Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Resiko

A. Latar Belakang Manajemen Resiko :


Manajemen resiko (risk management) adalah pengidentifikasian peristiwa – peristiwa yang dapat
memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil tindakan-
tindakan yang mencegah dan/atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa -
peristiwa tersebut. Manajemen resiko juga meliputi pengendalian biaya input penting, seperti
bahan bakar minyak dengan membeli transaksi berjangka (future) untuk minyak, atau
perlindungan dari perubahan dalam tingkat suku bunga atau nilai tukar dengan melakukan
transaksi di pasar valuta asing atau tingkat suku bunga.
Tujuan utama dari manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi
kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan
ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini disebut sebagai risiko pasar. Terdapat beberapa
bentuk risiko pasar, yaitu:
1. Risiko likuiditas, risiko yang timbul karena tidak semua produk manajemen risiko
keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. Pasar yang tidak likuid ini misalnya
seperti real estate dan saham dengan kapitalisasi kecil.
2. Diskontiunitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan
perubahan harga secara bertahap. Contohnya adalah kejatuhan pasar saham pada
tahun 2000.
3. Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak
manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. Contohnya, pihak lawan
yang menyepakati penukaran euro (Prancis) menjadi dollar (Kanada) mungkin gagal
untuk menyerahkan dolar pada tanggal yang dijanjikan.
4. Risiko regulasi, merupakan risiko yang timbul karena pihak otoritas publik melarang
penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh, bursa efek
Kuala Lumpur tidak mengizinkan penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai
terhadap penurunan harga ekuitas.
5. Risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat
memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Contohnya, perlakuan kerugian valuta
asing sebagai keuntungan modal ketika laba biasa lebih disukai.
B. Proses Manajemen Resiko
Menurut Thomas Kaiser terdapat enam tahapan dalam proses manajemen risiko yaitu:
1. Mengidentifikasi risiko.
Informasi yang diperoleh pada langkah pertama ini, merupakan prasyarat untuk
melakukan tahap-tahap selanjutnya.
2. Penilaian risiko.
Meliputi penilaian atas sifat dasar dan keseriusan dari setiap risiko dan kemungkinan
terjadinya.
3. Pengelompokan risiko.
Yaitu menempatkan seluruh risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai dalam kelompok-
kelompok yang terpisah.
4. Pengukuran risiko.
Yaitu mengukur risiko tersbut ke dalam ketentuan- ketentuan moneter dengan membuat
catatan atas jumlah dari resiko maupun kemungkinan terjadinya risiko tersebut
5. Mengkonsolidasikan risiko.
Yaitu mengkombinasikan seluruh risiko yang telah diidentifikasi, dinilai, dikelompokkan,
dan dikuantifikasikan (diukur) pada masing-masing-masing operasi internasional.
Langkah ini dilakukan oleh perusahaan multinasional
6. Pengembangan solusi atas risiko. Tahapan ini dilakukan berdasarkan pengelompokan
risiko yang telah dilakukan pada tahap ketiga. Hal ini meliputi pengembangan solusi
yang telah dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam menghadapi permasalahan
yang dihadapinya

C. Alasan mengelola resiko :


1. Kepastian Utang
Manajemen resiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus kas , dan hal lain dapat
mengurangi kemungkinan kebangkrutan.
2. Menjaga anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu.
Anggaran modal umumnya harus didanai dengan utang di tambah dana yang diperoleh
secara internal, khususnya saldo laba ditahan dan depresiasi. Ketika arus kas internal
rendah, maka arus kas tersebut kemungkinan terlalu kecil untuk dapat mendukung
anggaran modal yang optimal, menyebabkan perusahaan akan memperlambat investasi di
bawah tingkat yang optimal atau menanggung biaya yang tinggi yang terkait dengan
ekuitas eksternal. Dengan meratakan arus kas, manajemen resiko dapat mengatasi hal ini.
3. Kesulitan keuangan
Kesulitan keungan yang dapat berupa kekhawatiran pemegang saham, tingkat suku bunga
yang tinggi atas utang, kepergian pelanggan hingga kebangkrutan memiliki keterkaitan
dengan adanya penuruan arus kas di bawah tingkat yang diharapkan. Manajemen resiko
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya arus kas yang redan dan akibatnya kesulitan
keuangan.
4. Keunggulan komparatif dalam lindung nilai
Banyak investor tidak dapat mengimplementasikan program lindung nilai sendiri
seefisien sebuah perusahan.
- Perusahaan umumnya memiliki biaya transkasi yang rendah karena volume aktivitas
lindung nilai yang lebih besar.
- Masalah informasi asimetris yaitu manajer tahu lebih banyak akan eksposur risiko
perusahann daripada investor luar, sehingga manajer dapat melakukan lindung nilai
yang lebih efektif
- Manajemen risiko yang efektif mensyaratkan adanya keahlian-keahlian dan
pengetahuan khusus yang lebih besar kemungkinannya dimiliki oleh perusahaan
5. Biaya peminjaman
Perusahaan terkadang dapat menurunkan biaya-biaya input, khususnya tingkat suku
bunga atas utang, melalui penggunaan instrument derivative yang disebut “swap”. Setiap
pengurangan biaya seperti itu akan meningkatkan nilai perusahaan.
6. Dampak perpajakan
Perusahaan dengan laba yang ridak stabil membayar pajak yang lebih tiggi daripada
perusahaan yang lebih stabil karena adanya perlakuan kredit pajak dan ketentuan-
ketentuan yang mengatur kerugian perusahaan yang dibawa ke depan dan dibawa ke
belakang. Apalagi jika laba yang tidak stabil mengarah kepada kebangkrutan, maka
kerugian pajak yang dibawa ke depan umumnya akan menjadi kerugian. Maka dari itu,
system perpajakan yang ada mendorong manajemen resiko menstabilkan laba.
7. System kompensasi
Kebanyakan system kompensasi menetapka angka “batas atas” dan “batas bawah” untuk
bonus atau memberikan imbalan kepada para manajer karena telah memenuhi sasaranya.

D. JENIS – JENIS RISIKO KEUANGAN


a) Risiko nilai tukar
Risiko nilai tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk risiko yang muncul karena
perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Suatu perusahaan
atau pemodal yang memiliki aktiva atau operasi bisnis lintas Negara akan memperoleh
risiko ini jika tidak menerapkan lindung nilai (hedging). Risiko nilai tukar yang terkait
dengan instrument mata uang asing penting dalam investasi asing. Risiko ini muncul
karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan
mengakibatkan perbedaan laju inflasi.

B. Risiko suku bunga


Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul karena nilai relative aktiva berbunga, seperti
pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Secara umum,
jika suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga
sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik
paling tua yang sekarang digunakan untuk mengelola risiko suku bunga. Pengelolaan
harta dan kewajiban adalah suatu nama umum yang digunakan untuk rangkaian lengkap
teknik-teknik yang digunakan untuk mengelola risiko dalam suatu kerangka kerja
manajemen risiko perusahaan.

C. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar
kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai meskipun pihak tersebut memiliki asset
yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika asset tersebut dikatakan
tidak likuid. Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena
tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya
E. Beberapa sebab yang melatar belakangi terjadinya risiko likuiditas pada perusahaan, yaitu :
 Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. yang artinya utang
perusahaan sudah berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.
 Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik
utang diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, baik utang diperbankan, leasing,
mitra bisnis, utang dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo
harus secepatnya dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya.
 Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh
pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan panjang.
 Kepemilikan asset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan,
yaitu sudah terlalu banyak asset yang dijual sehingga jika asset yang tersisa tersebut
masih ingin dijual maka itu tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai