Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami, Transaksi dalam Bisnis Islam, dan
Kajian tentang Kepercayaan dalam Bisnis Islam
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu: H. Mughni Muhit,

Disusun Oleh:
Enung Fauziah
Ilham Maulana Firmansyah
Muhammad Fahmi
Resti Fathimah

SEMESTER IV
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA'ARIF
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban kami dalam tugas ini. Adapun
harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai
“Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami, Transaksi dalam Bisnis Islam, dan
Kajian tentang Kepercayaan dalam Bisnis Islam” dengan maksud nantinya
pembaca dapat mengetahui perkembangannya dari awal sampai sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mungkin
kurangnya referensi sehingga tugas ini masih harus disempurnakan lagi, karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 11 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami

B. Transaksi dalam Bisnis Islam (aqd)

C. Kajian tentang Kepercayaan dalam Bisnis Islam

BAB III PENUTUP


A.

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ekonomi manusia sebenarnya telah tumbuh dan berkembang


bersamaan dengan umur manusia dialam raya ini. Oleh sebab itu,
sebagai manusia kita sudah melakukan kegiatan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk yang tampak maupun yang
tidak tambak. Salah satu contoh dalam kehidupan kita yaitu ekonomi
bisnis, dan bisnis itu sendiri ada dua macam, yaitu bisnis secara
syari’ah dan bisnis secara konvensional. Untuk itu dalam makalah ini
kita akan membahas apa itu “Bisnis Syari’ah dan Bisnis
Konvensional”. Pengertian serta permasalahan dalam kedua bisnis ini
tetap mencakup kepada kehidupan kita sendiri. Tetapi secara umum
kita juga akan mempelajari apa pengertian bisnis secara umum dan
bisnis secara islami.

Oleh karena itu, kita akan membahas bagaimana proses bisnis


syari’ah dan bagaimana proses bisnis konvensional, apa itu bisnis
syariah dan bisnis konvensional, apa kelebihan dan kekurangan bisnis
syari’ah dan bisnis konvensional, dan apa perbedaan bisnis syari’ah
dan bisnis konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami

Menurut Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karabet


Widjayakusuma, ada beberapa perbedaan bisnis islam dan non islam
diantaranya adalah :

No Bisnis Islami Bisnis Non Islami


1. Akidah Islami (nilai-nilai Sekularisme (nilai-nilai
transcendental) materialisme)
2. Dunia Akhirat Dunia
3. Profit, zakat dan benefit ( non Profit, pertumbuhan dan
materi), pertumbuhan, keberlangsungan
keberlangsungan, dan keberkahan
4. Tinggi, bisnis adalah bagian dari Tinggi, bisnis adalah kebutuhan
ibadah duniawi
5. Maju dan produktif, konsekuensi Maju dan produktif sekaligus
keimanan dan manfestasi konsumtif, konsekuensi aktualisasi
kemusliman diri
6 Cakap dan ahli di bidangya, Cakap dan ahli di bidangya,
konsekuensi dari kewajiban konsekuensi dari motivasi
seorang muslim punishmen dan reward
7. Terpercaya dan tanggung jawab, Tergantung kemauan individu
tujuan tidak menghalalkan segala (pemilik kapital), tujuan
cara menghalalkan segala cara
8. Halal Halal dan Haram
9. Sesuai dengan akad kerjanya Sesuai dengan akad kerjanya, atau
sesuai dengan keinginan pemilik
modal
10. Halal Halal dan Haram
11. Visi dan misi organisasi terkait Visi dan misi organisasi ditetapkan
erat dengan misi penciptaan berdasarkan pada kepentingan
manusia di dunia material belaka
12. Jaminan halal dari setiap Tidak ada jaminan halal bagi setiap
masukan, proses dan keluaran, masukan, proses dan keluaran,
mengedepankan produktivitas mengedepankan produktivitas dalam
dalam koridor syari’ah koridor manfaat
13. Jaminan halal bagi setiap Tidak ada jaminan halal bagi setiap
masukan, proses, dan keluaran masukan, proses dan keluaran,
keuangan, mekanisme keuangan mekanisme keuangan dengan bunga
dengan bagi hasil
14. Pemasaran dalam koridor jaminan Pemasaran menghalalkan segala cara
halal
15. SDM professional dan SDM professional, SDM adalah
kepribadian islam, SDM adalah faktor produksi dan bertanggung
pengelola bisnis dan bertanggung jawab pada diri dan majikan
jawab pada diri, majikan dan
Allah.
B. Transaksi dalam Bisnis Islam (Aqd)

Dalam transaksi bisnis islam, embrio kepercayaan dimulai dengan


pelaksanaan transaksi (akad/aqd) yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Segala pelaksanaan transaksi tersebut bertujuan untuk meniadakan angka
penipuan, persengketaan, ataupun segala macam dampak negatife yang timbul
dari suatu transaksi. Akad adalah salah satu awal mula terjadinya suatu transaksi
bisnis, yang ketika akad dijalani dengan fair, maka akan menghasilkan profit dan
benefit yang halal dan berkah.

1. Pengertian Akad (Aqd)

Transaksi atau aqd dalam fiqh al-muamalat adalah keterkaitan atau


pertemuan ijab dan qabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab dan qabul
yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan
oleh salah satu pihak. Qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra
akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad juga
merupakan tindakan hukum dua pihak, karena akad pertemuan ijab yang
merepresentasikan kehendak dari satu pihak, dan qabul yang menyatakan
kehendak pihak yang lainnya.

Adapun tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum, atau
lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang akan dituju dan hendak
diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad. Setidaknya ada dua istilah
dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan perjanjian yaitu, Al-Aqd (akad), dan
Al-Ahdu (janji).

Pengertian akad secara bahasa ada;lah ikatan ( ar-rabt), maksudnya adalah


menghimpun atau mengumpulkan dua ujung talidan mengikatkan salah satunya
pada yang lainnya sehingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali
yang satu.

C. Kajian Tentang Kepercayaan ( Trust ) dalam Bisnis Islam


1. Nabi Muhammad SAW sebagai Pribadi yang Terpercaya

Konsep kepercayaan (trust) menjadi isu yang sangat populer dalam bisnis
dan pemasaran, karena kepercayaan merupakan factor fundamental dalam
mengembangkan loyalitas konsumen. Nabi Muhammad SAW mengajarkan
bahwa kepercyaan merupakan modal utama dalam berbisnis karena ia memulai
bisnisnya dengan modal trust saja, tanpa bermodalkan harta benda. Etika
transcendental banyak ditemukan dalam ajaran islam dan tak terkecuali beberapa
bahasan tentang kepercayaan, karena risalah islam disebarkan di atas nama besar
al-amin yang melekat dalam diri Nabi Muhammad SAW.

Adapun kata kepercayaan (amanah) di dalam ayat Al-Qur’an, bercampur


dengan beberapa ayat yang berhubungan dengan keimanan ( amanu, amina,
amintum). Lebih lanjut lagi, ada beberapa ayat Al-Qur’an yang mengaitkan
agenda kepercayaan dengan keimanan dengan kemunafikan. Kepercayaan sangat
berhubungan erat dengan keimanan bertolak belakang dengan kemunafikan. Jadi,
disini bisa disimpulkan, bahwa kepercayaan mempunyai dimensi yang sangat luas
sekali. Ketika kepercayaan memasuki dimensi keimanan sesorang dengan
Rabbnya, maka manifestasi dari kepercayaan tersebut adalah ketundukannya
kepada sang pencipta, dengan beriman dan menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya.
2. Kepercayaan (Trust) dalam Bisnis dan Pemasaran

Kepercayaan konsumen mendapatkan perhatian yang cukup besar dari


para pelaku bisnis. Itulah sebabnya mengapa mayoritas pelaku bisnis melakukan
segala macam upaya untuk bisa membangun kepercayaan (trust), agar bisa
menjadi magnet yang bisa menjaring konsumen. Mereka berusaha melakukan
berbagai macam strategi, agar konsumen mendatangi mereka dan melakukan
sebuah transaksi bisnis, baik dalam skala kecil ataupun skala besar.

Ketika kepercayaan memasuki ranah bisnis, misalnya jika seseorang ingin


mempercayai atau dipercayai, berarti harus ada beberapa aktifitas yang
diusahakan, sebagai manifestasi untuk memberikan atau mendapatkan
kepercayaan tersebut. Karena kepercayaan bukanlah sesuatu yang ada dengan
sendirinya, dan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, kepercayaan adalah salah
satu simpul dari ikatan beberapa tali yang saling berkaitan.

3. Perilaku Antitrust dalam Bisnis dan Pemasaran

Dalam keputusan penjualan, timbul pertanyaan- pertanyaan seputar:

a. Penyuapan
b. Pencurian rahasia dagang
c. Penekanan pelanggan
d. Penyajian yang tidak benar
e. Pengungkapan hak pelanggan
f. Diskriminasi yang tidak adil

Dalam keputusan iklan, timbul pertanyaan-pertanyaan seputar:

a. Iklan palsu
b. Iklan yang menipu
c. Iklan untuk memancing dan mengalihkan
d. Cadangan promosi dan pelayanan

Dalam keputusan hubungan persaingan, timbul pertanyaan-pertanyaan


seputar:
a. Akuisisi antikompetitif
b. Hambatan masuk
c. Persaingan yang mematikan

Dalam keputusan pengemasan, timbul pertanyaan-pertanyaan seputar:

a. Pengemasan dan pelabelan yang jujur


b. Biaya yang berlebihan
c. Sumber daya yang langka
d. Polusi dan limbah

Segala hal yang berkaitan dengan beberapa permasalahan diatas, yang


berkaitan dengan etika dan hukum, termasuk dalam antithesis dari prilaku
kepercayaan (trust) itu sendiri. Ironinnya dalam kurun waktu beberapa tahun ini,
beberapa permasalahan diatas sangat marak sekali, sehingga banyak konsumen
yang menjadi korban.

Konseumen didera dengan kerugian yang berlipat ganda tanpa menyadari


bahwa mereka telah tertipu. Parahnya, mereka sangat memercayai segala macam
tipuan produsen dan distributor. Efek dari tipuan tersebut adalah maraknya
kepercayaan imitasi di kalangan konsumen, yang disebabkan karena menyebarnya
iklan dan promosi yang agresif dan persuasif. Sehingga secara tidak sadar,
konsumen mendapatkan sugesti yang berlebihan sehingga timbul kepercayaan
imitasi. Terlebih lagi jika focus konsumen yang dituju adalah anak-anak, yang
dengan cepat merespon segala macam bujukan yang ditampilkan dengan format
yang sangat menarik.

4. Kepercayaan (trust) untuk sebuah Kemaslahatan (al-Maslahah)

Beberapa bahasan tentang trust yang diajarkan oleh Nabi Muhammad


SAW di dalam berbisnis, sesuai dengan prinsip kemaslahatan (masalahah). Para
ulama terdahulu menyepakati bahwa tujuan diberlakukannya syariah (maqasid al-
shari’ah) adalah untuk memberikan kemasalahatan kepada manusia di dalam
kehidupan dunia dan akhirat, begitu juga sebaliknya, yaitu menghindari
kerusakan.

Kemaslahatan (al-mashlahah) secara etimologi adalah segala sesuatu yang


bermanfaat bagi manusia, yang dapat diraih oleh manusia dengan cara
memperolehnya maupun dengan cara menghindarinya.

5. Percepatan Kepercayaan (The Speed of Trust) Menurut Stephen M.R


Covey

Dalam bahasan tentang trust, seorang konsultan ahli uang concern,


meneliti tentang hal tersebut adalah Stephen M.R Covey. Ia berpendapat, jika
kadar kepercayaan (trust) sebuah perusahan atau instansi tinggi, maka selanjutnya
akan ditemui tingkat kesuksesan yang lebih cepat, dan juga lebih menekankan
biaya operasional. Begitu juga sebaliknya, jika trust rendah, maka yang terjadi
adalah tingkat kesuksesan yang rendah dam biayaopersional yang tinggi.
Kepercayaan seperti ragu pada roti, yang akan menjadikan sebuah perusahaan
ataupun instansi mengembang. Ketika terjadi suatu perkembangan kepercayaan,
maka aka nada diveden yang diterima oleh sebuah perusahaan. Bisa berupa
pemangkasan biaya-biaya operasional yang tidak diperlukan daln lain
sebagainnya. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi krisis pada kepercayaan, maka
aka nada pajak dari trust yang diterima. Misalnya, harus mengeluarkan biaya
ekstra untuk menggaji pengawas perusahaan. Covey juga membahas tentang
bnagunan the speed of trust yang dimulai dari kepercayaan terhadap diri sendiri,
kepercayaan terhadap hubungan bisnis, kepercayaan terhadap organisasi bisnis,
kepercayaan terhadap pasar, dan kepercyaan terhadap masyarakat.

6. Kepercayaan (trust) Menurut Wahbah Zuhaily

Kajian independent tentang kepercayaan secara tegas perspektif ekonomi


islam sama sekali belum ditemukan oleh penulis. Yang ada hanyalah kajian etika
secara umum yang termasuk dalam bahasan tentang akhlak, yaitu kejujuran dan
amanah. Akan tetapi, konsep kejujuran dan amanah berbeda dengan konsep
kepercayaan. Di dalam kajian tentang akad, bahsan tentang kepercayaan tersirat
dalam subbab akad tentang bay al-fudul, Wahbah Zuhaily dalam Al-Fiqh al-
islamy wa Adillatuh, menuliskan di dalam subbabnya tentang aqd al-fadalah. Hal
ini termasuk dalam bahasan tentang wakalah. Contoh dari akad fudul, seperti
yang disebutkan dalam hadits nabi tentang wakalah, bahwasannya nabi mengutus
Urwah al-Bariqy untuk membeli seekor domba dengan memberikannya satu
dinar. Akan tetepi, Urwah berhasil membeli dua domba dengan satu dinar dan
menjual kembali salah satu domba ini dengan harga satu dinar. Kemudian, ia
mendatangi Nabi dengan membawa satu domba dan satu dinar. Nabi memujinya,
padahal membeli dua domba dan menjual satu domba yang lain dilakukannya
tanpa seizin Nabi. Walau ada unsur kepercayaan antara Nabi dan Urwah, akan
tetapi, hal ini belumlah cukup untuk mematangkan konsep kepercayaan di dalam
akad. Jadi, haruslah meneliti kembali bagaimana bentuk konsep kepercayaan di
dalam fiqh muamalat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perbedaan mendasar antara bisnis syariah dengan bisnis konvensional


adalah adanya kaidah kesyariahan yang menjadi dasar dalam menjalankan
bisnis. Dalam menjalankan bisnis secara syariah, pelaku bisnis bertujuan
tidak saja memperoleh manfaat secara materi namun lebih dari itu, juga
untuk mencari keberkahan dan ridha dari Allah SWT. Dengan tujuan
tersebut, maka bisnis yang dijalankan akan senantiasa disesuaikan dengan
syariat Islam.

Dalam transaksi bisnis islam, embrio kepercayaan dimulai dengan


pelaksanaan transaksi (akad/aqd) yang sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadits. Segala pelaksanaan transaksi tersebut bertujuan untuk meniadakan
angka penipuan, persengketaan, ataupun segala macam dampak negatife
yang timbul dari suatu transaksi. Akad adalah salah satu awal mula
terjadinya suatu transaksi bisnis, yang ketika akad dijalani dengan fair,
maka akan menghasilkan profit dan benefit yang halal dan berkah.
DAFTAR ISI
Muhammad Ismail Yusanto & Muhammad Karebet Widjayakusuma, Menggagas
Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 22-23
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan di Indonesia, (Jakarta:Fakultas Hukum
Universitas Indonesia & Kencana-Preneda Media Group, 2006), 45-146
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, Terj. Hendra Teguh & Ronny A.
Rusli, dari judul aslinya Marketing Management, (Jakarta:PT Ikrar Mandiri
Abadi, 1997), 364.
Abu Ishaq Al-Shatibi, Al-Muwafaqat fi ushul al-Syari’ah, vol 2(Breirut: Dar al-
Ma’rifah, 1999)
Stephen M.R. Covay, The Speed of Trust, terj. Alvin Saputra, dari judul aslinya
The Speed og Trust, (Jakarta: Karisma Publishing, 2010), 1-55.

Anda mungkin juga menyukai