Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

INSTRUMEN DERIVATIF

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Manajemen Keuangan II
Dosen pengampu: Intan Shaferi, S.E., M.Si.

Disusun oleh:
1. Nur Syarifudin (C1B020024)
2. Vouni Indri Zuliana (C1B020049)
3. Titan Choiry Gani Acca (C1B020052)
4. Jasmine Angelika Subechan (C1B020066)
5. Widyatul Aulia (C1B020074)
6. Yohanes Nugroho Waluyojati (C1B020100)
7. Febriani Vironica Tambunan (C1B020110)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan II yang berjudul “Instrumen Derivatif” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak yang terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Intan
Shaferi, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan II,
selain itu makalah ini kami buat agar dibaca dan dapat diambil manfaat yang
terkandung dalam makalah ini.

Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki


kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Manajemen Resiko ....................................................................................... 3
B. Instrumen Derivatif ...................................................................................... 9
C. Penggunaan Instrumen Derivatif dalam Manajemen Resiko ..................... 13
BAB II : PENUTUP .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Saat ini pasar keuangan mengalami perkembangan yang cukup


pesat. Perubahan situasi dan kondisi pasar menyebabkan banyak orang
berinvestasi. Investasi didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Perkembangan pasar modal dan pasar uang yang bergerak
cukup dinamis memacu para investor dan pelaku pasar untuk lebih berhati-
hati dan selektif dalam memilih dan menanamkan uangnya pada
instrumeninstrumen investasi di pasar modal dan pasar uang guna
menghindari timbulnya risiko bagi para investor.
Keinginan investor untuk melindungi dirinya dari adanya risiko
investasi di pasar modal memerlukan suatu instrumen lindung nilai
(hedging) yang dapat menurunkan tingkat variansi return. Instrumen
lindung nilai tersebut dapat diakomodasikan dengan suatu sekuritas
derivatif. Sekuritas derivatif adalah suatu sekuritas yang sebagian nilainya
dipengaruhi oleh sekuritas lain atau pada aset yang mendasarinya.
Instrumen derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk
menjual atau membeli sejumlah barang (baik itu aktiva finansial seperti
saham, warranst, obligasi maupun komoditas) pada tanggal tertentu di masa
mendatang dengan harga yang telah disepakati saat ini. Jenis instrumen
derivatif adalah kontrak opsi (option contract), kontrak berjangka (futures
contract) dan kontrak penyerahan kemudian (forward contract).

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa diperlukan manajemen risiko?


2. Apa yang dimaksud dengan derivatif?
3. Apa yang dimaksud dengan instrumen derivatif?
4. Bagaimana penggunaan instrumen derivatif dalam manajemen risiko?

1
C. Tujuan

1. Memahami alasan diperlukannya manajemen risiko.


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan derivatif.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen derivatif.
4. Memahami bagaimana penggunaan instrumen derivatif dalam
manajemen risiko.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Resiko
1. Latar Belakang Manajemen Resiko
Manajemen resiko (risk management) adalah pengidentifikasian
peristiwa – peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan
yang merugikan dan kemudian mengambil tindakan-tindakan yang
mencegah dan/atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh
peristiwa - peristiwa tersebut. Manajemen resiko juga meliputi
pengendalian biaya input penting, seperti bahan bakar minyak dengan
membeli transaksi berjangka (future) untuk minyak, atau perlindungan
dari perubahan dalam tingkat suku bunga atau nilai tukar dengan
melakukan transaksi di pasar valuta asing atau tingkat suku bunga.
Tujuan utama dari manajemen risiko keuangan adalah untuk
meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga
dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Risiko volatilitas
harga yang dihadapi ini disebut sebagai risiko pasar. Terdapat beberapa
bentuk risiko pasar, yaitu:
1) Risiko likuiditas, risiko yang timbul karena tidak semua produk
manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas.
Pasar yang tidak likuid ini misalnya seperti real estate dan saham
dengan kapitalisasi kecil.
2) Diskontiunitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu
menimbulkan perubahan harga secara bertahap. Contohnya adalah
kejatuhan pasar saham pada tahun 2000.
3) Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam
kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Contohnya, pihak lawan yang menyepakati penukaran euro
(Prancis) menjadi dollar (Kanada) mungkin gagal untuk
menyerahkan dolar pada tanggal yang dijanjikan.

3
4) Risiko regulasi, merupakan risiko yang timbul karena pihak otoritas
publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan
tertentu. Sebagai contoh, bursa efek Kuala Lumpur tidak
mengizinkan penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai
terhadap penurunan harga ekuitas.
5) Risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai
tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan.
Contohnya, perlakuan kerugian valuta asing sebagai keuntungan
modal ketika laba biasa lebih disukai.
2. Proses Manajemen Resiko
Menurut Thomas Kaiser terdapat enam tahapan dalam proses
manajemen risiko yaitu:
1) Mengidentifikasi risiko.
Informasi yang diperoleh pada langkah pertama ini, merupakan
prasyarat untuk melakukan tahap-tahap selanjutnya.
2) Penilaian risiko.
Meliputi penilaian atas sifat dasar dan keseriusan dari setiap risiko
dan kemungkinan terjadinya.
3) Pengelompokan risiko.
Yaitu menempatkan seluruh risiko yang telah diidentifikasi dan
dinilai dalam kelompok-kelompok yang terpisah.
4) Pengukuran risiko.
Yaitu mengukur risiko tersbut ke dalam ketentuan- ketentuan
moneter dengan membuat catatan atas jumlah dari resiko maupun
kemungkinan terjadinya risiko tersebut
5) Mengkonsolidasikan risiko.
Yaitu mengkombinasikan seluruh risiko yang telah diidentifikasi,
dinilai, dikelompokkan, dan dikuantifikasikan (diukur) pada
masing-masing-masing operasi internasional. Langkah ini dilakukan
oleh perusahaan multinasional

4
6) Pengembangan solusi atas risiko. Tahapan ini dilakukan
berdasarkan pengelompokan risiko yang telah dilakukan pada tahap
ketiga. Hal ini meliputi pengembangan solusi yang telah dilakukan
oleh perusahaan multinasional dalam menghadapi permasalahan
yang dihadapinya
3. Alasan mengelola resiko :
1) Kepastian Utang
Manajemen resiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus kas , dan
hal lain dapat mengurangi kemungkinan kebangkrutan.
2) Menjaga anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu.
Anggaran modal umumnya harus didanai dengan utang di tambah
dana yang diperoleh secara internal, khususnya saldo laba ditahan
dan depresiasi. Ketika arus kas internal rendah, maka arus kas
tersebut kemungkinan terlalu kecil untuk dapat mendukung
anggaran modal yang optimal, menyebabkan perusahaan akan
memperlambat investasi di bawah tingkat yang optimal atau
menanggung biaya yang tinggi yang terkait dengan ekuitas
eksternal. Dengan meratakan arus kas, manajemen resiko dapat
mengatasi hal ini.
3) Kesulitan keuangan
Kesulitan keungan yang dapat berupa kekhawatiran pemegang
saham, tingkat suku bunga yang tinggi atas utang, kepergian
pelanggan hingga kebangkrutan memiliki keterkaitan dengan
adanya penuruan arus kas di bawah tingkat yang diharapkan.
Manajemen resiko dapat mengurangi kemungkinan terjadinya arus
kas yang redan dan akibatnya kesulitan keuangan.
4) Keunggulan komparatif dalam lindung nilai
Banyak investor tidak dapat mengimplementasikan program lindung
nilai sendiri seefisien sebuah perusahan.
a. Perusahaan umumnya memiliki biaya transkasi yang rendah
karena volume aktivitas lindung nilai yang lebih besar.

5
b. Masalah informasi asimetris yaitu manajer tahu lebih banyak
akan eksposur risiko perusahann daripada investor luar,
sehingga manajer dapat melakukan lindung nilai yang lebih
efektif
c. Manajemen risiko yang efektif mensyaratkan adanya keahlian-
keahlian dan pengetahuan khusus yang lebih besar
kemungkinannya dimiliki oleh perusahaan
5) Biaya peminjaman
Perusahaan terkadang dapat menurunkan biaya-biaya input,
khususnya tingkat suku bunga atas utang, melalui penggunaan
instrument derivative yang disebut “swap”. Setiap pengurangan
biaya seperti itu akan meningkatkan nilai perusahaan.
6) Dampak perpajakan
Perusahaan dengan laba yang ridak stabil membayar pajak yang
lebih tiggi daripada perusahaan yang lebih stabil karena adanya
perlakuan kredit pajak dan ketentuan-ketentuan yang mengatur
kerugian perusahaan yang dibawa ke depan dan dibawa ke belakang.
Apalagi jika laba yang tidak stabil mengarah kepada kebangkrutan,
maka kerugian pajak yang dibawa ke depan umumnya akan menjadi
kerugian. Maka dari itu, system perpajakan yang ada mendorong
manajemen resiko menstabilkan laba.
7) System kompensasi
Kebanyakan system kompensasi menetapka angka “batas atas” dan
“batas bawah” untuk bonus atau memberikan imbalan kepada para
manajer karena telah memenuhi sasaranya.
4. Jenis – Jenis Risiko Keuangan
1) Risiko nilai tukar
Risiko nilai tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk risiko
yang muncul karena perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap
mata uang yang lain. Suatu perusahaan atau pemodal yang memiliki
aktiva atau operasi bisnis lintas Negara akan memperoleh risiko ini

6
jika tidak menerapkan lindung nilai (hedging). Risiko nilai tukar
yang terkait dengan instrument mata uang asing penting dalam
investasi asing. Risiko ini muncul karena perbedaan kebijakan
moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan
mengakibatkan perbedaan laju inflasi.
2) Risiko suku bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul karena nilai relative
aktiva berbunga, seperti pinjaman atau obligasi, akan memburuk
karena peningkatan suku bunga. Secara umum, jika suku bunga
meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga
sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka
waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang digunakan untuk
mengelola risiko suku bunga. Pengelolaan harta dan kewajiban
adalah suatu nama umum yang digunakan untuk rangkaian lengkap
teknik-teknik yang digunakan untuk mengelola risiko dalam suatu
kerangka kerja manajemen risiko perusahaan.
3) Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak
dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai
meskipun pihak tersebut memiliki asset yang cukup bernilai untuk
melunasi kewajibannya, tapi ketika asset tersebut dikatakan tidak
likuid. Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual
hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat
membelinya
5. Beberapa sebab yang melatar belakangi terjadinya risiko likuiditas
pada perusahaan, yaitu :
1) Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. yang
artinya utang perusahaan sudah berada dalam kategori yang
membahayakan perusahaan itu sendiri.
2) Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang saat jatuh tempo
sudah begitu besar, baik utang diperbankan, leasing, mitra bisnis,

7
utang dagang, baik utang diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang
dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo
harus secepatnya dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya.
3) Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga
memberi pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan
panjang.
4) Kepemilikan asset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk
menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak asset yang
dijual sehingga jika asset yang tersisa tersebut masih ingin dijual
maka itu tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.

8
B. Instrumen Derivatif
1. Latar Belakang Derivatif
Pada mulanya, instrumen derivatif diperkenalkan pada tahun 1949 di
Chicago, Amerika serikat yang pada saat itu para petaninya sedang
panen gandum. Ketika itu, setiap para petani memanen gandumnya,
harga gandum tersebut terus menerus menurun karena kelebihan stok.
Sedangkan jika petani sedang tidak panen, maka harga gandum menjadi
tinggi karena langka. Hal tersebut tentunya membuat para petani
merugi. Untuk menjaga kestabilan harga, maka Chicago Mercantile
Exchange mengeluarkan produk derivatif berupa kontrak pembelian
gandum. Dengan begitu, para petani mampu menjual gandumnya
dimasa depan dengan menggunakan harga yang sudah ditentukan pada
saat itu. Jadi, ketika para petani panen gandum, maka mereka tidak perlu
menjual gandumnya ke Chicago agar pasokan gandum di sana berlebih.
Para petani hanya perlu menyimpan gandum mereka di wilayahnya
sendiri agar bisa dijual dimasa depan dengan harga yang sebelumnya
sudah ditentukan.
2. Pengertian Derivatif dan Transaksi Derivatif
1) Derivatif
Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran
pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang
menjadi “acuan pokok” atau juga disebut “ produk turunan”
(underlying product). Daripada memperdagangkan atau
menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu
perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai
di suatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang
menjadi acuan pokok.
2) Transaksi Derivatif
Transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak
yang dikenal sebagai counterparties (pihak-pihak yang saling
berhubungan). Dalam istilah umum, transaksi derivatif adalah

9
sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran
yang nilainya tergantung pada – diturunkan dari – nilai aset, tingkat
referensi atau indeks. Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari
sejumlah acuan pokok (underlying) yaitu suku bunga (interest rate),
kurs tukar (currency), komoditas (commodity), ekuitas (equity) dan
indeks (index) lainnya. Mayoritas transaksi derivatif adalah produk-
produk Over the Counter (OTC) yaitu kontrak-kontrak yang dapat
dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan langsung kepada
pengguna akhir, sebagai lawan dari kontrak-kontrak yang telah
distandarisasi (futures) dan diperjualbelikan di bursa. Menurut para
dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi
derivatif adalah untuk melindungi nilai (hedging) beberapa jenis
risiko tertentu.
3. Alasan Penggunaan Derivatif
1) Peralatan untuk mengelola resiko
2) Pencarian untuk hasil yang lebih besar
3) Biaya pendanaan yang lebih rendah;
4) Kebutuhan-kebutuhan yang selalu berubah dan sangat bervariasi
dari sekelompok pengguna;
5) Hedging risiko-risiko saat ini dan masa datang;
4. Pelaku Transaksi Derivatif :
1) Pengguna Akhir (End Users)
Sebagian besar pengguna akhir derivatif yaitu sekitar 80% adalah
perusahaan-perusahaan, disamping badan-badan pemerintah dan
sektor publik. Alasan-alasan yang mendorong pengguna akhir
menggunakan instrumen instrumen derivatif adalah:
a. Untuk sarana lindung nilai (hedging);
b. Memperoleh biaya dana yang lebih rendah;
c. Mempertinggi keuntungan;
d. Untuk mendiversifikasikan sumber-sumber dana;

10
e. Untuk mencerminkan pandangan-pandangan pasar melalui
posisi yang diambil.
2) Pialang (Dealer)
Terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai
pialang. Fungsi dari dealer antara lain:
a. Menjaga likuiditas dan terus menerus tersedianya transaksi;
b. Memenuhi permintaan pengguna akhir dengan segera;
c. Memberikan kemampuan untuk mempertinggi likuiditas pasar
dan efisiensi harga.
5. Macam – Macam Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif merupakan istilah yang dikenal dalam dunia
keuangan. Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang
memperoleh nilai mereka dari nilai dan karakteristik dari satu atau lebih
entitas yang mendasari seperti aset, indeks harga, atau tingkat suku
bunga.
Ada banyak sekali instrumen finansial yang dapat dikategorikan dalam
kelompok derivatif, namun opsi/kontak berjangka dan swap adalah yang
umum dikenal.
1) Opsi
Opsi adalah kontrak di mana salah satu pihak menyetujui untuk
membayar sejumlah imbalan kepada pihak yang lainnya untuk suatu
‘hak’ untuk membeli sesuatu atau menjual sesuatu kepada pihak
yang lainnya.
2) Swap
Perjanjian swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui
pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian
kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan
bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang
dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

11
Selain itu, ada instrumen derivatif lainnya yaitu:
1) Kontrak Opsi Saham (KOS)
KOS adalah efek yang memuat hal beli (call option) atau hal jual
(put option) atas Underlying Stock (saham perusahaan tercatat, yang
menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan Strike Price
(harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai
acuan dalam Exercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu.
2) Kontrak Berjangka Indeks (LQ 45 Futures)
Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau
menjual suatu underlying (dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll)
di masa mendatang. Kontrak indeks merupakan kontrak berjangka
yang menggunakan underlying berupa indeks saham. Dan masih ada
yang lainnya lagi.

12
C. Penggunaan Instrumen Derivatif dalam Manajemen Resiko
1. Opsi (Options)
1) Pengertian
Opsi (options) adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli (atau menjual) aktiva pada harga dan
jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Manfaat yang
diperoleh dari perdagangan opsi, antara lain:
a. Manajemen risiko; pemodal yang memiliki put option atas suatu
underlying asset dapat melakukan hedging melalui penundaan
penjualan saham yang dimilikinya bila harga underlying asset
nya turun dratis secara tiba-tiba, sehingga dapat menghindari
risiko kerugian.
b. Memberikan waktu yang fleksibel; untuk opsi tipe amerika,
maka pemegang call option maupun put option dapat menetukan
apakah akan melaksanakan haknya atau tidak hingga masa jatuh
tempo berakhir.
c. Menyediakan sarana spekulasi; para pemodal dapat memperoleh
keuntungan jika dapat memperkirakan harga naik dengan
mempertimbangkan membelicall option, dan sebaliknya
bilamemperkirakan harga cenderung turun dapat
mempertimbangkan untuk membeli put option.
d. Leverage; secara potensial leverage memberikan hasil investasi
yang lebih besar dibandingkan dengan bila menanam dananya
pada saham misalnya, walaupun risikonya cenderung lebih besar
pula dibandingkan bila melakukan investasi secara langsung.
Opsi dapat digunakan untuk meminimalisasi risiko dan
sekaligus memaksimalkan keuntungan dengan daya ungkit
(leverage) yang lebih besar.
e. Diversivikasi; dengan melakukan perdagangan opsi dapat
memberikan kesempatan kepada pemodal untuk melakukan

13
diversivikasi portofolio untuk tujuan memperkecil risiko
investasi portofolio
Orang yang membeli opsi disebut opsi buyer, sedangkan yang
menerbitkan/menjual opsi disebut opsi writer/seller. Istilah penting
yang perlu diperhatikan terkait opsi antara lain:
a. Harga jadi/pelaksanaan (strike/exercise price) adalah harga
yang harus dibayarkan untuk lembar saham biasa ketika suatu
opsi dilaksanakan.
b. Expiration date yaitu batas waktu dimana opsi tersebut dapat
dilaksanakan. Ada dua model yang dapat diterapkan yaitu model
Amerika dan model Eropa. Model Amerika opsi dapat
dilaksanakan kapan saja sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan (expiration date). Sedangkan model Eropa opsi
dilaksanakan hanya pada saat expiration date.
c. Option premium adalah harga yang dibayarkan oleh pembeli
opsi kepada penjual opsi
2. Jenis – Jenis Kontrak Opsi
Ada dua jenis kontrak opsi:
1) Opsi beli (call option)
Suatu hak untuk membeli lembar saham pada harga tertentu
(strike price) dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan −
baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun di antara tenggang
waktu masa sebelum jatuh tempo. Call option dibeli dengan
harapan harga saham akan naik. Pada opsi beli ini terdapat 2
pihak yang disebut :
a. Pembeli opsi beli atau biasa dikata call option buyer atau
juga long call.
b. Penjual opsi beli atau biasa juga dikata call option seller atau
juga short call.

14
Contoh:
Misalkan, saham ABC diperdagangkan di bursa dengan harga
Rp100 per lembar. Investor membeli satu opsi beli (call option)
pada satu lembar saham ABCD yang jatuh temponya dalam 6
bulan dengan membayar premium (premi) sebesar Rp10. Harga
exercise opsi beli tersebut adalah Rp100. Pada saat opsi beli
tersebut jatuh tempo, harga saham ABCD naik menjadi Rp150.
Karena investor memegang opsi beli saham ABCD, maka dia
berhak untuk membeli saham tersebut di pasar seharga Rp100
dan kemudian dapat menjualnya dengan harga Rp150. Dalam
hal ini, investor berhasil mengantongi laba kotor Rp50 uang
dihitung dari (Rp150 – Rp100) dan setelah dikurangi dengan
premi yang telah dibayarkan dimuka, maka laba atau
keuntungan bersih investor adalah Rp40.
2) Opsi jual (put option)
Suatu hak untuk menjual lembar saham pada harga tertentu
(strike price) dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan −
baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun di antara tenggang
waktu masa sebelum jatuh tempo. Put option dibeli dengan
harapan harga saham akan turun. Pada opsi jual ini juga terdapat
2 pihak yang disebut:
a. Pembeli opsi jual atau biasa disebut put option buyer atau
juga long put
b. Penjual opsi jual atau biasa disebut put option seller atau juga
short put
Contoh:
Misalkan Investor membeli satu lembar opsi jual pada selembar
saham A dengan jangka waktu jatuh tempo adalah 6 bulan.
Harga exercise opsi jual tersebut adalah Rp 100, dan premium
(premi) yang harus untuk membeli produk tersebut dan
dibayarkan dimuka adalah Rp10. Misalkan pada saat jatuh

15
tempo setelah 6 bulan harga pasar saham A adalah Rp75. Karena
memiliki hak jual, hal ini sangat menguntungkan investor karena
dia dapat membeli saham A di pasar seharga Rp75 dan kemudian
menjualnya dengan harga Rp 100. Keuntungan bersih dari
transaksi ini adalah Rp 15 dari perhitungan (Rp25 – Rp10 Biaya
premi)
Instrumen ini disebut opsi karena kontrak ini memberikan "hak"
kepada pemegang opsi untuk memilih apakah akan menerapkan
atau tidak (atau biasa dikata exercise) opsi yang dipegangnya,
yaitu hak membeli (pada opsi beli) atau hak menjual (pada opsi
jual) dan pihak yang menjual opsi atau disebut opsi writer wajib
untuk memenuhi hak opsi dari pemegang opsi tersebut sesuai
dengan kepastian yang disepakati.
3) Perdagangan Opsi
Perdagangan opsi di Amerika, sekuritas opsi bisa diperdagangkan
pada bursa efek ataupun pada bursa pararel (over the counter
market). Pada perdagangan opsi ada sejenis lembaga kliringopsi
(Option Clearing Corporation = OCC) yang berfungsi sebagai
perantara antara broker yang mewakili pembeli opsi dengan pihak
yang menjual opsi. Lembaga kliring opsi tersebut bertugas untuk
memastikan bahwa masing-masing pihak memenuhi kewajibannya.
Bursa mulai memperdagangkan sejumlah opsi baru suatu saham
tertentu setiap tiga bulan (diperkenalkan dibulan Januari, April, Juli
dan Oktober, dengan tanggal jatuh tempo September, Desember,
Maret danJuni).
Di Indonesia kontrak opsi ditujukan pada opsi saham. Opsi saham
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Kontrak
Opsi Saham (KOS) dan pertama kali deperdagangkan pada 6
Oktober 2004. KOS hanya bisa diperdagangkan pada saat jatuh
tempo atau hari berakhirnya setiap seri KOS pada setiap bulannya.
Di BEI tidak semua saham menjadi acuan KOS, tetapi saham yang

16
memiliki tingkat frekuensi perdagangan dan volatilitas harga yang
tinggi serta mempunyai nilai kapitalitas pasar yang cukup besar.
Terdapat lima saham acuan: 1) PT AstraInternational Tbk; 2) PT
Bank Central Asia Tbk; 3) PT Indofood Sukses Makmur Tbk; 4)
PTTelekomunikasi Indonesia Tbk; 5) PT H.M Sampurna Tbk
4) Nilai Kontrak Opsi
Nilai kontrak opsi dibedakan berdasarkan jenis opsinya:
Pada opsi beli (call option)
a. In-the-money: harga kesepakatan (strike price) < harga saham
pada saat transaksi.
b. At-the-money: harga kesepakatan = harga saham pada saat
transaksi.
c. Out-of-the-money: harga kesepakatan > harga saham pada saat
transaksi.
Pasa opsi jual (put option)
a. In-the-money: harga kesepakatan (strike price) > harga saham
pada saat transaksi.
b. At-the-money: harga kesepakatan = saham pada saat transaksi.
c. Out-of-the-money: harga kesepakatan < harga saham pada saat
transaksi.
Near-the-money yaitu istilah yang digunakan baik pada opsi beli
maupun opsi jual, untuk suatu harga kesepakatan yang mendekati
harga nyata (harga aset acuan)
5) Faktor yang Mempengaruhi Harga Opsi
a. Harga saham atau underlying asset-nya
Jika harga saham acuan naik, maka harga opsi call-nya akan
naik.
b. Harga exercise
Semakin tinggi harga eksekusi suatu opsi call, semakin kecil
kemungkinan opsi tersebut menjadi makin tidak menarik.
c. Tingkat bunga

17
Jika suatu opsi call telah in the money (artinya harga saham saat
ini lebih tinggi dari harga exercise-nya), kemungkinan pemodal
akan melaksanakan haknya cukup besar
d. Jangka waktu akan jatuh tempo
Semakin lama jangka waktu opsi call, semakin besar nilainya
dan semakin besar preminya.
e. Gejolak harga (Volatility) harga saham.
Opsi dari saham yang sangat tidak stabil akan lebih tinggi
nilainya daripada opsi saham yang sangat stabil. Jika harga
saham jarang mengalami pergerakan, maka hanya terdapat
kemungkinan kecil terjadi keuntungan yang besar. Akan tetapi,
jika harga saham sangat tidak stabil, opsi dapat dengan mudah
menjadi sangat bernilai. Pada waktu yang sama, kerugian atas
opsi juga terbatasi − Kita dapat menerima hasil yang tak
terhingga, tetapi kita hanya akan dapat kehilangan jumlah yang
telah kita bayarkan untuk membeli opsi.
Singkatnya, bila faktor (1), (3),(4) dan (5) meningkat maka nilai
option call akan meningkat, sedangkan bila faktor (2) meningkat
maka nilai option call akan menurun.
6) Model – Model Penetapan Harga Opsi
Terdapat dua model untuk menaksir harga opsi:
1. Binominal Option Pricing Modal
Binomial Option Pricing Model (BOPM) dapat digunakan
untuk mengestimasi nilai wajar suatu opsi beli atau opsi jual (call
option atau put option). Nilai wajar opsi berdasar asumsi bahwa
asset yang bersangkutan akan mencapai satu dari dua
kemungkinan harga yang diketahui pada akhir tiap periode,
dengan diketahuinya harga pada awal periode. Dengan demikian
model ini dinamakan binomial karena hanya ada dua
kemungkinan yang menunjukkan harga pada saat berakhir.
Model binomial paling baik jika digunakan untuk opsi Eropa.

18
Bagaimana penggunaan model binomial untuk menilai harga
wajar opsi dapat dijelaskan dengan jalan sebagai berikut:
1) Menentukan nilai investasi: saham, obligasi bebas risiko dan
opsi beli (call ).
2) Binomialnya adalah dua kemungkinan harga saham yang
akan terjadi di masa depan: (1) Harga saham mungkin naik
(tahap tinggi); (2) Harga saham mungkin turun (tahap turun).
3) Menentukan portofolio tiruan (komposisinya portofolio
tiruan adalah saham dan obligasi baik untuk harga naik
maupun harga turun).
4) Mencari nilai portofolio tiruan saham dan obligasi, dengan
cara mengeliminasi dariportofolio tiruan pada saat harga
naik dan harga turun.
5) Menentukan nilai wajar opsi beli atau jual dengan rumus:
𝑉 = 𝑁𝑠 𝑃𝑠 + 𝑁𝑏 𝑃𝑏
V = nilai wajar opsi beli/jual; Ns = nilai portofolio saham; Nb =
nilai portofolio obligasi bebas risiko; Ps dan Pb = harga saham
dan harga obligasi yang diperlukan untuk pembayaran opsi.
2. Model Penetapan Harga Opsi Black-Scholes
Model Penetapan Harga Opsi (Option Pricing Model-OPM)
Black-Scholes merupakan model penilaian harga opsi yang telah
banyak digunakan di dunia keuangan, yang dikembangkan
pertama kali pada tahun 1973 oleh Fischer Black dan Myron
Scholes, telah membantu terciptanya pertumbuhan perdagangan
opsi dengan pesat. Model ini, yang bahkan telah dimasukkan ke
memori permanen beberapa merek kalkulator, juga telah secara
luas dipergunakan oleh para penjual opsi.
Berbagai Asumsi dan Persamaan OPM
Dalam menyusun model penetapan harga opsi mereka, Fischer
Black dan Myron Scholes membuat asumsi-asumsi sebagai
berikut:

19
a. Saham yang mendasari opsi beli tidak memberikan dividen
atau pembagian-pembagian lainnya sepanjang usia opsi.
b. Tidak ada biaya transaksi untuk pembelian atau penjualan
dari baik saham maupun opsi.
c. Tingkat bunga jangka pendek bebas risiko jumlahnya
diketahui dan konstan sepanjang usia opsi.
d. Setiap pembeli sekuritas dapat meminjam sebagian dari
harga pembeliannya dengan tingkat bunga jangka pendek
bebas risiko.
e. Penjualan kosong (short selling) diperbolehkan, dan penjual
kosong (short seller) akan langsung menerima hasil
penjualan tunai penuh pada harga hari itu untuk sekuritas
yang dijual secara kosong (short sale).
f. Opsi beli hanya dapat dilaksanakan pada tanggal
kadaluwarsanya.
g. Perdagangan semua jenis sekuritas berlangsung secara
kontinu, dan harga saham bergerak secara acak.
Penyusunan model Black-Scholes didasarkan pada suatu konsep
lindung nilai tanpa risiko. Dengan membeli saham dan secara
bersamaan menjual opsi beli dari saham tersebut, seorang
investor dapat menciptakan suatu posisi investasi bebas risiko,
di mana keuntungan yang diperoleh dari saham akan sama persis
menutupi kerugian dari opsi. Posisi lindung nilai tanpa risiko ini
harus mendapatkan tingkat pengembalian yang sama dengan
tingkat bunga bebas risiko. Jika tidak, akan tercipta suatu
peluang arbitrase dan orang-orang yang mencoba untuk meraih
keuntungan dari peluang ini akan mendorong harga opsi ke
tingkat ekuilibrium seperti yang dinyatakan oleh model Black-
Scholes.

20
Model Black-Scholes terdiri atas tiga persamaan berikut ini:

Di mana:
V = Nilai saat ini dari opsi beli
P = Harga saat ini dari saham yang menjadi dasar opsi
N(d1) = Probabilitas terjadinya deviasi kurang dari d1 dalam
suatu distribusi normal standar. Jadi N(d1) dan N(d2)
mencerminkan area-area menurut suatu fungsi distribusi normal
standar.
X = Harga jadi atau harga pelaksanaan opsi
e = 2,7183
kRF = Tingkat bunga bebas risiko
t = Jangka waktu sampai opsi kadaluwarsa (periode opsi)
In(P/X) = Logaritma alami P/X
σ2 =
Varians tingkat pengembalian atas saham
Perhatikan bahwa nilai suatu opsi adalah fungsi dari variabel-
variabel: (1) P, atau harga saham; (2) t, waktu opsi hingga
kadaluwarsa; (3) X, harga jadi; (4) σ2, varians dari saham yang
menjadi dasar; dan (5) kRF, tingkat bunga bebas risiko. Kita tidak
akan menghitung turunan dari model Black-Scholes, karena
perhitungan turunan tersebut akan melibatkan perhitungan
matematika yang sangat rumit. Namun, model ini tidak sulit
digunakan. Menurut asumsi-asumsi yang telah ditetapkan
sebelumnya, jika harga opsi berbeda dari hasil yang diberikan
persamaan yang pertama, maka hal ini akan membuka peluang
terjadi laba arbitrase, yang selanjutnya akan memaksa harga opsi

21
kembali ke nilai yang diberikan oleh model. Model Black-
Scholes dipergunakan secara luas oleh para penjual opsi,
sehingga harga opsi actual memiliki nilai yang kurang lebih
sesuai dengan nilai yang diberikan oleh model.
Pada intinya, bagian pertama dari persamaan yang pertama,
dapat dianggap sebagai nilai sekarang yang diharapkan dari
harga saham akhir, sedangkan bagian kedua dari persamaan
yang pertama, dapat dianggap sebagai nilai
sekarang dari harga pelaksanaan. Akan tetapi, daripada mencoba
untuk memikirkan apa yang sebenarnya maksud dari persamaan-
persamaan di atas, akan lebih produktif jika kita memasukkan
angka untuk melilhat bagaimana perubahan input dapat
memengaruhi nilai suatu opsi.

22
3. Future Contracts
Kontrak futures adalah sebuah perjanjian atau komitmen dua pihak,
untuk mengirimkan atau menerima instrumen finansial atau komoditas
pada tanggal tertentu di masa datang, dengan harga yang telah
ditentukan pada waktu penandatanganan kontrak.
Berbeda dengan kontrak opsi dimana individu yang terlibat pada
kontrak mempunyai hak, bukan kewajiban, untuk membeli dan menjual
aktiva finansial, kontrak futures mengatur bahwa individu yang terlibat
kontrak berkewajiban melakukan pengiriman dan penerimaan.
Transaksi futures juga berbeda dari transaksi “spot” yang mana
mewajibkan pihak bertransaksi untuk melakukan pengiriman segera
atau delivery “on the spot” pada harga spot.
Kontrak futures diperdagangkan pada bursa yang telah terorganisasi.
Tujuan dari kontrak futures pada instrumen keuangan adalah untuk
mengalihkan risiko perubahan pada harga sekuritas di masa datang dari
satu pihak ke pihak lain dalam kontrak tersebut.
Instrumen futures ini merupakan “zero-sum game” bagi pihak-pihak
dalam sebuah kontrak, artinya bahwa keuntungan satu pihak merupakan
kerugian pihak lain. Pihak yang berpartisipasi di pasar futures dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Hedgers, yaitu pihak yang memasuki sebuah kontrak untuk mencari
perlindungan dari risiko perubahan harga.
2) Spekulator, yaitu pihak yang memasuki kontrak dengan harapan
bahwa risiko perubahan harga dapat mendatangkan keuntungan
baginya.
Jadi, seorang “hedger” menghindari risiko dan melindungi dirinya dari
adanya perubahan harga, sedangkan seorang spekulator bersedia
menampung risiko dan berani bertaruh guna mendapatkan keuntungan
yang tinggi.

23
Prinsip Dasar Hedging (Lindung Nilai) Menggunakan Futures
Fungsi utama dari pasar futures adalah untuk mengalihkan atau men-
transfer risiko harga dari pihak hedger ke pihak spekulator. Atau, bahwa
risiko tersebut dialihkan dari orang yang bersedia membayar untuk
menghindari risiko kepada orang yang berani menanggung risiko
dengan harapan memperoleh keuntungan. Aktivitas lindung nilai dalam
hal ini adalah penggunaan transaksi futures sebagai pengganti atau
substitusi sementara dari transaksi di pasar spot. Sepanjang harga spot
dan harga futures bergerak bersama-sama, adanya kerugian pada satu
posisi (spot atau futures) akan dihapuskan (offset) dengan adanya
keuntungan atau profit di posisi lainnya. Ketika jumlah kerugian dan
keuntungan sama besar, maka lindung nilai ini dinamakan lindung nilai
sempurna (perfect hedge). Pada sebuah pasar dimana kontrak futures
dinilai dengan benar, lindung nilai sempurna seharusnya akan
menghasilkan tingkat pengembalian sebesar tingkat bunga pada
sekuritas tak berisiko. Pada prakteknya aktivitas lindung nilai tidaklah
semudah ini. Jumlah kerugian dan keuntungan pada sebuah transaksi
lindung nilai akan ditentukan oleh hubungan antara harga spot dan harga
futures ketika sebuah transaksi lindung nilai itu dimulai dan
diselesaikan. Selisih dari harga spot dan harga futures dinamakan basis.
Basis = Harga Spot – Harga Futures
Jika harga kontrak futures dinilai berdasarkan nilai teoritisnya, maka
selisih antara harga spot dan harga futures adalah cost of carry, yaitu
biaya-biaya transaksi, pembiayaan, atau penyimpanan yang timbul.
Risiko yang ditanggung oleh hedger adalah Risiko Basis, risiko
perubahan basis karena kontrak futures dihargai secara salah
dibandingkan dengan harga spot-nya. Maka dari itu, aktivitas lindung
nilai berkenaan dengan substitusi risiko harga oleh risiko basis; atau
digantikannya risiko bahwa harga futures akan berubah oleh risiko basis
futures (selisih harga spot dan futures) akan berubah.

24
Macam-Macam Hedging dengan Futures
1) Cross Hedging
Kontrak futures yang digunakan untuk melindungi nilai suatu posisi
dimana sebuah portofolio atau satu instrumen tidak identik dengan
underlying instrument-nya dinamakan cross hedging (hedging
silang). Cross hedging sangat umum dilakukan pada manajemen
portofolio atau manajemen aktiva/kewajiban karena tidak adanya
kontrak futures untuk spesifik saham atau obligasi. Disini cross
hedging menimbulkan satu risiko lagi – risiko bahwa pergerakan
harga sebuah underlying instrument tidak dapat secara persis
mengikuti pergerakan harga portofolio atau instrumen yang
dilindungi nilainya. Karena itu efektivitas dari sebuah cross hedge
ditentukan oleh:
a. Hubungan antara harga spot dari underlying instrument dan
harga futures-nya
b. Hubungan antara nilai pasar portofolio dan harga spot dari
underlying instrument kontrak futures
2) Short Hedging
Short hedge digunakan untuk perlindungan terhadap penurunan
pada harga spot dari instrumen finansial atau portofolio di masa
datang atau perlindungan terhadap kenaikan tak terduga dari tingkat
suku bunga. Dalam melaksanakan short hedge, pihak hedger akan
menjual kontrak futures (dimana dia berjanji untuk melakukan
pengiriman). Dengan adanya short hedge, maka pihak hedger telah
menetapkan harga masa datang saat itu, dan mengalihkan risiko
perubahan harga kepada pihak pembeli kontrak.
3) Long Hedging
Long hedge digunakan untuk perlindungan terhadap kenaikan pada
harga spot dari instrumen finansial atau portofolio di masa datang
atau perlindungan terhadap penurunan yang tak terduga pada tingkat
suku bunga. Dalam melaksanakan long hedge, pihak hedger

25
membeli kontrak futures (dimana dia berjanji untuk menerima
pengiriman).

26
4. Swap
1) Pengertian
Swap adalah metode lain untuk mengurangi risiko keuangan. Seperti
yang telah kita catat sebelumnya, swap adalah suatu pertukaran.
Dalam bidang keuangan, swap merupakan pertukaran kewajiban
pembayaran tunai, di mana setiap pihak dalam swap lebih menyukai
jenis atau pola pembayaran dari pihak yang lain. Dengan kata lain,
swap terjadi karena para mitra lebih menyukai persyaratan dari
kontrak utang pihak lain, dan swap memungkinkan setiap pihak
mendapatkan kewajiban pembayaran yang lebih disukai. Pada
umumnya, satu pihak akan memiliki kewajiban dengan tingkat
bunga tetap dan pihak yang lain kewajiban dengan tingkat bunga
mengambang, atau satu pihak memiliki kewajiban yang dinyatakan
dalam satu mata uang dan pihak lain dalam mata uang yang berbeda.
Selama ini telah banyak terjadi perubahan-perubahan besar di dalam
pasar swap seperti dikembangkannya kontrak terstandardisasi untuk
jenis-jenis swap yang paling umum, dan hal ini memberikan dua
dampak:
a. Kontrak terstandardisasi menurunkan jumlah waktu dan usaha
yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan swap, dan akibatnya
menurunkan biaya-biaya transaksi.
b. Perkembangan kontrak terstandardisasi telah menciptakan pasar
sekunder untuk swap, yang telah meningkatkan likuiditas dan
efisiensi dari pasar swap. Sejumlah bank internasional kini
membuat pasar swap dan menawarkan catatan harga dari
beberapa jenis standar.
Swap setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan:
a. merestrukturisasi keuangan perusahaan.
b. memperoleh dana pinjaman yang lebih murah. Restrukturisasi
keuangan dengan swap cukup fleksibel dan cepat dilakukan.
Dana pinjaman yang lebih murah yang bisa diperoleh melalui

27
swap dikarenakan adanya asimetri dalam penentuan premi risiko
di pasar keuangan dunia.
2) Jenis-Jenis Swap
Ada beberapa jenis SWAP yang biasa dilakukan oleh para pelaku di
bidang perdagangan internasional.
a. Cross Currency Swap
Cross currency swap adalah satu satu jenis transaksi dimana
pertukaran arus antara dua pihak terjadi secara periodik pada
jangka waktu tertentu dalam dua mata uang berbeda yang
melibatkan kas dan bunga. Kas yang ditukar dalam proses cross
currency swap memiliki jumlah yang tetap. Cross currency
swap juga biasa dikenal dengan swap valuta asing.
b. Interest Rate Swap
Interest rate swap adalah kontrak antara dua pihak untuk saling
menukarkan arus kas dari mata uang yang sama berdasarkan dua
tingkat bunga yang berbeda. Interest rate swap juga dikenal
dengan istilah swap tingkat bunga.
c. Currency-Interest Rate Swap
Currency-Interest Rate Swap adalah kontrak pertukaran arus kas
dengan dua mata uang yang berbeda. Salah satu dari mata uang
harus memiliki bunga tetap. Currency-interest rate swap juga
dikenal dengan swap mata uang dan suku bunga.
d. Credit Default Swap
Credit default swap adalah kontrak kredit antara 2 pihak dimana
pembeli kontrak akan melakukan pembayaran secara periodik
kepada penjual. Sebagai imbalan, pembeli akan memperoleh hak
untuk menerima pembayaran bila kredit tidak berjalan lancar
karena kebangkrutan atau restrukturisasi.
3) Variasi dalam Swap
Di samping swap sederhana yang dibicarakan di muka, ada beberapa
variasi lain dalam swap. Berikut ini variasi swap tersebut:

28
a. Amortizing
b. Accreting, dan
c. Roller Coaster Swap.
Dalam amortizing swap, national value (nilai kontrak) bisa berubah,
bunga yang dibayarkan juga bisa berubah. Nilai kontrak dalam hal
ini turun setiap tahunnya, atau setiap setengah tahun tergantung
kebutuhan pembeli swap. Apabila nilai kontrak tidak turun, tetapi
naik setiap tahun atau setangah tahunnya, swap yang digunakan
disebut sebagai accreting swap. Sedangkan dalam roller coaster
swap, nilai kontrak bisa turun atau naik tergantung kebutuhan
pembeli swap.
a. Zero-cuopon Swap. Dalam swap ini pembayar bunga tetap tidak
membayar bunga sampai jatuh tempo swap, tetapi tetap
menerima bunga variabel setiap periodenya. Dalam swap ini
semacam ini, resiko, yang dihadapu oleh pembayar bunga
variabel cukup besar, karena ia membayar bunga variabel setiap
periodenya, tetapi ia tidak menerima bunga setiap periodenya.
b. Basis rate Swap. Swap yang biasa menukarkan bunga tetap
dengan bunga variabel. Dalam basis rate swap, basis dengan
bank, di mana perusahaan membayar bunga variabel atas dasar
LIBOR, sedangkan bank membayar bunga variabel atas dasar
tingkat bunga pinjaman nasional (Indonesia). Risiko yang
dihadapi adalah semakin besarbya selisih antara kedua macam
bunga tersebut.
c. Forward Rate Swap. jenis kontrak semacam ini adalah forward
atas swap tingkat bunga. Perjanjian kontrak disepakati
sekarang., tetapi swap dimulai beberapa saat mendatang.
4) Opsi atas Swap
Jenis instrumen ini sering disebut juga sebagai swaptions. Pembeli
swaption mempunyai hak untuk memasuki kontrak swap tingkat
bunga dengan kontrak tertentu, pada tanggal tertentu di masa

29
mendatang.Swaption bisa dieksekusi sebelum jatuh tempo
(American Style), atau hanya bisa dieksekusi pada waktu jatuh
tempo (Euro-pean style). Ada dua bentuk Opsi, yaitu :
a. Put swaption adalah opsi di mana pembeli mempunyai hak untuk
memasuki swap tingkat bunga dengan membayar bunga tetap
dan menerima bunga variabel.
b. Call swaption adalah opsi di mana pembeli mempunyai hak
untuk memasuki swap tingkat bunga dengan membayar bunga
variabel dan menerima bunga tetap
Penjual swap (misal bank) biasanya mengutip kurs swap
mencantumkan tingkat bunga tetap tertentu. Dalam pasar obligasi,
kalau tingkat bunga naik, yang berarti nilai obligasi turun, posisi
short obligasi akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika
tingkat bunga turun yang berarti nilai obligasi naik, posisi short
obligasi menghasilkan kerugian. Pembayar bunga tetap dikatakan
mempunyai posisi short karena kalau tingkat bunga naik, pembayar
bunga tetap dalam swap akan memperoleh keuntungan. Sebaliknya,
jika tingkat bunga turun, pembayar bunga tetap akan mengalami
kerugian karena harus membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.
5) Risiko Swap Suku Bunga Dan Mata Uang
a. Risiko suku bunga (interest-rate risk) mengacu pada risiko
perubahan suku bunga yang bersifat merugikan sebelum bank
swap dapat menghentikan atas kepentingan counterparty di sisi
lain dari swap suku bunga yang disepakati dengan seorang
couterparty.
b. Risiko dasar mengacu pada situasi saat mengacu pada situasi
saat suku bunga mengambang (floating rate) dari kedua
counterparty tidak dipatok pada indeks yang sama. Setiap selisih
disebut dengan basis.
c. Risiko kurs mengacu pada risiko yang dihadapi bank swap atas
fluktuasi nilai tukar selama jangka waktu yang diambil bank

30
untuk menghentikan sebuah swap yang diambilnya dengan satu
counterparty dengan counterparty yang berlawanan.
d. Risiko kredit merupakan risiko utama yang dihadapi oleh diler
swap. Risiko ini mengacu pada kemungkinan bahwa satu
counterparty akan gagal bayar. Bank swap yang berada di antara
kedua counterparty tidak berkewajiban kepada counterparty
yang gagal bayar, hanya berkewajiban kepada counterparty
yang tidak gagal bayar. Terdapat perjanjian terpisah antara bank
swap dan setiap counterparty.
e. Risiko ketidaksesuaian (mismatch risk) mengacu pada kesulitan
dalam menemukan posisi lawan swap yang tepat sama yang
harus disepakati oleh bank. Ketidaksesuaian tersebut dapat
berupa besarnya jumlah pokok yang diperlukan counterparty,
tanggal jatuh tempo emisi utang seseorang, atau tanggal
pembayaran bunga.
f. Risiko negara (sovereign risk) mengacu pada kemungkinan
bahwa suatu negara akan memberlakukan pembatasan
pertukaran.

31
BAB II
PENUTUP

Manajemen resiko (risk management) adalah pengidentifikasian peristiwa


– peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan
kemudian mengambil tindakan-tindakan yang mencegah dan/atau meminimalkan
kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa - peristiwa tersebut. Ada beberapa alasan
mengapa perusahaan mengelola resikonya yaitu antara lain kepastian utang,
menjaga anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu, kesulitan keuangan,
keunggulan komparatif dalam lindung nilai, biaya pinjaman, dampak perpajakan,
dan system kompensasi.
Aspek paling penting dari manajemen resiko melibatkan sekuritas derivatif
karena perusahaan menggunakan instrument derivative untuk membantu
menimalkan risiko yang dihadapi. Derivatif sendiri adalah sekuritas yang nilainya
ditentukan oleh harga pasar dari sejumlah aktiva lain. Instrumen derivative meliputi
opsi (yang nilainya tergantung pada harga pasar dari sejumlah aktiva lain), future
dan swap tingkat suku bunga dan nilai tukar (yang nilainya akan tergantung pada
tingkat suku bunga dan nilai tukar) dan future komoditas (yang nilainya bergantung
pada harga-harga tertentu). Jenis resiko yang dapat dikontrol perusahaan dengan
future, option dan swap antara lain harga komoditas yang digunakan dalam
produksi, suku bunga bila mau menerbitkan hutang, atau nilai tukar untuk penjualan
ke luar negeri.

32
DAFTAR PUSTAKA

Brigham & Houston. (2006). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan.


Jakarta : Salemba Empat.
Arthur J. Keown, dkk. (2010). Manajemen Keuangan : Prinsip dan
Penerapan. Jakarta : PT Indeks.

33

Anda mungkin juga menyukai