KEWIRAUSAHAAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kewirausahaan dengan judul “Etika Bisnis dan
Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Samarinda,
Kelompok 5
i
Hadist
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
)(أخرجه البيهقى َصلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال ُم ْؤ ِمنَ ْال ُمحْ ت َِرف َ َص ْم ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللا ع َْن َسالِ ْم ع َْن أَبِ ْي ِه قَا َل ق
َ ِال َرسُوْ ُل هلل ِ ع َْن عَا
“Dari ‘Ashim Ibn ‘Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa Rasulullah Saw.
Bersabda: “Sesungguhnya Allah menykai orang mukmin yang berkarya.”(H. R. Al-Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas dapat disebutkan bahwa berwirausaha merupakan kemampuan dalam
hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan
inovasi.
Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa
dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap
mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak pernah
khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi adalah mampu melakukan pembaruan-pembaruan
dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang
dan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya
kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.
Jadi orang yang berkarya akan memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak dengan
kreatifitas dan inovasinya untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
sebelumnya.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
HADIST..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial..................................................................2
2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen......................................................................................4
2.3 Etika Bisnis Yang Tidak Etis............................................................................................5
2.4 Filosofi etika dan tanggungjawab sosial...........................................................................5
2.5 Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial...................................................7
2.6 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial..................................................................7
2.7 Standar etika perusahaan.................................................................................................10
2.8 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial..............................................................................11
2.8.1 Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan..................................................................11
2.8.2 Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan..............................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 Simpulan.........................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggungjawab social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
2
b. Karyawan; merupakan sumber ekonomi perusahaan yang penting.
c. Investor penanam modal ; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
dinvestasikan dalam kegiatan usaha perusahaan
d. Pemilik dan manajemen; berkepentingan menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik ,
manajemen serta stakeholder.
e. Pemasokbahan-bahan; pemasok berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan
dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan kelancaran hubungan dengan
pemasok.
f. Organisasi pekerja; berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin
atau memenuhi kewajiban untuk kehidupan para karyawan.
g. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha; pemerintah dalam mengatur
kelancaran usaha melalui berbagai kebijakan.
h. Bank penyandang dana perusahaan atau kreditur; bank maupun kreditur merupakan
sumberdana bagi kelancaran usaha perusahaan.
i. Investor penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
didinvestasikan dalam kegiatan perusahaan
j. Masyarakat; merupakan pihak yang mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya
memperngaruhi bisnis.
k. Kelompok khusus atau mitra usaha; merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama
dalam kegiatan operasional perusahaan.
Salah satu paham mengenai bisnis umum adalah kontradiksi antara etika, tanggungjawab
social dan laba. Seperti yang dikatakan pendiri bisnis , “sangat mungkin untuk menjadikan hidup
layak tanpa membahayakan integritas perusahaan, perseorangan dan lingkungan.” ( Hodgeett&
Kuratko, 1991). Manfaat perusahaan berprilaku etis adalah:
1) Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi.
2) Kerangka kerja yang kokoh memandu para manajer dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja perusahaan yang
semakin komplek.
3
3) Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
stakeholder.
4) Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.
4
2) Pendekatan hak individu
3) Pendekatan keadilan
Merupakan suatu keputusan yang ada dalam dunia bisnis yang diambil dari dalam diri
yang terdapat dalam konteks pribadi yang tidak sejalan dengan aturan yan berlakku apalagi pada
zaman sekarang ini dunia sudah terjadi globalisasi yang dapat mempengaruhi kinerja manusia
yang sudah tergantung dengan teknologi yang semakin tidak mempertimbangkan pengambilan
keputusan yang etis.
Keputusan bisnis yang tidak etis adalah keputusan yang kebalikaan dari keputusan yang
etis dimana terdapat langkah-langkah:
Tidak menentukan fakta-fakta
Tidak mengidentifikasi para pemegang kepentingan
Tidak mempertmibangkan alternatif-alternatif yang tersedia
Tidak memperimbangkan bagaimanasebuah keputusan dapat mempengaruhi para
pemegang kepentingan
Tidak membuat sebuah keputusan
Tidak memantau hasil
Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi orang-
orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak
stakeholder dalam perusahaan.Tujuan etika adalah untuk memungkinkan individu membuat
berbagai pilihan di antara perilaku alternatif.
Banyak praktek manajemen perusahaan yang dengan mudah mendapatkan masalah dalam
tindakan tidak etis dan ilegal, yang sampai sekarang masih dipertanyakan dan menjadi bahan
kajian antara lain (Cavanagh dalam Hunger & Whellen, 2000) :
1. Kelalaian praktek manajemen pada tenaga nuklir, persenjataan dan pabrik bahan kimia
serta limbah industri.
5
2. Menolak memberikan perlindungan, pinjaman kepada minoritas.
3. Pembuangan limbah yang tidak pada tempatnya.
4. Produk dan penjualan produk rusak.
5. Keselamatan kerja dan kejahatan ekonomi sosial.
6. Diskriminasi dalam sex, ras, suku.
Beberapa ranah etika dan tanggungjawab sosial yang dapat dijadikan landasan dalam
melakuakan kegiatan secara etis dan tanggungjawab agar mampu diterima di area bisnis nasional
maupun multinasional harus patuh pada beberapa hal, sebagai berikut:
1. Konsumen, penyediaan produk dan aman, memberikan harga produk yang wajar, serta
kemudahan konsumen mendapatkan informasi terhadap produk yang dikonsusi.
Menurut Zimmerer (1986), beberapa hak pelnggan di antaranya hak keamanan, hak
untuk mengetahui, hak untuk di dengar, hak untuk pendidikan, hak untuk memilih.
2. Penanaman modal, perusahaan memiliki kewajiban dalam menyediakan pengambilan
investasi investor yang menarik dengan memaksimumkan laba perusahaan.
3. Tenaga kerja, perusahaan bertanggungjawab terhadap karyawan mulai dariperencanaan,
perekrutan, pengajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja serta kesejahteraan.
4. Wilayah usaha, menjaga perubahan politik lokal dan transfer teknologi. Memiliki efek
negatif yang minimal terhadap ekonomi dan kebijakan lokal. Melkukan bisnis sesuai
dengan hukum.
5. Sosial umum, menjaga kelestarian lingkungan, perlindungan kepentingan masyarakat
umum.
6
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan, produk maupun
jasa serta komunitas.
David Mc Clelland (1961) dalam Zimerrer & Scarborough (1998)memberikan solusi
awal uji etika untuk menilai perilaku. Beberapa uji etika yang menilai perilaku:
a. Prinsip berfaedah. Memilih kebaikan yang terbesar untuk jumlah orang banyak.
b. Kan’s categorical imperative. Bertindak sedemikian rupa sehingga tindakan yang di ambil
menjadi hukum universal
c. Golden rules. Perlakuan orang sebagaimana Anda mengharapkan mereka memperlakukan
Anda.
d. Uji televisi. Apaka kolega nyaman untuk menjelaskan tindakan pada pemirsa televisi
secara nasional.
e. Uji tandingan. Digunakan untuk memilih yang terbaik dan universal.
f. Uji masa depan. Respon etika dalam jangka panjang dalam berbagai dimensi ukuran.
Perusahaan yang dapat berjalan dengan baik/survival memasuki tahap dua dan tiga dalm
respon tanggung jawab sosial. Aktivitas perusahaan sudah memasukan program tanggung jawab
sosial, proaktif memiliki keinginan mengevaluasi setiap aktivitas yang berhubungan dengan
publik ( social responsiveness ). Setiap keputusan manajer perusahaan mempertimbangkan
keinginan stakeholder ( penyesuaian inside group dan outside group ) sebagai bagian integral
dari kehidupan perusahaan.
Dalam pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis. Zimmmerer (1996)
memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
7
a) Kejujuran. Pengusaha harus memiliki prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur, tidak
melakukan kecurangan, tidak berbohong,tidak mencuri.
b) Integritas. Memegang prinsip kebenaran, melakukan kegiatan dengan terhormat, berani
dan penuh pendirian.
c) Memelihara janji. Pengusaha yang baik selalu memegang janji, mentaati janji, penuh
komitmen dan dapat dipercaya.
d) Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada keluarga, perusahaan, bangsa dan negara. Mampu
memegang rahasia dan melakukan kegiatan secara tepat dalam konteks profsional.
e) Keadilan. Berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan dan kebaikan
orang lain, toleransi terhadap keberagaman.
f) Suka membantu orang. Saling membantu, suka menolong, memiliki belas kasihan
terhadap orang lain maupun masyarakat.
g) Hormat kepada orang lain. Menghormati martabat orng lain, menghormati hak dan
kebebasan orang lain.
h) Kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Berlaku sebagai warga negara yang baik,
mentaati aturan agama, negara, penuh kesadaran sosial.
i) Mengejar keunggulan. Melakuakan kegiatan dengan baik sesuai kemampuan dan
kompetensi. Mengejar keunggulan dalam segala hal dan penuh komitmen.
j) Dapat dipertanggung jawabkan. Segala kegiatan atau aktivirtas dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, legal formal.
8
Disini kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu situasimuncul faktor penekan, maka
aturan yang digunakan adalah prinsip efek ganda. Jika alternatif yang dipilih dimaksudkan untuk
memaksimumkan akibat yang baik dan meminimumkan akibat yang jelek, maka menajer
perusahaan yang membuat keputusan memiliki kecenderungan mendapat simpati, jika keputusan
tersebut dipermasalahkan secara legal formal ( Donaldson, Thomas, 1989; Bonner, et.al,. 1987:
William, 1991). Cullen , B. John (2005:129) memberikan model alur analisis pengambilan
keputusan etika perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut :
Tantangan perkembangan lingkungan dan respon yang cepat dari masyarakat akan peran
serta perusahaan terhadap kehidupan social,mengharuskan perusahaan cepat aktif dalam aktifitas
tanggung jawab social. Hawken dan McDonough (1993) dalam Koratko and Hodgetts
(2007)memberikan langkah awal secara praktis dan strategis guna kepekaan terhadap tanggung
jawab social. Enam langkah menuju bisnis yang baik (seven step to doing good bussines):
1. Melakukan efesiensi dengan pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the concept of
waste).
2. Memperbaiki system pertanggung jawaban (restore accountability).
3. Produk yang dihasilkan mereflesikan biaya yang dikeluarkan (make prices reflect cost).
9
2.7 Standar etika perusahaan
10
2.8 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial
Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab sosial, tetapi
langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam berbisnis. Artinya, berbisnis bukan
hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga memiliki nilai mulia didalamnya.
Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program tanggung
jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, bahwa rokok memang
terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya program tanggung jawab sosial berupa
beasiswa dapat membuktikan bahwa kegiatan usaha tidak semata-mata hanya untuk mencari
keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan adanya
program tanggung jawab sosial.Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam bisnis, yaitu
tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible Entrepreneurship) dan keterlibatan
sosial dalam kewirausahaan (Social Involved Entrepreneurship). Dua jenis tanggung jawab
sosial ini dikemukakan oleh KPMG Ethics & Integrity Consulting sebuah lembaga di negara
Belanda.
Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan. Aksi
tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki tujuan tersendiri.SRE
tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu semua
sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan maka sudah
sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan perbedaan yang jelas
antara principle dan commerce.
11
2.8.2 Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan
Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE) memiliki
keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat ditunjukkan dengan
kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Perbedaannya dengan
SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan yang dalam. SIE memiliki tinjauan umum
bahwa bisnis bukan semata-mata hanya tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu, salah
satunya yaitu persamaan rasa ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.
Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan pembangunan
gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa yang dibutuhkan, tetapi
juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian jangka panjang. Jadi, SIE benar-
benar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk membangun masyarakat seperti
penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan diskriminasi, dan lain-lain. Dengan ini
maka SIE berlawanan dengan SRE, bahwa SIE menjalankan commerce-nya bersinergi dengan
principle.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan,
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membantu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Berperilakulah jujur dalam segala hal guna menunjang kesuksesan kita
dalam berbisnis.
13
DAFTAR PUSTAKA
14