM)


MAGETAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT tuhan
semesta alam yang mana atas limpahan rahmat dan juga karunia-Nya sehingga
dapat tersusun makalah ini dengan sebaik-baiknya tanpa kendala apapun.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas perkelompok mata kuliah
Metode Studi Islam. Makalah ini telah kami susun sebaik baik mungkin dan
mendapatkan bantuan serta doa dari teman dan dari beberapa pihak sehingga
memudahkan kami untuk menyelesaikannya tanpa kendala apapun. Untuk itu
kami ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang ikut
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari pembuatan makalah ini
baik itu dari segi susunan kalimat ataupun tata bahasa yang digunakan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar kiranya kami
dapat memperbaiki kesalahan yang ada pada makalah kami ini.
Semoga,dengan tersusunnya makalah kami ini dapat memberi sedikit
pengetahuan lagi kepada semua pembaca, terima kasih.

Medan, 18 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Metodologi Ruang Lingkup Studi Islam.......................................................3
B. Metodologi Pembidangan Studi Islam..........................................................6
1. Klasifikasi agama......................................................................................6
2. Pembidangan Agama Islam.......................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang lingkup Islam juga merupakan produk sejarah misalnya tentang
fiqh/mazhab,tasawuf/sufi, filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi
Islam. Dalam beberapadasawarsa terakhir ini kita melihat semakin tumbuh dan
maraknya kesadaran dikalangan kaummuslim untuk lebih patuh kepada
ketentuan-ketentuan hukum Islam. Gejala ini untuk konteksIndonesia
misalnya, terlihat pada kebangkitan Jilbab, busana muslim, tuntunan
pencantumanlabel halal-haram pada makanan, penerapan sistem ekonomi dan
perbankan Islam dansebagainya. Bangunan pengetahuan kita pada wilayah
Islam tersebut adalah produk sejarah yangdapat dijadikan sasaran penelitian.1
Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi unsurunsurnya
sebagai berikut, yaitu: substansi yang disembah, kitab suci,
pembawa ajaran, pokok-pokok ajaran, dan aliran-alirannya.
Ditinjau dari segi sumbernya, ada dua macam agama, yaitu: (1)agama
budaya, yakni agama ciptaan manusia sendiri, dan (2) agamawahyu, yakni
agama yang diwahyukan Allah SWT kepada manusia.Selain itu, ada beberapa
klasifikasi yang dibuat para ahli tetangagama. Ahmad Abdullah Al-Masdoosi
dalam bukunya Living Religion ofThe World yang dikutip E.S. Anshari (1987:
126-128), menulis :eligion can also be classified of the following grounds : (1)
Revealedand non revealed; (2) Missionary and non-missionary; and (3)
Geografhical-racial and universa2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metodologi ruang lingkup studi islam?
2. Apa saja metodologi ruang lingkup studi islam?
3. Apa saja metodologi pembidangan dalam studi islam?

1
Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 214
2
Abuy Sodikin Badruzzman, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Tunas Nusantara, 2000), h,23

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ruang lingkup studi islam
2. Mengetahui apa saja metodologi ruang lingkup studi islam
3. Mengetahui apa saja metodologi pembidangan studi islam
4. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metode Studi Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metodologi Ruang Lingkup Studi Islam


Disini juga membahas mengenai ruang lingkup studi islam. Ruang
lingkup studi islam ini bahwasannya membahas kajian mengenai keislaman
yang pada dasarnya mengikuti segala wawasan dan juga keahlian para
pengkajiannya, dikalangan umat islam pastinya sanngat berbeda tujuan dan
juga berbeda motivasi antara orang-orang yang diluar ajaran umat islam.
Biasanya tujuan umat islam itu yang bertujuan untuk memahami serta
mendalami ajaran-ajaran nuansa islam agar dapat menjalankannya denngan
benar tidak tersesat.
Ruang lingkup studi islam yang menurut Muhammad Nur Hakim
bahwasannya ia membahas sesungguhnya tidak semua aspek agama khususnya
agama islam itu dapat menjadi obyek studi. Adapun untuk memahami suatu
agama juga khususnya agama islam ada dua model yaing perlu diperhatikan
yaitu model tekstual dan kontokstual, tekstual ini maksudnya adalah
memahami agama islam dalam pedoman Al Qur’an dan Hadits sedangkan
kontekstual adalah memahami agama islam itu hanya lewat realitas social saja.
3

Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi unsurunsurnya


sebagai berikut, yaitu: substansi yang disembah, kitab suci,pembawa ajaran,
pokok-pokok ajaran, dan aliran-alirannya.
1. Substansi yang disembah
Dalam setiap agama, esensi dari keagamaan adalahpenyembahan pada
sesuatu yang dianggap berkuasa. Substansiyang disembah menjadi pembeda
dalam ketegorisasi agamanya.Ada yang memusyrikan Allah dan ada yang
mentauhidkan Allah.

3
Dedi Wahyudi, “Konsepsi Al Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi dalam Pendidikan Islam,”
Hikmah 12, no. 2 (2016): 252.

3
2. Kitab Suci
Kitab suci merupakan salah satu ciri khas dari agama. Bila suatuagama tidak
memiliki kitab suci, maka sulit untuk dikatakansebagai suatu agama.Adapun
kitab suci agama yang ada di dunia ini dikelompokkanmenjadi kitab agama
Samawi dan kitab Tabi’i. Agama Samawiseperti: agama Yahudi berkitabkan
Taurat; agama Nasraniberkitabkan Injil; dan agama Islam berkitabkan Al-
Qur’an.Sedangkan yang termasuk kategori agama Tabi’i seperti
agamaHindu berkitabkan Wedha (Veda) atau disebut pula
dengan“Himpunan Sruti”. Sruti dan Veda artinya tahu atau
pengetahuan.Agama Budha kitabnya Tripitaka. Sedangkan agama-
agamaseperti Shinto, Tao, Khong Hucu bersumber dari aturan-aturanyang
dihimpun dalam buku-buku (kitab-kitab) pedoman masing-masing.

3. Pembawa Ajaran
Pembawa ajaran suatu agama bagi agama Samawi disebutNabi (Rasul). Para
Nabi atau para Rasul menerima wahyu dari Allah dan yang menyampaikan
kepada masyarakat berdasarkanwahyu yang diterimanya.Dalam agama
Tabi’i, proses kenabian kadang-kadang melalui
proses evolusi yang dihasilkan berdasarkan sebuah julukan yang
sengaja dikatakan untuk (sebagai) penghormatan tanpa adanya
pengakuan berdasarkan wahyu dari Allah SWT.

4. Pokok-pokok ajaran
Setiap agama, baik agama wahyu maupun agama ardi/tabi’i,mempunyai
pokok-pokok ajaran atau prinsip ajaran yang wajibdiyakini bagi
pemeluknya. Pokok ajaran ini sering disebut denganistilah “dogma”, yakni
setiap ajaran yang baik percaya atau tidak,bagi pemeluknya wajib untuk
mempercayainya.

5. Aliran-aliran

4
Setiap agama yang ada di dunia ini baik agama Samawiataupun agama
Tabi’i memiliki aliran-aliran yang berkembangpada agama masing-masing
yang diakibatkan karena adanyaperbedaan pandangan. Perbedaan
pandangan baik peroranganmaupun secara kelompok, mengakibatkan
timbulnya suatu aliranyang masing-masing kelompok memperkuat pendapat
pahamkelompoknya.
Perkembangan ajaran Islam, tidak terlepas dari adanya aliranaliran (paham
paham). Walupun tidak sampai pada berubahnyahal-hal pokok dalam
ajaran, dalam Islam perbedaan merupakanrahmat. Sedangkan dalam agama
selain Islam, perkembanganaliran sering menjadikan agama tersebut
berubah pada masalahmasalah pokok. Seperti berubahnya paham ketuhanan
dalamagama Tauhid menjadi agama yang musyrik (syirik kepada Allah)
Metodologinya pun dikembangkan dengan lebih dinamis menyesuaikan
perkembangan zaman. Dalam Islam pendidikan disebut dengan ta’dîb. Kata
ta’dîb mengarah pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur
pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Kemudian
istilah tarbiyah lebih dikenal dalam dunia Islam sebagai pendidikan Islam.
Banyak definisi yang diajukan tentang pendidikan Islam bahkan para pakar
sekali pun. Masing-masing definisi memiliki relevansi (keterkaitan) dan
kesamaan makna secara hakiki meskipun berbeda agama dan bahasa yang
digunakan. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek
yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda yang dewasa
dan berahklak agar memiliki kepribadian yang baik dan utama. Setiap angkatan
geneasi muda yang memiliki semangat dan kekuatan yang masih murni
diharuskan untuk menciptakan suatu metode-metode yang baru sesuai zaman
yang baru pula.4
Metode dan pendekatan dalam Studi Islam mulai diperkenalkan oleh para
pemikir Muslim Indonesia sekita tahun 1998 melalui beberapa metode tertentu
misalnya seperti sunan wali songo menyampaikan islam dengan cara
perwayangan dan ilmu pengetahuan ini menjadi matakuliah baru dengan nama
Metodologi Studi Islam (MSI) yang diajarkan di lingkup Perguruan Tinggi

4
Churahman and Musfiqon, “DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM”.

5
Agama Islam di Indonesia. Pandangan terhadap islam yang demikian itu dapat
menimbulkan perbedaan dalam penyampaian atau penjelaskan Islam itu sendiri
karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ketika Islam dilihat
dari sudut pandang normatif, maka Islam merupakan agama yang Islam di
Indonesia. Pandangan terhadap islam yang demikian itu dapat menimbulkan
perbedaan dalam penyampaian atau penjelaskan Islam itu sendiri karena setiap
orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ketika Islam dilihat dari sudut
pandang normatif, maka Islam merupakan agama yang.5
Pada dasarnya ruang lingkup studi islam adalah tujuannya untuk
mempelajari agama islam yang dikategorikan untuk menghayati,
mengamalkan. Dengan tertanamnya keagamaan yang benar maka akan
terselamatkannya dari segala kesesatan. Karena apabila kita tidak mengetahui
agama islam dengan benar yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadis. Obyek
kajian Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fikih dan
taSawuf. Dalam aspek ini agama lebih bersifat penelitian budaya hal ini
mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu
bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu
Allah melalui proses penawaran dan perenungan. 6
Ruang lingkup metodologi studi Islam merupakan suatu hal yang
membahas bagaimana cara mencari solusi dari masalah-masalah yang terkait
dalam masyarakat dengan memecahkan masalah tersebut dengan kajian-kajian
yang mempunyai bermacam-macam analisis yang dijadikan satu kesatuan
melalui pendapat-pendapat pemikiran yang kemudian dianalisis agar
mendapatkan pemecahan masalah-masalah dengan baik sehingga tidak
menimbulkan permusuhan dan perselisihan.

B. Metodologi Pembidangan Studi Islam


C. Klasifikasi agama

Ditinjau dari segi sumbernya, ada dua macam agama, yaitu: (1)agama
budaya, yakni agama ciptaan manusia sendiri, dan (2) agamawahyu, yakni
5
Rokhzi, “Pendekatan Sejarah Dalam Studi Islam”.
6
Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Hamzah, 2006.

6
agama yang diwahyukan Allah SWT kepada manusia.Selain itu, ada beberapa
klasifikasi yang dibuat para ahli tetangagama. Ahmad Abdullah Al-Masdoosi
dalam bukunya Living Religion ofThe World yang dikutip E.S. Anshari (1987:
126-128), menulis :Religion can also be classified of the following grounds :
(1) Revealed and non revealed; (2) Missionary and non-missionary; and
(3)Geografhical-racial and universal.

a. Revealed and non Revealed Religions


Adapun yang dimaksud revealed religions (agama wahyu)ialah agama
yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepadaRasul-rasul-NYA dan
kepada Kitab-kitab-NYA serta pesannya untukdisebarkan kepada segenap
umat manusia.Menurut Marzali (2017:61) agama wahyu juga percaya
bahwa agama bukan buatan manusia,tapi bersumber dari kebenaran-
kebenaran yang berasal dari Tuhan yang diturunkan melalui malaikat
kepada nabi-nabi, dan nabi-nabimeneruskan ajaran-ajaran ini kepada
manusia. Agama bukanlah rekayasa yang ada dalam pikiran manusia
tentang adanya kekuatan dan makhluk adikodrati.7 Sedangkan
sebaliknya,non revealed ialah agama yang tidak memandang
essensialpenyerahan manusia kepada tata aturan Ilahi.Agama dalam kategori
revealed religion, menurut Al-Masdoosiialah Yudaisme, Kristen dan Islam.
Selebihnya termasuk pada nonrevealed religions. Agama-agama wahyu
bersangkutan dengan rasSemitik. Sedangkan agama-agama bukan wahyu
tidak adasangkutan apa-apa dengan ras Semitik.

b. Agama Missionary dan Agama Non-Missionary


T.W. Arnold dalam bukunya “The Preaching of Islam”,sebagaimana
dikutip Anshari (1987:126), memasukkan Budhisme,Kristen dan Islam pada
golongan agama missionary. SedangkanYudaisme, Brahmanisme dan
Zoroasterianisme dimasukkan padagolongan non missionary.Sehubungan
dengan penggolongan Arnold diatas, Al-Masdoosiberpendapat bahwa, baik

7
Marzali, A. (2017). Agama dan kebudayaan. Umbara, 1(1).
https://doi.org/10.24198/umbara.v1i1.9604

7
agama Nasrani maupun Budhisme,ditinjau dari segi ajarannya yang asli,
bukanlah tergolong agamamisssionary, sebagaimana juga agama-agama
yang lainnya (selainIslam). Jadi, menurut Al-Masdoosi hanya Islam sajalah
yangajarannya masih asli dan merupakan agama missionary. Dalam halini,
pendapat Al-Masdoosi dapat dijadikan rujukan, berdasarkanpada pemikiran
bahwa ajaran agama yang terjaga keasliannyasampai hari ini hanyalah
agama Islam.

c. Klasifikasi Rasial Geografikal


Ditinjau dari segi rasial dan geografikal, agama-agamadidunia ini
dapat dibagi atas : (a) Semitik; (b) Arya; dan (c)Monggolian.Yang termasuk
ajaran Semitik ialah: Agama Yahudi, agamaNasrani dan agama Islam.
Sedangkan yang tergolong agama Aryaialah: Hinduisme, Jainisme,
Sikhisme dan Zoroasterianisme.Sedangkan yang tergolong non Semitik
Monggolian ialah:Confusianisme, Taoisme dan Shintoisme. Adapun
Budhisme, adayang menggolongkan kepada non Semitik Arya,
melainkancampuran antara Arya dan Monggolian.
Selain penggolongan di atas, ada juga yang menggolongkanagama
kepada agama Samawi dan bukan Samawi. Ada pula yang membaginya itu
ke dalam penyebutan agama Samawi/kitabi, danPaganis (watsaniyah) atau
agama positif (wadh’yah).
Adapun mengenai agama Samawi, perlu ditambahkanpenjelasannya di
sini bahwa, agama Samawi itu pada dasarnya satudengan prinsip dasar
aqidah, meskipun berbeda-beda syari’atnyaberdasarkan kondisi zamannya.
Inilah yang dijelaskan oleh al-Qur’an(firman Allah SWT) berikut ini :
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang
telahdiwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamudan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa, yaitu:‘Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya’ ”.(Asy-Syu’ara :13)
Maka dari itu, seluruh Rasul Allah adalah seorang muslim danmenyerukan
agama Islam. Firman Allah SWT :

8
“Ibrahim bukanseorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi
diaadalah seorang seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah)”.
(Ali-Imran : 67)
Selanjutnya, setelah memperhatikan uraian di atas, perludikemukakan
di sini pandangan Islam terhadap pemeluk agama lain(di luar Islam).
Pemeluk agama lain dalam Islam digolongkan menjadiempat golongan,
yakni :
a. Golongan Ahli Zimmah; Golongan yang mendapat jaminanTuhan
dalam hak dan hukum negara. Terhadap golongan iniberlaku hukum dan
hak yang sama dengan kaum muslimin,antara lain : hak perlindungan,
perlindungan nyawa, badan, dankehormatan;
b. Golongan Musa’man; Pemeluk agama lain yang minta perlindungan
keselamatan jiwa dan hartanya. Terhadap golongan
ini tidak dilakukan hak dan hukum negara, tetapi mereka wajib
c. Golongan Mu’ahad; Golongan yang mengadakan perjanjian
dengan orang Islam baik disertai tolong menolong, bela membela
atau tidak;
d. Golongan Harbi; Golongan yang menggangu keamanan dan
ketertiban. Bagi golongan ini, umat Islam diizinkan untuk
melawan.

D. Pembidangan Agama Islam


Bidang-bidang agama dalam ajaran Islam, secara garis besarmeliputi
tiga hal, yaitu : Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Berikut iniadalah uraiannya.

a. Aqidah
Kata aqidah berasal dari kata ‘aqada, yuaqidu, aqdan atauaqidatan,
yang berarti mengikatkan. Sedangkan secara istilah,pengertian aqidah
sering disamakan dengan pengertian keimanan. Sayid Sabiq dalam
mendefinisikan aqidah atau keimanan,mengajukan enam pengertian dari
aqidah atau keimanan, yaitu :
a. Makrifat kepada Allah, makrifat dengan nama-nama-Nya yangtinggi.
b. Makrifat terhadap alam yang ada dibalik alam semesta ini.

9
c. Makrifat terhadap kitab-kitab Allah SWT.
d. Makrifat terhadap Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang dipilih Allah.
e. Makrifat terhadap hari akhir dan peristiwa yang berkaitandengan itu
seperti kebangkitan dari kubur (hidup sesudahmati).Makrifat terhadap
takdir (qadha dan qadar).
Memperhatikan uraian diatas, tampaklah bahwa aqidahidentik
dengan rukun iman yang enam dan sesuai dengankandungan ayat berikut
ini :
“Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-
Nyadan kepada kita yang diturunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan
sejauhjauhnya”.(Q.S. An-Nisa : 136)
Sedangkan menurut Dedi Wahyudi (2017:2) Aqidah secara umum adalah
kepercayaan, keimanan, keyakinan secara mendalam dan benar lalu
merealisasikannya dalam perbuatannya. Sedangkan aqidah dalam agama
Islam berarti percaya sepenuhnya kepada ke-Esa-an Allah, dimana Allah-
lah pemegang kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala apa yang ada
di jagad raya.8

b. Syari’ah
Dalam konteks kajian hukum Islam, yang dimaksud syari’ahadalah
kumpulan norma hukum yang merupakan hasil dari tasyri’.Kata tasyri’
juga merupakan bentuk masdar dan syari’ah, yangberarti menciptakan
dan menetapkan syari’ah.
Sedang dalam istilah para ulama fiqh, syari’ah
bermakna“menetapkan norma-norma hukum untuk menata
kehidupanmanusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan,
maupundengan umat manusia lainnya”. Oleh sebab itu, dengan
melihatpada subyek penetapan hukumnya, para ulama membagi
tasyri’menjadi dua, yaitu : tasyri samawi (Ilahi) dan tasyri wadh’i.
8
Dedi Wahyudi, Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta: Lintang Rasi
Akasara Books, 2017. h.2

10
TasyriIlahi adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh
Allahdan Rasul-Nya. Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,
ketentuanketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak berubah, karena
tidakada yang kompeten untuk mengubahnya selain Allah.
Imam Syafi'i dalam kitabnya Ar-Risalah mencatat bahwa syari'ah
adalah pebuatan-perbuatan lahir yang bersumber dari wahyu dan natijah
(kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku
manusia). Dan para ahli hukum Islam banyak yang mengikuti perumusan
yang dibuat oleh Imam Syafi'i dimana beliau merumuskan kepada dua
hal:
1. Peraturan-peraturan yang bersumber pada wahyu menuju pada
syari'ah.
2. Merupakan kesimpulan-kesimpulan manusia yang berasal dari
wahyu.9
Sedang tasyri wadh’i adalah ketentuan hukum yang
dilakukanlangsung oleh para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hukum
hasilkajian mereka ini tidak memiliki sifat keabadian dan bisa
berubahrubah karena merupakan hasil kajian nalar para ulama yang
tidakma’sum sebagamana Rasulullah.
Syari’ah mencakup dua hal, yaitu: aspek ibadah dan
aspekmuamalah. Yang dimaksud dengan ibadah ialah
mengetahuiketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan
penghambaanseorang mukalaf kepada Allah sebagai Tuhannya.
Sedangkanpengertian muamalah dapat ditelusuri dari kajian fiqh
muamalah,yang mencakup pembahasan tentang ketentuan-ketentuan
hukummengenai kegiatan perekonomian, amanah dalam bentuk
titipandan pinjaman, ikatan kekeluargaan, proses penyelesaian
perkaralewat pengadilan, dan termasuk juga masalah distribusi
hartawarisan.

9
Sutisna, Syariah Islamiya, (Bogor: PT.Penerbit ITB Press nggota IKAPI, 2015), h. 2

11
c. Akhlak
Secara etimologi, bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arabyang
berarti budi pekerti. Sinonimnya etika dan moral. Etikaberasal dari
bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moralberasal dari bahasa
Latin, mores, juga berarti kebiasaan. Dalammasyarakat Indonesia, istilah
yang sering digunakan ialah budipekerti.
Kata akhlak yang berasal dari kata khulqun atau
khuluqunmengandung segi-segi persesuaian dan erat hubungannya
dengankhalik dan mahluk. Karena memang akhlak juga
mengaturhubungan (tata hubungan) manusia dengan Tuhannya,
manusiadengan manusia lainnya (mahluk hidup), dan manusia
denganalam semesta. Untuk lebih memperluas pengertian
mengenaiakhlak, berikut ini dikemukakan pengertian akhlak menurut
paraahli, antara lain :
a. Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul-akhlak wa that-hirula’raq
mengemukakan bahwa Khuluk, perangai itu adalahkeadan gerak jiwa
yang mendorong kearah melakukanperbuatan dengan tidak
menghajatkan pikirannya.
b. Al-Ghazali sejalan dengan Ibnu Maskawaih di atas, dalambukunya
Ihya UlumudDin, mengemukakan bahwa Khuluk,perangai ialah suatu
sifat yang tetap pada jiwa, yangdaripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah,dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.
c. Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak mengemukakan
bahwaKhuluk ialah membiasakan kehendak.
Perlu juga dikemukakan di sini tentang istilah lain yang sering
dipergunakan dalam konteks istilah akhlak, yaitu adah dan
iradah.Maksud kata “adah” adalah bahwa perbuatan itu selalu
diulangulang sedan mengerjakannya dengan syari’at: adakecenderungan
hati kepadanya; dan pengulangan yang cukupbanyak. Sedang yang
dimaksud dengan “iradah” adalahmenangnya keinginan manusia setelah
dia bimbang.

12
Sedangkan menurut Rahmat Hidayat (2019: 4) dalam bukunya
mengatakan bahwa akhlak secara istilah tersebut lebih menitik beratkan
pandangan mereka pada aspek apa yang mendasari lahirnya perbuatan,
yaitu sifat yang tertannam dalam bathin manusia. Tetapi selanjutnya al-
Ghazali mengatakan bahwa kita tidak dapat melihat pada dasar-dasar
jiwa ini, yang dapat dilihat hanyalah bekasnya yaitu kelakuan, tingkah
laku atau perbuatan yang ditumbuhkannya.10

10
Rahmat Hidayat dkk, Akhlak Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2019). h. 4

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi unsur-unsurny
sebagai berikut, yaitu: substansi yang disembah, kitab suci, pembawa ajaran,
pokok-pokok ajaran, dan aliran-alirannya. Agama diklasifikasikan ditinjau dari
segi sumbernya, ada dua macam agama, yaitu: (1) agama budaya, yakni agama
ciptaan manusia sendiri, dan (2) agamawahyu, yakni agama yang diwahyukan
Allah SWT kepada manusia.Selain itu, ada beberapa klasifikasi yang dibuat
para ahli tetangagama. Ahmad Abdullah Al-Masdoosi dalam bukunya Living
Religion ofThe World yang dikutip E.S. Anshari (1987: 126-128),
menulis :Religion can also be classified of the following grounds : (1)
Revealed and non revealed; (2) Missionary and non-missionary; and
(3)Geografhical-racial and universal.
Pembidangan dalam Agama Islam secara garis besar meliputi tiga hal,
yaitu : Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Berikut ini adalah uraiannya.

B. Saran
Berdasarkan isi pembahasan bab diatas penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut : pentingnya kita sebagai mahasiwa atau mahasiswi untuk
mengetahui mengenai Metodologi Ruang Lingkup dan Pembidangan Studi
Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Hamzah, 2006.


Achmad Mulyadi, “Kontruksi Baru Metodologi Studi Hukum Islam: Perpaduan
Antara Inferensi Tektual dan Historis (Sosial-Empirik-Kultural)”, JURNAL
KARSA (Terakreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012), vol. 10, no. 2 (2012), pp.
901–909.
Azra, Azyumardi. (1999). Konteks Berteologi di Indonesia. Jakarta: Paramadina
Badruzzman, Abuy Sodikin. (2000). Metodologi Studi Islam. Bandung: Tunas
Nusantara
Dedi Wahyudi, “Konsepsi Al Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi dalam
Pendidikan Islam,” Hikmah 12, no. 2 (2016): 252.
El-Banat: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam 6, No. 1 (2016): 24.
Hidayat, Rahmat dkk. (2019). Akhlak Tasawuf. Medan: Perdana Publishing
Marzali, A. (2017). Agama dan kebudayaan. Umbara, 1(1).
https://doi.org/10.24198/umbara.v1i1.9604
Sutisna. (2015). Syariah Islamiya. Bogor: PT.Penerbit ITB Press nggota IKAPI
Toha Machsun, “Beberapa Pendekatan Metodologis Ilmu Sosial Dalam
Perspektif Studi Islam,”

15

Anda mungkin juga menyukai