Anda di halaman 1dari 31

ETOS KERJA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Diberikan oleh Syaepul Manan, M.Pd

Oleh
Aliati Risma Yanti NIM 181411067
Alya Rahmawati Dewi NIM 181411068
Sheha Nur Azzahra Ibrahim NIM 181411094

Kelas 1C – Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3- TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan
karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Etos Kerja dan Kewirausahaan dalam Islam”. Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., yang melalui perantaranya kami dapat
mengetahui berbagai ilmu yang Allah S.W.T. berikan.

Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan


makalah ini, yang telah meluangkan tenaga dan waktu nya sehingga dapat
tersusun.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menghasilkan yang


terbaik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Dengan hati terbuka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
penyusunan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
pembaca.

Bandung, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah ........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................5
2.1 Pengertian Etos Kerja ..............................................................................5
2.1.1 Etos Kerja Dalam Perspektif Islam ..........................................................5
2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Dalam Islam ...................................................11
2.1.3 Prinsip Etos Kerja Dalam Islam.............................................................13
2.2 Pengertian Kewirausahaan ....................................................................16
2.2.1 Maksud Dan Tujuan Kewirausahaan .....................................................17
2.2.2 Membangun Mental Dan Jiwa Wirausaha Muslim ...............................18
2.2.3 Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses ..............................................23
2.2.4 Etika Bisnis Yang Berkah ......................................................................24
BAB III PENUTUP ..........................................................................................27
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bekerja adalah suatu kewajiban bagi kaum muslimin. Seorang
muslim harus termotivasi agar mau berusaha dengan keras agar bisa
menjadi tangan di atas, yaitu orang yang mampu membantu dan memberi
sesuatu pada orang lain dari hasil jerih payahnya. Bagaimana mungkin dapat
membantu orang lain jika untuk memenuhi dirinya sendiri tidak mencukupi.
Bagaimana mungkin dapat mencukupi kebutuhan sendiri jika tidak mau
bekerja keras. Seseorang akan dapat membantu sesama apabila dirinya telah
berkecukupan. Seseorang dikatakan berkecukupan jika ia mempunyai
penghasilan yang lebih. Seseorang akan mendapat penghasilan lebih jika
berkerja keras dengan baik. Karena dalam bekerja harus disertai etos kerja
tinggi.
Etos kerja merupakan totalitas kepribadian diri, serta cara
mengekspresikan , memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih
perbuatannya secara optimal. Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidupnya. Unsur-unsur kewirausahaan. Meliputi motivasi, visi,
komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan
memanfaatkan peluang.
Kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap orang. Dan orang islam
meletakkan kebahagiaannya dalam bingkai keridhaan Allah Swt. Sebagai
umat muslim harus yakin bahwa berusaha dan bekerja itu merupakan
kewajiban dalam hidupnya, karena dalam bekerja terdapat tujuan mulia,
manfaat dan hikmah yang banyak. Seorang muslim hendaknya sadar
terhadap persoalan dunia yang dihadapinya kini, hari esok, dan hari akhirat
kelak. untuk itu perlu memahami kunci sukses menjalani kehidupan ini

1
dengan berfikir cerdas, memilih jenis-jenis usaha yang diminati dan
menguntungkan. Kewirausahaan memiliki nilai-nilai luhur untuk
membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan kita akan
hadapi.

Memang tidak mudah dalam berwirausaha, adapun hal-hal yang


harus kita perhatikan dalam melakukan wirausaha yaitu dengan kita
memikirkan kelemahan dari berwira-usaha yang kita lakukan. Bisa kita
ketahui beberapa kelemahan dalam berwirausaha, seperti perolehan
pendapatan yang tidak pasti dan akan memikul beban resiko, bekerja keras
dan waktu atau jam kerjanya panjang,kualitas kehidupannya masih rendah
sampai usahanya berhasil dikarenakan dia harus berhemat, tanggung
jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia
kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya. Selain itu juga memang
tidak sedikit pula dari keuntungan dalam berwirausaha. Diantaranya terbuka
peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri, terbuka peluah
untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara
penuh, terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal, terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-
usaha konkrit, dan terbuka kesempatan untuk menjadi bos dalam wirausaha
yang kita lakukan.
Setelah kita mengetahui beberapa dari kelemahan dan keuntungan
dalam berwirausaha, tentu saja ada upaya-upaya yang diperlukan atau
modal awal untuk menjadi pengusaha. Seperti kita harus berani memulai
yang artinya tidak perlu menunggu nanti, besok, atau lusa, berani
menanggung resiko dan berani gagal yang artinya tidak perlu takut
mengalami kerugian, setiap tindakan harus penuh dengan perhitungan,
seorang entrepreneur harus mampu menyusun rencana sekarang dan
kedepan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya, tidak cepat puas dan
putus asa, setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan
penuh keyakinan, memiliki tanggung jawab serta memiliki etika dan moral
sebagai benteng untuk berwirausaha agar menjadi sukses.

2
Sebagaimana telah mengalami semua aktivitas hidup Manusia, perlu
dikejar dengan kesadaran adanya akhirat di mana setiap kita akan diminta
pertanggungjawaban dalam kehidupan yang telah dijalaninya di dunia.
Akankah naif, manusia bisa mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki
karena mudah terperangkap oleh pesona duniawi yang mutlak fana, oleh
karena itu, agar tidak mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki ini,
dibutuhkan manusia secara terus menerus berupaya mereaktualisasi potensi
diri.
Secara normatif, ajaran Islam mendorong umatnya bekerja keras.
Beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang berhubungan dengan etos kerja
berikut ini, dapat dijadikan sebagai dasar bahwa Islam sangat
memperhatikan etos kerja itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian etos kerja?
2. Bagaimana etos kerja dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana prinsip etos kerja dalam Islam?
4. Bagaimana pengertian kewirausahaan?
5. Apa maksud dan tujuan kewirauhaan?
6. Bagaimana cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim?
7. Bagaimana langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses?
8. Bagaimana etika binis yang berkah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian etos kerja.
2. Menjelaskan etos kerja dalam persfektif Islam.
3. Menjelaskan prinsip etos kerja dalam Islam.
4. Menjelaskan pengertian kewirausahaan.
5. Menjelaskan maksud dan tujuan kewirauhaan.
6. Menjelaskan cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim.
7. Menjelaskan langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses.
8. Menjelaskan etika bisnis yang berkah.

3
1.4 Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat dan
kegunaan baik itu secara teoretis maupun secara praktis.Secara teoretis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan tentang
pentingnya etos kerja dan kewirausahaan. Secara praktis makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuwan.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep etos kerja dan
entrepreneurship.

4
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Etos Kerja

Perbincangan tentang etos kerja, di kalangan ilmuwan, cendikiawan,


birokrat dan politisi bukanlah sesuatu yang baru. Hal itu bukan berarti para pakar
telah memberikan satu definisi yang seragam tentang pengertian etos kerja.
Menurut, Nurcholis Majid (1995), etos artinya watak, karakter, sikap,
kebiasaan dan kepercayaan yang bersifat khusus tentang seseorang induvidu atau
sekelompok manusia. Sedangkan Cliffoot Greertz (1997), etos adalah sikap
mendasar manusia terhadap diri dan dunia yang dipancarkan dalam hidup, dan etos
erat kaitannya dengan aspek moral maupun etika yang dihasilkan oleh budaya.
Pandji Anoraga (1992), kerja adalah bagian yang paling esensial dari
kehidupan manusia, ia akan memberikan status dari masyarakat yang ada di
lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna dari kehidupan manusia yang
bersangkutan. Sedangkan El-Qussy(1974), seorang pakar Ilmu Jiwa kebangsaan
Mesir, mengatakan bahwa kerja adalah perbuatan yang berhubungan dengan
mental, yang mempunyai ciri kepentingan, yaitu untuk mencapai maksud atau
mewujudkan tujuan tertentu.
Dari sejumlah definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa etos kerja,
Pertama adalah sikap seseorang atau suatu bangsa yang sangat mendasar tentang
kerja, yang merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi dari nilai-
nilai ketuhanan (ilahiyah). Kedua, Etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup
manusia yang mendasar terhadap kerja dan kerja yang dimaksud adalah kerja
bermotif yang terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik yang
bersifat material manupun non material (spiritual).

2.1.1 Etos Kerja dalam Prespektif Islam

Perbedaan antara etos kerja dengan etos kerja islami terletak pada
Niatnya, Etos kerja berupa semangat dan totalitas sikap dalam bekerja
Sedangkan Etos kerja islami merupakan semangat dan totalitas sikap dalam

5
bekerja dan dilandasi dengan niatan lillahita’ala sehingga pekerjaannya
tersebut selain mendatangkan materi juga menjadi amal.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Bersabda

‫سم عت ق ال ع نه هللا ر ضي بال خطا ب ن عمر ح فص أب ي ال مؤم ن ين أم ير عن‬


‫ ب ال ن يات األع مال إن ما " ي قول و س لم ع ل يه هللا ص لى هللا ر سول‬, ‫امرئ ل كل وإن ما‬
‫ ن وى ما‬, ‫ ور سول ه هللا إل ى ف هجرت ه ور سول ه هللا إل ى هجرت ه ك ان ت ف من‬, ‫ك ان ت ومن‬
‫ع ل يه م ت فق " إل يه هاجر ما إل ى ف هجرت ه ي ن كحها امرأة و ي ص ي بها دن يا إل ى هجرت ه‬

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab


radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal ( Pekerjaan)itu tergantung niatnya,
dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada
Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan
dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya
itu kepada apa yang ditujunya”.

Di Dalam Al-Qur’an Suroh An-najm ayat 39 juga dijelaskan

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa


yang telah diusahakannya( QS. An-Najm: 39)

Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang


tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah
(amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan
penerima merasa tersakiti hatinya.

6
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS. Al-
Baqarah : 264)

Ayat ini dimulai dengan panggilan mesra Ilahi, Wahai orang-orang


yang beriman, disusul dengan larangan, jangan membatalkan, yakni
ganjaran sedekah kamu. Kata ganjaran tidak disebutkan dalam ayat ini
untuk mengisyaratkan, bahwa sebenarnya bukan hanya ganjaran atau hasil
dari sedekah itu yang hilang, tetapi juga sedekah yang memberikan modal
pun hilang tidak berbekas, keduanya hilang lenyap. Allah bermaksud
melipatgandakannya namun kamu sendiri yang melakukan sesuatu yang
mengakibatkannya hilang lenyap, karena kamu menyebut-nyebutnya dan
mengganggu perasaan si penerima. Sungguh tercela sifat mereka. (Tafsir
Al-Mishbah,vol 1,h.571-572)

Dua kelakuan buruk di atas dipersamakan dengan dua hal buruk


yaitu pamrih dan tidak beriman. Orang yang pamrih melakukan sesuatu
dengan tujuan mendapat pujian manusia tidak wajar mendapat ganjaran dari

7
Allah. Yang tampak oleh manusia bahwa dia bersedekah karena Allah,
padahal dia bermaksud meraih pujian orang melalui sedekahnya, serta
tujuan-tujuan duniawi lainnya, dengan memutuskan perhatiannya dari
interaksi dengan Allah dan dari tujuan meraih keridhaan-Nya (Tafsir Ibnu
Katsir,h.440).

Kelakukannya itu menunjukkan ia tidak percaya kepada Allah tidak


juga hari Kemudian. Bersedekah dengan pamrih (riya’) diibaratkan seperti
batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat.
Seandainya dia bukan batu licin seandainya batu retak, berlubang, atau
berpori-pori, bisa jadi tanah yang tersisa, jadi ada sisa-sisa yang tidak keluar
akibat hujan, tetapi dia batu licin yang halus, licin, dan dengan sedikit air
saja sudah dapat membersihkannya apalagi kalau hujan lebat, maka ia
menjadi bersih, tidak meninggalkan sedikit tanah atau debu pun. Dan
dengan demikian, mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan, yakni tidak mendapat sesuatu apapun dari sedekah
mereka itu, dan memang Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir, di antaranya mereka yang mengkufuri nikmat-Nya dan tidak
mensyukuri-Nya. (Tafsir Al-Mishbah,vol 1,h.572-573)

Bekerja keras adalah merupakan kewajiban yang harus


ditunaikan oleh setiap orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah
SWT, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perintah Allah dalam Al-quran
yang menyuruh untuk bekerja, seperti Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

8
“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Pada ayat ini dijelaskan, yaitu apabila telah ditunaikan shalat, maka
bersegeralah mencari karunia Allah, kembali pada kegiatan masing-masing
bertebaran dimuka bumi untuk mencari rizki yang halal dan baik.

Diakhir ayat, Allah SWT menganjurkan bahwa dalam mencari rizki


supaya banyak berdzikir kepada-Nya agar memperoleh keberuntungan.
Dzikir artinya ingat atau menyebut. Dzikrullah adalah bagian terpenting
dalam kehidupan umat Islam, baik dalam kaitannya dengan masalah aqidah,
ubudiyah dan akhlak. Baik dalam hubungan dengan Allah maupun
hubungan sesama manusia, Rasulullah adalah orag yang paling banyak
berdzikir, selalu ingat kepada Allah baik dalam situasi dan kondisi apapun.

Dalam sebuah hadist disebutkan :

‫ ق ال ت ع نها هللا ر ضي عائ ي سة عن‬: ‫ص هللا ر سول ك ان‬.‫م‬. ‫ع لى هللا ي ذك ر‬


‫اح يان ه ك لل‬. (‫(م س لم رواه‬

“Dari Aisyah ra mengatakan, adalah Rasulullah SAW berdzikir


kepada Allah sepajang hayatnya”( HR. Muslim)

Setiap muslim dapat melihat bagaimana Allah menjelsakan format


ibadah pada-Nya. Selain dituntut untuk shalat kemudian berusaha mencari
nafkah. Tidak berpangku tangan dan bermalasan menunggu datangnya
rezeki, seumpama dengan meminta sedekah.

Rosul bersabda

‫ض َي ع َم َر ب َناَ َو َع َن‬
َ ‫هللا َر‬ َ َ ‫قَا َل عَنه َما‬: ‫يَلَ ال َما ( و س لم ع ل يه هللا ص لى اَلنَبَ َي قَا َل‬
‫ال يَسأَل اَلرَجل‬ َ َ‫ي اَلقَيَا َم َة يَو َم يَأتَ َي َحتَى اَلن‬ ُ َ‫َعلَي َه متَف‬
َ ‫ق ) لَح َم ملعَة َوج َه َه فَي لَي‬

Artinya :

9
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang selalu meminta-minta pada orang-
orang, akan datang pada hari kiamat dengan tidak ada segumpal daging pun
di wajahnya." (Muttafaq Alaihi).

Etos kerja dalam perspektif Islam juga dapat diartikan sebagai sikap
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaanya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal soleh.
Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan
martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk
menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan
dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Adz-Dzaariyat: 56

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzaariyat: 56).

Menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya, Al-


Misbah, penafsiran ayat di atas adalah sebagai berikut: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-
Ku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan
aktivitas meraka adalah beribadah kepada-Ku.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah


dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586], (QS.Al-Insyiroh :7)

10
[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu
(Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah;
apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah
urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai
mengerjakan shalat berdoalah. (QS.94:7)

2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Dalam Islam

1. Iman dan Taqwa

Yang dinamakan iman adalahmeyakini di dalam hati,


menyatakannya dengan lisan, dan malaksanakannya dengan perbuatan.
Kata taqwa (at-taqwa) dan kata-kata kerja serta kata-kata benda yang
dikaitkan dengannya memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali
pertama, takut kepada Allah, merupakan awal dari ke’arifan. Kedua,
menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan. Ketiga,
ketaqwaan, ketaatan dan kelakuan baik.

Dalam Al-qur’an banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa


dalam setiap perkara dan pekerjaan. Ayat-ayat tentang keimanan selalu
diikuti dengan ayat-ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti
“orang-orang yang beriman” diikuti dengan ayat “dan mereka yang beramal
sholeh”. Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang-orang mukmin
dengan nada panggilan seperti “Wahai orang-orang yang beriman”, maka
biasanya diikuti oleh ayat yang berorentasi pada kerja dengan muatan
ketaqwaan, di antaranya, “keluarkanlah sebagian dari apa yang telah kami
anugerahkan kepada kamu”, “janganlah kamu ikuti/rusakkan sedekah-
sedekah (yang telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata
yang menyakitkan” ; “wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu
kepada Allah”.[3][12]

Keterkaitan ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa taqwa


merupakan dasar utama etos kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka
taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan kerja dengan iman berarti

11
mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan
pada wilayah kemaslahatannya sendiri, bukan dalam kaitannya
perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan
umat manusia.

Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etos yang


harus diikutsertakan di dalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti
adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja
dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan,
dalam arti bukan sekedar mencari upah dan imbalan, karena tujuan utama
kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus berkhidmat
kepada umat. Prinsip inilah yang terutama dipegang teguh oleh umat Islam,
sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang
zaman.

2. Niat (komitmen)

Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja barang


kali dapat dimulai dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya
sabda Nabi yang amat terkenal

‫ب ال ن يات األع مال إن ما‬

bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang
dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah)
maka iapun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya
rendah (hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka),
maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerjanya tersebut.[4][14]

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan


dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan komitmen atau
niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan
dengan sistem nilai (value system) yang dianutnya. Oleh karena itu
komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi
seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan sunggguh-sungguh.

12
Sebuah pekerjaan pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan luhur yang
terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan iman kepadanya itu
adalah bagaikan fartamorgana. Yakni, tidak mempunyai nilai-nilai atau
makna yang suptansial apa-apa.

2.1.3 Prinsip Etos Kerja Dalam Islam

Menurut riwayat Al-Baihaqi dalam ‘Syu’bul Iman’ ada empat


prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah. Keempat prinsip itu harus
dimiliki kaum beriman jika ingin menghadap Allah dengan wajah berseri
bak bulan purnama.

Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan). Halal dari


segi jenis pekerjaan sekaligus cara menjalankannya. Antitesa dari halal
adalah haram, yang dalam terminologi fiqih terbagi menjadi ‘haram
lighairihi’ dan ‘haram lidzatihi’.

Analoginya, menjadi anggota DPR adalah halal. Tetapi jika jabatan


DPR digunakan mengkorupsi uang rakyat, status hukumnya jelas menjadi
haram. Jabatan yang semula halal menjadi haram karena ada faktor
penyebabnya. Itulah ‘haram lighairihi’. Berbeda dengan preman.
Dimodifikasi bagaimanapun ia tetap haram. Keharamannya bukan karena
faktor dari luar, melainkan jenis pekerjaan itu memang ‘haram lidzatihi’.

Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup
orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Kaum beriman dilarang menjadi
benalu bagi orang lain. Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang
muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda,
“Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil
kayu bakar dan memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang
mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan
Muslim).

Dengan demikian, setiap pekerjaan asal halal adalah mulia dan


terhormat dalam Islam. Lucu jika masih ada orang yang merendahkan jenis

13
pekerjaan tertentu karena dipandang remeh dan hina. Padahal pekerjaan
demikian justru lebih mulia dan terhormat di mata Allah ketimbang
meminta-minta.

Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala


iyalihi). Mencukupi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain. Tidak dapat
diwakilkan, dan menunaikannya termasuk kategori jihad. Hadis Rasulullah
yang cukup populer, “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik
melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang
dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya
kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).

Tegasnya, seseorang yang memerah keringat dan membanting


tulang demi keluarga akan dicintai Allah dan Rasulullah. Ketika berjabat
tangan dengan Muadz bin Jabal, Rasulullah bertanya soal tangan Muadz
yang kasar. Setelah dijawab bahwa itu akibat setiap hari dipakai bekerja
untuk keluarga, Rasulullah memuji tangan Muadz seraya bersabda, “Tangan
seperti inilah yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”.

Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga


(ta’aththufan ala jarihi). Penting dicatat, Islam mendorong kerja keras untuk
kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap
egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap
tutup mata dan telinga dari jerit tangis lingkungan sekitar.

14
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah menjadikanmu berkuasa
atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).

Lebih tegas, Allah bahkan menyebut orang yang rajin beribadah


tetapi mengabaikan nasib kaum miskin dan yatim sebagai pendusta-
pendusta agama .

Artinya

tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1)Itulah orang


yang menghardik anak yatim(2)dan tidak menganjurkan memberi Makan
orang miskin(3) (Qs Al-Ma’un: 1-3).

Itu karena tidak dikenal istilah kepemilikan harta secara mutlak


dalam Islam. Dari setiap harta yang Allah titipkan kepada manusia, selalu
menyisakan hak kaum lemah dan papa.

Demikianlah, dan sekali lagi, kemuliaan pekerjaan sungguh tidak


bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di atas, nilai
sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (shahihatun fi an-niyat) dan
pelaksanaannya (shahihatun fi at-tahshil). Itulah pekerjaan yang bernilai
ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu surga.

Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur


(bahasa Perancis), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti
between taker atau go-between, yaitu orang yang berani bertindak
mengambil peluang.

15
2.2 Pengertian Kewirausaan

Kasmir dalam bukunya mendefinisikan wirausahawan


(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi
rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,


kemampuan, dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya.

Dalam konteks bisnis, menururt Thomas W. Zimmerer (1996),


kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang
di pasar.

Menurut Robert D. Hisrich et al. kewirausahaan adalah suatu proses


dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh
individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat yang
wajar, waktu dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai
barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau unik,
tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan
dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-
sumber daya.

Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan


kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian
ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari
yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan ada yang
sebelumnya. Sementara itu, Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai

16
suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha)

Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1 995: “Kewirausahaan


adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.”

Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri


dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new &
different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan
sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value
added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran
individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan,
dilembagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif di tangan orang
lain.

2.2.1 Maksud dan Tujuan Kewirauhaan


1.Meningkatkan jumlah wirausaha berkualitas
Dengan bimbingan yang tepat, sumber daya manusia tersebut tidak
hanya dapat diberdayakan kemampuannya, namun juga dapat dilatih dan
dikembangkan supaya dapat menjadi calon wirausaha yang berkualitas.
2.Membudayakan semangat wirausaha di masyarakat
Tujuan kewirausahaan membudayakan semangat wirausaha di
masyarakat dapat diwujudkan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
dengan bersikap seperti apa adanya seorang entrepreneur.
3. Memajukan dan menyejahterakan masyarakat
Semakin sukses dan semakin berkembangnya sebuah bisnis, pasti
akan membutuhkan semakin banyak sumber daya manusia. Dengan
berkurangnya jumlah pengangguran, berarti sebuah bisnis telah berhasil

17
mewujudkan tujuan kewirausahaan untuk memajukan dan menyejahterakan
masyarakat.

2.2.2 Membangun Mental dan Jiwa Wirausaha Muslim

Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan


melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari
padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan yang sukses
atau definisi lain wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada
tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar
tujuannya. Wirausaha harus mempunyai sifat percaya diri dalam melakukan
bisnisnya, seorang wirausaha harus yakin bahwa dia harus sukses dalam
menjalankan usahanya. wirausaha tidak boleh mempunyai sifat
ketergantungan, karena sifat ini sangat berpengaruh sekali dalam usahanya.

Seorang wirausaha harus bisa belajar mandiri sebagai individualitas


dan selalu optimis dalam setiap menentukan langkah. Seorang wirausaha
juga harus memberikan kepercayaan kepada rekan mitra kerjanya agar
tumbuhnya saling percaya dapat memberikan peluang yang besar,
wirausaha harus selalu berpikir positif dari pada berpikir negative.
wirausaha tidak boleh selalu menunda dalam setiap kegiatan yang ada saat
itu karena sangat berpengaruh sekali dalam usahanya, seorang wirausaha
harus segera dan buru-buru mengambil dan mencari peluang agar tidak
kedahuluan pesaingnya, seorang wirausaha juga harus selalu sigap dalam
mencari informasi tentang bisnis agar bias membaca peluang pasar, maka
sangatlah penting sekali seorang wirausaha itu selalu meningkatkan daya
pikir mereka agar tidak terpuruk karena semakin majunya teknologi.

Wirausaha harus mengejar tujuan- tujuan yang berehubungan


dengan kemampuan-kemampuan dan keterampilan. Terimalah diri anda
sebagaimana adanya dan cobalah tekankan kekuatan- kekuatan anda dan
kuarangilah kelemahan anda. Jika anda secara jujur dan agresif mengejar

18
tujuan ini anda akan mencapai hasil-hasil yang positif. Berorientasi pada
tujuan akan mendorong sifat-sifat anda yang paling baik. Kebanyakan orang
membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap mereka. Sikap mental
positif memudahkan wirausaha untuk memfokuskan pada kegiatan-kegiatan
dan kejadian-kejadian dan atas hasil-hasil yang ingin dicapai. Seorang
wirausaha harus bersikap mental secara positif terhadap semua peristiwa
dan mencari hikmah dalam setiap penglaman.

Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil baik,


seorang pempmpin harus mencari peluang-peluang memulai proyek-proyek
mengumpulkan sumber daya manusia dan financial yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek untuk menentukkan tujuan mereka sendiri dan orang
lain. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari peluang cara-cara
yang lebih baik. Sifat-sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri
karena sifat ini berbeda-beda pada setiap orang. wirausaha harus berani
mengambil resiko karena mereka ingin berhasil. Mereka mendapatkan
tugas-tugas yang sulit tetapi realistic dengan menerapkan ketrampilan
mereka. Jadi situasi resiko kecil dan situasi resiko tinggi dihindari karena
sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat pada masing-masing situasi itu.

Ringkasnya wirausaha menyukai tantangan yang sulit namun dapat


dicapai. Kebanyakan orang takut mengambil resiko karena mereka ingin
aman dan mengelakkan kegagalan namun setiap pekerjaan mengandung
resiko. Dalam berwirausaha kita tidak boleh kaku tetapi kita harus aktif dan
efektif dalam setiap langkahnya, agar semua yang kita cita-citakan dapat
terlaksana dengan hasil yang maksimal. Tidak ada salahnya seorang
wirausaha itu selalu meningkatkan skillnya kita tidak boleh malu berguru
kepada orang yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih dari kita,
beguru pun tidak harus berguru pada orang yang lebih tinggi derajatnya
tetapi dapat berguru pada siapa saja. Seorang wirausaha tidak boleh selalu
merasa puas dia harus selalu mencoba mencoba dan terus mencoba hingga

19
hasilnya maksimal. Seorang wirausaha perlu berpikir positif untuk
menghadapi liberalisasi perekonomian dunia.

Berpikir positif merupakan bagian dari persiapan mental pengusaha


untuk mengahadapi era pasar bebas. Karena era perdagangan bebas
sebenarnya bukan hanya menjadi tantangan usaha kecil, tetapi juga
tantangan serius bagi pengusaha menengah dan besar. Akan tetapi tantangan
yang akan dihadapi oleh usaha kecil dalam era perdagangan bebas tidak
seserius yang akan dihadapi oleh usaha menengah dan besar. Wirausahawan
harus dipaksa untuk meningkatkan profesionalitas dan efisiensi usaha-usah
guna mengantisipasi persaingan yang semaikn lama semakin besar dan
ketat. Pentingnya berpikir positif bagi para wirausaha sangat dibutuhkan.
Wirausaha tidak boleh takut gagal tetapi harus bisa mengambil resiko.
Wirusahawan juga harus dapat menerima kenyataan dengan lapang dada
apabila terjadi kerugian dalam bisnisnya. Salah satu kiat sukses pengusaha
selain berpikir positif tetapi juga jeli melihat peluang dan mampu
memanfaatkan peluang tersebut, punya kemampuan melihat peluang,
namun tidak bias memanfaatkannya akan sia-sia. Sementara niat besar
untuk menggarap usaha atau bisnis, namun tak peka melihat peluang hanya
membuang waktu dan energi saja. Sehingga pengusaha yang dapat
menangkap peluang bias dikatakan sebagai separo sukses sudah ada
ditangan. Tinggal mengoptimalkan kinerja, etos kerjanya dan
mengembangkan jaringan khususnya jaringan pemasaran. Manajemen
praktis sebenarnya masuk dalam relung-relung yang mendasar tersebut
tanpa harus terkontaminasi dengan nuansa kolusi dan nepotisme. Jika
seorang pengusaha masih menggantungkan diri pada fasilitas dan
kemudahan birokrasi maka matanya jadi tertutup dan tak mampu lagi
melihat pelauang didepan mata.

Adapun yang diperlukan adalah wawasan atau pengetahuan yang


mampu meningkatkan kepekaan usahawan dan manajer melihat jauh

20
kedepan dalam hal kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa agar mampu
menangkapnya sebagai peluang dan mewujudkannya sebagai usaha bisnis.

1. Bangkitkan jiwa rasa ingin tahu

Rasa keingintahuan sangatlah penting untuk menunjang


pengetahuan anda. Pernah mengalami kejadian dimana anda tidak tahu
kemudian akhirnya anda tidak jadi melakukannya, seperti itulah pentingnya
sebuah pengetahuan. Dalam dunia bisnis, ada banyak hal yang perlu anda
pelajari, meningkatkan pengetahuan dengan mempelajari bisnis akan
meningkatkan mental anda juga, dengan mental bisnis yang meningkat,
jelas akan membuat anda semakin percaya diri. Seperti halnya ketika anda
akan melakukan ujian, dimana malam sebelumnya anda sudah belajar,
ketika ujian datang pasti anda akan lebih percaya diri. Dengan rasa ingin
tahu yang tinggi, anda tidak akan merasa malas dan bosan dalam
mempelajari bisnis, khususnya bisnis di industri yang anda targetkan,
dengan begitu anda akan memiliki amunisi yang benar-benar sakti
mandraguna.

2. Berani Mencoba

Punya pengetahuan dan keahlian tapi gak berani mencoba, lah


bagaimana mau sukses kalau begitu? Secanggih-canggihnya smartphone
yang anda miliki, jika tidak digunakan maka anda juga tidak bisa merasakan
kecanggihannya. Maka dari itu, jika anda memiliki kemampuan, keahlian,
atau ide bisnis, cobalah untuk merealisasikannya. Jangan pernah berpikir
bahwa anda dapat meraih kesuksesan tanpa kesusahan, dengan keberanian
untuk mencoba akan membangun mental bisnis anda untuk mencapai
kesuksesan yang anda impikan selama ini.

3. Jangan Takut Mengambil Resiko

Resiko merupakan bagian dari sebuah bisnis, anda harus memahami


bahwa di setiap bisnis pasti memiliki resikonya sendiri. Jangan pernah
mengharapkan bahwa anda akan terhindar dari resiko ketika ingin menjalani

21
bisnis. Jadi intinya, beranilah untuk melawan resiko yang menghadang,
jangan merasa minder jika anda sedang menghadapi resiko yang besar,
karena disitulah mental bisnis anda di bangun. Perlu anda pahami, ketika
anda tidak berani mengambil sebuah resiko, disitulah sebenarnya anda
kehilangan peluang untuk sukses, karena kesuksesan itu selalu beriringan
dengan resiko.

4. Berfikir Positif

“Pikiran dan ucapan adalah sebuah doa”, begitulah ucapan orang


tua jawa. Pepatah dan nasihat tersebut memang benar adanya. Berpikiran
positif merupakan hal pokok dalam memulai segalanya, daripada berpikiran
negative yang hanya akan meredupkan semangat, membenamkan ide, dan
mencegah anda bertindak, lebih baik anda berpikir positif yang akan
membuat anda tambah semangat, dan menjernihkan pikiran, sehingga anda
akan lebih yakin dalam menjalani bisnis. 5. Semangat Membara
Semangat yang tinggi sangat
anda perlukan dalam membangun mental bisnis yang kuat, karena dengan
semangat secara otomatis anda juga akan memiliki daya dongkrak yang kuat
dalam melakukan segala aktivitas bisnis anda. Selain itu, semangat juga
akan membuat anda melakukan aktivitas dengan cara yang lebih efektif dan
efisien, bandingkan jika anda melakukan aktivitas dengan semangat yang
lesu, pasti tidak akan maksimal dan merasa gampang capek sehingga
efektivitas dan efisiensi kurang bagus.

6. Terus Mencoba

Salah satu cara membangun mental bisnis yang kuat adalah dengan
terus mencoba, mencoba, dan mencoba, artinya jangan menyerah dan
lapang dada ketika anda menghadapi ketidakberhasilan karena itu bukanlah
suatu kegagalan, namun jalan yang perlu anda lalui sebelum mencapai suatu
keberhasilan. Menyikapi suatu ketidakberhasilan dengan lapang dada akan
lebih baik daripada di sikapi dengan marah-marah, marah karena

22
ketidakberhasilan tidak akan menghasilkan apa-apa dan hanya akan
memperkeruh keadaan. Lapang dada lah, bersabarlah, sehingga pikiran anda
jernih, dengan begitu solusi terbaik akan muncul

7. Tingkatkan Spiritualitas Religious

Mental yang kuat adalah mental yang tahan banting, namun hati
juga harus merasakan suatu kenyamanan, karena itulah suatu spiritualitas
religius sangat diperlukan. Macam-macam kegiatan spiritualitas yang dapat
anda jalankan seperti beribadah, berdoa, bersedekah, atau ibadah lainnya
sesuai dengan agama anda. Ada pepatah yang mengatakan “tanpa agama,
anda akan buta”, sehingga kita memang memerlukan sebuah kegiatan
keagamaan untuk meningkatkan mental kita, membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta mengontrol diri sendiri agar tetap berjalan di
jalan yang positif dalam menjalankan bisnis.

2.2.3 Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses

1. Mulailah dari Mimpi dan Imajinasi

Dengan mimpi dan keyakinanlah seharusnya produk-produk kita


ditawarkan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan
membuat terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa. Dengan mimpi
tidak ada keterbatasan dan kata tidak mungkin, sehingga bisa berkreasi
tanpa batas. 14

2. Mencintai Produk atau Servis yang Ditawarkan

Mencintai produk yang ditawarkan akan menjadikan pekerjaan kita


lebih menyenangkan. Dan karena kita mencintai produk, juga akan lebih
mudah meyakinkan pelanggan.

3. Antusiasme dan Keuletan

Antusiasme dan keuletan adalah pertanda cinta dan keyakinan.


Sikap malas dan ogah-ogahan hanya akan membuat usaha kita tertinggal.

4. Pelajari Dasar-Dasar Bisnis

23
Pengetahuan adalah kunci keberhasilan, tidak akan ada sukses tanpa
pengetahuan. Belajar dengan orang-orang yang telah sukses akan membantu
dan memotivasi kita ketika melewati masa-masa sulit.

5. Berani Mengambil Resiko

Harus di ingat hasil yang di capai akan proporsional dengan resiko


yang di ambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan akan lebih banyak
memberikan kemungkinan berhasil.

6. Lakukan Komunikasi dengan Baik

Kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan


pelanggan akan sangat membantu mengembangkan usaha. Kepiawaian
dalam berkomunikasi adalah kunci sukses memasarkan produk.

7. Kerja Keras

Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerja keras. Pada saat
tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan peluang bisnis yang baik. Ciri-
ciri mereka tak kenal lelah dan putus asa.

2.2.4 Etika Bisnis yang Berkah


1. Sedikit Untung Banyak Laku
Bisnis yang paling menguntungkan adalah bisnis yang membuat
semakin banyak orang yang merasa diuntungkan. Jika kita serakah karena
ingin untung besar sendiri,maka jangan heran jika kita malah memperoleh
kerugian. Memang, bias jadi pertamanya merasa untung, namu sesudah itu
orang akan merasa terkecoh sehingga tidak ada lagi yang ingin bertransaksi
lagi dengannya. Tidak Cuma itu, merekapun bias saja menyampaikan
penyesalan dan keluhannya kepada orang lain sehingga kredibilitas kita
semakin berkurang. Akibatnya kita tinggal menunggu waktu bangkrut saja.

24
Oleh karenanya, mari kita mulai menikmati keberuntungan orang
lain sebagai satu keuntungan kita. Ungkapkan rasa syukur kita kepada Allah
SWT, dengan merasa nikmat ketika melihat orang lain mendapatkan barang
baik dengan harga murah.
2. Mudah dan Menyenangkan
Jangan pernah mempersulit orang lain ketika bertransaksi, apalagi jika
kita bias dengan murdah menyelesaikannya. Percayalah orang yang suka
mempersulit orang lain hidupnya akan selalu dirundung kesulitan juga.
Buatlah suasana yang mudah dan menyenangkan dalam setiap transaksi
bisnis yang kita lakukan. Dengan begitu jadi atau tidak transaksi yang
dilakukan, insya Allah selalu meninggalkan kesan kebaikan yang tergambar
pada kedua belah pihak.
3. Jujur
Kejujuran adalah harga mati yang harus dilakukan seseorang apabila
ingim usahanya berkah. Kejujuran adalah harga diri, kehormatan, dan
kemuliaan bagi siapapun yang berpegang teguh kepadanya. Sebaliknya, tipu
daya, licik dan kebohongan hanya untuk mendapatkan untung sedikit,
niscaya akan menghancurka kredibilitas perusahaan kita.akibatnya, bukan
kemuliaan dan kehormatan yang didapat, tetapi kesengsaraan dan kehinaan
yang diraih.
4. Tepat Janji
Janji adalah hutang. Tidak ada kata lain bagi yang ingin bisnisnya
berkah, selain harus sekuat-kuatnya menepati janji.
5. Amanah
Tidak ada yang lebih mulia dari sifat-sifat lainnya, selain
menunaikan sifat amanah. Karenanya suatu kehormatan bersar jikalau kita
mampu menunaikan amanah yang kita terima.
6. Bertabur Zikir dan Doa
Dengan banyak berdzikir kepada Allah SWT, niscaya transaksi
bisnis apapun akan jauh lebih bermakna. Tidak sekedar pertukaran uang dan
barang saja, tetapi ada yang lebih dari semua itu, yaitu aktifitas bisnis kita

25
menjadi bagian dari dzikir (pengingat) kepada Allah. Karenanya, sangat
dianjurkan bila mengawali suatu transaksi, ucapkanlah basmalah dan
mengakhirinya dengan hamdalah. Taburkan juga doa. Yakinlah bahwa doa
adalah senjata orang beriman. Dengan doa kita bias meminta takdir terbaik
bagi diri dan bisnis yang kita lakukan.
7. Sedekah Melimpah
Sedekah adalah penolak bala dan pelipat ganda rezeki. Karena itu
sedekah adalah hal yang sangat dianjurkan.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etos kerja adalah semangat dan totalitas dalam bekerja yang dapat menjadi
kunci kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat . Oleh karena itu mari kita
tanamkan dalam diri kita etos kerja yang islami. Bekerja dengan prinsip-prinsip
keimanan dan ketaqwaan. Lakukanlah pekerjaan dengan total, sungguh-sungguh,
dan maksimal karena niat beribadah kepada Allah Swt.

Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan


seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan bertujuan untuk
meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas, membudayakan semangat
berwirausaha di masyarakat dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Sebagai
seorang muslim, kita dianjurkan untuk memiliki kemampuan untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis dan kemudian mengumpulkan sumber
daya untuk mendapatkan keuntungan yang berkah. Kemampuan tersebut harus
dimiliki oleh seorang wirausaha muslim. Untuk membangun mental dan jiwa
seorang wirausaha muslim maka kita harus membangkitkan rasa ingin tahu, berani
mencoba, jangan takut mengambil resiko, berpikir positif, terus mencoba dan
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Untuk menjadi seorang wirausaha yang
sukses maka langkah-langkah yang harus kita lakukan yaitu mulailah memiliki
mimpi, cintai produk atau pelayanan yang ditawarkan, antusias, ulet, pelajari dasar-
dasar bisnis, berani mengambil resiko, lakukan komunikasi dengan baik dan
bekerja keras. Agar keuntungan yang kita dapat dari bisnis berkah maka dalam
berbisnis kita dapat menerapkan prinsip sedikit untung banyak laku. Selain itu kita
juga harus jujur, tidak mempersulit orang lain, tepat janji, amanah, selalu berzikir
dan berdoa, serta menyisihkan sebagian dari keuntungan tersebut untuk bersedakah
dan jangan lupa untul membayar zakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Jusmaliani. 2013. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta : Bumi Aksara

Gymnastiar, Abdullah. 2004. Etika Bisnis MQ. Bandung : MQ Publishing

Abidin, Zaenal. 2013. “Pengertian dan Maksud Etos Kerja Islam”,


http://ikumpul.blogspot.com/2013/05/pengertian-maksud-etos-kerja-
islam-muslim.html, diakses pada 17 September 2018 pukul 11.30
Saepulloh, Muhammad. 2010. “Etos Kerja dalam Prespektif Islam”.
http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/654, diakses pada 17
September 2018 pukul 11.47
Hamidatul, Imas. 2016. “Kewirausahaan dalam Prespektif Islam”,
https://www.kompasiana.com/imashi/585b94a35093736c1c1090c5/kewi
rausahaan-dalam-perspektif-islam, diakses pada 17 September 2018 pukul
13.15
Seila, Yunita. 2016. “Kewirauhaan Menurut Prespektif Islam”,
https://www.kompasiana.com/seli_yulita/585904e330977333129b306c/
kewirausahaan-menurut-perspektif-islam, diakses pada 17 September
2018 pukul 11.54
Linda, Lusia. 2015. “Kewirauhaan Menurut Pandangan Islam”,
https://www.kompasiana.com/lusia31/585b3f201497737c0c238760/kew
irausahaan-menurut-pandangan-islam, diakses pada 17 September 2018
pukul 12.44

28

Anda mungkin juga menyukai