MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Diberikan oleh Syaepul Manan, M.Pd
Oleh
Aliati Risma Yanti NIM 181411067
Alya Rahmawati Dewi NIM 181411068
Sheha Nur Azzahra Ibrahim NIM 181411094
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan
karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Etos Kerja dan Kewirausahaan dalam Islam”. Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., yang melalui perantaranya kami dapat
mengetahui berbagai ilmu yang Allah S.W.T. berikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan berfikir cerdas, memilih jenis-jenis usaha yang diminati dan
menguntungkan. Kewirausahaan memiliki nilai-nilai luhur untuk
membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan kita akan
hadapi.
2
Sebagaimana telah mengalami semua aktivitas hidup Manusia, perlu
dikejar dengan kesadaran adanya akhirat di mana setiap kita akan diminta
pertanggungjawaban dalam kehidupan yang telah dijalaninya di dunia.
Akankah naif, manusia bisa mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki
karena mudah terperangkap oleh pesona duniawi yang mutlak fana, oleh
karena itu, agar tidak mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki ini,
dibutuhkan manusia secara terus menerus berupaya mereaktualisasi potensi
diri.
Secara normatif, ajaran Islam mendorong umatnya bekerja keras.
Beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang berhubungan dengan etos kerja
berikut ini, dapat dijadikan sebagai dasar bahwa Islam sangat
memperhatikan etos kerja itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian etos kerja?
2. Bagaimana etos kerja dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana prinsip etos kerja dalam Islam?
4. Bagaimana pengertian kewirausahaan?
5. Apa maksud dan tujuan kewirauhaan?
6. Bagaimana cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim?
7. Bagaimana langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses?
8. Bagaimana etika binis yang berkah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian etos kerja.
2. Menjelaskan etos kerja dalam persfektif Islam.
3. Menjelaskan prinsip etos kerja dalam Islam.
4. Menjelaskan pengertian kewirausahaan.
5. Menjelaskan maksud dan tujuan kewirauhaan.
6. Menjelaskan cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim.
7. Menjelaskan langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses.
8. Menjelaskan etika bisnis yang berkah.
3
1.4 Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat dan
kegunaan baik itu secara teoretis maupun secara praktis.Secara teoretis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan tentang
pentingnya etos kerja dan kewirausahaan. Secara praktis makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuwan.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep etos kerja dan
entrepreneurship.
4
BAB II
Pembahasan
Perbedaan antara etos kerja dengan etos kerja islami terletak pada
Niatnya, Etos kerja berupa semangat dan totalitas sikap dalam bekerja
Sedangkan Etos kerja islami merupakan semangat dan totalitas sikap dalam
5
bekerja dan dilandasi dengan niatan lillahita’ala sehingga pekerjaannya
tersebut selain mendatangkan materi juga menjadi amal.
6
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS. Al-
Baqarah : 264)
7
Allah. Yang tampak oleh manusia bahwa dia bersedekah karena Allah,
padahal dia bermaksud meraih pujian orang melalui sedekahnya, serta
tujuan-tujuan duniawi lainnya, dengan memutuskan perhatiannya dari
interaksi dengan Allah dan dari tujuan meraih keridhaan-Nya (Tafsir Ibnu
Katsir,h.440).
8
“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Pada ayat ini dijelaskan, yaitu apabila telah ditunaikan shalat, maka
bersegeralah mencari karunia Allah, kembali pada kegiatan masing-masing
bertebaran dimuka bumi untuk mencari rizki yang halal dan baik.
Rosul bersabda
ض َي ع َم َر ب َناَ َو َع َن
َ هللا َر َ َ قَا َل عَنه َما: يَلَ ال َما ( و س لم ع ل يه هللا ص لى اَلنَبَ َي قَا َل
ال يَسأَل اَلرَجل َ َي اَلقَيَا َم َة يَو َم يَأتَ َي َحتَى اَلن ُ ََعلَي َه متَف
َ ق ) لَح َم ملعَة َوج َه َه فَي لَي
Artinya :
9
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang selalu meminta-minta pada orang-
orang, akan datang pada hari kiamat dengan tidak ada segumpal daging pun
di wajahnya." (Muttafaq Alaihi).
Etos kerja dalam perspektif Islam juga dapat diartikan sebagai sikap
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaanya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal soleh.
Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan
martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk
menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan
dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian.
10
[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu
(Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah;
apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah
urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai
mengerjakan shalat berdoalah. (QS.94:7)
11
mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan
pada wilayah kemaslahatannya sendiri, bukan dalam kaitannya
perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan
umat manusia.
2. Niat (komitmen)
bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang
dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah)
maka iapun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya
rendah (hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka),
maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerjanya tersebut.[4][14]
12
Sebuah pekerjaan pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan luhur yang
terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan iman kepadanya itu
adalah bagaikan fartamorgana. Yakni, tidak mempunyai nilai-nilai atau
makna yang suptansial apa-apa.
Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup
orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Kaum beriman dilarang menjadi
benalu bagi orang lain. Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang
muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda,
“Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil
kayu bakar dan memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang
mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan
Muslim).
13
pekerjaan tertentu karena dipandang remeh dan hina. Padahal pekerjaan
demikian justru lebih mulia dan terhormat di mata Allah ketimbang
meminta-minta.
14
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah menjadikanmu berkuasa
atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).
Artinya
15
2.2 Pengertian Kewirausaan
16
suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha)
17
mewujudkan tujuan kewirausahaan untuk memajukan dan menyejahterakan
masyarakat.
18
tujuan ini anda akan mencapai hasil-hasil yang positif. Berorientasi pada
tujuan akan mendorong sifat-sifat anda yang paling baik. Kebanyakan orang
membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap mereka. Sikap mental
positif memudahkan wirausaha untuk memfokuskan pada kegiatan-kegiatan
dan kejadian-kejadian dan atas hasil-hasil yang ingin dicapai. Seorang
wirausaha harus bersikap mental secara positif terhadap semua peristiwa
dan mencari hikmah dalam setiap penglaman.
19
hasilnya maksimal. Seorang wirausaha perlu berpikir positif untuk
menghadapi liberalisasi perekonomian dunia.
20
kedepan dalam hal kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa agar mampu
menangkapnya sebagai peluang dan mewujudkannya sebagai usaha bisnis.
2. Berani Mencoba
21
bisnis. Jadi intinya, beranilah untuk melawan resiko yang menghadang,
jangan merasa minder jika anda sedang menghadapi resiko yang besar,
karena disitulah mental bisnis anda di bangun. Perlu anda pahami, ketika
anda tidak berani mengambil sebuah resiko, disitulah sebenarnya anda
kehilangan peluang untuk sukses, karena kesuksesan itu selalu beriringan
dengan resiko.
4. Berfikir Positif
6. Terus Mencoba
Salah satu cara membangun mental bisnis yang kuat adalah dengan
terus mencoba, mencoba, dan mencoba, artinya jangan menyerah dan
lapang dada ketika anda menghadapi ketidakberhasilan karena itu bukanlah
suatu kegagalan, namun jalan yang perlu anda lalui sebelum mencapai suatu
keberhasilan. Menyikapi suatu ketidakberhasilan dengan lapang dada akan
lebih baik daripada di sikapi dengan marah-marah, marah karena
22
ketidakberhasilan tidak akan menghasilkan apa-apa dan hanya akan
memperkeruh keadaan. Lapang dada lah, bersabarlah, sehingga pikiran anda
jernih, dengan begitu solusi terbaik akan muncul
Mental yang kuat adalah mental yang tahan banting, namun hati
juga harus merasakan suatu kenyamanan, karena itulah suatu spiritualitas
religius sangat diperlukan. Macam-macam kegiatan spiritualitas yang dapat
anda jalankan seperti beribadah, berdoa, bersedekah, atau ibadah lainnya
sesuai dengan agama anda. Ada pepatah yang mengatakan “tanpa agama,
anda akan buta”, sehingga kita memang memerlukan sebuah kegiatan
keagamaan untuk meningkatkan mental kita, membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta mengontrol diri sendiri agar tetap berjalan di
jalan yang positif dalam menjalankan bisnis.
23
Pengetahuan adalah kunci keberhasilan, tidak akan ada sukses tanpa
pengetahuan. Belajar dengan orang-orang yang telah sukses akan membantu
dan memotivasi kita ketika melewati masa-masa sulit.
7. Kerja Keras
Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerja keras. Pada saat
tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan peluang bisnis yang baik. Ciri-
ciri mereka tak kenal lelah dan putus asa.
24
Oleh karenanya, mari kita mulai menikmati keberuntungan orang
lain sebagai satu keuntungan kita. Ungkapkan rasa syukur kita kepada Allah
SWT, dengan merasa nikmat ketika melihat orang lain mendapatkan barang
baik dengan harga murah.
2. Mudah dan Menyenangkan
Jangan pernah mempersulit orang lain ketika bertransaksi, apalagi jika
kita bias dengan murdah menyelesaikannya. Percayalah orang yang suka
mempersulit orang lain hidupnya akan selalu dirundung kesulitan juga.
Buatlah suasana yang mudah dan menyenangkan dalam setiap transaksi
bisnis yang kita lakukan. Dengan begitu jadi atau tidak transaksi yang
dilakukan, insya Allah selalu meninggalkan kesan kebaikan yang tergambar
pada kedua belah pihak.
3. Jujur
Kejujuran adalah harga mati yang harus dilakukan seseorang apabila
ingim usahanya berkah. Kejujuran adalah harga diri, kehormatan, dan
kemuliaan bagi siapapun yang berpegang teguh kepadanya. Sebaliknya, tipu
daya, licik dan kebohongan hanya untuk mendapatkan untung sedikit,
niscaya akan menghancurka kredibilitas perusahaan kita.akibatnya, bukan
kemuliaan dan kehormatan yang didapat, tetapi kesengsaraan dan kehinaan
yang diraih.
4. Tepat Janji
Janji adalah hutang. Tidak ada kata lain bagi yang ingin bisnisnya
berkah, selain harus sekuat-kuatnya menepati janji.
5. Amanah
Tidak ada yang lebih mulia dari sifat-sifat lainnya, selain
menunaikan sifat amanah. Karenanya suatu kehormatan bersar jikalau kita
mampu menunaikan amanah yang kita terima.
6. Bertabur Zikir dan Doa
Dengan banyak berdzikir kepada Allah SWT, niscaya transaksi
bisnis apapun akan jauh lebih bermakna. Tidak sekedar pertukaran uang dan
barang saja, tetapi ada yang lebih dari semua itu, yaitu aktifitas bisnis kita
25
menjadi bagian dari dzikir (pengingat) kepada Allah. Karenanya, sangat
dianjurkan bila mengawali suatu transaksi, ucapkanlah basmalah dan
mengakhirinya dengan hamdalah. Taburkan juga doa. Yakinlah bahwa doa
adalah senjata orang beriman. Dengan doa kita bias meminta takdir terbaik
bagi diri dan bisnis yang kita lakukan.
7. Sedekah Melimpah
Sedekah adalah penolak bala dan pelipat ganda rezeki. Karena itu
sedekah adalah hal yang sangat dianjurkan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etos kerja adalah semangat dan totalitas dalam bekerja yang dapat menjadi
kunci kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat . Oleh karena itu mari kita
tanamkan dalam diri kita etos kerja yang islami. Bekerja dengan prinsip-prinsip
keimanan dan ketaqwaan. Lakukanlah pekerjaan dengan total, sungguh-sungguh,
dan maksimal karena niat beribadah kepada Allah Swt.
27
DAFTAR PUSTAKA
28