Anda di halaman 1dari 6

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

OLEH PABRIK KEMBANG API KOSAMBI DI TANGERANG

Oleh : Muhammad Furqaan Alfaini

Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAIN SURAKARTA

LATAR BELAKANG MASALAH

Kembang api adalah bahan peledak berdaya ledak rendah piroteknik yang digunakan umumnya
untuk estetika dan hiburan. Salah satu bentuk kembang api yang umum adalah dalam
pertunjukan kembang api. Kembang api menghasilkan empat efek primer: suara, cahaya, asap,
dan bahan terbang (contohnya confetti). Kembang api dirancang agar dapat meletus sedemikian
rupa dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni seperti merah, oranye, kuning, hijau, biru,
ungu, dan perak. Pertunjukan kembang api umum di seluruh dunia dan merupakan titik
pertemuan banyak pesta kultural dan religious.

Kembang api dibuat dari berbagai bahan kimia. Warna-warna yang dihasilkan merupakan
kombinasi yang rumit dari berbagai bahan kimia. Unsur yang sering digunakan untuk pembuatan
kembang api antara lain adalah magnesium, natrium, fransium, litium, boron, kalium, kalsium
dan berbagai oksidator.

Tetapi bagaimana jika sebuah pabrik kembang api meledak dan menyebabkan beberapa korban
meninggal? Apakah orang-orang masih bisa berfikir bahwa kembang api adalah sebuah hal yang
menyenangkan?

Berikut adalah yang terjadi sebuah ledakan pada pabrik yang berlokasi di Kompleks
Pergudangan 99, Jalan Salembaran Jaya, Desa Cengklong, Kecamatan Kosambi, Kabupaten
Tangerang, Kamis (26/10/2017). Suara ledakan dan asap hitam itu berasal dari pabrik mercon
milik PT Panca Buana Cahaya Sukses yang dilalap si jago merah.

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, suara ledakan itu pertama kali terdengar pukul 09.00
WIB. Saat itu, saksi yang bernama Amri dan Ajud tengah bekerja memperbaiki mess yang
berjarak sekitar 20 meter dari pabrik mercon tersebut. Seusai mendengar suara ledakan, kedua
saksi melihat atap pabrik ambruk. Ambruknya atap pabrik langsung disusul kobaran api yang
langsung melahap bangunan yang terletak tak jauh dari gedung SMP 1 Kosambi itu.

Satu setengah jam setelah pabrik itu mulai terbakar, petugas pemadam kebakaran baru tiba
lokasi. Petugas pemadam kesulitan masuk ke dalam pabrik lantaran pintu utama pabrik tersebut
dalam keadaan terkunci. Komandan Petugas Pemadam Kebakaran Tangerang, Darda Khadafi,
mengungkapkan saat tiba di lokasi sekitar pukul 10.30 WIB, mereka melihat tembok gudang
sudah dijebol oleh warga. Sementara, pintu tidak bisa dibuka.
“Waktu kami datang, beberapa sudah diselamatkan oleh warga yang membobol tembok. Tidak
semua, yang lain terjebak di dalam,” kata Darda kepada KompasTV, Kamis.

Setelah petugas pemadam masuk, mereka menemukan tumpukan orang di belakang gudang
dalam kondisi mengenaskan. Mereka terbakar dan sudah tidak bernyawa.

“Korban ada di dalam bertumpuk, ada produksi, pintu gerbang dikunci, tidak ada akses keluar,”
kata Darda.

Darda menduga, para korban lari ke belakang untuk menyelamatkan diri karena pintu gerbang
terkunci. Petugas pemadam baru bisa menjinakan kobaran api pada sekitar pukul 12.00 WIB.
Setelah dipastikan kondisi pabrik aman, petugas pemadam bersama pihak kepolisian
mengevakuasi korban dari dalam pabrik mercon itu. Setidaknya, ditemukan 47 orang tewas dan
46 orang lainnya mengalami luka-luka akibat peristiwa itu. Berdasarkan informasi polisi, pabrik
tersebut memiliki 103 karyawan. Belum diketahui pasti dimana 10 orang karyawan lainnya.

Para korban tewas langsung dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur guna dilakukan proses
identifikasi. Sementara korban selamat dilarikan ke RS BUN, RSUD Tangerang dan RS Mitra
Husada.

Tragedi yang menewaskan hingga 48 orang itu diyakini sebagai buah dari berbagai pelanggaran
aturan. Setidaknya, tercatat ada empat jenis pelanggaran yang dilakukan.

1. Izin usaha

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan pabrik mercon milik PT Panca Buana
Cahaya Sukses itu memiliki izin lengkap mulai dari izin industri, izin lingkungan, hingga izin
mendirikan bangunan. Awalnya, pabrik itu beroperasi dengan izin gudang. Lalu tahun 2015
sesuai permintaan pemiliknya, statusnya ditingkatkan sebagai manufaktur. Tahun 2016, izin
industrinya diterbitkan dan tahun 2017 diperpanjang lagi sejak dua bulan lalu.

Meski mengantongi izin, belakangan diketahui ada perizinan yang dilanggar. Pelanggaran ini
membuat izin pabrik dicabut oleh Pemkab Tangerang. “Izin usaha industri dan di sana dijelaskan
ditandatangani oleh direksi, pekerjanya jauh di bawah 100 hanya 10 orang. Jadi proposal
semuanya dengan luasan sedemikian rupa, hanya 10 15 orang masih memungkinkan, tapi ketika
kita tahu ada 100 orang pekerja kemudian ada pelanggaran bangunan sudah pasti dicabut,” ucap
Zaki, Minggu (29/10/2017) malam.

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Penyelidikan polisi dan kesaksikan dari korban selamat menguak awal mula kebakaran pada
Kamis pagi itu. Api berasal dari percikan yang muncul saat sebagian pekerja mengelas asbes.
Percikan itu diduga menyambar ke bahan-bahan baku kembang api dan petasan banting yang
mudah terbakar. Kobaran cepat api dan minimnya akses keluar masuk juga dituding sebagai
penyebab banyaknya korban meninggal, kesulitan menyelamatkan diri.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Hanif Dhakiri mengatakan dari segi konstruksi
bangunan sendiri, pabrik ini lebih mirip seperti gudang. Sarana, prasarana, dan keselamatan
kerjanya tidak memadai.

“Yang terkait K3 ada beberapa SOP untuk penimbunan, penggunaan, kemudian produksi bahan
berbahaya ini SOP lebih tinggi, soal panas saja ada diatur sarana prasarana yang baik untuk
mengendalikan panas,” ujar Hanif ketika berkunjung ke pabrik, Minggu (29/10/2017).

Dengan jenis usaha berbahaya, sangat disayangkan tidak ada jalur evakuasi. Padahal, titik dan
jalur evakuasi penting bagi industri rentan bahaya seperti ini. “Ada Peraturan Kapolri soal
pengendalian bahan berbahaya, ada juga di undang-undang yang mengatur K3,” kata Hanif

3. Mempekerjakan anak di bawah umur

Kesaksian para korban selamat mengatakan banyak anak bekerja, dari usia 13 hingga 17 tahun.
Mereka direkrut oleh mandor untuk kerja dengan upah harian. Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan melarang anak atau mereka yang berusia di bawah 18 tahun untuk
bekerja pada pekerjaan yang membahayakan bagi kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

Terhadap fenomena ini, Hanif memastikan ada sanksi yang harus dijalani pengusahanya.
“Laporan baru ada dua orang anak kami temukan, itu pelanggaran,” ujar Hanif.

4. Tidak terdaftar BPJS Ketenagakerjaan

Selain berbohong soal jumlah pekerja, pemilik juga melakukan pelanggaran jaminan sosial
berupa perusahaan daftar sebagian (PDS). Dari 103 pekerja, hanya 27 yang didaftarkan sebagai
peserta BPJS Ketenagakerjaan. “Ini pelanggaran hanya mendaftarkan sebagian pekerja,” ujar
Hanif. Tanpa BPJS Ketengakerjaan, pekerja rentan dieksploitasi dan dilanggar hak-haknya.
Mereka yang terdaftar, akan menerima santunan sesuai aturan mengenai hak peserta BPJS.
Sementara mereka yang sebagian besar tidak terdaftar, akan tetap menerima santunan dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Namun Hanif menegaskan bahwa pihaknya tetap akan menuntut agar pengusaha membayarkan
santunan sesuai aturan BPJS Ketenagakerjaan. “Dengan pemerintah membantu tidak berarti
melepaskan tanggung jawabnya. Saya enggak mau pakai perjanjian-perjanjian, pokoknya
dipenuhi kompensasi bagi pekerja,” ujarnya. “Sanksinya kita akan lihat konstruksi hukum, tapi
kalau menurut saya ini harus dikasih sanksi seberat-beratnya. Ini korban besar,” ujar Hanif.

Sejauh ini, polisi telah menetapkan sang pengusaha, Indra Liyono, sebagai tersangka. Indra
dijerat Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan orang meninggal dan Pasal 74
juncto Pasal 183 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Andri
Hartanto selaku direktur operasional pabrik, dan Subarna Ega, selaku tukang las juga ditetapkan
sebagai tersangka. Indra dan Andri dan Ega dikenakan Pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang
Menyebakan Kematian dan Pasal 188 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Kebakaran
dengan ancaman hukuman diatas lima tahun penjara. Andri sudah ditahan, sementara Ega masih
dalam pencarian, diduga meninggal.

PEMECAHAN MASALAH

Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah perilaku
manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Etika bisnis dapat menjadi standar dan
pedoman bagi seluruh karyawan manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

 Utilitarian Approach: Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh


karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

 Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

 Justice Approach: Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.

Banyak orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan keuntungan dan pada dasarnya
hal itu boleh saja dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja tetap pada jalur
yang tetap. Disini perusahaan seharusnya bersikap jujur dan mementingkan para pekerjanya.
Maka hal di atas mungkin saja bisa di cegah untuk terjadi. Karena perusahaan kembang api ini
pada awalnya sudah berbohong tentang jumlah pekerja yang dikataan ada 10 orang ternyata
memiliki 100 orang pekerja dan menyebabkan izin usaha dicabut. Dan juga perusahaan sudah
memperkerjakan anak di bawah umur yang seharusnya tidak boleh dilakukan dan melanggar
etika bisnis yang ada. Perusahaan juga tidak memakai peraturan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) yang baik. Dan lebih parahnya lagi banyak para pekerja yang tidak terdaftar BPJS
Ketenagakerjaan, dari 103 pekerja, hanya 27 yang didaftarkan sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Jadi, cara menyelesaikan masalah pada kasus di atas agar tidak terulang di masa yang akan
datang adalah jika kita ingin membuat suatu perusahaan maka buatlah dengan sejujurnya agar
bisnis lebih lancar untuk dijalankan, dan juga kita harus lebih menghargai karyawan yang
bekerja di perusahaan dengan setidaknya mendaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan dan
membimbing mereka agar memahami peraturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

KESIMPULAN

Pelanggar etika bisnis bisa diartikan tidak mengikuti proseder SOP sebuah perusahaan bisnis
karena bisnis ini memiliki resiko sangat besar pasalnya bersangkutan dengan bahan-bahan kimia
yang dimana mudah berbahaya dan menimbulkan ledakan yang besar jika pekerjanya lengah.
Bagi pelaku bisnis ini sangat disayangkan tidak memiliki etika dalam berbisnis dan telah
melalaikannya sebab itulah ini dapat mengurangi kualitas dan keselamatan kerja para
pegawaipun tidak diberikan asuransi keselamatan dalam pekerjaan bilamana jika seseorang itu
terjadi musibah kecelakaan bekerja

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat
dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Pabrik Kembang Api Kosambi di Tangerang mengalami kebakaran besar akibat meledaknya
sebuah kembang api didalam gudang kembang api kemudian melanggar perjanjian izin usaha
yang dimana diberi izin pekerja di bawah 100 orang akan tetapi melebihi ketetapan yang telah
ditentukan, konstruksi bangunan pabrik ini lebih mirip seperti gudang. Sarana, prasarana, dan
keselamatan kerjanya tidak memadai, memperkerjakan anak dibawah dari usian 13 sampai 17
tahun ini dikenakan pasal Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
melarang anak atau mereka yang berusia di bawah 18 tahun untuk bekerja pada pekerjaan yang
membahayakan bagi kesehatan, keselamatan, atau moral anak dan pelanggaran jaminan sosial
berupa perusahaan daftar sebagian (PDS). Dari 103 pekerja, hanya 27 yang didaftarkan sebagai
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Ini pelanggaran hanya mendaftarkan sebagian pekerja.
SARAN

Bagi setiap perusahaan yang menjalankana suatu usaha atau bisnis diharapkan menerapkan suatu
etika dalam perusahaannya. Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang sesuai SOP yang
telah ditentukan dan keselamatan bagi para pekerjannya Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang jelas didukung oleh budaya perusahaan
yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Jangan menganggap remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat penting bagi
kemajuan perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin perusahaan
tidak akan terjadi hal yang diinginkan karena akan menyebabkan kebakaran dipabrik tersebut.
Oleh karena itu wajib bagi semua perusahaan untuk menerapkan suatu etika bisnis dalam
perusahaannya.

Khusus bagi Pabrik Perusahaan Kembang Api kosambi di Tangerang untuk tidak melanggar apa
yang telah diposedurkan dalam keselamatan bekerja dan juga untuk tidak melanggar surat izin
yang telah ditetapkan dalam oprasional suatu perusahaan bisnis. Hal ini akan dapat menurunkan
nilai keselamatan maupun nilai perusahaan. Perusahaan yang menjalankan ushanya dengan
didukung suatu etika bisnis akan lebih berkembang dari pada perusahaan yang tidak memiliki
suatu etika berbisnis apa-apa. Oleh karena itu suatu etika berbisnis sangat penting dalam
menjalankan suatu usaha.

Sumber :

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/30/10153601/4-pelanggaran-pabrik-mercon-di-
tangerang-yang-berujung-kebakaran

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/27/06035311/detik-detik-meledak-dan-
terbakarnya-pabrik-mercon-di-tangerang

Anda mungkin juga menyukai