X MIPA 2
Anggota Kelompok :
1.Alfira Cahya Syahrani
2.Dewi Soraya Ainiyyah
3.Nabila Rahma Salsa
4.Naufal Nibrosul Mamduh
(02)
(07)
(24)
(25)
A. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380 - 1403 M.
Pada awal abad ke-15 M,terjadi perang saudara di kerajaan Majapahit. Dalam
peperangan tersebut,seorang pangeran kerajaan majapahit yang bernama Paramisora diiringi
para pengikutnya malarikan diri dari daerah Blambangan ke Turmasik (Singapura). Daerah
Turmasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan.Karena
itu,Paramisora beserta pengikutya melanjutkan perjalanan ke arah utara sampai di Semanjung
Malaya.
Di daerah itu,Paramisora membangun sebuah kampong bersama para pengikutnya
dengan di bantu oleh para petani dan nelayan setempat.Perkampungan itu di beri nama
Malaka.daerah perkampungan yang baru dibangun itu mengalami perkembangan yang cukup
pesat karena letaknya yang strategis,yaitu di tepi jalur pelayaran dan perdagangan selat
malaka.
Dalam dunia perdagangan,Malaka berkembang sebagai penghubung antara dunia
barat dengan dunia timur .perkembangan yang sangat pesat itu mendorong Paramisora untuk
membangun sebuah kerajaan yang bernama malaka dan ia pun langsung menjadi rajanya.
Aktivitas perdagangan di selat malaka pada waktu itu di dominasi oleh pedagang islam.Untuk
itu, paramisora memutuskan untuk menganut agama islam. Ia pun mengganti namanya
menjadi Iskandar syah dan menjadikan kerajaan malaka sebagai kerajaan islam.
E. Silsilah Raja
F. Perkembangan Pemerintahan
Walaupun Kesultanan Malaka sangat kuat dipengaruhi oleh agama Islam namun
dalam menjalankan pemerintahan, kerajaan ini tidak menerapkan pemerintahan Islam
sepenuhnya. Undang Undang yang berlaku di Malaka seperti Hukum Kanun Malaka hanya
40,9% mengikut aturan Islam. Begitu juga Undang Undang Laut Malaka hanya 1 pasal dari
25 pasal yang mengikuti aturan Islam.
Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki susunan tata
pemerintahan yang rapi. Sultan Malaka memiliki kekuasaan yang absolut, seluruh peraturan
dan undang undang merujuk kepada Raja Malaka. Sementara dalam administrasi
pemerintahan Sultan Malaka dibantu oleh beberapa pembesar, antaranya Bendahara,
Tumenggung, Penghulu Bendahari dan Syahbandar. Kemudian terdapat lagi beberapa menteri
yang bertanggungjawab atas beberapa urusan negara. Selain itu terdapat jabatan Laksamana
yang pada awalnya diberikan kepada kelompok masyarakat Orang Laut.
G. Perkembangan Politik
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan
menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (coexistence policy) yang
dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui
hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan
internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai
adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua
kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Prameswara kemudian
menikah dengan salah seorang putri Majapahit.
Sultan sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)
tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut. Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah
(1459 1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga
menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya. Disamping itu, hubungan baik
dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang Duta
Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan
Malaka. Dengan demikian, kerajaan kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka.
I. Perkembangan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat
pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan
mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya Undang Undang Laut
yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah
terjalinnya komunikasi antar pedagang, maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai
bahasa perantara.
J. Faktor Runtuh
Berikut faktor runtuhnya Kerajaan Malaka :
1.Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap tidak seperti Sultan Mansyur Syah.
2.Datangnya bangsa Portugis ke Indonesia yang dipimpin oleh Alfonso DAlbuquerque
menyebabkan Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis.
3.Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi, memiliki
perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam peperangan. Kemenangankemenangan yang mereka peroleh dalam peperangan di pantai barat India melawan orangorang Gujarat, Kalikut, Persia dan Mesir mempertebal semangat perjuangan dan keyakinan
mereka, bahwa orang-orang Portugis mempunyai kemampuan untuk menghadapi lawan
manapun juga.
Referensi :
1. www.slideshare.net/Kerajaan%20Malaka%20by%20Kelompok%204%20(Noviana%20Nur%20R.)
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Melaka
3. http://melayuonline.com/ind/history/dig/71/kesultanan-malaka
4. http://kerajaanmalaka.blogspot.co.id/
5. http://www.slideshare.net/nur_noviana/kerajaan-malaka-by-kelompok-4?next_slideshow=1
TERIMAKASIH.