Anda di halaman 1dari 20

DERIVATIF AND RISK MANAJEMEN

Oleh Kelompok 1 :

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas
1.1 Pengertian Risiko
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih
luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau
berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu
jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar,
akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham.
Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk
memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang
berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.
Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual
return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan investasi harus
selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong
investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.
Jenis-jenis risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah sebagai berikut:
 Risiko Murni adalah resiko yang hanya menawarkan prospek terjadinya
kerugian.contohnya meliputi risiko sebuah pabrik akan musnah karena kebakaran atau
adanya tuntutan pertanggungjawaban produk yang akan mengakibatkan kerugian besar
bagi perusahaan.
 Risiko Spekulatif adalah situasi yang menawarkan adanya peluang meraih keuntungan
namun juga mungkin dapat mengakibatkan kerugian. Jadi, investasi pada proyek-proyek
baru dan sekuritas akan melibatkan risiko spekulatif.
 Risiko Permintaan adalah risiko yang terkait dengan permintaan atas produk atau jasa
perusahaan. Karena penjualan adalah hal yang sangat penting artinya bagi seluruh bisnis,
risiko permintaan adalah salah satu risiko paling signifikan yang dihadapi perusahaan.
 Risiko Lingkungan adalah risiko yang terkait dengan dampak kegiatan perusahaan
terhadap lingkungan sekitar. Kesadaran public selama beberapa tahun terakhir, ditambah
besarnya biaya pemulihan lingkungan, telah meningkatkan pentingnya risiko ini.
 Risiko Pertanggung jawaban adalah resiko yang terkait dengan produk, jasa, atau tindakan
karyawan. Contohna termasuk keputusan ganti rugi yang sangat besar yang dikenakan
terhadap produsen asbes dan beberapa penyedia jasa layanan kesehatan, termasuk pula
biaya yang diakibatkan oleh keslahan dalam tindakan karyawan.
 Risiko Input adalah risiko yang terkait dengan biaya input, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku. Jadi, sbuah peusahaan yang menggunakan tembaga sebagai bahan baku dalam
proses produksinya akan menghadapi risiko meningkatnya biaya tembaga dan perusahaan
tidak mampu membebankan kenaikan ini pada para pelanggannya.
 Risiko Keuangan adalah risiko yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi keuangan. Jika
sebuah perusahaan berencana untuk menerbitkan obligasi baru, perusahaan tersebut akan
menghadapi risiko bahwa tingkat suku bunga akan naik sebelum obligasi dapat dijual
dipasar.
 Risiko Properti adalah risiko yang terkait dengan rusaknya aktiva-aktiva produktif. Jadi,
ancaman terjadinya kebakaran, banjir, dan huru-hara merupakan risiko property bagi
perusahaan.
 Risiko Karyawan adalah risiko yang berasal dari tindakan-tindakan karyawan. Contohnya
terkait dengan penggelapan, kecurangan oleh karyawan, tau tuntutan hokum yang
didasarkan atas tuduhan adanya diskriminasi umur atau jenis kelamin.
 Risiko yang dapat diasuransikan adalah risiko yang dapat dilindungi oleh asuransi.
1.2 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk
Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Berikut adalah beberapa alasan
perusahaan mengelola risiko:
1. Kapasitas Utang. manajemen risiko dapat mengurangi volatilitas arus kas, dan
ini mengurangi probabilitas kebangkrutan. Sebagaimana kita bahas pada Bab 15,
perusahaan dengan risiko operasional yang lebih rendah dapat menggunakan lebih banyak
utang, dan ini dapat menyebabkan harga saham yang lebih tinggi karena penghematan
pajak bunga.
2. Mempertahankan anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu. Ingat dari Bab 15
bahwa perusahaan enggan untuk meningkatkan ekuitas eksternal karena biaya flotasi
tinggi dan tekanan pasar. Ini berarti bahwa anggaran modal umumnya harus dibiayai
dengan utang ditambah internal dana yang dihasilkan, terutama laba ditahan
dan penyusutan. Pada tahun-tahun buruk, arus kas internal mungkin terlalu rendah untuk
mendukung anggaran modal yang optimal, menyebabkan perusahaan baik investasi
lambat di bawah Tingkat optimal atau dikenakan biaya tinggi yang terkait dengan ekuitas
eksternal. Oleh merapikan arus kas, manajemen risiko dapat mengatasi masalah ini.
3. Kesulitan keuangan. distress-yang keuangan dapat berkisar dari hanya mengkhawatirkan
pemegang saham, suku bunga yang lebih tinggi dari utang, untuk pembelotan pelanggan,
untuk bankruptcy- dikaitkan dengan memiliki arus kas jatuh di bawah tingkat yang
diharapkan. Risiko manajemen dapat mengurangi kemungkinan arus kas yang rendah,
maka dari keuangan kesulitan.
4. Keuntungan komparatif di hedging. Kebanyakan investor tidak dapat melakukan lindung
nilai secara efisien sebagai perusahaan. Pertama, perusahaan umumnya memiliki biaya
transaksi yang lebih rendah karena untuk volume yang lebih besar dari aktivitas lindung
nilai. Kedua, ada masalah asimetris informasi-manajer tahu lebih banyak tentang eksposur
risiko perusahaan dari investor luar; maka manajer dapat membuat pagar lebih efektif.
Dan ketiga, manajemen risiko yang efektif memerlukan keterampilan khusus dan
pengetahuan bahwa perusahaan lebih mungkin untuk memiliki.
5. Biaya pinjaman. perusahaan kadang-kadang dapat mengurangi biaya input, terutama
tingkat bunga utang, melalui penggunaan derivatif instrumen yang disebut "swap." Setiap
penurunan biaya tersebut menambah nilai perusahaan.
6. Pengaruh pajak. Perusahaan dengan pendapatan stabil membayar pajak lebih dari
perusahaan yang stabil karena pengobatan kredit pajak dan perusahaan peraturan yang
mengatur akumulasi rugi dan carrybacks. Selain itu, jika penghasilan stabil menyebabkan
kebangkrutan, maka akumulasi rugi pajak umumnya hilang. Oleh karena itu, sistem pajak
mendorong manajemen risiko untuk menstabilkan earnings.
7. Sistem kompensasi. Banyak sistem kompensasi, bonus, dan juga penghargaan manajer
untuk memenuhi target.
1.3 Pengertian Derivatif
Dalam dunia keuangan derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran
pembayaran yang nilainya diturunkan dari produk induk yang menjadi acuan pokok, dimana para
pelaku pasarnya tidak memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset tetapi saling
mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai di masa yang akan datang.
Untuk mengantisipasi kerugian yang besar di masa yang akan datang, biasanya investor
menggunakan sekuritas derivatif. Transaksi derivatif merupakan salah satu instrument keuangan
yang dipergunakan untuk mengurangi resiko. Perdagangan derivatif merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan produk turunan. Derivatif termasuk warrants, opsi, rights, kontrak berjangka,
dan sebagainya yang ada hubungan atau keterkaitannya dari sekuritas yang mendasari nilai atau
harga surat berharga derivatif tersebut. Derivatif juga dapat mengacu pada berbagai jenis asset
seperti komoditas, saham, obligasi, suku bunga, nilai tukar mata uang dan indeks.
Derivatif digunakan oleh manajemen investasi, perusahaan, lembaga keuangan seperti
bank, dan investor untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan
harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar mata uang asing tanpa mempengaruhi posisi
fisik produk yang menjadi acuannya.
1.3.1 Jenis Instrumen Derivatif
Derivatif dikelompokkan berdasarkan dari aktiva yang dijadikan sebagai induk. Induk
instrumen derivatif adalah berbagai macam aktiva keuangan seperti saham dan obligasi, berbagai
macam komoditi, dan berbagai macam indeks. Semua instrument derivatif adalah kontrak antara
dua pihak pembeli dan penjual yang di dalam kontraknya berbagai hal telah disepakati bersama
sekarang, tetapi realisasinya atau pelaksanaan hal tersebut adalah nanti pada tanggal tertentu di
masa yang akan datang (dalam kurun waktu di masa yang akan datang). Derivatif menurut Siahaan
(2008) juga dapat dikelompokkan atas forwards contract, futures contarct, options contracts, swap
contracts, atau kombinasi dari beberapa kontrak sekaligus.
Instrumen derivatif yang diperdagangkan sangat luas. Berikut adalah berbagai macam
instrumen derivatif, yaitu:
1. Kontrak Berjangka
Ada beberapa karakteristik kontrak berjangka. Berikut adalah karakteristik (ciri-ciri)
kontrak berjangka menurut Siahaan (2008):
1. Perlu transfer tunai pada awal transfer. Transfer tunai sebagai jaminan (margin).
2. Transfer tunai harus dilakukan setiap hari.
3. Resiko kredit sangat kecil.
4. Kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan dua pihak tidak tersedia.
5. Kontrak yang tersedia terutama untuk jangka pendek (paling lama satu tahun).
6. Pasar lebih aktif dibandingkan pasar forward, untuk kontrak-kontrak tertentu.
7. Posisi semula dapat ditutup atau dibalik dengan mudah dan cepat.
Di dalam transaksi kontrak berjangka, tidak ada aktiva yang dibeli atau dijual ketika dua
pihak menandatangani atau menyepakati kontrak melainkan kedua pihak hanya bersepakat untuk
melakukan transaksi pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Kontrak berjangka hampir
sama dengan kontrak penyerahan kemudian. Perbedaan yang membedakan antara kontrak
berjangka dengan kontrak penyerahan kemudian adalah kontrak berjangka diperdagangkan di
bursa yang terorganisir.
sedangkan kontrak penyerahan kemudian diperdagangkan di luar bursa atau over the
counter market (OTC). Pada kontrak berjangka terdapat rangkaian tanggal penyerahan sedangkan
pada kontrak penyerahan kemudian terdapat tanggal khusus penyerahan tunggal. Pada kontrak
berjangka, kontrak ditutup sebelum hari jatuh tempo sedangkan kontrak berjangka ditutup pada
saat penetapan atau penutupan kas. Di dalam kontrak berjangka tiap hari terdapat penetapan kas
sedangkan pada kontrak penyerahan kemudian tidak ada.
Ada beberapa tujuan dari kontrak berjangka, yaitu:
1. instrument hedging adalah untuk melindungi aktiva atau portofolio dari kemerosotan nilai
karena perubahan harga.
2. Spekulasi adalah biasanya dilakukan oleh para speculator. Para speculator mengambil
posisi short selling di pasar berjangka.
3. Arbitrase adalah suatu tindakan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan
antara satu aset acuan dan aset acuan lainnya.
2. Forward Contracts
“Kontrak penyerahan kemudian (forward contracts) adalah perjanjian antara dua pihak,
salah satu pihak diwajibkan (diharuskan) menyerahkan sejumlah tertentu (contract size) dari aktiva
tertentu (deliverable item) pada tanggal tertentu yang akan datang (settlement date) dan pihak
lainnya wajib membayar sesuai dengan jumlah tertentu yang disebut invoice amount yang
dikenakan atas aktiva pada tanggal penyerahan” (h. 134). Tujuan kontrak penyerahan kemudian
adalah untuk melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi nilai aktiva yang mungkin terjadi selama
kurun waktu tertentu yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau pembayaran
dilakukan.
3. Kontrak opsi
“Options adalah kontrak resmi yang memberikan hak (tanpa adanya kewajiban untuk
membeli atau menjual suatu aset, pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Kontrak
opsi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu calls sebagai hak beli dan puts sebagai hak
jual. Ditinjau dari cara melakukan exercise sebuah opsi terdapat dua macam gaya. Gaya opsi
tersebut yaitu, gaya Eropa dan gaya Amerika. Opsi Eropa dapat di exercise hanya persis pada
tanggal jatuh tempo, sedangkan Opsi Amerika Serikat dapat di exercise kapan saja sepanjang
hidup opsi atau selama opsi belum jatuh tempo maupun persis pada tanggal jatuh tempo. Opsi
dapat dikelompokkan menjadi:
° Warrants
Waran adalah hak untuk membeli saham baru pada harga dan waktu tertentu. Harga
pelaksanaan waran jauh lebih tinggi daripada harga saham. Selama harga waran masih
dibawah harga pelaksanaan, pemegang waran tidak akan menukarkannya dengan saham.
Pemegang waran tidak akan mengalami kerugian karena waran diterima secara gratis dan
hanya membayar pada saat akan ditukarkan dengan saham. Warrants diterbitkan oleh
emiten (perusahaan).
° Rights
Rights adalah hak pemegang saham lama untuk membeli terlebih dahulu (preemptive
rights) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari enam bulan. Harga tertentu
yang dimaksud adalah harga yang ditetapkan di muka, yang besarnya di bawah harga pasar
saat diterbitkan, harga ini. Apabila harga tebusan atau harga pelaksanaan diatas harga
pasar, maka tidak akan ada yang menukarkan rights dengan saham karena investor dapat
membeli saham dengan harga yang lebih murah di pasar.
4. Kontrak Swap
Swap adalah kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling mempertukarkan arus
kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Pada swap, di dalam
kesepakatan ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah
tunai yang akan saling dipertukarkan (dibarterkan) masing-masing pihak. Biasanya di dalam
perhitungan telah dipertimbangkan/diperhitungkan nilai yang akan datang tingkat suku bunga,
kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan.
1.3.2 Mekanisme Perdagangan Derivatif
Bagan dibawah ini merupakan bagan mekanisme perdagangan kontrak berjangka. Bagan di
bawah ini menggambarkan hubungan pelaku perdagangan berjangka.
1. Badan Pengawas mempunyai kewenangan untuk mengawasi bursa berjangka dan pialang
berjangka. Bursa Berjangka mempunyai kewenangan untuk mengawasi perusahaan Kliring
Pialang berjangka bertugas sebagai penghubung antara penjual dan pembeli. Pialang berjangka
juga bertugas untuk menghubungi perusahaan kliring dan bursa berjangka, apabila terdapat
order dari pembeli dan penjual.
2. Pialang berjangka merupakan unsur utama dan berada di garis terdepan dalam kegiatan
perdagangan berjangka. Kegiatan utamanya adalah sebagai perantara antara investor jual dan
investor beli yang melakukan transaksi di perdagangan berjangka. Tindakan pialang berjangka
berdasarkan perintah atau amanat investor dan untuk investor. Apabila investor ingin menjual
atau membeli kontrak berjangka di bursa berjangka, investor tidak boleh langsung ke bursa
melainkan harus melalui pialang berjangka. Pialang berjangka adalah satu-satunya badan
usaha yang boleh menerima amanat dari nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan di
bursa berjangka. Urusan nasabah yang berhubungan dengan bursa dan lembaga kliring
diwakili oleh pialang berjangka.
3. Pialang berjangka terlebih dahulu harus menjadi anggota bursa dan mendapatkan izin terlebih
dahulu dari badan pengawas sebelum beroperasi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
investor. Pialang berjangka sebelum melaksanakan transaksi kontrak berjangka untuk nasabah
berkewajiban untuk menarik marjin dari nasabah untuk jaminan transaksi tersebut, marjin
tersebut dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu. Pialang berjangka wajib
memperlakukan marjin milik nasabah termasuk tambahan dana hasil transaksi nasabah yang
bersangkutan sebagai dana milik nasabah.
4. Bursa berjangka, jumlah kontrak yang dibeli harus sama dengan jumlah kontrak yang dijual.
Bila satu pihak meminta kiriman komoditi, maka pihak lainnya harus mengirimkannya.
Dengan adanya hal ini, lembaga kliring berfungsi sebagai penengah agar masing-masing pihak
melaksanakan kewajibannya dan tidak melakukan wanprestasi.
5. Perusahaan kliring menjadi perantara antara pialang berjangka yang memnerima order
pembelian dengan order penjualan. Pembeli memberikan order pembelian kepada pialang
berjangka Penjual memberikan order penjualan kepada pialang berjangka. Badan pengawas
mempunyai kewenangan. Kewenangan tersebut bertujuan untuk terwujudnya integritas pasar,
integritas keuangan, dan perlindungan bagi investor. Salah satu kewenangan badan pengawas
adalah melakukan pemeriksaan perizinan dan Pembeli Perusahaan Kliring Penjual Badan
Pengawas Pialang Berjangka Bursa berjangka Pialang Berjangka memerintahkan pemeriksaan
serta penyidikan terhadap pihak-pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan perundang-undangan di bidang perdagangan berjangka.

1.3.3 Risiko Derivatif


Sebagai derivatif adalah risiko pengalihan perangkat, penting untuk mengidentifikasi dan
memahami sepenuhnya risiko yang diasumsikan, mengevaluasi risiko dan terus menerus
memantau dan mengelola risiko tersebut. Masing-masing pihak dari kontrak derivatif yang harus
dapat mengidentifikasi seluruh risiko yang sedang diasumsikan (suku bunga, pertukaran mata
uang, indeks saham, harga obligasi jangka panjang atau jangka pendek, dll) sebelum memasuki
kontrak derivatif.
Bagian dari proses identifikasi risiko adalah penentuan paparan moneter para pihak
menurut ketentuan dari instrumen derivatif. Sebagai uang biasanya tidak karena sampai tanggal
yang ditentukan kinerja partai kewajiban, kurangnya komitmen di muka uang tunai dapat
mengaburkan arti moneter akhirnya para pihak kewajiban.
Aspek yang sangat penting dalam penggunaan derivatif adalah kebutuhan untuk
memonitor dan mengelola risiko yang diwakili oleh instrumen derivatif. Tidak seperti pembelian
efek ekuitas atau utang, orang tidak dapat melakukan transaksi derivatif, menempatkan dokumen
di laci dan melupakannya. Hubungan didirikan pada instrumen derivatif memerlukan pemantauan
konstan untuk tanda-tanda perubahan dapat diterima.
Misalnya, tingkat risiko yang satu pihak bersedia untuk menganggap awalnya bisa berubah
sangat karena intervensi dan kejadian tak terduga.Setiap pihak dalam kontrak derivatif harus
memantau terus komitmen diwakili oleh produk derivatif. Jika seseorang dibebankan dengan
tanggung jawab ini, orang ini harus bertanggung jawab untuk menempatkan partai pemberitahuan
ketika kondisi berubah secara dramatis. Instrumen derivatif keuangan yang telah memanfaatkan
fitur menuntut lebih dekat, bahkan pemantauan harian atau per jam dan manajemen.

1.3.4 Mengelola Risiko Derivatif


Keinginan investor untuk melindungi dirinya dari adanya risiko investasi di pasar modal
dapat diakomodasikan dengan adanya sekuritas derivatif, seperti futures/forwards dan options.
Instrumen derivatif ini sebagai inovasi baru di pasar modal yang perannya sangat diperhatikan
terutama dalam hal strategi hedging (lindung nilai) atas transaksi-transaksi keuangan tertentu yang
bersifat kontinjen.
Instrumen derivatif bukan sebuah klaim atas arus pendapatan seperti layaknya saham dan obligasi.
Sebaliknya, instrumen derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual atau
membeli sejumlah barang (baik itu aktiva finansial maupun komoditas) pada tanggal tertentu di
masa datang dengan harga yang telah disepakati saat ini.
Dua jenis instrumen derivatif adalah option contract (kontrak opsi) dan futures/forward contract.
Dan satu instrument terpisah yaitu Swap. Berikut ini akan dibahas definisi, terminologi, profil
keuntungan dan penggunaan kedua instrumen derivatif tersebut untuk strategi hedging perusahaan.
Perlu diketahui bahwa underlying instruments dalam derivative tidak terbatas pada aktiva finansial
saja, seperti saham, warrants, dan obligasi. Komoditas, logam berharga, indeks saham, tingkat
suku bunga, dan kurs nilai tukar dapat dijadikan sebagai underlying instruments dalam
perdagangan derivatif.
1. Mengelola Risiko dengan Kontrak Opsi
a. Opsi Beli (Call Option)
Call option atau opsi beli memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
sejumlah aktiva finansial pada harga yang tertentu (yang disebut strike atau exercise price)
pada tanggal tertentu sampai dengan opsi beli tersebut jatuh tempo. Jika opsi tersebut dapat
dilaksanakan setiap waktu sampai dengan tanggal jatuh tempo, maka opsi tersebut
dinamakan American options. Sebaliknya, jika opsi tersebut hanya dapat dilaksanakan
pada saat jatuh tempo saja, maka opsi dinamakan European options. Pihak pembeli (the
“long”) dari call option akan membayar sejumlah call premium kepada pihak penjual (the
“short”).
Ilustrasi berikut ini menggambarkan secara nyata keuntungan investor jika
menggunakan call option. Misalnya, saham ABC diperdagangkan di bursa dengan harga
Rp 100 per lembar. Investor X membeli satu opsi beli (call option) pada satu lembar saham
ABC dan jatuh tempo dalam enam bulan dengan membayar premium sebesar Rp 10. Harga
exercise opsi beli tersebut adalah Rp 100. Pada saat opsi beli tersebut jatuh tempo, harga
saham ABC naik menjadi Rp 150. Karena investor X memegang opsi beli saham ABC,
maka dia berhak untuk membeli saham tersebut di pasar seharga Rp 100 dan kemudian
dapat menjualnya dengan harga Rp 150. Dalam hal ini, investor X berhasil mengantongi
laba kotor Rp 50 (Rp 150 – Rp 100) dan setelah dikurangi dengan premium yang telah
dibayarkan dimuka, maka laba atau keuntungan bersih investor X adalah Rp 40.
Andaikan saja sampai dengan batas jatuh tempo opsi beli tersebut, harga saham
ABC tetap atau bahkan turun menjadi Rp 90, investor X berhak “pergi” tanpa
melaksanakan haknya untuk membeli saham ABC seharga Rp 100. Jika demikian maka
dia akan menanggung kerugian sebesar premium yang telah dibayarkannya dimuka sebesar
Rp 10. Tetapi jika investor X melaksanakan haknya untuk membeli satu lembar saham
ABC seharga Rp 100 dan kemudian menjualnya seharga Rp 90, maka dia akan menderita
total kerugian sebesar Rp 20 (Rp 10 + Rp 10 premium). Ilustrasi tersebut menggambarkan
bahwa kontrak opsi beli dapat membatasi total kerugian yang ditanggung oleh investor
akibat adanya penurunan harga pada saham (dalam hal ini sebagai underlying instrument-
nya) yaitu sebesar call premium-nya.
b. Opsi Jual (Put Option)
Jenis lain dari option contract adalah opsi jual (put option). Put option atau opsi
jual memberikan hak kepada pemegangnya, bukan kewajiban, untuk menjual sejumlah
aktiva finansial pada harga yang tertentu (yang disebut strike atau exercise price) pada
tanggal tertentu sampai dengan opsi jual tersebut jatuh tempo. Sama dengan call option,
pihak pembeli (the “long”) dari put option akan membayar sejumlah put premium kepada
pihak penjual (the “short”).
Contoh ilustrasi berikut ini menggambarkan keuntungan dari opsi jual bagi
pemegang atau pembelinya. Investor X membeli satu lembar opsi jual pada selembar
saham ABC dengan jangka waktu jatuh tempo adalah enam bulan. Harga exercise opsi jual
tersebut adalah Rp 100, dan premium yang dibayarkan dimuka adalah Rp 10. Misalkan
pada saat jatuh tempo harga pasar saham ABC adalah Rp 75. Hal ini sangat
menguntungkan investor X karena dia dapat membeli saham ABC di pasar seharga Rp 75
dan kemudian menjualnya dengan harga Rp 100. Keuntungan bersih dari transaksi ini
adalah Rp 15 (Rp 25 –Rp 10 premium). Tetapi jika sebaliknya harga pasar saham ABC
pada saat jatuh tempo naik menjadai Rp 125. Investor X lebih baik tidak melaksanakan
haknya untuk exercise dan membiarkan opsi tersebut jatuh tempo. Kerugian investor X
pada kasus ini adalah sebesar put premium saja, yaitu Rp 10. Apabila investor X tetap
melaksanakan exercise-nya pada saat harga pasar saham naik, maka dia harus membeli
satu lembar saham ABC dengan harga Rp 125, dan kemudian menjualnya kepada pihak
pembeli dengan harga Rp 100 saja. Sehingga total kerugian yang harus diderita oleh
investor X adalah sebesar Rp 35 (Rp 25 + Rp 10 premium). Ilustrasi ini menggambarkan
bahwa kontrak opsi jual dapat membatasi total kerugian yang ditanggung oleh investor
akibat adanya kenaikan harga saham sebesar put premium-nya.
Dasar dari call dan put option ini menjadi penting bagi para pelaku pasar modal
yang bergerak dalam bidang derivatif karena dengan adanya instrumen call dan put ini
dapat dibentuk berbagai sekuritas atau instrumen jenis baru dengan struktur payoff yang
sesuai dengan keinginan investor, yaitu membatasi atau meminimalkan tingkat risiko untuk
tingkat pengembalian atau return tertentu, seperti:
Covered Call Strategi yang sering digunakan oleh manajer reksa dana untuk meningkatkan
tingkat pengembalian adalah menjual opsi beli (call option) pada sebuah saham yang telah
dimiliki atau yang dibeli pada saat yang bersamaan dengan penjualan opsi beli tersebut.
Posisi jual opsi beli – beli saham (short call-long stock) ini dinamakan covered call. Jika
harga saham cenderung turun, investor akan memperoleh sejumlah premium opsi beli
karena harga saham berada dibawah harga opsi beli. Jika saham bergerak naik, maka saham
tersebut dapat dijual dan investor tidak menderita kerugian akibat harus membeli saham di
pasar dengan harga yang lebih tinggi. Covered call ini sering dianggap sebagai strategi
yang berisiko, karena investor yang menjual call option pada saham membuang semua
potensi keuntungan saham untuk sejumlah premium call option, dan menahan semua risiko
jika harga saham turun.
2. Lindung nilai (hedging) dengan Future
Fungsi utama dari pasar futures adalah untuk mengalihkan atau men-transfer risiko harga
dari pihak hedger ke pihak spekulator. Atau, bahwa risiko tersebut dialihkan dari orang yang
bersedia membayar untuk menghindari risiko kepada orang yang berani menanggung risiko
dengan harapan memperoleh keuntungan. Aktivitas lindung nilai dalam hal ini adalah
penggunaan transaksi futures sebagai pengganti atau substitusi sementara dari transaksi di
pasar spot. Sepanjang harga spot dan harga futures bergerak bersama-sama, adanya kerugian
pada satu posisi (spot atau futures) akan dihapuskan (offset) dengan adanya keuntungan atau
profit di posisi lainnya. Ketika jumlah kerugian dan keuntungan sama besar, maka lindung
nilai ini dinamakan lindung nilai sempurna (perfect hedge). Pada sebuah pasar dimana kontrak
futures dinilai dengan benar, lindung nilai sempurna seharusnya akan menghasilkan tingkat
pengembalian sebesar tingkat bunga pada sekuritas tak berisiko. Pada prakteknya aktivitas
lindung nilai tidaklah semudah ini. Jumlah kerugian dan keuntungan pada sebuah transaksi
lindung nilai akan ditentukan oleh hubungan antara harga spot dan harga futures ketika sebuah
transaksi lindung nilai itu dimulai dan diselesaikan. Selisih dari harga spot dan harga futures
dinamakan basis.
Basis = Harga Spot – Harga Futures
Jika harga kontrak futures dinilai berdasarkan nilai teoritisnya, maka selisih antara harga spot
dan harga futures adalah cost of carry, yaitu biaya-biaya transaksi, pembiayaan, atau
penyimpanan yang timbul. Risiko yang ditanggung oleh hedger adalah risiko basis, risiko
perubahan basis karena kontrak futures dihargai secara salah dibandingkan dengan harga spot-
nya. Maka dari itu, aktivitas lindung nilai berkenaan dengan substitusi risiko harga oleh risiko
basis; atau digantikannya risiko bahwa harga futures akan berubah oleh risiko basis futures
(selisih harga spot dan futures) akan berubah.
Macam-Macam Hedging dengan Futures
(a) Cross Hedging
Kontrak futures yang digunakan untuk melindungi nilai suatu posisi dimana sebuah
portofolio atau satu instrumen tidak identik dengan underlying instrument-nya dinamakan
cross hedging (hedging silang). Cross hedging sangat umum dilakukan pada manajemen
portofolio atau manajemen aktiva/kewajiban karena tidak adanya kontrak futures untuk
spesifik saham atau obligasi. Disini cross hedging menimbulkan satu risiko lagi – risiko
bahwa pergerakan harga sebuah underlying instrument tidak dapat secara persis mengikuti
pergerakan harga portofolio atau instrumen yang dilindungi nilainya. Karena itu efektivitas
dari sebuah cross hedge ditentukan oleh:
1. Hubungan antara harga spot dari underlying instrument dan harga futures-nya
2. Hubungan antara nilai pasar portofolio dan harga spot dari underlying instrument
kontrak futures
(b) Short Hedging
Short hedge digunakan untuk perlindungan terhadap penurunan pada harga spot
dari instrumen finansial atau portofolio di masa datang atau perlindungan terhadap
kenaikan tak terduga dari tingkat suku bunga. Dalam melaksanakan short hedge, pihak
hedger akan menjual kontrak futures (dimana dia berjanji untuk melakukan pengiriman).
Dengan adanya short hedge, maka pihak hedger telah menetapkan harga masa datang saat
itu, dan mengalihkan risiko perubahan harga kepada pihak pembeli kontrak.
(c) Long Hedging
Long hedge digunakan untuk perlindungan terhadap kenaikan pada harga spot dari
instrumen finansial atau portofolio di masa datang atau perlindungan terhadap penurunan
yang tak terduga pada tingkat suku bunga. Dalam melaksanakan long hedge, pihak hedger
membeli kontrak futures (dimana dia berjanji untuk menerima pengiriman).
3. Mengelola Risiko dengan Swap
Swap adalah metode lain untuk mengurangi risiko keuangan. Seperti yang telah kita
catat sebelumnya, swap adalah suatu pertukaran. Dalam bidang keuangan, swap merupakan
pertukaran kewajiban pembayaran tunai, dimana setiap pihak dalam swap lebih menyukai
jenis atau pola pembayaran dari pihak lain. Dengan kata lain, swap terjadi karena para mitra
lebih menyukai persyaratan dari kontrak utang pihak lain, dan swap memungkinkan setiap
pihak mendapatkan kewajiabn pembayaran yang lebih disukai. Pada umumnya, satu pihak
akan memiliki kewajiban dengan tingkat bunga tetap dan pihak yang lain kewajiban dengan
tingkat bunga mengambang, atau satu pihak memiliki kewajiban yang dinyatakan dalam satu
mata uang dan pihak lain dalam mata uang yang berbeda.
Beberapa bentuk swap dalam mengelola reisiko:
 SWAP tingkat bunga
Dalam suatu swap tingkat bunga, dua perusahaan yang menginginkan untuk menukar
eksposur tingkat bunganya dalam arah berbeda memberikan bersama & menukar atau
men-swap kewajiban-kewajibannya untuk membayar atau menerima bunga (tanpa
pokok).

 SWAP mata uang


Mencakup pertukaran saat ini dan dimasa depan atas dua mata uang yang berbeda
berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya
 Swap Ekuiti
Merupakan suatu bentuk khusus dari total return swap, dimana aset acuannya adalah
berbentuk saham atau indeks pasar saham. Dalam swap ekuiti ini apabila dibandingkan
dengan kepemilikan saham secara nyata maka dalam swap ekuiti tidak diperlukan
adanya pembayaran dimuka namun tidak memiliki hak suara ataupun hak-hak yang
dimiliki oleh pemegang saham sesungguhnya.
1.3.5 Keuntungan Derivatif
Keuntungan derivative adalah untuk membagi risiko yang ada baik berupa heging sehingga
kerugian kita dibatasi dan juga untuk spekulasi jika mengambil untung yang lebih banyak. Selain
itu sebagai suatu alat untuk mengalihkan risiko. Contohnya, petani dapat menjual kontrak
berjangka atas hasil panenan kepada speculator sebelum panen dilakukan. Derivatif juga
digunakan untuk mengalihkan risiko ataupun mengambil suatu risiko tergantung apakah posisinya
sebagai hadger atau speculator.
1.4 Kebangkrutan
Kebangkrutan (Bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba, Supardi dan Mastuti(2003). Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, kebangkrutan adalah keadaan dimana suatu institusi
dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sebagai
kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti, Martin et.al (1995): Kegagalan ekonomi (economic
failure) Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan Universitas Sumatera Utaraperusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih
kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di
bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa pendapatan atas
biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.Kegagalan keuangan
(financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus
kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: Insolvensi teknis (technical
insolvency). Perusahaan dapat dianggap gagal jikabperusahaan, tidak dapat memenuhi kewajiban
pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan
gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva
lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva
yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi
pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu. Insolvensi dalam pengertian
kebangkrutan. Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan
bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih
kecil dari kewajiban.
1.5 Reorganisasi
Istilah reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mampu bertahan diri dan atau memperkecil/mengurangi skala usahanya agar perusahaan tidak
mengalami kesulitan di bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan.
Asumsi dasar mengapa perusahaan melakukan reorganisasi adalah bahwa perusahaan masih
mempunyai kemampuan operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi yang kurang
menguntungkan. Hal ini umumnya ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya tetap
) yang ada pada struktur biaya perusahaan.
Adanya penekanan pada efisiensi biaya yang sifatnya tetap ini dalam istilah reorganisasi
disebut sebagai reorganisasi finansial. Apabila penekanan pada efisiensi biaya sudah tidak
memungkinkan lagi untuk dilakukan, maka perusahaan sudah saatnya untuk melakukan
reorganisasi operasional. Reorganisasi operasional ini dilakukan dalam rangka untuk mengganti
mesin-mesin maupun peralatan-peralatan yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga
kerja dan melakukan pem angkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu terjadi. Istilah
reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mampu bertahan
diri dan atau memperkecil/mengurangi skala usahanya agar perusahaan tidak mengalami kesulitan
di bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan. Asumsi dasar mengapa
perusahaan melakukan reorganisasi adalah bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan
operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan. Hal ini
umumnya ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya tetap ) yang ada pada struktur
biaya perusahaan.
Adanya penekanan pada efisiensi biaya yang sifatnya tetap ini dalam istilah reorganisasi
disebut sebagai reorganisasi finansial. Apabila penekanan pada efisiensi biaya sudah tidak
memungkinkan lagi untuk dilakukan, maka perusahaan sudah saatnya untuk melakukan
reorganisasi operasional. Reorganisasi operasional ini dilakukan dalam rangka untuk mengganti
mesin-mesin maupun peralatan-peralatan yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga
kerja dan melakukan pemangkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu terjadi. Tentunya
pengambilan keputusan untuk melakukan reorganisasi operasional ini akan membawa dampak
yang cukup besar bagi perusahaan, yakni timbulnya konsekuensi akan kebutuhan dana yang cukup
besar pada saat-saat awal dilakukannya reorganisasi.
Dalam reorganisasi finansial sering dibarengi dengan upaya konsolidasi, yaitu membuat
perusahaan jadi lebih “ ramping “ secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan
dengan cara :
a. Melakukan penghematan biaya, artinya pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting,
ditunda atau dibatalkan.
b. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
c. Divisi ( unit bisnis ) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung.
d. Menunda rencana ekspansi sampai dengan situasi dinilai lebih menguntungkan.
e. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang ( kalau dapat dikurangi dari hasil
penjualan aktiva yang tidak diperlukan ), dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek
mungkin sekali profitabilitas dikorbankan ( profitabilitas terpaksa negatif ).
1.6 Likuidasi
Likuidasi (liquidation) yaitu pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus
pemberesan dengan cara melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan
utang dan penyelesaian sisa harta atau utang di antara para pemilik. Likuidasi perusahaan adalah
suatu tindakan untuk membubarkan, menutup, atau menghentikan semua kegiatan dari suatu
perusahaan dan membereskannya serta membagi-bagikan aktiva tersebut pada pihak kreditur dan
pemegang saham. Alasan terjadinya pembubaran(likuidasi) berdasarkan pasal 142 ayat (1)
Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut dengan
UUPT adalah:
1) Berdasarkan keputusan RUPS;
2) Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
3) Berdasarkan penetapan pengadilan;
4) Dengan dicabutnya Kepailitan berdasarkan putusan Pengadilan Niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan;
5) Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan Pailit berada dalam insolvensi
sebagaimana diatur dalam UU Kepailitan dan PKPU; atau
6) Karena dicabutnya izin usaha Perseoan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penggolongan Likuidasi berdasarkan saat dan frekuensi pembagian (distribusi) kas dilaksanakan,
maka likuidasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Likuidasi Sederhana
Sering juga disebut likuidasi tunggal, likuidasi sekaligus dan likuidasi serentak. Kas akan
dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah
diperhitungkan laba (rugi) realisasi dan utang piutang dalam persekutuan.
2) Likuidasi Berangsur
Setelah semua utang kepada pihak ketiga diselesaikan berarti sisa kas yang ada adalah haknya
sekutu. Pembagian kas akan dilakukan setiap saat kas tersedia tanpa menunggu selesainya
realisasi. Untuk menentukan besarnya bagian kas masingmasing sekutu dapat dihitung dengan 2
cara yaitu dengan membuat perhitungan pembagian membuat program pembagian kas. Akibat
hukum adanya pembubaran perusahaan adalah sebagi berikut:
1. Perusahaan tidak bisa berbisnis lagi
2. Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut dengan
pemberesan kekayaan
3. Dibelakang nama perusahaan dibutuhkan kata”dalam likuidasi”
4. Pengangkatan likuidator
5. Kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan
6. Pembubaran perusahaan
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1) Penyerahan yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan Likuidasi penyerahan
adalah prodesur informal untuk melikuidir hutang, bagi kreditur cara ini lebih
menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka menerima lebih banyak.
Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang disebut assignee atau
trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau melalui
lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara prorata.

2) Melalui kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus


likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang mempunyai tiga fungsi
penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan penipuan oleh debitur, pembagian
aktiva debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua kewajiban debitur
sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu.
Jangka waktu proses likuidasi adalah
1) 30 hari setelah tanggal pembubaran, likuidator/kurator, wajib memberitahukan:
a) kepada semua kreditor dalam pengumuman di surat kabar dan berita Negara RI
b) kepada Menteri untuk dicatat dalam draft perseroan yang dilikuidasi.
2) 60 hari setelah pengumuman di Koran/surat kabar, merupakan jangka waktu bagi kreditor untuk
mengajukan tagihan
3) Paling lambat dalam 30 hari setelah tanggal pertanggungjawaban likuidasi, likuidator/kurator,
wajib mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam surat kabar.
Adapun tujuan dilakukannya likuidasi
1) Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari
realisasi aktiva.
2) Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
3) Untuk membagikan uang tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada
masing-masing sekutu dengan cara yang adil.

Adanya likuidasi yang dilakukan sebuah perusahaan sehingga memunculkan akibat hukum
bagi perusahaan tersebut diantaranya adalah:
1) perusahaan tidak bisa bernisnis lagi.
2) perusahaan dapat melaksanakan kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut dengan
pemberesan kekayaan.
3) di belakang nama perusahaan du bubuhkan kata “dalam likuidasi”.
4) pengangkatan likuidator.
5) kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan.
6) pembubaran perusahaan.

Daftar Pustaka

Brigham EF dan Daves PR.2010. Intermediate Financial Management,Tenth Edition, South


Western Cengage Learning, USA

Anda mungkin juga menyukai