Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana
telah memberikan kita nikmat sehat, rahmat dan segala karunianya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dari beberapa
sumber dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Islam.
Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Metode Studi Islam yang berjudul Pendekatan Teologis Normatis Penulis
juga ucapkan terimakasih pada pihak yang telah membantu dalam penulisan
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna mengingat keterbatasan ilmu, pengalaman, karena penulis masih dalam
taraf belajar. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat untuk saya khususnya dan
bagi seluruh pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1. Latar belakang.............................................................................
2. Rumusan masalah........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di
dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak
boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar
disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konseptual menunjukkan cara-cara
yang paling efektif dalam memecahkan masalah. Namun apa yang terjadi di
lapangan sangatlah jauh berbeda dengan harapan dan idealitas yang datang dari
agama itu sendiri. Islam sebagai agama yang berisi tentang wahyu tuhan - masih
banyak dipahami oleh kebanyakan orang sebagai ajaran yang bersifat normatif-
teologis sehingga mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang final, ajeg dan
taken for granted.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma, ajaran,
acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk, yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan.Dalam hubungan ini kata norma erat hubungannya
denganakhlak, yaitu perbuatan yang muncul dengan mudah dari kesadaran jiwa
yang bersih dan dilakukan atas kemauan sendiri, bukan berpura-pura dan bukan
pula paksaan. Selanjutnya karena akhlak, merupakan inti dari agama, bahkan inti
ajaran al-Qur’an, maka norma sering diartikan pula agama. karena agama tersebut
berasal dari Allah, dan sesuatu yang berasal dari Allah pasti benar adanya, maka
norma tersebut juga diyakini pasti benar adanya, tidak boleh dilanggar, dan wajib
dilaksanakan.
Hal tersebut memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap perilaku
para pengikut teologi normatif ini.10Pemikiran teologi yang keras akan
mendorong pengikutnyamenjadi agresif, sementara teologi yang "kalem"
cenderung menggiring pengikutnya bersikap deterministik dan "pasrah".
Kondisi teologi yang seperti ini terus berlangsung dan berkembang sampai
sekarang, bahkan telah menjadi taken for granted, telah menjadi ortodoks dan
tidak bisa diganggu gugat. Atau menurut istilah Arkoun telah terjadi taqdis al-
fikr12, sehingga tidak ada lagi kritik ontologism, epistimologis maupun
aksiologis. Yang ada hanyalah pengulangan dan penjabaran (syarah) dan sistem
pendidikan Islam seperti pesantren, IAIN, STAIN atau perguruan tinggi Islam
lainnya, turut melestarikan model pemikirian ini.
Padahal, model dan kondisi pemikiran teologis seperti ini tidak memberikan
dampak yang kondusif bagi perkembangan pemikiran dan tindakan masyarakat,
tetapi justru sebaliknya. Pertama, akibat pemikiran yang teosentris, teologi Islam
menjadi ahistoris, tidak kontekstual dan tidak empiris. Ia hanya berbicara tentang
Tuhan dan apa yang dilangit, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
persoalan-persoalan real yang dihadapi oleh manusia, sehingga teologi Islam tidak
mampu memberikan jalan keluar bagi persoalan-persoalan kemanusiaan seperti
kemiskinan, keterbelakangan, perbedaan dan pertarungan antara etnis dan agama,
dampak lingkungan dan seterusnya.
Pembedaan ini sah adanya, meskipun kedua istilah ini juga boleh digunakan
untuk menunjukkan maksud yang sama. Secara harfiyah, pendekatan
normatifteologis dalam memahami agama (Islam) dapat diartikan sebagai upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap
sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan
memperhatikan uraian di atas, terlihat bahwa pendekatan teologi dalam
memahami agama cenderung bersikap tertutup, tidak ada dialog, parsial, saling
menyalahkan, saling mengkafirkan, yang pada akhirnya terjadi pengkotak-kotakan
umat, tidak ada kerja sama dan tidak terlihat adanya kepedulian sosial. Dengan
pendekatan demikian, agama cenderung hanya merupakan keyakinan dan
pembentuk sikap keras dan tampak asosial. Melalui pendekatan teologi ini agama
menjadi buta terhadap masalah-masalah sosial dan cenderung menjadi lambang
atau identitas yang tidak memilik makna. Jadi, Agama lebih-lebih teologi – tidak
lagi terbatas hanya sekedar menerangkan hubungan antara manusia dan Tuhan-
Nya – tetapi secara tidak terelakkan juga melibatkan kesadaran berkelompok
(sosiologis), kesadaran pencarian asal-usul agama (antropologis), pemenuhan
kebutuhan untuk membentuk kepribadianyang kuat dan ketenangan jiwa
(psikologis) bahkan ajaran agama tentu dapat diteliti sejauh mana keterkaitan
ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup (way of life) yang memberi
dorongan yang kuat untuk memperoleh derajat kesejahteraan hidup optimal
(Amin Abdullah, 2002: 10). Dalam hubungannya dengan nilainilai etika yang
fundamental, agama juga dapat didekati secara filosofis. Belum lagi jika dilihat
dalam kaitannya dengan fungsi keprofetisan agama yang lebih menekankan
pandangan kritis terhadap situasi lingkungan sekitar. Di situ tampak, bahwa
fenomena “agama” memang perlu didekati secara multi-dimensional approaches
(pendekatan multidimensi).Asumsi Dasar Terhadap Islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Islam mencatat bahwa perkembangan teologi Islam di dunia Islam
dibagi ke dalam tiga periode atau zaman, yaitu zaman klasik (650-1250 M),
zaman pertengahan (1250- 1800 M) dan zaman modern (1800 dan seterusnya).
Teologi memiliki peranan yang cukup signifikan dalam upaya membentuk pola
pikir yang nantinya akan berimplikasi pada perilaku keberagamaan seseorang.
Pendekatan teologis normatif adalah upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkan dengan yang lainnya. Pendekatan teologis normatif menekankan
pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan yang masingmasing bentuk
formal atau simbol-simbol keagamaan teologi mengklaim dirinya yang paling
benar, sedangkan yang lainnya salah. Dampak dari pendekatan teologis normatif
teologi lahirnya corak pemikiran yang teosentris, teologi Islam menjadi ahistoris,
tidak kontekstual dan tidak empiris dan hanya berbicara tentang dirinya sendiri
dan tentang kebenarannya sendiri (truth claim). Disamping itu sulitnya
membedakan antara aspek normatif yang sakral dengan aspek yang hanya
merupakan hasil pemikiran (ijtihad ulama) yang bersifat relatif dan profane.
Akibat pemikiran teologis yang ada telah menjadi sakral semua. Sebagai upaya
untuk rekonstruksi pemikiran teologi, maka diperlukan pendekatan
antrophosentris. Pendekatan teologis antrophosentris tentu saja tidak bermaksud
mengubah doktrin sentral tentang ketuhanan, tentang keesaaan Tuhan, melainkan
suatu upaya untuk reorientasi pemahaman keagamaan, baik secara individual
maupun kolektif dalam menyikapi kenyataan kenyataan empiris menurut
perspektif ketuhanan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Faisal Anada Arfa, M.A.,(2015) Metode studi islam jalan tengah memahami
islam