Anda di halaman 1dari 6

MATERI RISIKO KEUANGAN

1. Biaya yang berlebihan (inefisiensi)

Hal yang menyebabkan harga suatu produk melesat naik yaitu biaya yang
berlebihan (inefisiensi). Dengan dipaparkannya harga yang tinggi konsumen atau pembeli
cenderung mengalami penirinan minat pada produk tersebut, harga yang tinggi juga
menyebabkan suatu perusahaan akan kalah dalam persaingan pemasaran.

Biaya yang tinggi biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu. Yang pertama,
perusahaan terlalu kecil. Ketika suatu perusahaan tidak mencapai target ekonomis yang
maksimal terjadilah kenaikan harga jual produk. Yang kedua, perusahaan memiliki
kapisitas besar tetapi tidak beroprasi secara maksimal. Ketika hal tersebut terjadi maka
akan timbul pengeluaran yang tinggi. Yang ketiga, kurangnya perencanaan pembelian
produk. Hal ini menyebabkan pada suatu perusahaan akan terjadi pembelian produk yang
terlalu tinggi dan kadang terjadi pembelian produk terlalu rendah sehingga perusahaan
tersebut kekurangan produk untuk dipasarkan. Yang keempat, kurang baiknya pengelolaan
mutu produk. Hal tersebut akan menyebabkan banyaknya produk yang cacat atau rusak.
Yang kelima, kurangnya perawatan mesin. Hal tersenut akan menyebabkan banyaknya
mesin yang rusak dan akan memakan banyak biaya untuk memperbaikinya. Yang keenam,
maraknya kecurangan pada perusahaan. Adanya kecurangan akan menyebabkan banyak
dana yang habisa tetapi tidak diketahui untuk apa saja dana tersebut. Yang ketujuh, promosi
produk terlalu tinggi. Promosi pada suatu produk sangat penting namun perlu diimbangkan
dengan dana yang dimiliki ketika dana promosi lebih tinggi dari dana yang dimiliki hal
tersebut tentu akan menyebabkan pengeluaran dana yang berlebihan

2. Harga yang tidak menguntungkan


Pada suatu perusahaan sering terjadi perang pasar yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang memberikan harga produknya terlalu rendah. Dengan harga produk yang
rendah sudah tentu akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Hal tersebut
terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, kurangnya informasi tentang harga yang
berlaku pada produk tersebut, kesalahan dalam pemberian harga sehingga kadang harga
suatu produk terlalu mahal yang menyebabkan banyak konsumen yang tidak tertarik dan
kadang memberikan harga terlalu rendah sehingga perusahaan menjadi rugi. Dengan
adanya faktor-faktor tersebut maka perusahaan akan kebingungan dalam mencari cara
untuk menutupi kerugian.

3. Pinjaman yang berlebihan


Dalam membangun sebuah perusahaan tentu saja harus terdapat modal yang
mumpuni untuk menutupi segala kebutuhan. Untuk mendapatkan modal tersebut tidak
jarang seorang pengusaha berutang. Namun terkadang ada beberapa perusahaan yang
berutang terlalu banyak. Ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang pengusaha jika
meminjam uang terlalu banyak, yaitu :
a. Beban biaya
Adanya utang yang banyak aatau peminjaman uang yang berlebih akan
menyebabkan seorang pengusaha kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Hal
tersebut dikarenakan setiap penghasilan yang didapatkan dialokasikan kepada orang
yang memberikan pinjaman uang hal tersebut akan menyebabkan sulitnya perusahaan
mendapatkan keuntungan.
b. Putusnya Kerjasama antara pihak terkait
Jika seorang pengusaha sering mengalami keterlambatan dalam membayar
uang yang dipinjam hal tersebut akan menyebabakan Lembaga atau pihak terkait yang
diajak Kerjasama tidak percaya dengan perusahaan tersebut dan memilih untuk
memutuskan Kerjasama. Jika hal tersebut terjadi maka perusahaan akan kesulitan
untuk meminjam uang manakala terjadi kerugian pada perusahaan.
c. Tingginya presentase kebangkrutan
Dengan adanya utang yang menumpuk dan ketidakmampuan membayar maka
semakin besar presentase perusahaan akan mengalami kebangkrutan

4. Piutang bermasalah (tidak tertagih/macet)


Dalam sebuah persaingan perusahaan dan persaingan yang ketat antar perusahaan,
banyak pengusaha yang bersikeras melakukan yang terbaik demi perusahaannya. Salah
satu alternatif yang biasanya digunakan yaitu berutang. Kadang pengusaha yang sangat
antusias atau memiliki ambisius yang sangat tinggi tidak sadar bahwa uang yang dipinjam
sudah sangat menumpuk. Hal tersebut akan menjadi pemicu piutang yang bermasalah dan
cenderung tinggi.
Menurut Jusup (2002:55) piutang tak tertagih adalah piutang yang dapat
menimbulkan kerugian karena debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanankan
kewajibanya.
Jenis-jenis Piutang Tak Tertagih Jenis-jenis piutang tak tertagih diantaranya:
1. Kredit dalam perhatian khusus
2. Kredit kurang lancar
3. Kredit diragukan
4. Kredit macet

Menurut Mahmoedin (1995:134) gejala kredit macet atau faktor yang menyebabkan
piutang tak tertagih antara lain disebabkan oleh:

1. Menurunnya Pendapatan Bersih


Turunnya pendapatan bersih dapat disebabkan oleh adanya kenaikkan biaya yang tidak
diimbangi dengan pendapatan yang tinggi.
2. Menurunnya Penjualan secara Tajam
Penjualan yang menurun adalah hal yang wajar dalam siklus hidup perusahaan, tetapi
jika penjualan tersebut mengalami penurunan yang sangat tajam, maka hal ini
menandakan bahwa perusahaan akan menemui titik kritis.
3. Menurunnya Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang cepat akan memberikan kelancaran bagi perusahaan.
Tetapi jika perputaran tersebut kecepatannya menurun berarti banyak barang yang tidak
laku, seperti perusahaan diambang kesulitan dalam melakukan pemasaran produknya.
4. Meningkanya Penjualan secara Tajam
Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin mempunyai uang secara
cepat sehingga perusahaan melakukan penjualan produknya dengan harga jual dibawah
harga pokok
5. Menurnnya Perputaran Piutang
Lambannya proses pelunasan pelanggan dan sulitnya penagihan akan menimbulkan
dampak negatif bagi perusahaan sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam melanjutkan kegiatan operasionalnya.
6. Menurunnya Modal Lancar
Turunnya modal lancar dapat disebabakan oleh pembelian kredit, membengkaknya
hutang kepada pihak ketiga atau mungkin disebabkan adanya pemborosa
7. Nasabah mulai ingkar janji
8. Nasabah membuat laporan fiktif
9. Nasabah tidak terbuka
10. Nasabah menolak wawancara

Untuk menyelesaikan permasalahan kredit bermasalah dapat menggunakan pedoman berikut,


(Rivai, dkk 2013:242-262):

1. Terhadap debitur yang dipandang masih mempunyai prospek dan debitur masih
mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelamatan kredit antara
lain dapat dilakukan melalui cara:
a. Penagihan intensif oleh kreditur
b. Rescheduling, adalah upaya penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan syarat-
syarat perjanjian yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali atau jangka
waktu.
c. Reconditioning, adalah upaya penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan
atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit, yang tidak terbatas hanya kepada
perubahan jadwal atau jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut tanpa
memberikan tambahan kredit.
d. Restructuring, adalah upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit .
e. Management Assistancy, adalah bantuan konsultasi dan manajemen profesional yang
diberikan kreditur kepada debitur yang masih mempunyai prospekdan iktikad baik
untuk melunasi kewajibannya, namun lemah di dalam pengelolaan perusahaannya,
baik dengan cara menempatkan salah satu petugas kreditur maupun meminta bantuan
pihak ketiga (konsultan) sebagai anggota manajemen.
2. Terhadap debitur yang dipandang kurang mempunyai prospek dan tidak mempunyai
iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelesaian dapat ditempuh melalui
cara:
a. Novasi, adalah perjanjian yang menyebabkan hapusnya perikatan dan pada saat yang
bersamaan timbul perikatan lainnya sebagai pengganti perikatan semula.
b. Kompensasi, adalah salah satu cara hapusnya perikatan yang disebabkan oleh keadaan
dimana dua orang atau pihak masing-masing merupakan nasabah satu terhadap lainnya.
c. Likuidasi, adalah penjualan barang jaminan debitur untuk melunasi utang kepada bank,
baik dilakukan oleh debitur yang bersangkutan maupun oleh pemilik jaminan dengan
persetujuan dan dibawah pengawasan bank.
d. Subrogasi, adalah penggantian hak-hak bank oleh pihak ketiga karena adanya
pembayara utang nasabah oleh pihak ketiga tersebut kepada bank yang dimaksud.
e. Penebusan Jaminan, adalah penarikan jaminan dari bank oleh nasabah atau pemilik
jaminan denagn menyetorkan sejumlah uang yang ditetapkan oleh bank.
3. Terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek, namun masih mempunyai iktikad
baik untuk melunasi kewajibannya dapat diberikan keringanan tunggakan bunga, denda,
ongkos-ongkos.
4. Terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek dan tidak mempunyai iktikad baik
untuk menyelesaikan kewajibannya, penyelesaian kreditnya dapat ditempuh melalui pihak
ketiga (Pengadilan Negeri).
5. Terhadap debitur kredit kecil yang sudah tidak mempunyai prospek dan masih mempunyai
prospek, namun tidak memenuhi kewajibannya, penagihan dilakukan oleh kreditur secara
intensif

5. Risiko valas
Menurut Hady (2010) valuta asing merupakan mata uang asing yang digunakan
sebagai alat untuk pembayaran, biasanya digunakan untuk membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan juga mempunyai kurs resmi pada bank sentral. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa valuta asing atau valas merupakan pertukaran antara
uang di suatu negara dengan negara lainnya untuk melakukan pembayaran.

Fluktusi nilai valas kadang menuju arah yang tidak tepat atau tidak diharapkan,
dengan adanya hal tersebut dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap
perusahaan. Kerugian yang paling sering terjadi yaitu bertambahnya risiko utang, turunnya
nilai penjualan produk serta meningkatnya biaya produksi produk. Kondisi tersebut akan
memberikan efek samping terhadap kas perusahaan dalam pembayaran utang sehingga
akan menumpuk dan merugikan perusahaan secara besar-besaran.

DAFTAR PUSTAKA

Courseshero.com. 2 Desember 2016. “Risiko Sumber Daya Manusia”. Diakses pada 14 Maret
2023, dari BUSINESSEKM3303 - 111 Pendahuluan Manajemen Keuangan Yang Efektif
Antara Lain Dapat | Course Hero

Lutfi Arsyina. 2015. Analisis Faktor-faktor Penyebab Piutang Tak Tertagih Pada PT.Pelindo III
(persero) Cabang Tanjung Emas Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai