Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

“ ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM BISNIS “

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. Fauzi Firman Syahputra


2. Ficram Zulfani
3. Indah Kurnianti
4. Mega Silvia

FAKULTAS EKONOMI, HUKUM POLITIK DAN PSIKOLOGI


S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kewirausahaan dengan judul “Etika Bisnis dan
Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Samarinda,

Kelompok 5

i
Hadist
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

)‫(أخرجه البيهقى‬  َ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال ُم ْؤ ِمنَ ْال ُمحْ ت َِرف‬ َ َ‫ص ْم ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللا ع َْن َسالِ ْم ع َْن أَبِ ْي ِه قَا َل ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هلل‬ ِ ‫ع َْن عَا‬

“Dari ‘Ashim Ibn ‘Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa Rasulullah Saw.
Bersabda: “Sesungguhnya Allah menykai orang mukmin yang berkarya.”(H. R. Al-Baihaqi).

Berdasarkan hadits di atas dapat disebutkan bahwa berwirausaha merupakan kemampuan dalam
hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan
inovasi.

Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa
dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap
mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak pernah
khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi adalah mampu melakukan pembaruan-pembaruan
dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang
dan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya
kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.

Jadi orang yang berkarya akan memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak dengan
kreatifitas dan inovasinya untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
sebelumnya.

Contoh dari “al-mukmin al-muhtarif”  ditampakkan oleh generasi sahabat Rasulullah saw. dan


para imam. Abdurrahman bin Auf, melalui kelihaiannya membaca peluang yang ada, bahkan
berhasil menyingkirkan peran para pengusaha Yahudi sebagai pelaku ekonomi utama di
Madinah saat itu. Utsman bin Affan dengan usaha dagangnya (bahan pakaian) membesar hingga
menjadi sebuah konglomerasi usaha yang membawa banyak kebaikan bagi umat Islam di
madinah. Imam Abu Hanifah, selain sibuk mengurus umat dan menjaga syariat juga seorang
pedagang bahan pakaian yang amat jujur dan berhasil. Sedangkan pada zaman sekarang banyak
para pengusaha-pengusaha yang telah sukses. Misalnya, Lucy Gani Wijaya. Bermula dari
keinginan mendapatkan uang saku kuliah pada tahun 1995. Dengan bendera Malioboro Craft, ia
membangun usaha kerajinan tangan: tas tangan, dompet, hingga wadah bolpoin berbahan
baku recycled paper. Produknya kini telah menembus pasar Eropa dengan sales representatif-nya
di Stuttgart (Jerman), Darwin (Australia), dan Ottawa (Kanada). Showroomnya di jalan
Demakan Baru 79 Tegalrejo, Yogyakarta.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................................i
HADIST..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial..................................................................2
2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen......................................................................................4
2.3 Etika Bisnis Yang Tidak Etis............................................................................................5
2.4 Filosofi etika dan tanggungjawab sosial...........................................................................5
2.5 Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial...................................................7
2.6 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial..................................................................7
2.7 Standar etika perusahaan.................................................................................................10
2.8 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial..............................................................................11
2.8.1 Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan..................................................................11
2.8.2 Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan..............................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 Simpulan.........................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan
persaingan oleh karena itu, diharapkan pelaku bisnis dapat menjalankan bisnis yang memenuhi
syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu
system juga diharapkan dapat memiliki tanggunjawab sosial terhadap masyarakat.
Stakeholder menghendaki agar pelaku bisnis atau perusahaan dengan segala bentuk
bisnisnyaberperilaku etis dan memiliki tanggungjawab terhadap komunitas, sosial, etika dan
hukum. System bisnis beropersi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggung jawab
sosial, peraturan pemerintah dan pihak Stakeholder ini menentukan tingkat keberhasilan yang
dapat diraih perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang sebenarnya dimaksud dengan etika dan tanggungjawab sosial?


 Bagaimana cara menerapkan etika berusaha dan tanggungjawab sosial dalam berbisnis?
 Apa saja jenis-jenis tanggung jawab sosial itu?
 Apakah yang dimaksud dengan keputusan bisnis yang tidak etis?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini di buat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kewirausahaan, dimana makalah ini menjelaskan tentang ruang lingkup etika  berusaha dan
tanggungjawab sosial. Selain itu makalah ini menjelaskan bagaimana cara berbisnis yang sesuai
dengan etika yang sebenarnya, karena etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan
loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan
persoalan perusahaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggungjawab social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

Stakeholder Etika dalam bisnis diantaranya sebagai berikut:


a. Konsumen; konsumen berkepentingan terhadap perilaku etis perusahaan berhubungan
dengan produk.

2
b. Karyawan; merupakan sumber ekonomi perusahaan yang penting.
c. Investor penanam modal ; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
dinvestasikan dalam kegiatan usaha perusahaan
d. Pemilik dan manajemen; berkepentingan menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik ,
manajemen serta stakeholder.
e. Pemasokbahan-bahan; pemasok berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan
dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan kelancaran hubungan dengan
pemasok.
f. Organisasi pekerja; berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin
atau memenuhi kewajiban untuk kehidupan para karyawan.
g. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas  usaha; pemerintah dalam mengatur
kelancaran usaha melalui berbagai kebijakan.
h. Bank penyandang dana perusahaan atau kreditur; bank maupun kreditur merupakan
sumberdana bagi kelancaran usaha perusahaan.
i. Investor penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
didinvestasikan dalam kegiatan perusahaan
j. Masyarakat; merupakan pihak yang mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya
memperngaruhi bisnis.
k. Kelompok khusus atau mitra usaha; merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama
dalam kegiatan operasional perusahaan.

Salah satu paham mengenai bisnis umum adalah kontradiksi antara etika, tanggungjawab
social dan laba. Seperti yang dikatakan pendiri bisnis , “sangat mungkin untuk menjadikan hidup
layak tanpa membahayakan integritas perusahaan, perseorangan dan lingkungan.” ( Hodgeett&
Kuratko, 1991). Manfaat perusahaan berprilaku etis adalah:
1) Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi.
2) Kerangka kerja yang kokoh memandu para manajer dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja perusahaan yang
semakin komplek.

3
3) Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
stakeholder.
4) Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.

Secara logika ekonomi (pencarian laba) mendominasi dalam pengambilan keputusan


bisnis, tetapi konsekuensi tersebut juga memiliki konsekuensi terhadap kemanusiaan (pekerja,
supplier, konsumen, maupun kehidupan sosial). konsekuansi pengambilan keputusan tersebut
akan menentukan eksistensi perusahaan kedepan. Keputusan etika yang tepat sesuai dengan
keinginan perusahaan dan stakeholder akan memberikan beberapa keuntungan sepertiimage yang
baik, reputasi disamping laba dalam jangka panjang ( Hunger& Whellen,2000; Cullen,
John,2005).

2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen


Etika muncul disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: ( Hunger& Whellen, 2000:
Kuratko & Hodgetts, 2007).
a. Perbedaan norma dan nilai budaya yang berbeda untuk setiap Negara, bahkan secara
geografis maupun etnis.
b. Tahap perkembangan nilai universal,yakni perkembangan moral yang terbentuk dari
keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai univerasal. Perkembangan moral individu
berjalan melalui tahap preconvetional, conventional, sampai tahap principle
c. Nilai-nilai individu dalam praktik manajemenperusahan, baik manjemen puncak maupun
stakeholder.
d. Tantangan kuatnyamashabrelativisme moral yang mengatakan bahwa moral bersifat
relative pada pribadi, sosial dan budaya.
Studi empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat faktor dilema etika Studi
empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat faktor dilemma etika diantaranya: conflict
of interest , personality traits, social responsibility to stakeholder dan level of openness.
Hunger & Whellen, (2000) memberi solusi pendekatan dasar yang dapat digunakan
sebagai titik awal pertimbangan pengambilan keputusan etika adalah:
1)      Pendekatan Utilitarian

4
2)      Pendekatan hak individu
3)      Pendekatan keadilan

2.3 Etika Bisnis Yang Tidak Etis

Merupakan suatu keputusan yang ada dalam dunia bisnis yang diambil dari dalam diri
yang terdapat dalam konteks pribadi yang tidak sejalan dengan aturan yan berlakku apalagi pada
zaman sekarang ini dunia sudah terjadi globalisasi yang dapat mempengaruhi kinerja manusia
yang sudah tergantung dengan teknologi yang semakin tidak mempertimbangkan pengambilan
keputusan yang etis.
Keputusan bisnis yang tidak etis adalah keputusan yang kebalikaan dari keputusan yang
etis dimana terdapat langkah-langkah:
 Tidak menentukan fakta-fakta
 Tidak mengidentifikasi para pemegang kepentingan
 Tidak mempertmibangkan alternatif-alternatif yang tersedia
 Tidak memperimbangkan bagaimanasebuah keputusan dapat mempengaruhi para
pemegang kepentingan
 Tidak membuat sebuah keputusan
 Tidak memantau hasil

2.4 Filosofi etika dan tanggungjawab sosial

Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi orang-
orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak
stakeholder dalam perusahaan.Tujuan etika adalah untuk memungkinkan individu membuat
berbagai pilihan di antara perilaku alternatif.

Banyak praktek manajemen perusahaan yang dengan mudah mendapatkan masalah dalam
tindakan tidak etis dan ilegal, yang sampai sekarang masih dipertanyakan dan menjadi bahan
kajian antara lain (Cavanagh dalam Hunger & Whellen, 2000) :

1. Kelalaian praktek manajemen pada tenaga nuklir, persenjataan dan pabrik bahan kimia
serta limbah industri.

5
2. Menolak memberikan perlindungan, pinjaman kepada minoritas.
3. Pembuangan limbah yang tidak pada tempatnya.
4. Produk dan penjualan produk rusak.
5. Keselamatan kerja dan kejahatan ekonomi sosial.
6. Diskriminasi dalam sex, ras, suku.

Dari sudut pandang strategi, suatu perusahaan wajib mempertimbangkan tanggungjawab


sosial di mana bisnis menjadi bagiannya. Argumen yang berkaitan dengan perilaku manajemen
perusahaan dalam etika dan tanggungjawab sosial adalah Hunger & Whellen (2000):
1. Moralitas
2. Pemurnian kepentingan diri sendiri
3. Teori investasi
4. Mempertahankan ekonomi

Beberapa ranah etika dan tanggungjawab sosial yang dapat dijadikan landasan dalam
melakuakan kegiatan secara etis dan tanggungjawab agar mampu diterima di area bisnis nasional
maupun multinasional harus patuh pada beberapa hal, sebagai berikut:
1. Konsumen, penyediaan produk dan aman, memberikan harga produk yang wajar, serta
kemudahan konsumen mendapatkan informasi terhadap produk yang dikonsusi.
Menurut Zimmerer (1986), beberapa hak pelnggan di antaranya hak keamanan, hak
untuk mengetahui, hak untuk di dengar, hak untuk pendidikan, hak untuk memilih.
2. Penanaman modal, perusahaan memiliki kewajiban dalam menyediakan pengambilan
investasi investor yang menarik dengan memaksimumkan laba perusahaan.
3. Tenaga kerja, perusahaan bertanggungjawab terhadap karyawan mulai dariperencanaan,
perekrutan, pengajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja serta kesejahteraan.
4. Wilayah usaha, menjaga perubahan politik lokal dan transfer teknologi. Memiliki efek
negatif yang minimal terhadap ekonomi dan kebijakan lokal. Melkukan bisnis sesuai
dengan hukum.
5. Sosial umum, menjaga kelestarian lingkungan, perlindungan kepentingan masyarakat
umum.

6
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan, produk maupun
jasa serta komunitas.
David Mc Clelland (1961) dalam Zimerrer & Scarborough (1998)memberikan solusi
awal uji etika untuk menilai perilaku. Beberapa uji etika yang menilai perilaku:
a. Prinsip berfaedah. Memilih kebaikan yang terbesar untuk jumlah orang banyak.
b. Kan’s categorical imperative. Bertindak sedemikian rupa sehingga tindakan yang di ambil
menjadi hukum universal
c. Golden rules. Perlakuan orang sebagaimana Anda mengharapkan mereka memperlakukan
Anda.
d. Uji televisi. Apaka kolega nyaman untuk menjelaskan tindakan pada pemirsa televisi
secara nasional.
e. Uji tandingan. Digunakan untuk memilih yang terbaik dan universal.
f. Uji masa depan. Respon etika dalam jangka panjang dalam berbagai dimensi ukuran.

2.5 Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang dapat berjalan dengan baik/survival memasuki tahap dua dan tiga dalm
respon tanggung jawab sosial. Aktivitas perusahaan sudah memasukan program tanggung jawab
sosial, proaktif memiliki keinginan mengevaluasi setiap aktivitas yang berhubungan dengan
publik ( social responsiveness ). Setiap keputusan manajer  perusahaan mempertimbangkan
keinginan stakeholder ( penyesuaian inside group dan outside group ) sebagai bagian integral
dari kehidupan perusahaan.

2.6 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis. Zimmmerer (1996)
memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :

7
a) Kejujuran. Pengusaha harus memiliki prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur, tidak
melakukan kecurangan, tidak berbohong,tidak mencuri.
b) Integritas. Memegang prinsip kebenaran, melakukan kegiatan dengan terhormat, berani
dan penuh pendirian.
c) Memelihara janji. Pengusaha yang baik selalu memegang janji, mentaati janji, penuh
komitmen dan dapat dipercaya.
d) Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada keluarga, perusahaan, bangsa dan negara. Mampu
memegang rahasia dan melakukan kegiatan secara tepat dalam konteks profsional.
e) Keadilan. Berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan dan kebaikan
orang lain, toleransi terhadap keberagaman.
f) Suka membantu orang. Saling membantu, suka menolong, memiliki belas kasihan
terhadap orang lain maupun masyarakat.
g) Hormat kepada orang lain. Menghormati martabat orng lain, menghormati hak dan
kebebasan orang lain.
h) Kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Berlaku sebagai warga negara yang baik,
mentaati aturan agama, negara, penuh kesadaran sosial.
i) Mengejar keunggulan. Melakuakan kegiatan dengan baik sesuai kemampuan dan
kompetensi. Mengejar keunggulan dalam segala hal dan penuh komitmen.
j) Dapat dipertanggung jawabkan. Segala kegiatan atau aktivirtas dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, legal formal.

Michael Bonner, et.al.,(1987) memunculkan model proses pengambilan keputusan etika


dengan memasukkan elemen sumber daya perusahaan dan lingkungan eksteren bagi penentu
perilaku etis. Beberapa elemen tersebut adalah lingkungan kerja, lingkungan pemerintah dan
legal formal, lingkungan sosial, profesional, personal dan atribut individu.

Dalam aplikasi, pengambilan keputusan etika mempergunakan rantai keputusan konsep


overwhelming factor  ( faktor yang menekan/situasional), yang pada situasi tertentu
membenarkan tindakan mengesampingkan salah satu atau beberapa elemen tersebut.

8
Disini kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu situasimuncul faktor penekan, maka
aturan yang digunakan adalah prinsip efek ganda. Jika alternatif yang dipilih dimaksudkan untuk
memaksimumkan akibat yang baik dan meminimumkan akibat yang jelek, maka menajer
perusahaan yang membuat keputusan memiliki kecenderungan mendapat simpati, jika keputusan
tersebut dipermasalahkan secara legal formal ( Donaldson, Thomas, 1989; Bonner, et.al,. 1987:
William, 1991). Cullen , B. John (2005:129) memberikan model alur analisis pengambilan
keputusan etika perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut :

1. Analisis ekonomi (economic analysis). Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui


kemampuan bisnis dalam mendatangkan profit sebagai bentuk tanggung jawab ekonomi
kepada stakeholder.
2. Analisis legal (legal analysis). Analisis legal fokus pada kesesuaian operasional perusahaan
(rules of the games) dengan legalitas formal antar Negara (host or home country law).
3. Analisis etika organisasi (organizational ethical analysis). Analisis etika organisasi
digunakan untuk kesesuaian budaya organisasi perusahaan dengan etika yang diterapkan.
4. Analisis sensitivitas budaya (cultural sensitivity analysis). Analisis sensitivitas budaya
digunakan untuk kesesuaian etika dengan budaya local di mana perusahaan beroperasi.
5. Analisis personal (personal analysis). Dan analisis personal focus pada kesesuaian dengan
moral dan kepercyaan personal stakeholder.

Tantangan perkembangan lingkungan dan respon yang cepat dari masyarakat akan peran
serta perusahaan terhadap kehidupan social,mengharuskan perusahaan cepat aktif dalam aktifitas
tanggung jawab social. Hawken dan McDonough (1993) dalam Koratko and Hodgetts
(2007)memberikan langkah awal secara praktis dan strategis guna kepekaan terhadap tanggung
jawab social. Enam langkah menuju bisnis yang baik (seven step to doing good bussines):
1. Melakukan efesiensi dengan pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the concept of
waste).
2. Memperbaiki system pertanggung jawaban (restore accountability).
3. Produk yang dihasilkan mereflesikan biaya yang dikeluarkan (make prices reflect cost).

9
2.7 Standar etika perusahaan

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan dan


tanggung jawab etikanya.
2. Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan
prinsip etis atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu memberikan
perilaku standar minimal  yang di harapkan dari manajemen. Kode etik memuat jenis
perilaku yang di harapkan dan memberikan kongkrit di perusahaan bagaimana berprilaku
secara etis setiap hari dalam perusahaan.
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan
perilaku etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang
melanggar kode etik tersebut.
4. Mempekerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung perseorangan
yang di sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5. Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program
pelatihan akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai
perusahaan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8. Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan
kesempatan memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak etis.
Sedangkan pemimpin memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk merespon
pelaksanaan perilaku etika tersebut
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan dalam
perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan kesempatan
untuk menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang ditetapkan.

10
2.8 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial

Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab sosial, tetapi
langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam berbisnis. Artinya, berbisnis bukan
hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga memiliki nilai mulia didalamnya.
Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program tanggung
jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, bahwa rokok memang
terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya program tanggung jawab sosial berupa
beasiswa dapat membuktikan bahwa kegiatan usaha tidak semata-mata hanya untuk mencari
keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan adanya
program tanggung jawab sosial.Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam bisnis, yaitu
tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible Entrepreneurship) dan keterlibatan
sosial dalam kewirausahaan (Social Involved Entrepreneurship). Dua jenis tanggung jawab
sosial ini dikemukakan oleh KPMG Ethics & Integrity Consulting sebuah lembaga di negara
Belanda.

2.8.1 Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan

Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan. Aksi
tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki tujuan tersendiri.SRE
tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu semua
sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan maka sudah
sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan perbedaan yang jelas
antara principle dan commerce.

11
2.8.2 Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan

Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE) memiliki
keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat ditunjukkan dengan
kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Perbedaannya dengan
SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan yang dalam. SIE memiliki tinjauan umum
bahwa bisnis bukan semata-mata hanya tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu, salah
satunya yaitu persamaan rasa ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.

Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan pembangunan
gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa yang dibutuhkan, tetapi
juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian jangka panjang. Jadi, SIE benar-
benar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk membangun masyarakat seperti
penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan diskriminasi, dan lain-lain. Dengan ini
maka SIE berlawanan dengan SRE, bahwa SIE menjalankan commerce-nya bersinergi dengan
principle.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan,

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membantu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Berperilakulah jujur dalam segala hal guna menunjang kesuksesan kita
dalam berbisnis.

13
DAFTAR PUSTAKA

HC. Heru kristanto.2009. Kewirausahaan Enterprenership (kewirausahaan pendekatan


manajemen dan praktik). Jakarta. ISBN.
Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo.
Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai