Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ni Putu Liana Randika Diantari

NIM : 1912011007
Kelas : 6A
Matkul : Pengajaran Mikro

SKENARIO PEMBELAJARAN

 Keterampilan : Keterampilan Menjelaskan


 Sekolah : SMA/SMK dan Sederajat
 Materi : Teks Cerita Sejarah
 Kelas : XII (Dua belas)
 Waktu : 1 x 10 Menit
 Skenario :

Guru : “Selamat pagi, anak-anak.”


Semua Siswa : “Selamat pagi, Ibu.”
Guru : “Bagaimana kabarnya hari ini? Baik?”
Semua Siswa : “Baik, Ibu.”
Guru : “Syukur kalau begitu. Baik, sebelum memulai kegiatan pembelajaran hari
ini, seperti biasa mari kita berdoa bersama terlebih dahulu. Untuk itu, berdoa,
disilakan.”

Semuanya berdoa.

Guru : “Berdoa dapat diakhiri. Oke, sebelum masuk ke materi, kalian tahu apa yang
sedang ibu pegang ini?” Sambil menunjukkan buku tulis.
Semua Siswa : “Tahu, Ibu. Itu buku tulis.”
Guru : “Benar. Kalau ini?” Sambil menunjukkan pulpen.
Semua Siswa : “Pulpen, Bu.”
Guru : “Yak, tepat. Ketika kalian melihat dua benda ini, apakah kalian pernah
berpikir, bagaimana ya kedua benda itu bisa ditemukan? Atau, mengapa ya
kedua benda itu bisa dibuat sedemikian rupa? Pernah?”
Sugihartini : “Saya, Ibu. Bukan hanya buku atau pulpen saja, bahkan saya sering
memikirkan benda-benda yang lainnya. Bagaimana asal-usulnya hingga benda
itu bisa ditemukan.”
Guru : “Iya, betul sekali Sugik. Begitulah sifat dasar manusia, pasti ingin
mengetahui banyak hal, terutama hal-hal mengenai masa yang sudah lampau.
Seperti asal-usul terciptanya buku dan pulpen ini.”
Guru : “Nah, hari ini kita akan mempelajari satu teks dalam bahasa Indonesia yang
yang di dalamnya memuat hal-hal yang berkaitan dengan asal-usul sesuatu
dan juga kejadian-kejadian di masa lampau. Kira-kira, ada yang bisa menebak
kita akan belajar mengenai teks apa?”
Cici : “Apakah teks sejarah, Ibu?”
Guru : “Yap, hampir benar Cici. Jadi, pada hari ini kita akan membahas satu teks
dalam bahasa Indonesia yang di dalamnya memuat hal-hal yang berkaitan
dengan asal muasal sesuatu dan juga kejadian-kejadian di masa lampau yang
memiliki nilai sejarah, seperti asal-usul terciptanya buku dan pulpen. Teks
semacam ini, dalam bahasa Indonesia, biasa disebut dengan Teks Cerita
Sejarah. Siapa yang sudah pernah mendengar, atau mungkin sudah sempat
belajar sendiri mengenai teks yang satu ini?”
Surya : “Saya, Ibu. Saya pernah membaca mengenai jenis teks ini di internet.”
Guru : “Wah, bagus sekali Surya. Bisa jelaskan sedikit apa yang sempat kamu baca
mengenai Teks Cerita Sejarah ini?”
Surya : “Bisa, Ibu. Seingat saya, teks cerita sejarah ini adalah teks yang menjelaskan
atau menceritakan tentang fakta dan kejadian di masa lalu yang juga menjadi
asal muasal sesuatu yang memiliki sejarah, misalnya seperti sejarah
proklamasi kemerdekaan RI.”
Guru : “Bagus, Surya. Ada hal lain yang masih kamu ingat, Surya?”
Surya : “Ada, Ibu. Teks Cerita Sejarah memiliki struktur orientasi, urutan peristiwa,
dan reorientasi.”
Guru : “Selain pengertian dan strukturnya, ada lagi yang sempat kamu baca,
Surya?”
Surya : “Itu saja yang masih saya ingat, Ibu.”
Guru : “Baik, Surya. Terima kasih. Bagus sekali, ya. Surya sudah memiliki inisiatif
untuk belajar sendiri. Semoga kedepannya dapat dicontoh oleh teman-teman
yang lain, ya.
Guru : “Nah, jadi yang dipaparkan Surya tadi sudah tepat, ya anak-anak. Seperti
yang sudah ibu sampaikan di awal tadi Teks Cerita Sejarah secara umum
memang memaparkan mengenai fakta-fakta sejarah atau kejadian-kejadian
bersejarah yang benar-benar pernah terjadi di masa lampau, seperti contoh
yang disampaikan Surya barusan ada sejarah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia atau mungkin sejarah masa penjajahan Belanda dan
Jepang di Indonesia. Lalu, Teks Cerita Sejarah juga memiliki struktur
pembangun teks sama seperti jenis teks lainnya dalam bahasa Indonesia, yaitu
yang pertama ada orientasi, yang kedua ada urutan peristiwa, dan yang ketiga
ada reorientasi.”
Guru : “Orientasi, yaitu bagian pengenalan atau pembuka teks, yang biasanya berisi
deskripsi singkat mengenai peristiwa sejarah yang akan dibahas. Lalu, ada
urutan peristiwa, pada bagian ini dipaparkan atau dijelaskan secara rinci dan
kronologis, yaitu berdasarkan urutan waktu yang sebenarnya, peristiwa
sejarah yang sedang dibahas. Yang terakhir ada reorientasi, bagian ini bersifat
opsional atau manasuka ya anak-anak, artinya si penulis teks boleh
menuliskan bagian ini atupun tidak, nah pada bagian reorientasi biasanya
berisikan komentar pribadi penulis terhadap cerita yang ditulisnya dan juga
dampak yang ditimbulkan dari peristiwa yang sedang dibahas tersebut.”
Guru : “Sampai di sini, sudah dapat bayangan mengenai Teks Cerita Sejarah?”
Semua Siswa : “Sudah, Ibu...!”
Guru : “Oke, bagus sekali. Berikutnya kita akan bahas mengenai ciri atau kaidah
kebahasaan dari Teks Cerita Sejarah. Ada yang mau mencoba?”
Linda : “Saya, Ibu.”
Guru : “Ya, silakan Linda.”
Linda : “Ada kalimat lampau, konjungsi, verba, dan adjektiva.”
Guru : “Sudah benar tapi kurang tepat. Yang lainnya ada yang mau
menambahkan?”
Sugihartini : “Izin menambahkan, Ibu?”
Guru : “Silakan, Sugik.”
Sugihartini : “Saya menemukan bahwa ciri atau kaidah kebahasaan Teks Cerita Sejarah
yaitu, menggunakan kalimat bermakna lampau, menggunakan konjungsi
kronologis dan temporal, menggunakan kata kerja material, kata kerja mental,
kalimat tak langsung, terdapat dialog, dan juga kata sifat.”
Guru : “Yak, tepat sekali ya. Sudah dipaparkan secara lengkap oleh Sugik, ya. Jadi,
ciri atau kaidah kebahasaan Teks Cerita Sejarah memang ada tujuh, di
antaranya yaitu: 1) banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, artinya
kalimat tersebut merujuk pada peristiwa di masa lalu; 2) banyak menggunakan
kata hubung yang menyatakan urutan waktu, atau biasa disebut dengan
konjungsi kronologis dan temporal, contohnya seperti sejak saat itu, setelah
itu, pada awalnya, kemudian, lalu, dls; 3) menggunakan banyak kata kerja
yang menggambarkan tindakan atau biasa disebut dengan verba material,
misalnya mengancam, berdiri, bersimpuh, menggenggam, dls; 4)
menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan pemikiran atau
perasaan yang biasa disebut dengan verba mental, seperti merasakan,
menginginkan, memikirkan, menganggap, mendambakan, dls; 5)
menggunakan kalimat tak langsung, artinya kalimat yang digunakan untuk
menyampaikan tuturan orang lain, biasanya berisikan kata mengatakan
bahwa, mengungkapkan, menyatakan, menuturkan, dls; 6) terdapat dialog,
dalam teks cerita sejarah biasanya akan muncul beberapa tokoh sejarah,
bukan? Nah, dialog ini berguna untuk menampilkan percakapan antar tokoh
tersebut; dan 7) banyak menggunakan kata sifat atau adjektiva, biasanya
digunakan untuk menggambarkan tokoh, tempat atau suasana dalam peristiwa
yang dibahas., misalnya asri, suram, kejam, emosional, dls.”
Guru : “Sejauh ini, apa masih bisa dipahami penjelasannya?”
Semua Siswa : “Bisa, Ibu.”
Guru : “Apakah ada yang ingin ditanyakan?”
Semua Siswa : “Tidak.”
Guru : “Baik, kalau tidak ada yang ditanyakan, silakan kalian buka Google
Classroom pertemuan hari ini, Ibu sudah unggah satu contoh teks cerita
sejarah mengenai R A. Kartini, berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang,
silakan kalian identifikasi struktur dan ciri kebahasaan teks tersebut
berdasarkan penjelasan yang sudah Ibu berikan tadi. Kerjakan di word dengan
menuliskan nama, nomor absen dan juga kelas lalu kumpulkan di tempat yang
sudah disediakan. Jangan sampai melewati tenggang waktu yang sudah
tertera. Setelah itu, silakan kalian pelajari, minggu depan kita diskusikan
bersama-sama. Apakah bisa dipahami?”
Semua Siswa : “Bisa, Ibu.”
Guru : “Baik, untuk pembelajaran hari ini, ada yang ingin ditanyakan?”
Semua Siswa : “Tidak ada, Ibu.”
Guru : “Oke, kalau begitu. Sebelum kita tutup pembelajaran hari ini, karena tadi
diawali dengan doa, maka kita akhiri juga dengan doa. Menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, berdoa disilakan.

Semuanya berdoa.

Guru : “Berdoa selesai. Baik, Ibu tutup pembelajaran hari ini, selamat mengerjakan
tugas, dan selamat siang.”

Anda mungkin juga menyukai