Anda di halaman 1dari 3

PAKU PAYUNG

Namaku Mentari, remaja yang berasal dari kelurga sederhana dan serba terbatas. Aku bukan
anak satu-satunya, aku memiliki adik yang masih berada pada jenjang putih merah. Saat ini
aku berumur 17 tahun. Yah, seperti remaja pada umumnya aku saat ini sedang menempuh
pendidikan SMA yang pastinya sangat menyenangkan. Banyak yang bertanya mengenai asal-
asul namaku. Mentari, nama yang hadir ketika sang fajar menampakkan dirinya dan
diharapkan dapat memberikan cahaya untuk masa depan keluarganku, sebuah harapan yang
sangat besar yang harus kutompang agar keluargaku menjadi lebih baik lagi. Ayahku sudah
lama meninggal saat ini Ibuku lah yang menjadi tulang punggung keluargaku.

“Mentari, bangun sudah siang!” teriak Ibuku sambil membuka pintu.

“ Iya, ibu” jawabku sedikit lesu

“ Cepat mandi, nanti kamu terlambat” teriak ibuku sambil kembali menutup pintu kamarku

Aku pun bergegas untuk mandi dan mengganti pakaianku dengan seragam sekolah.

“Mentari, sini sarapan dulu sebelum berangkat”

“ tapi aku tidak lapar ibu” jawabku sambil bergegas berangkat ke sekolah

“ aku berangkat” teriakku sambil menarik tangan adiku untuk berangkat ke skolah

“makan dulu nak, ibu sudah siapkan makanan di meja” seru ibuku sambil menahan aku pergi

Aku dan adikku bergegas pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum. kami menjalani
hari-hari di sekolah seperti hari-hari biasa. Jam menunjukan pukul 13.00 WITA, lonceng
yang menandakan waktu pulangpun berbunyi. Aku dan adiku bergegas untuk pulang.

Seperti biasa rumah ditinggal dalam keadaan kosong. Banyak makanan yang telah disiapkan
oleh ibu. Tetapi, aku tak ingin memakan makanan tersebut jika ibu tidak ikut makan
bersamaku. aku memutuskan untuk bermain di luar rumah sambil menunggu ibuku datang
dari bekerja.

“Mentari” salah seorang tetangaku memangil

“iya, Bu Romlah?” jawabku sambil tersenyum

“ Ibumu kerja apa sih? berangkat pagi pulang pagi” tanya Bu Romlah

“Emmmmm” Aku tak bisa menjawab dan segera masuk ke dalam bersama adikku

aku memikirkan apa yang dikatakan Bu Romlah. Selama ini aku tidak tau apa pekerjaan
ibuku. Setiap hari aku hanya dapat melihat ibuku pada saat pagi hari. Memang ibuku baik
namun, pekerjaan apa yang mengharuskan untuk bekerja sampai pagi.
Pukul 10 malam tidak ada tanda-tanda kedatangan ibuku Delisa sudah tertidur sejak tadi. Aku
pun sudah mulai mengantuk dan aku memutuskan untuk tidur di sofa sambil menunggu ibu.

Tepat pukul 4 pagi ibuku datang membangunkanku dan menyuruhku melanjutkan tidurku di
kamar.

Tepat pada hari minggu pagi ibuku membangunkanku.

“mentari, bangun” teriak ibuku dari meja makan

“iya, ibu” jawabku sambil berpikir bagaimana caraku bertanya kepada ibu.

Aku pun beranjak ke meja makan bersama adiku. Tanpa pikir panjang aku pun bertanya
kepada Ibuku

“Emm ibuu” tanyaku sambil mengetuk-ngetuk meja secara perlahan

“ iya kenapa nak?” jawab ibuku sambil mengambilkan makanan untuk kami

“apa aku boleh bertanya kepada ibu?”

“boleh nak, mau nanya apa?” jawab ibuku sambil menatapku

“ apa sebenarnya pekerjaan ibu?” tanyaku sambil memegang tangan ibuku

“Emm, kenapa kamu menyakan pekerjaan Ibu?”

“banyak yang menanyakan pekerjaan ibu, karena ibu pergi pagi pulang pagi. Apakah aku
salah menanyakan pekerjaan ibuku sendiri?”

“tidak salah nak, tapi pekerjaan ibu bukanlah pekerjaan yang mulia” jawab ibuku dengan
wajah murung

“ kenapa ibu terlihat murung. Apa pekerjaan ibu?”

“Ibu bekerja sebagai PSK” jawab Ibunya sambil meneteskan air mata

Aku merasa terpukul dengan pekerjaan ibuku. Air mataku tak tertahan aku mengurung diri di
dalam kamar. Setelah aku mendengar hal itu aku memutuskan untuk bekerja agar aku hidup
dengan adikku tidak dengan uang haram. Agar masalah ekonomi bukan menjadi alasan untuk
melakukan pekerjaan yang negatif.

“ Ibu aku ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku”

“ kenapa seperti itu nak?”

“ Aku tidak ingin jika aku hidup dan sekolah dengan uang haram”

Dari saat itu aku memutuskan untuk berdagang dan setiap pulang sekolah aku selalu
berkeliling agar mendapatkan pundi-pundi uang. Tepat pada saat aku beristirahat aku
didatangi oleh seorang pria.
“ hai apa yang kamu jual?” tanya pria itu sambil tersenyum

“ saya jual makanan ” jawabku sambil menunjuk makanan yang saya jual

“ boleh saya coba?”

“silahkan”

“ sepertinya makanan yang kamu jual cocok dengan perusahaan saya. Apakah kamu mau
bekerjasama dengan saya?” tanya pria itu sambil menjulurkan tangannya

Akupun menerima tawaran pria itu dan mulai bekerja di perusahaannya. Dan akhirnya aku
bisa membiayai hidupku dengan uang hasil keringatku sendiri dan akhirnya usaha itu
berkembang dan akupun bisa hidup makmur.

Apapun kesulitan yang kita alami janganlah kita melakukan pekerjaan yang negatif.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai