Anda di halaman 1dari 4

BAB II

BUNYI BAHASA
DI DALAM BAHASA JEPANG
A. Silabel dalam jepang
Silabel adalah salah satu satuan bunyi bahasa, dalam bahasa jepang disebut
onsetsu. Sebagian besar silabel dalam bahasa jepang dilambangkan dengan sebuah
huruf kana (hiragana atau katakana). Tetapi ada juga silabel yang dilambangkan
dengan dua buah huruf kana seperti silabel – silabel yoo’on yang ditulis dengan cara
menggabungkan huruf – huruf kana き(ki), し(shi). ち(chi), に(ni), ひ(hi), み(mi), り
(ri), ぎ(gi), じ(ji), び(bi), dan ぴ(pi) dengan huruf – huruf kana や(ya), ゆ(yu), dan よ
(yo) yang ditulis dalam ukuran kecil sehingga menjadi silabel - silabel きや (kya), き
ゆ (kyu), きよ (kyo), しや (sha), しゆ (shu), しよ (sho), dan sebagainya. Silabel
dalam bahasa jepang, terutama akan lebih jelas bila silabel itu ditulis dengan huruf
latin, dapat dibagi menjadi beberapa fonem. Fonem fonem tersebut ada yang
berbentuk konsonan, vokal, dan ada juga yang berbentuk semi vokal. Silabel dalam
bahasa jepang dapat terbentuk dari susunan fonem sebagai berikut:

a. V (satu vokal), yaitu vokal – vokal /a/ , /i/ , /u/ , /e/ , dan /o/.
b. KV ( satu konsonan dan satu vokal), misalnya silabel – silabel /ka/ , /ki/ , /ku/ ,
/ke/ , /ko/ , /sa/ , /shi/ , dan sebagainya.
c. KSV (satu konsonan, satu semi vokal, dan satu vokal), misalnya silabel – silabel
/kya/ , /kyu/ , /kyo/ , /sha/ , /shu/ , /sho/, dan sebagainya.
d. SV (satu semi vokal dan satu vokal), yaitu silabel – silabel /ya/ , /yu/ , /yo/ ,
dan /wa/.

Dari struktur silabel diatas terlihat bahwa silabel – silabel didalam bahasa
jepang sebagian besar diakhiri dengan vokal. Silabel yang diakhiri dengan vokal
dalam bahasa jepang disebut kaionsetsu (silabel buka), sedangkan silabel yang
diakhiri dengan konsonan disebut heionsetsu (silabel tutup). Oleh karena silabel –
silabel di dalam bahasa jepang berupa silabel buka, maka semua kata asing yang
dijadikan bahasa jepang (kata pungut) harus mengikuti silabel bahasa jepang
misalnya, kata – kata bahasa jepang yang dipungut dari bahasa inggris yang
mengandung unsur silabel tutup, maka silabel tutup pada kata itu harus diubah
menjadi silabel buka dengan cara menambahkan salah satu vokal pada akhir silabel
tutup t dan d ditambah dengan o, sedangkan silabel tutup c, b, f, g, k, l, m, p, dan s
ditambah dengan u (kawarazaki, 1979:64). Dengan demikian, proses pembentukan
kata pungut dalam bahasa jepang mengakibatkan perbedaan jumlah silabel dalam
bahasa aslinya dengan jumlah silabel kata tersebut yang sudah dijadikan kata pungut
bahasa jepang. Sebagai contoh, kata strike dalam bahasa inggris yang hanya terdiri
dari satu silabel menjadi sutoraiku yang terdiri atas lima silabel setelah dijadikan kata
pungut bahasa jepang.
B. Nama – Nama Alat Ucap
Bagian – bagian tubuh manusia yang digunakan untuk mengeluarkan atau
mengucapkan bunyi bahasa disebut onsei kikan (katoo, 1991:24). Dengan onsei kikan
(alat ucap) tersebut bunyi bahasa dibentuk dengan memanfaatkan arus udara
pernafasan sebagai sumber bunyi utamanya. Arus udara pernafasan yang dimanfaatkan
untuk mengucapkan bunyi bahasa keluar dari paru – paru (hai) melewati tenggorokan
(kikan)dan setelah mengalami proses pengolahan oleh alat ucap, lalu dihembuskan
melalui rongga mulut (kookoo/kuchimuro) atau ada pula yang melalui rongga hidung
(bikoo/banamuro). Bunyi suara yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara
pernapasan melalui rongga hidung disebut bion (bunyi nasal). Bunyi nasa diucapkan
dengan keadaan anak tekak atau uvula (koogaihan) turun kebawah sehingga jalan udara
ke rongga hidung terbuka sedangkan satu bagian rongga mulut tertutup sehingga arus
udara hanya bisa melewati rongga hidung.

Disekitar pangkal tenggorokan (kootoo) terdapat pita suara (seitai). Pada waktu
mengeluarkan arus udara pernafasan pada saat pembentukan bunyi bahasa, pita suara
ini biasanya bergetar sehingga dapat membentuk tekanan – tekanan suara tertentu.
Bunyi yang dihasilkan yang disertai getara pita suara disebut yuuseion (bunyi yang
bersuara), sedangkan bunyi yang dihasilkan tanpa getara pita suara disebut museion
(bunyi yang tidak bersuara). Diantara kedua belah pita suara terdapat celah suara atau
glotis (seimon), sedangkan dibagian atas pita suara terdapat epilogis (kootoogan) yang
berfungsi melindungi pita suara pada waktu makan. Kalau kita sedang menelan makanan
atau minuman, maka epiglotis ini akan bergerak kebawah menutupi lubang tenggorokan
untuk melindungi pita suara agar makanan masuk ke kerongkongan (shokudoo) bukan
ke tenggorokan, lalu apapbila kita bernafas ( menarik atau menghembuskan nafas),
maka epiglotis ini akan terbuka kembali.

Dibagian bawah rongga mulut ada lidah (shita) yang secara berurutan dari bagian
depan dibagi menjadi ujung lidah atau apeks (shitasaki/zessen), lidah bagian depan
(maejita?zenzetsu), lidah bagian tengah (nakajita/chuuzetsu), lidah bagian belakang
(okujita/okuzetsu/koozetsu), dan bagian lidah yang paling belakang atau paling dalam
yaitu akar lidah (zekkon).

Cengan menggunakan berbagai alat ucap tersebut maka dapat dihasilkan bunyi –
bunyi bahasa yang berbeda beda seperti yang dijelaskan pada bagian berikut. Bunyi
tersebut pada umum nya terdiri atas bunyi vokal (boin), bunyi konsonan (shi’in) dan
bunyi semi vokal (banboin).
C. Bunyi Vokal (Boin)
Di dalam bahasa jepang, seperti yang terlihat pada daftar silabel pada penjelasan
dimuka, terdapat huruf huru f あ,い,う,え,お. Huruf huruf itu kalau ditulis dengan
huruf latin menjadi a,i,u,e,o. Kelima macam huruf itu masing – masing merupakan
sebuah silabel yang terbentuk dari sebuah fonem berupa vokal. Dengan demikian di
dalam bahasa jepang terdapat lima macam bunyi vokal sesuai dengan huruf – huruf
yang ditulis diatas yakni vokal a, i , u , e, o.

Selain huruf huruf tadi, didalam bahasa jepang terdapat juga huruf huruf seperti
か (ka), き (ki), く (ku), け(ke), こ(ko), さ (sa), し (shi), す (su), せ (se), そ (so), dan
sebagainya sampai dengan huruf ぽ (po). Kalau kita melihat cara membaca tulisan
tersebut, seperti yang dapat kita lihat dalam tulisan latinnya, huruf – huruf itu masing –
masing merupakan satu silabel yang terbentuk dari sebuah konsonan dan sebuah vokal.
Konsonan terdapat pada bagian (satu fonem) pertama pada silabel itu, sedangkan
bagian (satu fonem) terakhir silabel tersebut berbentuk vokal. Apabila kita
mengucapkan bunyi silabel didalam bahasa jepang, ada bagian yang dapat diucapkan
menjadi bunyi panjang dan ada juga bagian yang tidak dapat dibaca dengan bunyi
panjang. Bagian yang dapat diucapkan menjadi bunyi panjang adalah bagian akhir dari
silabel itu yaitu vokal. Dengan kata lain, vokal adalah bunyi bahasa yang dapat diucapkan
dengan bunyi panjang. Tetapi, tidak berarti bahwa semua bunyi yang dapat diucapkan
secara panjang adalah vokal. Sebab diantara konsonan pun ada yang dapat diucapkan
secara panjang seperti bunyi konsonan frikatif. Sehingga vokal (boin) dapat diartikan
sebagai bunyi bahasa yang dihasilkan dengan arus udara pernapasan yang dikeluarkan
dari paru paru melewati tenggorokan lalu mengalir keluar melalui rongga mulut. Arus
udara itu selama proses menghasilkan bunyi bunyi suara keluar secara bebas dan sama
sekali tidak mengalami hambatan, rintangan, gangguan, atau halangan dari alat ucap
manusia. Vokal termasuk yuuseion (bunyi yang bersuara) yaitu bunyi yang dihasilkan
disertai getaran pita suara. Vokal dapat dibagi bagi berdasarkan posisi atau letak lidah,
besar atau kecilnya membuka mulut pada waktu mengucapkannya, dan sebagainya
(iwabuchi, 1989:262).

Setiap bahasa mempunyai jenis dan jumlah vokal yang berbeda – beda. Seperti di
dalam bahasa inggris terdapat 12 macam vokal, di dalam bahasa jerman terdapat 8
macam vokal, di dalam bahasa indonesia terdapat 6 macam vokal. Di dalam bahasa
jepang terdapat 5 macam vokal, tetapi dalam dialek dialek regional bahasa jepang
terdapat berbagai jumlah dan variasi vokal yang berbeda – beda. Seperti di dalam dialek
okinawa hanya terdapat 3 macam vokal, sedangkan di dalam dialek nagoya bahkan
terdapat 8 macam vokal (lihat iwabuchi, 1989:262).

Anda mungkin juga menyukai