Disusun dalam Rangka untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam
Disusun Oleh :
Kalimasturrohmah 1942620072
Moch. Yusuf Amrulloh 1942620147
Mohammad Garda Maulana 1942620126
Naufal Dwi Septian 1942620113
Rizal Ihza Mahendra 1942620115
Selin Anggi Cahyani 1942620001
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Ridho-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etos Kerja Dalam
Islam” ini dengan baik dan lancar tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam
rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Makalah ini dibuat dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Fadloli, M.Pd.I selaku dosen pengajar mata kuliah Agama
Islam.
2. Orang tua kami yang telah membantu kelancaran tugas ini baik moral
maupun material dan spiritual.
3. Serta teman-teman dekat yang memberikan semangat dan do’a.
Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
1.5 Kegunaan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Etos Kerja Dalam Islam..................................................................................4
2.1.1 Definisi Etos Kerja Dalam Islam..........................................................4
2.1.2 Konsep Nilai-Nilai Etos Kerja..............................................................5
2.1.3 Prinsip-Prinsip Etos Kerja...................................................................10
2.2 Motivasi Kerja Dalam Islam.........................................................................13
2.2.1 Pengertian Motivasi............................................................................13
2.2.2 Teori Motivasi Dalam Islam...............................................................14
2.2.3 Etika Kerja Menurut Islam..................................................................14
2.2.4 Motivasi Kerja dan Aplikasinya..........................................................15
ii | P a g e
2.3 Aktualisasi Jihad Dalam Pembangunan.......................................................15
2.3.1 Pengertian Jihad..................................................................................15
2.3.2 Konteks Jihad Dalam Pembangunan...................................................16
2.3.3 Wujud Jihad Dalam Pembangunan.....................................................17
BAB III STUDY KASUS...............................................................................................18
BAB IV PENUTUP........................................................................................................21
4.1 Kesimpulan...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam
segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan
dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Bekerjalah untuk duniamu seolah - olah kamu akan hidup selama-
lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”.
(HR. Al Baihaqi)
Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabatnya
sebagai Abdullah (hamba Allah) yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari
cara dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah Rabbul 'alamin. Di antara manusia
ada yang enggan bekerja dan berusaha dengan alasan bertawakal dan pasrah
kepada allah SWT. Mereka salah memahami ajaran Islam, pasrah kepada Allah
tidak berarti meninggalkan amal dan usaha yang merupakan sarana untuk
memperoleh rezeki. Dengan demikian sangat besar tuntutan untuk bekerja, tidak
ada alasan lagi bahwa kaum muslimin berada dalam kemunduran, pengangguran,
1|Page
kemiskinan dan keterbelakangan. Terlihatnya realita kehidupan umat seperti
kemunduran, pengangguran, kemiskinan dan keterbelakangan ternyata melahirkan
sinyalemen bahwa keadaan umat yang demikian dikarenakan umat muslim
tersebut menderita kelemahan etos kerja.
Masalah etos kerja menjadi salah satu bahan pembicaran yang ramai di
masyarakat. Pembicaraan itu tidak jarang dalam suasana khawatir bahwa jika
sebagai bangsa atau umat muslim tidak dapat menumbuhkan etos kerja yang baik,
maka kemungkinan besar umat Islam akan tetinggal oleh umat non-Muslim yang
telah maju dan makmur. Dengan demikian perlu adanya kesadaran yang
mendalam dalam pribadi muslim untuk menumbuhkan semangat bekerja. Dengan
cara pandang seperti ini, sadarlah bahwa setiap muslim tidaklah akan bekerja
hanya sekedar bekerja, asal mendapat gaji, dapat surat pengangkatan atau sekedar
menjaga gengsi supaya tidak disebut sebagai pengangguran karena kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggungjawab
uluhiyah merupakan salah satu ciri khas karakkter pribadi muslim.
Makalah ini membahas terkait etos kerja dalam Islam yang meliputi motivasi
kerja dan aktualisasi jihad dalam pembangunan.
Berikut ini adalah rumusan masalah dalam penyusunan makalah Etos Kerja
Dalam Islam :
2|Page
1. Apakah yang dimaksud dengan etos kerja dalam Islam ?
2. Apakah yang dimaksud dengan motivasi kerja dalam Islam ?
3. Bagaimanakah aktualisasi jihad dalam pembangunan ?
1.4 Manfaat
Berikut ini adalah manfaat dalam penyusunan makalah Etos Kerja Dalam Islam :
1. Untuk mengetahui dan memahai mengenai pengertian etos kerja dalam Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai motivasi kerja dalam Islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai aktualisasi jihad dalam
pembangunan.
1.5 Kegunaan
Berikut ini adalah kegunaan dalam penyusunan makalah Etos Kerja Dalam Islam :
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
4|Page
mempunyai pandangan tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja.
Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang
bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang
lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan
makna dan tujuan hidupnya. Berikut ini adalah pengertian etos kerja.
a. Pengertian Etos
Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya,
serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15). Menurut
Nurcholis Majid (1995), etos artinya watak, karakter, sikap, kebiasaan
dan kepercayaan yang bersifat khusus tentang seseorang induvidu atau
sekelompok manusia.
b. Pengertian Kerja
5|Page
Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dapat dikatakan
bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
a. Nilai Tauhid
6|Page
Keyakinan yang telah tertanam dalam pribadi seseorang muslim
bahwa keberuntungan dari rezeki setiap makhluk telah ada sesuai
ketentuan masing-masing dan ada yang mengaturnya hal inilah akan
menumbuhkan semangatnya untuk terus bekerja dan berkarya. Seorang
muslim harus memiliki keyakinan bahwa banyak sekali rahmat Allah
yang ada dimuka bumi sebagai sumber yang menjadi objek untuk
dikelola dan menuai keberhasilan untuk menjadi kebutuhan hidup.
Pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid tidak pernah akan
merasa goyah untuk terus berusaha.
b. Jihad
7|Page
Menurut Irhamah (2018), terdapat beberapa konsep etos kerja islam
yang dapat kita jadikan pedoman menjalani suatu pekerjaan dalam Al
Quran dan hadis :
a. Kerja keras
ۚۚ ٍ ت ماا اك ِ يب م ْ ضْ َع ب ٰ َىَ َل ع ْ ُمكَضْ َع ب ِ ِه ب ُ الاَّل َ ضال َ ا ف َ ا م ْ ناو َ َمتَ ت َلََّو َ ْنبَ َس
ِيش َ ِْص ن ِ ال َ ج ِ لر ِل اً يم َِل ع ٍ ء َ ت ماا اك ِ يب م ْ َس لن ِ َل و ۚ وا ُبَ َس
ِ ِص ن ِ اء َ
ض ف ِْن م َ وا الاَّل ُأَل ْ اس َ و ِ ُۚۚ ل
َ ك ب َ ان َ ك َ ن ا الاَّل ِ إ ۚ ِ ِه ْل
“Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka
usahakan dan bagi para wanitapun ada bagian dari apa yang mereka
usahakan.”(An Nissa’:32).
8|Page
yang dilakukan. Siapa yang bekerja keras akan memperoleh banyak
rezeki dari pada yang malas.
b. Menghargai Waktu
Salah satu esensi dan hakikat etos kerja adalah cara seseorang
menghayati, memahami dan merasakan betapa berharganya waktu.
Setiap manusia memiliki waktu yag sama dalam menjalankan aktifitas
kehidupannya yaitu selama 24 jam sehari. Namun bagaimana
memanfaatkan waktu tersebutlah yang berbeda beda. ada orang yang
memanfatkannya secara produktif tapi ada juga yang sebaliknya.
Dijelaskan pada firman Allah :
c. Motivasi
9|Page
sosok yang menginginkan perubahan serta memiliki kepribadian yang
kuat, sehingga tidak goyah dengan pengaruh negatif.
ِ ْ الاَّل ِرْ َم أ ْ ِن م ُهَ ون ُظَ ْف َح ي ِ ِه ْف َل خ ْنِ َم و ِ ْهيَ َد ي ِ ْن َي ب ْ ِن ات م َ بِقَ ُع م ُهَل ا ۚ نِإ َ ا َ ال َّل َ َّل
َ ق ا ب َ م ُِر ي اَ ۚ َ ِذإَو ُ اد ا ََرأ ٍ ال َّل اً ْم َوقِب وء ُس ِ ُغي ِم ِه ُس ْفنَأ ِ ا ب َ وا م ُِر يَ ُغ ي ٰ َ تاى َ ح ٍ ْم َو
َ َل ا َف ُ َد َرم ۚ هَل اَ ۚ ْ َمو ْ ُمهَل ِ نِم ْ ِه ون ُد ٍ نِم ال
d. Orientasi kedepan
ً ً اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا، واعمل آلخرتك كأنك تمو غدا
e. Ukhuwah (Persaudaraan)
10 | P a g e
membeda-bedakan manusia satu dengan yang lain sehingga
menyebabkan perpecahan. Islam mengajarkan umatnya untuk mencintai
satu sama lain. Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda :
, ُِى الناب ِنَ ع ٍ َسنَ أ ْنَع ِ ِه ْسفَ ِن ل ُّبِ ُح ا ي َ م ِ يه ِ َخ با َ َ نِ ْم ُؤ َّل ي
ِ ق- صلى هللا عليه وسلم- ال
أل ِ ُح تاى ي َ ح ْ ُم ُك َد َح أ
f. Pandai bersyukur
َ ِ ب ر ِء َ آ َّل ِ يَأ
ِبف َ ك ُ ان َ بِ َذ
ِ ك ا ت َ ُم
11 | P a g e
2.1.3 Prinsip-Prinsip Etos Kerja
12 | P a g e
6. Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia kerjakan.
Ini adalah konsep pokok dalam agama. Konsep imbalan bukan hanya
berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dunia, tetapi juga berlaku untuk
pekerjaanpekerjaan ibadah yang bersifat ukhrawi. Di dalam al-Qur‟an
ditegaskan bahwa: “Allah membalas orang-orang yang melakukan
sesuatu yang buruk dengan imbalan setimpal dan memberi imbalan
kepada orangorang yang berbuat baik dengan kebaikan.”(QS. 53: 31).
Dalam hadis Nabi dikatakan, “Sesuatu yang paling berhak untuk kamu
ambil imbalan atasnya adalah Kitab Allah.” (H.R. al-Bukhari). Jadi,
menerima imbalan atas jasa yang diberikan dalam kaitan dengan Kitab
Allah; berupa mengajarkannya, menyebarkannya, dan melakukan
pengkajian terhadapnya, tidaklah bertentangan dengan semangat
keikhlasan dalam agama.
7. Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang
amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada
niat-niat yang dipunyai pelakunya: jika tujuannya tinggi (seperti
tujuan mencapai ridha Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai
kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti, hanya bertujuan
memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat itu
pulalah nilai kerjanya tersebut. Sabda Nabi Saw itu menegaskan
bahwa nilai kerja manusia tergantung kepada komitmen yang
mendasari kerja itu. Tinggi rendah nilai kerja itu diperoleh seseorang
sesuai dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan
komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi
yang dikaitkan dengan sistem nilai yang dianutnya. Oleh karena itu
komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin
bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu,
atau, jika ia mengerjakannya dengan tingkat-tingkat kesungguhan
tertentu.
8. Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk
keberadaan manusia. Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja
itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Jika
13 | P a g e
filsuf Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku
berpikir maka aku ada” (Cogito ergo sum) – karena berpikir baginya
bentuk wujud manusia– maka sesungguhnya, dalam ajaran Islam,
ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada.”
Itulah yang dimaksudkan dengan ungkapan bahwa, kerja adalah
bentuk eksistensi manusia. Yaitu bahwa harga manusia, yakni apa
yang dimilikinya – tidak lain ialah amal perbuatan atau kerjanya itu.
Manusia ada karena amalnya, dengan amalnya yang baik itu manusia
mampu mencapai harkat yang setinggi-tingginya, yaitu bertemu
Tuhan dengan penuh keridlaan. “Barang siapa benar-benar
mengharap bertemu Tuhannya, maka hendaknya ia berbuat baik, dan
hendaknya dalam beribadat kepada Tuhannya itu ia tidak melakukan
syirik,” (yakni, mengalihkan tujuan pekerjaan selain kepada Allah,
Sang Maha Benar, al-Haqq, yang menjadi sumber nilai terdalam
pekerjaan manusia). Dalam ajaran Islam, beramal dengan semangat
penuh pengabdian yang tulus untuk mencapai keridlaan Allah dan
meningkatan taraf kesejahteraan hidup umat adalah fungsi manusia itu
sendiri sebagai khalifatullah fi alArdl. Dalam beramal, zakat misalnya,
bisa dimanfaatkan hasilnya untuk keperluan yang bersifat konsumtif,
seperti menyantuni anak yatim, janda, orang yang sudah lanjut usia,
cacat fisik atau mental dan sebagainya, secara teratur per bulan, atau
sampai akhir hayatnya, atau sampai mereka mampu mandiri dalam
mencukupi kebutuhan pokok hidupnya.
9. Menangkap pesan dasar dari sebuah hadis shahih yang menuturkan
sabda Rasulullah Saw yang berbunyi “Orang mukmin yang kuat lebih
disukai Allah”, redaksinya kira-kira begini: “Orang mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih disukai Allah„azza wa jalla dari pada orang
mukmin yang lemah, meskipun pada kedua-duanya ada kebaikan.
Perhatikanlah hal-hal yang bermanfaat bagimu, serta mohonlah
pertolongan kepada Allah, dan janganlah menjadi lemah. Jika sesuatu
(musibah) menimpamu, maka janganlah berkata: “Andaikan aku
lakukan sesuatu, maka hasilnya akan begini dan begitu”. Sebaliknya
14 | P a g e
berkatalah: “Ketentuan (qadar) Allah, dan apa pun yang dikehendaki-
Nya tentu dilaksanakan-Nya”. Sebab sesungguhnya perkataan
“andaikan” itu membuka perbuatan setan”. Dengan demikian, untuk
membuat kuatnya seorang mukmin seperti dimaksudkan oleh Nabi
Saw, manusia beriman harus bekerja dan aktif, sesuai petunjuk lain:
“Katakan (hai Muhammad): “Setiap orang bekerja sesuai dengan
kecenderungannya (bakatnya)…”. Juga firman-Nya, “Dan jika engkau
bebas (berwaktu luang), maka bekerja keraslah, dan kepada Tuhan-
Mu berusahalah mendekat”. Karena perintah agama untuk aktif
bekerja itu, maka Robert N. Bellah mengatakan, dengan menggunakan
suatu istilah dalam sosiologi modern, bahwa etos yang dominan dalam
Islam ialah menggarap kehidupan dunia ini secara giat, dengan
mengarahkannya kepada yang lebih baik (ishlah). Maka adalah baik
sekali direnungkan firman Allah dalam surah al-Jumu’ah: “Maka bila
sembahyang itu telah usai, menyebarlah kamu di bumi, dan carilah
kemurahan (karunia) Allah, serta banyaklah ingat kepada Allah, agar
kamu berjaya”.
Saat ini banyak definisi motivasi yang kita temukan, para praktisi dan
akademisi atau sarjana punya definisi motivasi tersendiri. Motivasi berasal
dari kata latin yaitu movere yang berarti “bergerak”.
15 | P a g e
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada
seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu
perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Motivasi merupakan
hasrat dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan
tindakan untuk mencapai tujuan (Mathis, 2001).
Motivasi kerja dalam islam itu adalah untuk mencari nafkah yang
merupakan bagian dari ibadah. Rahmat (2010) juga mengatakan bahwa
motivasi kerja dalam islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan
juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara.
Dengan demikian, motivasi kerja dalam islam, bukan hanya memenuhi
nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah
ibadah fardlu lainnya. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang
istimewa dalam pandangan islam.
16 | P a g e
amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak
mengabaikan sesuatu, tidak semena-mena (proporsional), ahli dan
professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan
hukum Allah atau syariat islam.
17 | P a g e
sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan Din (atau bisa diartikan sebagai agama) Allah atau menjaga
Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan
para Rasul dan Al-Quran.
Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul kata jihad artinya usaha keras
untuk mengatasi kepentingan pribadi guna kepentingan kebenaran. Usaha
ini dilakukan dengan lisan, dengan harta, dengan membelanjakan waktu,
umur dan sebagainya dengan memikul macam-macam kesukaran dan juga
menghadapi pasukan menumpah darah (Dawan Rahardjo, 1950:59-60
dalam Nurmasitta, 2017).
18 | P a g e
dibutuhkan dalam pembangunan. Buya A.R Sutan Mansyur mengatakan
aktualisasi jihad adalah bekerja sepenuh hati. Menurut beliau jihad di
waktu damai lebih berat (Nurmasitta, 2017).
1. Jihad An Nafs
Jihad An Nafs termasuk di dalam jihad pendidikan yaitu
membangun kepercayaan diri sendiri dengan membenahi sumber daya
manusia, karena hal ini memungkinkan terjadinya suatu proses
pembangunanyang berkelanjutan. Dengan adanya Jihad An Nafs,
seseorang bisa melakukan “pembebasan rohani” dengan melakukan
intropeksi diri. Yakni mengenyahkan “nafs amarah” (naluri
kebinatangan) dan mengembangkan “nafs lawamah” (rasa
kemanusiaan, kasih saying, dan koreksi diri)dan menuju “nafs
muthmainah” (sadar diri untuk mencapai predikat insan kamil tingkat
manusia sempurna).
19 | P a g e
“mujtahid” yang artinya berpikir serius untuk menemukan konsep-
konsep pembangunan, dan pada waktu yang sama disebut “mijaddid”
yang artinya mengadakan pembaharuan konsepsi.
BAB III
STUDY KASUS
Sumber : NusaBali.com
Link : https://www.nusabali.com/berita/68449/tiga-bulan-bolos-1-
pns- kelurahan-kaliuntu-dipecat
SINGARAJA, NusaBali
20 | P a g e
selaku Ketua Bapek, dihadiri Asisten Administrasi Umum, Gede Suyasa, Kepala
Inspektorat Putu Yasa, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
(BKPSDM) Buleleng, Gede Wisnawa.
Sidang Bapek digelar terhadap tujuh PNS yang melanggar displin dan kode etik.
Rinciannya, empat orang karena melakukan perceraian, satu orang karena melakukan
indisipliner, dan dua orang karena melanggar Perda Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Sampah. Namun dalam sidang kemarin, tidak ada satu pun dari ke tujuh
PNS tersebut hadir, karena memang tidak dihadirkan oleh Bapek.
“Itulah sanksi, tidak boleh lagi melanjutkan karena menjadi preseden yang buruk
manakala seorang PNS tidak disiplin akan diikuti yang lain. Maka kita jatuhkan sanksi
stop menjadi PNS dengan tidak atas permintaan sendiri,” tegasnya.
Sementara, dua PNS yang mendapatkan sanksi etik masing-masing Ida Komang
Riatmaja yang menjabat Kepala SDN 3 Bubunan, Kecamatan Seririt, dan Nyoman
Sudiarining seorang staf pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Keduanya mendapatkan sanksi etik karena melakukan pelanggaran membuang sampah
tidak pada tempatnya. Keduanya terjaring operasi tangkap tangan oleh Tim Yustisi dan
telah menjalani sidang tipiring di Pengadilan Negeri (PN) Singaraja.
21 | P a g e
sudah dijatuhkan tipiring, sekarang ada sanksi etik kita berikan sanksi moral kepada
keduanya agar tidak mengulangi lagi perbuatannya, dan berkewajiban menanamkan
nilai-nilai penganan sampah yang baik,” tegasnya.
ANALISIS :
Berdasarkan study kasus tersebut, terdapat salah satu PNS yang bernama Dewa
Nyoman Suadnyana, yang bertugas sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan di
Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan Buleleng sudah lebih dari tiga bulan tidak pergi
ngantor (bekerja) tanpa ada alasan yang jelas. Kegiatan membolos yang dilakukan oleh
PNS ini sungguh tidak baik. Tindakan yang dilakukan ini menunjukkan kualitas dirinya
bahwa ia memiliki tingkat etos kerja yang rendah, karena jika ia memiliki etos kerja
yang tinggi, ia akan senantiasa untuk rajin pergi bekerja apapun halangannya karena
sudah menjadi tugasnya sebagai seorang pegawai. Selain itu, berdasarkan hal tersebut
dapat kita ketahui bahwa PNS ini tidak memiliki rasa takut pada Tuhannya (Allah Swt.),
karena jika terdapat ketakutan dalam hatinya, ia akan senantiasa takut untuk membolos
kerja karena pada dasarnya pekerjaannya itu adalah kewajibannya yang nantinya akan
ia pertanggungjawabkan di akhirat nanti. Seharusnya, pegawai tersebut tidak
mencampuradukkan masalah keluarganya di dalam dunia kerja, apapun masalahnya
bekerja adalah kewajiban dan amanah yang harus ia lakukan. Rosulullah saw bersabda
dengan sabdanya yang indah :
ً ً اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا، واعمل آلخرتك كأنك تمو غدا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan akan engkau akan hidup selama-lamanya dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan engkau mati besok.”
Berdasarkan sabda nabi tersebut, sudah sepantasnya jika PNS tersebut tetap
melakukan kewajibannya untuk bekerja meskipun banyak masalah yang ia hadapi,
karena bekerja adalah untuk memperbaiki kualitas hidupnya sehingga ia harus
bersungguh-sungguh dalam bekerja yang seakan-akan ia akan hidup selamanya.
22 | P a g e
Jika ditinjau dari segi hukuman, kami setuju dengan hukuman yang dijatuhkan
kepada PNS tersebut karena tindakan yang telah dilakukan sudah sangat fatal, selain itu
hukuman ini diberikan agar memberikan efek jera kepada PNS tersebut maupun kepada
PNS yang lain. Sudah sepantasnya apabila setiap kesalahan diberikan suatu hukuman
karena hal ini merupakan sarana pembelajaran bagi setiap pegawai agar selalu
bersungguh-sungguh dan menjunjung tinggi nilai etos kerja ketika bekerja.
SOLUSI :
Adapun solusi agar kasus yang sama tidak terulang lagi adalah sebagai seorang
pegawai yang bekerja dalam suatu organisasi, harus selalu melaksanakan kewajibannya
sebagai seorang pegawai dan selalu professional yang ditunjukkan dengan etos kerja
yang tinggi. Apabila terdapat permasalahan yang dapat mengganggu pekerjaan, sebagai
seorang pegawai harus mampu memisahkan dan tidak mencampur adukkan masalah
yang dihadapi dengan pekerjaannya. Agar memiliki jiwa etos kerja yang tinggi, sebagai
seorang pegawai harus menanamkan dalam hatinya apa yang menjadi motivasi dalam
bekerja, apakah karena ingin memperbaiki kualitas hidup ataukah menjadikan kerja
sebagai ladang ibadah dan jihad di jalan Allah SWT. Poin terpenting adalah sebagai
seorang pegawai, harus senantiasa memiliki ketakutan kepada Tuhan (Allah SWT) di
dalam hatinya agar senantiasa dapat menghindarkan dirinya dari hal-hal yang buruk dan
menyimpang ketika bekerja karena setiap perbuatan kita ada Tuhan (Allah SWT yang
selalu mengawasi.
BAB IV
PENUTUP
23 | P a g e
4.1 Kesimpulan
Etos kerja dalam Islam terkait erat dengan nilai-nilai (values) yang
terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah tentang “kerja” – yang dijadikan
sumber inspirasi dan motivasi oleh setiap Muslim untuk melakukan aktivitas kerja
di berbagai bidang kehidupan. Cara mereka memahami, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Sunnah tentang dorongan untuk bekerja
itulah yang membentuk etos kerja Islam. Terdapat dua konsep nilai etos kerja
yaitu nilai tauhid dan nilai jihad. Selain itu juga terdapat 7 konsep yang dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan etos kerja yaitu Kerja Keras, Menghargai Waktu,
Motivasi, Orientasi ke Depan, Ukhuwah (Persaudaraan), dan Pandai Bersyukur.
24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Irham, M. (2012). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Substantia Vol 14. No. 1,
16.
Madjid, N. (1992). Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.
Nurmasittta, N. (2017, April 19). Etos Kerja Dalam Islam. Retrieved from
id.scribd.com: https://id.scribd.com/presentation/345605803/Etos-Kerja-Dalam-
Islam
Tasmara, T. (2002). Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
26 | P a g e