1
2
memliki 4 patung katak pada bagian pukulnya. Hal ini menunjukkan bukti adanya
pertukaran barang (dalam hal ini nekara) antara masyarakat Nusantara dengan
masyarakat luar.
2. Hubungan dagang antara Nusantara dan India lebih dulu berkembang dari pada
hubungan Nusantara dan Cina. Hal ini seperti disampaikan oleh dua orang
sejarawan yaitu J.C. van Leur & O.W. Waolters yang melihat adanya sifat tertutup
bangsa Cina terhadap bangsa dan pengaruh asing.
3. Mulai berkembang sistem pelayaran yang lebih maju setelah Hippalos
menemukan pelayaran berdasarakan arah mata angin. Hal ini sangat membantu
pelayar dan pedagang yang sebelumnya hanya berpatokan pada arus dan
perbintangan saja tanpa pengetahuan peta yang jelas.
4. Salah satu bentuk kebudayaan Nusantara yang juga terabadikan dalam relief
Candi Borobudur yaitu perahu bercadik diketahui telah tersebar ke berbagai
penjuru dunia. Persebaran itu juga diikuti dengan pesebaran bahasa. Sejarawan H.
Kern menyebutkan beberapa daerah yang menjadi wilayah persebaran keduanya
yaitu Polonesia, Hawaii, Madagaskar, Benggala, dan India Selatan (Soekmono,
1993: 15).
Selain keempat pendapat tersebut, berbagai sumber berita tertulis asing diketahui
memuat informasi yang diperkirakan sebagai wilayah Nusantara. Berita tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Kitab Periplous, kitab ini merupakan sebuah pedoman berlayar di lautan
Erythrasa (Samudera India) ditulis oleh seorang nahkoda Yunani-Mesir pada awal
tahun Masehi. Kitab ini berisi informasi mengenai kapal-kapal Colandia yang
bertolak ke Chryse/negara emas. Penyebutan Chryse/negara emas diperkirakan
sebagai wilayah Sumatera (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010: 10).
2. Kitab Jataka, kitab ini merupakan sebuah manuskrip India yang ditulis pada awal
tahun Masehi. Kitab Jataka menyebutkan sebuah daerah yang diberi nama
Suvarnabhumi atau dapat pula diartikan sebagai negara emas. Para ahli
sependapat bahwa yang dimaksudkan dalam kitab ini adalah Pulau Sumatera
(Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010: 9). Selain Kitab Jataka, Kitab
Ramayana juga menjadi salah satu kitab yang memberikan gambaran jelas tentang
pulau Jawa dan Sumatera (Coedes, 2015: 44)
3. Kitab Ramayana, kitab epos yang terkenal ini pada manuskrip aslinya yang ditulis
di India menyebutkan sebuah tempat yang menarik. Hanoman yang ditugaskan
Sang Rama mencari Shinta, diceritakan tiba di sebuah tempat yang disebut dengan
Yawadwipa yang diartikan sebagai pulau emas/perak karena Hanoman begitu
terpukau pada kekayaan dan kemegahannya. Yawadwipa diperkirakan sebagai
Pulau Jawa. Disebutkan pula nama Suwarnadwipa = pulau emas, yang kemudian
diperkirakan sebagai Pulau Sumatera (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010:
9).
4. Kitab Mahaniddesa memberi petunjuk tempat-tempat di timur jauh India abad III
M (Levi). Mahaniddesa juga menyebutkan tentang kawasan yang dipercaya
sebagai kawasan Nusantara yang menghasilkan sumber daya alam melimpah.
5. Kitab Geographike Hyphegesis (tuntunan geografi) ditulis oleh Claudius
Ptolomeus. Dalam kitab ini Ptolomeus menulis kisah perjalanannya ke berbagai
negeri asing. Ptolomeus menyebut berbagai kata yang dipercaya merujuk pada
tempat-tempat di Nusantara. Tempat tersebut antara lain; Barosae atau Barus
(kota di Pantai Sumatera), Sinda atau Sunda, Sabadiba atau Suvarnabhumi atau
Sumatera, Argyre Chora atau negeri perak, Chryse Chora atau negeri emas,
Chryse Chersonesos atau Semenanjung Emas, dan Iabadiou atau Pulau Jelai atau
Pulau Jawa (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010: 12).
Gambar 2. Peta Jalur Kedatangan Pertama Bangsa Asing di Nusantara
Dilihat dari bukti sejarah dan anggapan sejarawan tersebut dapat kita yakini bahwa
telah terjadi hubungan yang kuat antara masyarakat Nusantara dengan masyarakat
asing pada kisaran awal abad masehi. Hubungan tersebut tentunya merupakan
hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain.
Awalnya masyarakat Nusantara hidup berbaur dan bergotong royong dan tidak
mengenal adanya tingkatan masyarakat. Setelah masuknya kebudayaan India ke
Nusantara, terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat Nusantara.
Sebenarnya dalam masyarakat Indonesia sebelumnya sudah memiliki hierarki
sosial atau tingkatan masyarakat secara sosial namun tidak spesifik seperti setelah
adanya pengaruh kebudayaan India. Ketika kebudayaan itu datang
diperkenalkanlah sistem kasta. Sistem kasta merupakan pembagian masyarakat
berdasarkan kedudukan dalam masyarakat. Kasta dikenal dalam struktur
masyarakat Hindu. Saat itu dikenal empat kasta, yaitu:
a) Kasta Brahmana, golongan paling atas. Brahmana adalah orang yang
mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita
dan rohaniawan. Selain itu disandang oleh para pribumi.
b) Kasta Ksatria, golongan tingkat kedua. Golongan Ksatria adalah para kepala
dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini
tidak memiliki harta pribadi semua harta milik negara.
c) Kasta Waisya, golongan tingkat ketiga. Golongan Waisya adalah orang yang
telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri petani, nelayan, pedagang,
dan lain-lain.
d) Kasta Sudra, golongan tingkat keempat. Golongan Sudra adalah pelayan bagi
ketiga kasta di atasnya.
Sedangkan di luar sistem kasta tersebut, ada pula istilah:
a) Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana
dan Ksatria.
b) Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna,
bangsa asing.
Berbeda dengan ajaran agama Hindu, dalam agama Buddha hanya terdapat
golongan biksu atau biksuni, dan upasaka atau upasika (masyarakat Buddha yang
tingkatannya masih seperti masyarakat kebanyakan). Pembagian golongan ini
tidak mengarah pada pembagian masyarakat secara vertikal, yang berarti tidak ada
tingkatan sosial masyarakat dalam agama Budda.
b. Aspek Arsitektur. Pengaruh India dalam bidang arsitektur dapat dilihat dari
bangunan candi, meskipun bangunan candi ini merupakan pengaruh dari India,
namun dalam arsitekturnya dapat perpaduan dengan arsitektur megalitikum. Hal
ini dapat dilihat pada umumnya candi-candi yang berundak-undak, seperti Candi
Borobudur.
Gambar 4. Candi Plaosan Klaten (atas) dan Punden Berundak (bawah)
Contoh candi Hindu yang ada di Indonesia antara lain Candi Prambanan, Candi
Gedong Songo, Candi Sewu, Candi Arjuna, dan Candi Tikus.
Pengaruh seni rupa India telah masuk ke Indonesia seiring dengan masuknya
kebudayaan India ke Indonesia. Kesenian ini dapat dilihat dari relief-relief candi.
Candi Borobudur mempunyai relief yang menceritakan kisah sang Budha dan
suasana alam Indonesia. Berbeda dengan Candi Borobudur, Candi Prambanan
mempunyai relief yang menceritakan kisah Ramayana. Selain relief terdapat pula
pengaruh seni rupa India berupa patung Buddha berlangganan Gandara yang
ditemukan di kota Bangun, Kutai Kertanegara (Kalimantan Timur) dan
berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi.
d. Bidang Bahasa, Aksara, dan Sastra. Dari segi bahasa, orang-orang Nusantara
mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa karena pengaruh kebudayaan India.
Sebelumnya masyarakat Nusantara belum mengenal budaya aksara atau tulis,
walaupun dipercaya sudah ada bahasa yang asli yang digunakan masyarakat
Nusantara. Pengenalan huruf inilah yang mengantar peradaban Nusantara ke masa
aksara. Huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta banyak ditemukan di berbagai
peninggalan sejarah, seperti halnya prasasti dan kitab sastra. Contoh prasasti yang
menggunakan aksara Pallawa adalah Yupa dan Prasasti Tugu.
Gambar 7. Aksara Pallawa dan Perkembangannya di Nusantara
Selain bahasa dan aksara, turut berkembang pula seni sastra di masyarakat
Nusantara. Sastra pada masa ini bercorak tradisional dan bersifat istana sentris.
Artinya, karya yang ada masih terbatas pada kalangan istana saja. Pada masa
kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama
pada aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a) Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa politik Airlangga.
b) Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman
kerajaan Kediri.
c) Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d) Arjuna Wijaya, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
e) Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
f) Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
g) Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman
kerajaan Majapahit.
e. Bidang Pendidikan. Pengaruh Kebudayaan India turut mengubah sistem
pendidikan di Indonesia. Kedatangan mereka yaitu untuk memberikan pendidikan
mengenai agama Kebudayaan India kepada masyarakat Indonesia. Para pendeta
tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang disebut pasraman.
Di tempat
inilah masyarakat mendapatkan berabagi ilmu agama dan pengetahuan. Pada
perkembangannya, tempat ini mencetak para lulusan yang terpelajar. Para pelajar
ini kemudian menyebar hingga ke India untuk memperdalam agama Kebudayaan
India, sekembalinya dari India mereka menyebarkan agama Hindu Budha. Bahasa
pengantar pengajaran yang mereka gunakan menggunakan bahasa setempat
sehingga mudah dipahami.
f. Bidang Astronomi. Pengaruh bidang astronomi disini lebih kepada sistem
kalender. Dalam agama Hindu dikenal dengan tahun Saka yang dimulai pada
tahun 78 Masehi. Di Indonesia terutama di Jawa dan Bali, tahun Saka sudah
ditambahi dengan cara penanggalan lokal. Selain itu, ditemukan pula
Candrasengkala atau angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, gambar-
gambar atau benda. Apabila dalam bentuk angka, harus dibaca dari belakang
contoh yang paling umum adalah tahun keruntuhan kerajaan Majapahit yang
ditandai dengan Candrasengkala “Sirna Ilang Kertaning Bumi”. Sirna= 0, Ilang=
0, Kertaning = 4, Bumi =. dengan demikian, “Sirna ilang kertaning bumi”
menggambarkan runtuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka.
Untuk Candrasangkala berupa gambar atau benda dapat dibaca melalui bagian-
bagian penting bentuknya. Contoh gambar bulus di dalam mihrab Masjid Agung
Demak. Meskipun berupa peninggalan Islam, namun gambar ini menunjukkan
tahun Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1, 4 kaki berarti
angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan ekor bulus berarti angka 1 (satu).
berdasarkan simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun
1401 Saka (Badrika, 2006: 120-122).
Di India, bahasa dan huruf itu hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara
keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasainya. Tetapi
teori ini pun diragukan kebenarannya, alasannya adalah kendati benar hanya para
Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, tetapi para pendeta Hindu itu
pantang menyebrangi lautan.
Kelebihan teori ini:
1) Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu
dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan
monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesardipegang oleh kaum
Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu
menyiarkan agama Hindu.
2) Prasasti Nusantara yang pertama menggunakan bahasa Sansekerta, sedangkan di
India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara
keagamaan. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga sehingga tidak
semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta
Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-
lah yang dapat dan boleh membaca kitab Weda.
3) Karena kepala suku yang ada di Nusantara kedudukannya ingin diakui dan kuat
seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum
Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan
kedudukan kepala suku di Nusantara menjadi Raja. Dan mulailah dikenal istilah
kerajaan. Karena upacara penobatan tersebutt secara Hindu maka secara otomatis
rajanya juga dinyatakan Beragama Hindu, jika raja bertagama Hindu maka
rakyatnyapun akan mengikuti rajanya.
4) Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke
Nusantara. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebutt
meninggalkan kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut
selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan
agama Hindu di Nusantara.
5) Karena raja telah mengenal Brahmana maka secara khusus raja juga meminta
Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dan hal inilah maka agama
dan budaya India dapat berkembang di Nusantara.
6) Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku kepala suku yang lain yang tertarik
terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang
dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Nusantara.
Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan
pantai Timur Sumatera yang banyak ditempati oleh orang-orang keeling dari India
Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan
kematian).
Kelemahan teori ini:
1) Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak
mungkin dilakukan oleh raja-raja di Nusantara yang telah mendapat kitab Weda
untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti
memerlukan bimbingan kaum Brahmana.
2) Menurut ajaran Hindu Kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi
lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia
akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke
Nusantara bukan merupakan hal yang wajar.
Teori Waisya oleh N.J. Krom
Hindu merupakan agama yang dianggap sebagai agama paling tinggi kedudukannya
saat itu, karena mereka mengenal sistem kasta sehingga yang bisa mempelajarinya
hanyalah kalangan tertentu saja. Sedangkan Buddha merupakan agama yang tidak
mengenal kasta, sehingga dapat menyebar dengan merata tanpa memandang suatu
kalangan atau pun kasta tertentu. Jika penyebaran agama Hindu dikategorikan
berdasarkan golongan pembawanya, agama Buddha berbeda. Agama Buddha
dipercaya menyebar ke seluruh dunia lewat perantara dua hal, yaitu:
Perdagangan. Sebagai kegiatan yang mengharuskan adanya perpindahan dan
pertemuan dengan orang lain, perdagangan merupakan sarana yang paling ampuh
dalam menyebarkan pengaruh, termasuk agama. Agama Buddha diperkirakan datang
dan dikenalkan pertama kali lewat kegiatan perdagangan yang berkembang antara
bangsa Nusantara, India, dan juga Cina. Masuknya agama Buddha di Indonesia itu
sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut,
namun itu hanyalah perkiraan kedatangan para pedagang dari India atau pun dari
China. Sedangkan bukti-bukti yang menyebutkan adanya orang Indonesia yang
memeluk agama Budha itu sekitar adab ke-4 M. Ditemukan Prasasti dan Ruphang
Buddha (Abad ke-4) Sebuah Prasasti berasal dari abad ke-4 dekat bukit meriam di
Kedah, sebuah lempengan batu berwarna ditemukan di satu puing rumah bata yang
diperkirakan mungkin merupakan kamar bhiksu Buddha. Lempengan batu itu berisi
2 syair Buddhist dalam bahasa Sanskerta ditulis dengan huruf abjad Pallawa tertua.
Tulisan yang kedua dari lempengan batu tersebut berbunyi: ”Karma bertambah
banyak karena kurang pengetahuan dharma Karma menjadi sebab tumimbal lahir
Melalui pengetahuan dharma menjadikan akibat tiada karma Dengan tiada karma
maka tiada tumibal lahir”. Bukti-bukti tertua dikatakan sekitar tahun 400 M., di
Kalimantan Timur, dilembah-lembah Sungai Kapuas Mahakam dan Rata, terdapat
tanda-tanda lain dari pengaruh India terlihat dalam bentuk patung Buddha dalam
gaya Gupta.
Sebelum abad ke-5, di Kedah Sulawesi, Jawa Timur dan Palembang, patung-
patung Buddha gaya Amaravati ditemukan (ini dihubungkan dengan tempat-tempat
tertua, Amarawati di Sungai Kitsna kira-kira 80 mil dari pantai timur India, adalah
negeri aliran besar patung Buddha yang berkembang dari tahun 150 sampai 250 M.),
namun adanya negara Buddha di daerah-daerah itu belum ada yang mengetahui
tentang kemungkinannya. Sebuah kerajaan bernama Kan-to-li juga disebut oleh
orang- orang tionghoa. Tahun 502 seorang Raja Buddha telah memerintah di sana
dan tahun 519 putra raja Vijayavarman mengirim utusan ke Tiongkok. Kerajaan ini
diperkirakan berada di Sumatera. Lewat berbagai bukti tersebut telah diketahui
bahwa kebudayaan India yang bercorak Buddha ditemukan di berbagai wilayah di
Nusantara. Hal ini menandakan adanya perdagangan yang menjadi sarana penting
dalam penyebaran agama Buddha ke wilayah Nusantara.
Dharmaduta. Selain perdagangan, dalam agama Buddha dikenal pula istilah
dharmaduta sebagai penyebar agama Buddha ke seluruh penjuru dunia. Dharmaduta
merupakan utusan agamawan Buddha yang memang bertugas menyebarkan agama
Buddha. Keberadaan dharmaduta menjadi penting karena mereka merupakan sosok
yang mendalami ajaran Buddha dan hidup penuh kesederhanaan. Seseorang yang
menjadi dharmaduta diharuskan memenuhi kriteria khusus dan harus mendapat
pengajaran khusus sebelum diperbolehkan untuk menyebarkan agama ke berbagai
wilayah. Mereka terbiasa berjalan dan mengunjungi berbagai tempat guna
menyebarkan ajaran dan kebaikan dharma Buddha. Sampai saat ini keberadaan
dharmaduta masih memegang peranan utama sebagai utusan agama Buddha
sekaligus penyiar agama Buddha yang tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Abdullah, Taufik dan Lapian, A.B.[ed]. 2010. Indonesia dalam Arus Sejarah Kerajaan
Hindu-Buddha. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah SMA Kelas XI program IPS. Jakarta: Erlangga.
Coedes, George. 2015. 2015. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Farid, Samsul. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA-MA/ SMK Kelas X. Bandung: Yrama
Widya.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho; dkk. 1998. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
----; dkk. 1998. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
----, Nugroho. [ed]. 2010. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, M.C. dkk. 2013. Sejarah Asia Tenggara dari Masa Pra Sejarah Sampai
Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu
Soekmono. 1993. Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius.
Sumber Gambar:
Gambar 1 : http://gurusejarahlokal.blogspot.com/2015/11/bentuk-budaya-logam-
masa-praaksara-di.html
Gambar 2 : http://comparative-of-religion.weebly.com/peta-jalur-dan-teori-
masuknya-hindu-budha-di-Indonesia.html
Gambar 3 : http://www.ipsmudah.com/2017/03/kasta-dalam-agama-hindu-di-bali-
india.html
Gambar 4 : https://tempatwisata.co/tempat-wisata-di-klaten/
https://www.kompasiana.com/www.teguhhariawan/millenarisme-
membangun-candi-punden-berundak-di-gunung-
gunung_552a1e0ff17e61cb5dd623c0
Gambar 5 : http://www.infobudaya.net/2018/02/kisah-cinta-dan-fakta-di-balik-
candi-prambanan-yang-harus-kamu-tahu/
Gambar 6 : http://sparklepush.com/tempat-wisata/4-sejarah-buddha-yang-dapat-
dipelajari-dari-relief-candi-borobudur/
Gambar 7 : http://www.batasnegeri.com/aksara-nusantara-kekayaan-tradisi-
tulisan-bangsa-indonesia/
Gambar 8 : http://wongjawa670.blogspot.com/2011/04/surya-majapahit-lambang-
kerajaan.html
Gambar 9 : https://dominorubrik.wordpress.com/2016/02/09/teori-waisya/