Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PERUSAHAAN DAN PENGUSAHA

PERUSAHAAN DAN PENGUSAHA

A.Pengertian Perusahaan

Perusahaan sangat berkaitan erat dengan hukum dagang. Keterkaitan tersebut bukan tanpa alasan.
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur perikatan khusus. Khusus dalam hal ini adalah mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Adanya istilah perusahaan sendiri timbul setelah sebelumnya
Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) menggunakan istilah perdagangan.
Berdasarkan sejarahnya, sebagaimana dikatakan sebelumnya terjadi perubahan istilah yang
digunakan dalam KUHD yang pada akhirnya menggunakan istilah perusahaan.Pada tangal 17 Juli 1938
istilah pedagang dihapus dalam KUHD.Setelah istilah pedagang dihapus maka munculah istilah
perusahaan.Meskipun demikian istilah perusahaan tidak ditemukan dalam KUHD, sedangkan dalam
beberapa pasal istilah pedagang dapat ditemukan. Tidak diaturnya istilah perusahaan dalam KUHD
merupakan sebuah kesengajaan.Hal ini bertujuan agar istilah perusahaan menjadi terikat pada KUHD
yang dapat berkembang sebagaimana perkembangan zaman yang memungkinkan definisi perusahaan ikut
berkembang.
Para ahli memiliki pendapat masing-masing mengenai pengertian dari perusahaan.Menurut Polak
perusahaan akan ada ketika adanya kebutuhan untuk menghitung laba rugi yang dapat diperkirakan dan
menurut Molengraff berpendapat bahwa sebuah perusahaan merupakan perbuatan yang dilakukan terus
menerus, bertujuan untuk memperoleh penghasilan, bertindak keluar, melalui kegiatan perniagaan
barang- barang, menyerahkan barang-barang, atau melakukan perjanjian perdagangan.
Selain para ahli definisi perusahaan juga diatur berbeda dalam beberapa Undang-
Undang.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UWDP) pada Pasal 1
mendefinisikan perusahaan: “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan
memperoleh keutungan atau laba”. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga
mengatur lain mengenai definisi perusahaan. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Ketenagakerjaan perusahaan adalah:
a) setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,memiliki
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang
lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan pada Pasal 1 angka 1
memberikan definisi perusahaan sebagai berikut:
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang-perorangan maupun
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Republik Indonesia” Perusahaan juga dapat dikelompokan menjadi perusahaan
swasta dan perusahaan negara.
perusahaan swasta adalah perusahaan yang seluruh modalnya berasal dari swasta tanpa ada
campur tangan dari pihak pemerintah. Apabila dikelompokan maka perusahaan swasta dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
a.perusahaan swasta asing
b.perusahan swasta nasional
c.perusahaan swasta campuran.
Perusahaan negara adalah perusahaan yang modalnya secara keseluruhan berasal dari negara
Indonesia.Perusahaan negara terdiri dari beberapa jenis .jenis-jenis perusahaan negara terdiri dari
perusahaan negara berdasar IBW(indonesisch bedrijven wet),perusahaan negara berdasarkan
ICW(indonesisch comptabiliteits wet),perusahaan negara berdasarkan undang-undang nasional
perusahaan-perusahaan belanda dan perusahaan negara berdasarkan undang-undang nomor 19 perp tahun
1960.
Terdapat beberapa peraturan khusus mengatur mengenai pelaksanaan perusahaan. Adapun
peraturan-peraturan khusus tesebut antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 6 KUHD mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan membuat
pembukuan yang teratur dan rapi.Dari pembukuan ini harus dapat diketahui semua hak dan
kewajiban mengenai harta kekayaannya, termasuk harta kekayaan yang dipakai dalam
perusahaan.Hal ini oleh pembentuk undangundang dipandang perlu untuk melindungi
kepentingan kreditur (lihat Pasal 1131 dan 1132 KUHPER).
2. Pasal 16 KUHD menetapkan bahwa persekutuan dengan firma adalah perserikatan perdata yang
menjalankan perusahaan dan memakai nama bersama (firma).
3. Pasal 36 ayat (1) KUHD, nama perseroan terbatas pada pokoknya harus menunjukkan tujuan
perusahaan (voorwerp van het bedrijf).
4. Pasal 1878 ayat (3) KUHPER menetapkan bahwa surat bukti utang sepihak di bawah tangan
yang dibuat oleh seorang debitur yang menjalankan perusahaan, dianggap cukup bila debitur
yang menjalankan perusahaan membubuhkan tanda-tangannya saja.
5. Menurut Pasal 581 Rv. (Reglement op de Rechtsvor- dering), paksaan badan (lijfsdwang) dapat
dikenakan pada orang-orang yang menjalankan perusahaan yang menandatangani surat sanggup.
Konosemen, ceel dan lain-lain.
6. Pasal 92 bis KUHP, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pedagang ialah setiap orang yang
menjalankan perusahaan. Hal ini ada hubungannya dengan Pasal 2 (lama) KUHD dan Pasal 6
KUHD.
7. Pasal 396 ayat (3) KUHP, yang mengancam pidana satu tahun empat bulan kepada si pailit yang
kurang beres menjalankan pembukuannya (bankrupt biasa).
8. Pasal 397 KUHP mengancam pidana paling banyak 7 tahun, bila seorang debitur sebelum atau
pada waktu pailit telah menguntungkan seorang krediturnya dengan menyelewengkan
pembukuan (bangkrut tipu).

B. Pengertian Pengusaha

Dalam menjalankan suatu perusahaan sesorang dapat menyuruh pihak atau orang lain untuk
melakukannya.Orang inilah yang disebut pengusaha.Pengusaha dapat menjalankan usahanya secara
perorangan.Pengusaha juga dapat menjalakan usahanya dengan cara menyuruh orang lain untuk
membantunya melakukan usahanya.Selain itu seseorang juga bisa meminta orang lain yang menjalankan
usahanya. Dalam hal ini seorang pengusaha tidak ikut serta dalam menjalankan usahanya. Ada alasan
tertentu yang menyebabkan seorang pengusaha tidak turut serta dalam menjalankan usahanya Biasanya
hal tersebut adalah seorang pengusaha tidak ahli dalam usaha yang dijalankannya akan tetapi memiliki
modal yang cukup untuk mendirikan usaha tersebut. Apabila diuraikan maka dapat kita sederhanakan
bahwa pengusaha adalah:
a) Dia dapat melakukan perusahaannya sendirian, tanpa pembantu;
b) Dia dapat melakukan perusahaannya dengan pembantu-pembantunya;
c) Dia dapat menyuruh orang lain melakukan perusahaannya dan sebagai pemilik usaha dia tidak
turut serta menjalankan perusahaannya. Orang lain yang disuruh menjalankan usahanya adalah
pemegang kuasa dari pengusaha dalam menjalakan perusahaan atas nama pengusaha yang
memberi kuasa.

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2013 juga mengatur mengenai definisi


pengusaha.Pengusaha menurut ketentuan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka (5)
menyebutkan bahwa pengusaha adalah:
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri,
b) Orang perseorangan, persekutuam, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya,
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia

C. Pembantu-pembantu Pengusaha
Dalam menjalankan usaha pengusaha tidak bekerja sendirian. Pengusaha dibantu oleh pihak atau
orang lain yang dikenal sebagai pembantu pengusaha. Maka dari itu perusahaan yang dijalankan oleh
seorang pengusaha seorang diri disebut sebagai perusahaan perseorangan.Pembantu pengusaha adalah
orang yang membantu melakukan kegiatan usaha atau menjalankan usaha perusahaan dan menerima upah
dari pemilik usaha/perusahaan. Antara pihak pengusaha dan pembantu perusahaan terikat oleh hubungan
kontraktual yaitu hubungan kerja.Oleh karena itu secara garis besar pembantu pengusaha dapat dibedakan
menjadi pembantu pengusaha di dalam perusahaan dan pembantu pengusaha di luar perusahaan.Pembantu
pengusaha di dalam Perusahaan, contohnya: pelayan toko, pimpinan perusahaan, pengurus filial, dan
pemegang prokurasi, pekerja keliling.Pembantu pengusaha di luar Perusahaan, contohnya: pengacara,
agen perusahaan, makelar, notaris, dan komisioner.

Ciri-ciri dari komisioner antara lain adalah sebagai berikut:


1. Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana halnya makelar
2. Komisioner menghubungan komiten dengan pihak ketiga atas namanya sendiri;
3. Komisioner tidak berkewajiban menyebut nama komiten dan seorang komisioner bertindak
sebagai pihak dalam perjanjian.
4. Walaupun demikian seorang komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya.
Dalam hal ini maka seorang komisioner tunduk pada Bab XVI, Buku III KUHPerdata tentang
pemberian kuasa.

Adapun sifat perjanjian komisi adalah perjanjian antara pihak komisioner dengan komiten berupa
perjanjian pemberian kuasa.Sebagai konsekuensi dari perjanjian tersebut akan berakibat munculnya
hubungan hukum yang sifatnya tidak tetap sebagaimana yang terjadi pada makelar dan pengacara.
Undang-undang tidak mengatur secara tegas mengenai sifat hukum dari perjanjian ini. Ada beberapa
pendapat mengenai hal ini yang dikemukakan para ahli. Polak berpendapat bahwa perjanjian ini
merupakan perjanjian pemberian kuasa khusus. Ada beberapa kekhususan yang dimaksud. Kekhususan
tersebut salah satunya adalah pada umumnya pemegang kuasa biasanya akan bertindak atas nama dirinya
sendiri, akan tetapi dalam perjanjian ini komisioner pada umumnya bertindak atas nama dirinya sendiri.
Kekhususan yang lain adalah biasanya pemegang kuasa tidak akan mendapatkan upah.Berbeda dengan
perjanjian ini dimana komisioner akan mendapatkan provisi apabila dia telah selesai menjalankan
pekerjaannya.
Soal-Soal

1. Mengapa UU yang ada di Indonesia mendefinisikan pengusaha sebagai orang yang menjalankan
perusahaan? Jelaskan?
Jawab :
Karena pengusaha adalah piminan atau penanggung jawab dalam suatu perusaahan berjalan baik atau
tidak perusahaan tergantung kebijakan piminan yakni pengusaha itu sendiri walaupun secara tidak
langsung pengusaha turun tangan dalam melaksanakan tugas perusahaannya tapi iya pemegang
keputusan perusahaan, artinya kenapa UU di Indonesia mendefenisikan pengusaha sebagai orang
yang menjalankan perusahaan yakni dikarenakan keputusan dan tanggung jawab pengusaha adalah
penentu jalannya perusahaan (pimpinan tertinggi dalam pengambilan keputusan).

2. Mengapa pengertian pengusaha yang ada dalam UU no. 3 tahun 1992 berbeda dengan pengertian
pengusaha menurut UU yang lain? Jelaskan!
Jawab:
Perbedaan pengertian pengusaha menurut UU NO.3 tahun 1992 secara garis besar berisi tentang
ketenangan kerjaan atau jaminan sosial tenaga kerja, jadi menurut UUD ini perusahaan disini adalah,
orang yang bekerja dalam suatu perusahaan artinya pelaksanaan kegiatan perusahaan yang bukan
miliknya sendiri. Sebagai mana pengertian perusahaan dalam point B dalam pengertian perusahaan
dalam UUD No.3 tahun 1992 initiya perusahaan disini bisa di defenisikan sebagai tenaga kerja.

3. Mengapa hubungan hukum antara direktur dengan pengusaha tidak cukup hanya dengan
perjanjian perburuhan? Jelaskan!
Jawab:
Hubungan antara direktur dengan penguaha tidak cukup hanya denga perjanjian perburuhan. Karena yang
dibutuhkan bukan hanya sebuah perjanjian perburuhan, tetapi juga membutuhkan perjanjian kerja waktu
tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
- Perjanjian kerja waktu tertentu meliputi:

• Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya


• Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang terlalu lama 3 tahun
• Pekerjaan yang berhubungan musiman
• Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan.
-Perjanjian kerja waktu tidak tertentu

• Nama dan alamat


• Pekerjaan/buruh
• Tanggal mulai bekerja
• Jenis pekerjaan
• Besarnya upah
Selain perjanjian-perjanjian diatas, hubungan antara direktur pengusaha jugan dengan adanya kontrak
kerja. Dimana jika salah satu diantara keduanya melanggar kontrak tersebut, akan dikenakan sanksi.
Lalu, Karena dalam hubungan perburuhan hanya sebuah subkoordinasi antara majikan dan buruh
yakni yang diperintah dan yang memerintah. Artinya, dalam hal perburuhan ini harus ada hal-hal atau
hubungan koordinasi yang lebih mengikat lagi agar dalam pelaksanaan perjalanaan perusahaan jika ada
perselisihan lebh ada peraturan dan hubungan yang mengikat supaya ada Batasan dan aturan tertentu
dalam hubungan tersebut.

4. Apakah penjual bunga pada saat acara wisuda dapat dikatakan menjalankan perusahaan?
jelaskan!

Jawab :
Penjual bunga pada saat acara wisuda dapat dikatakan menjalankan perusahaan karena perusahaan
terdiri dari beberapa jenis salah satunya perusahaan perseorangan maka dengan demikian penjual
bunga dapat dikatakan sebagai pengusaha perseorangan. Dimana pada saat menjual bunga dalam
acara wisuda dapat digolongkan pengusaha yang sedang menjalankan usahanya. Karena ia berdiri dan
menjalankan usaha miliknya sendiri secara perorangan.

Anda mungkin juga menyukai