Anda di halaman 1dari 8

KERAJAAN BERCORAK HINDU

1. Kerajaan Kutai
Kerajaan bercorak Hindu di Indonesia yang pertaman adalah Kerajaan Kutai .Kerajaan ini
terletak di daerah Muara Kaman, di sekitar tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua yang pernah ada di Indonesia, didirikan oleh
Kudungga pada masa abad ke-4 M. Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah dengan
ditemukannya yupa. Yupa merupakan tiang batu untuk mengikat hewan korbanyang akan
dipersembahkan oleh para brahmana. Yupa ditulis dalam huruf Pallawa dan berbahasa
Sanskerta.

Yupa

Berdasarkan apa yang tertulis dalam yupa, raja Hindu pertama di Kerajaan Kutai bernama
Aswawarman. Ini bisa dibuktikan akan gelar yang dimilikinya, yaitu wangsakerta atau
pendiri keluarga kerajaan (dinasti).
Dari tulisan yang ada pada yupa tersebut dapat disimpulkan adanya 3 generasi.
Sisilah dimulai dari Kudungga yang memperanakkan anak bernama Aswawarman.
Aswawarman memiliki tiga anak, satu di antaranya bernama Mulawarman. Pada
saatpemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai berhasil berkembang menjadi sebuah
kerajaan besar. Hal ini terlihat dari prasasti yang ditemukan. Bukti kebesarann dapat
ditunjukkan sebagai berikut.
1. Raja menggelar upacara waprakeswara (sebidang tanah suci) setiap tahunnya.
2. Raja memberikan hadiah kepada para brahmana berwujud tanah, ternak, dan emas
dengan adil.
Mulawarman memerintah kerajaan Kutai dengan bijaksana. Pada masa pemerintahannya,
rakyat hidup makmur. Sebagai bentuk ucapan terima kasih, rakyat melakukan seperti
berikut.
1. Mengadakan kenduri keselamatan raja.
2. Membuat prasasti/ yupa yang berisi tulisan tentang raja mereka.
Para brahmana turut membangun sebuah batu bertulis. Hal ini sebagai bentuk ungkapan
terima kasih kepada Raja Mulawarman. Raja telah memberikan hadiah kepada mereka seperti
minyak kental, lampu, dan lembu sebanyak 20.000 ekor. Peninggalan sejarah dari Kerajaan
Kutai yang bercorak kerajaan Hindu antara lain:

1) Tujuh yupa yang diketemukan sekitar Muara Kaman pada 1879 dan 1940.
2) Kalung Cina erbuat dari emas.
3) Arca bulus.
4) Arca Buddha dari perunggu.
5) Arca batu.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan bercorak hindu berikutnya adalah Kerajaan Tarumanegara. Keberadaan kerajaan
Tarumanegara dapat dilacak dengan ditemukannya tujuh buah prasasti. Selain itu, dari
berbagai sumber berita dari luar negeri. Kerajaan Tarumanegara letaknya di Sungai Citarum,
Bogor, Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada masa abad ke-5 M. Wilayah
kerajaan ini meliputi Karawang, Jakarta, Banten , dan Bogor.
Raja yang terkenal adalah Purnawarman. Raja Purnawarman penganut agama Hindu
beraliran Wisnu. Mata pencaharian utama penduduk Tarumanegara adalah tani
dan berdagang. Namun, para petani sering mengalami gagal panen karena dilanda musibah
banjir.
Pada tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman, dibangunlah saluran air. Tujuan dari
pembangunan saluran itu adalah untuk mengairi sawah dan mencegah banjir. Saluran itu
dikenal dengan Gomati danChandrabagha. Pembuatannya memakan waktu selama 21 hari.
Panjang saluran adalah 6.112 tombak (11 km).
Selesainya proses pembangunan saluran air ditandai penyerahan sejumlah 1.000 ekor
lembu kepada para brahmana. Raja Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani. Ia
tegas menghadapi berbagai masalah dan musuh. Kerajaan bercorak Hindu tertua di pulau
Jawa ini selalu mengadakan hubungan yang baik dengan bangsa lain. Contohnya dengan
Cina. Hal ini dibuktikan dalam catatan bangsa Cina dan Prasasti Tarumanegara. Sumber
lainnya, penuturan Fa Hsien, seorang musafir Buddha dari Cina mengatakan bahwa di
Tarumanegara terdapat lebih dari satu agama kepercayaan. Ajaran Hindu yang berkembang
di Tarumanegara diajarkan Rahib Gunawarman.
Kerajaan Tarumanegara memiliki banyak peninggalan sejarah. Semua peninggalan dapat
menunjukkan keberadaan dari kerajaan Tarumanegara.Peninggalan sejarah yang dimaksud
antara lain:

Prasasti Ciaruteum

1. Prasasti Ciaruteun: Ditemukan di daerah Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini terdapat
telapak kaki Raja Purnawarman dan lukisan berupa laba-laba. Raja Purnawarman
dianggap perwujudan Dewa Wisnu.
2. Prasasti Jambu: Ditemukan di daerah Bukit Koleangkak, 30 km barat daya Kota
Bogor, tertulis katatarumayam (Tarumanegara).
3. Prasasti Lebak (Cidanghiang): Ditemukan di daerah Kampung Lebak, Pandeglang,
menyebutkan bahwa Raja Purnawarman merupakan raja yang agung, pemberani, dan
perwira.
4. Prasasti Kebon Kopi: Ditemukan di daerah Kampung Muara Hilir, Bogor, terdapat
lukisan telapak kaki Airawata (gajah kendaraan dari Dewa Wisnu).
5. Prasasti Tugu: Ditemukan di daerah Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, memiliki
tulisan terpanjang yang menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan
Chandrabhaga).
6. Prasasti Pasir Awi: Ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor, terdapat lukisan tapak
kakidan sampai sekarang belum bisa dibaca karena dalam bentuk huruf ikal.
7. Prasasti Muara Cianten: Ditemukan di daerah Muara Cianten, Bogor, prasasti ini juga
belum bisa terbaca.
Selain prasasti juga diketemukan arca-arca. Misalnya arca Rajarsi di Jakarta. Di Desa
Cibuaya ditemukan arca Wisnu Cibuaya I dan Wisnu Cibuaya II.

3. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan bercorak Hindu berikutnya adalah Mataram Kuno. Kerajaan ini berdiri pada abad
ke-8 M, terletak dipedalaman Jawa Tengah. Bukti keberadaan dari kerajaan ini tertulis dalam
Prasasti Canggal dan Prasasti Balitung (Mantyasih). Berdasarkan prasasti tersebut, kerajaan
bermula sejak masa pemerintahan Raja Sanjaya yang diberi gelar Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya. Prasasti Canggal juga mengungkap pendirianlingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanjaya.
Sebelum itu, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin raja bernama Sanna. Raja Sanna memerintah
rakyat secara bijaksana. Kerajaan ini kaya padi dan emas. Oleh sebab itu, Pulau Jawa
mendapat julukan Jawadwipa.

Candi Prambanan
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno sangat banyak, diantaranya Candi Gedong
Songo, kompleks candi Dieng, dan komplek Candi Prambanan. Kehidupan rakyat terbilang
cukup makmur, dibuktikan banyaknya candi-candi.

4. Kerajaan Kediri
Pada 1019 M terdapat Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Raja Airlangga. Ia memiliki tiga
orang anak diantaranya Sanggramawijaya, Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan. Pada
awalnya, Airlangga memberikan tahta kepada Sanggramawijaya. Tetapi, Sanggramawijaya
tidak bersedia. Ia lebih memilih jalan hidup sebagai pertapa. Sanggramawijaya dijulukiRaja
Sucian atau Dyah Kili Suci.

Patung Airlangga diwujudkan sebagai Wisnu yang


sedang menunggang garuda.
Namun, Airlangga masih mempunyai 2 anak lainnya, dan ia pun membagi kerajaan menjadi
dua bagian. Hal ini bertujuan untuk menghindari perang saudara. Pada 1041 M, Mpu Bharada
membagi Kerajaan Kahuripan sesuai perintah Airlangga. Kerajaan Panjalu atau Kerajaan
Kediri yang beribu kota di Daha diserahkan kepada Samarawijaya. Kerajaan Jenggala atau
Kahuripan yang berpusat di Kahuripan diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Airlangga lalu
mengasingkan diri menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Tahun 1049, Airlangga wafat
lalu dimakamkan di Candi Belahan.
Berikut ini beberapa raja yang pernah memerintah Kediri.
1. Bameswara /Kameswara I (tahun 1115–1130 M)
2. Jayabaya (1130–1160 M)
3. Sarweswara (1160–1170 M)
4. Aryyeswara
5. Gandra
6. Srungga
7. Kertajaya (1200–1222 M)

Kertajaya adalah raja terakhir Kerajaan Kediri. Ia dijuluki Dandhang Gendhis. Akhirnya,
Kertajaya terpaksa menyerahkan kerajaannya kepada Kerajaan Singasari (Ken Arok).
Peristiwa itu menandai akhir dari riwayat Kerajaan Kediri.
Menurut cerita rakyat yang ada, pembagian Kerajaan Kediri dilakukan oleh Mpu Bharada
dengan cara terbang di udara. Ia membawa kendi yang berisi air yang dituangkan ke kawah.
Air yang dituangkan tersebut mengalir menjadi Sungai Brantas.
Peninggalan Kerajaan Kediri berupa prasasti, antara lain:
1. Prasasti Penumbangan (1120)
2. Prasasti Hantang (1135)
3. Prasasti Talan (1136)
4. Prasasti Jepun (1144)
5. Prasasti Weleri (1169)
6. Prasasti Angin (1161)
7. Prasasti Padlegan (1170)
8. Prasasti Jaring (1181)
9. Prasasti Semandhing (1182)
10. Prasasti Ceker (1185)

Peninggalan bidang kesusastraan di antaranya adalah:


• Kakawin Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa
• Kresnayana karya Mpu Triguna
• Samanasantaka karyaMpu Managuna
• Smaradahana karya Mpu Darmaja
• Hariwangsa oleh Mpu Panuluh
• Gathotkaca Sraya karya Mpu Panuluh
• Bharatayuda karyaMpu Panuluh dan Mpu Sedah
• Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka karya Mpu Tanakung.

5. Kerajaan Singosari
Kerajaan bercorak Hindu berikutnya adalah Kerajaan Singasari. Kerajaan ini didirikan
oleh Ken Arok. Pada mulanya, Ken arok adalah Akuwu Tumapel, ia membantu para
brahmana Kediri melawan Raja Kertajaya. Setelah menang perang, Kerajaan Kediri dan
Tumapel akhirnya bergabung. Maka muncul kerajaan baru, Kerajaan Singasari. Raja yang
memerintahantara lain:
1) Ken Arok (1222–1227)
Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat dirinya terkenal dan harum. Raja pertama
Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Ia diberi gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok membuat sebuah dinasti baru bernamaGirindrawangsa. Ken Arok menganggap
bahwa dirinya adalah keturunan Dewa Syiwa.
Sebagai raja, masa lalu Ken Arok sangatlah buruk. Ia membunuh Mpu Gandring dan Tunggul
Ametung. Bahkan, ia juga memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Pada masa itu,
Ken Dedes sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung. Janin tersebut setelah lahir
bernama Anusapati.
Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes memiliki tiga anak. Ada Mahisa Wong Ateleng,
Panji Saprang, Panji Agnibaya, dan Dewi Rimbu. Perkawinan Ken Arok dengan Ken Umang
memiliki empat anak. Masing-masing bernama Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji
Wrengola, dan Dewi Rambi.
Perlakuan Ken Arok terhadap Anusapati berbeda dengan anak yang lain. Anusapati menjadi
curiga. Anusapati bertanya kepada orang di sekitarnya. Anusapati mengetahui bahwa Ken
Arok yang membunuh ayah kandungnya. Lalu Anusapati membunuh Ken Arok dengan
menggunakan keris Mpu Gandring. Dengan tewasnya Ken Arok, berakhirlah kekuasaannya
di Singsari.

2) Anusapati (1227–1248)
Anusapati akhirnya menjadi raja Singasari menggantikan Ken Arok, namun tidak berhasil
membuat kemajuan Kerajaan Singasari. Anusapati mempunyai kegemaran mengadu ayam. Ia
tidak punya banyak waktu untuk memikirkan nasib rakyatnya. Anusapati juga dibunuh
dengan keris Mpu Gandring. Anusapati dibunuh oleh Tohjaya yang dendam atas terbunuhnya
Ken Arok.

3) Tohjaya (1248 M)
Tohjaya naik tahta kerajaan dan hanya bertahan satu tahun, ini diakibatkan serangan dari
Ranggawuni (anak dari Anusapati) yang dibantu Mahisa Cempaka.
4) Ranggawuni (1248–1268)
Ranggawuni naik tahta mengganti Tohjaya. Ia bergelar Sri jaya Wisnuwardhana. Dalam
memerintah, Ranggawuni didampingi oleh Mahisa Cempaka (anak dari Mahisa Wong
Ateleng). Sepeninggal Ranggawuni, kekuasaan digantikan oleh puteranya yang bernama
Kertanegara.

5) Kertanegara (1268–1292)
Kertanegara menduduki tahta kerajaan dengan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.
Pada masa pemerintahannya, Singasari mencapai puncak keemasan. Kertanegara seorang raja
arif dan bijaksana. Kertanegarabercita-cita mempersatukan seluruh Nusantara dan
menjadikan Singasari sebagai sebuah kerajaan besar. Cita-cita Kertanegara tersebut
dikenal Cakrawala Mandala.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Kertanegara melakukan usahausaha sebagai berikut.
1. Mengganti sejumlah pejabat pemerintahan yang kurang mendukung cita-cita
besarnya.
2. Mempembarui sistem pemerintahan. Ia membentuk penasihat raja yang terdiri atas
Rakyan I Hino, Rakyan I Sirikan, dan Rakyan I Halu. Ia juga membentuk pejabat
tinggi yang terdiri Rakyan Mahapatih, Rakyan Demang, dan Rakyan Kanjuruhan.
3. Menaklukkan beberapa wilayah, antara lain Bali, Sunda, Pahang, Kalimantan Barat,
dan Maluku, serta melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sriwijaya.
4. Mempererat hubungan dengan luar negeri, misalnya dengan negara Campa.

Semasa Kertanegara berkuasa, kekaisaran Cina giat memperluas wilayah kekuasaan.


Singasari termasuk wilayah yang ingin ditaklukkan. Kaisar Kubilai Khan mengirim seorang
utusan kepada Kertanegara. Tujuannya agar Singasari mau mengakui kekuasaan Kubilai
Khan. Kertanegara dengan tegas menolak permintaan itu. Akibatnya, Kubilai Khan sangat
marah dan mendatangkan pasukan dari Cina. T1292 M, pasukan Singasari dikerahkan
menghadapi kekuatan bangsa Cina. Secara bersamaan, datang serangan dari Kediri dipimpin
oleh Jayakatwang. Kertanegara membagi pasukannya. Pasukan dipimpin oleh menantunya,
yaitu Raden Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang). Namun, pasukan Ardaraja justru
berbalik membantu Jayakatwang (ayahnya) dan menyerang Singasari, dan Singasari
mengalami kekalahan. Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara. Kertanegara dikubur di
Candi Singasari. Lalu, bagaimana nasib
RRaden Wijaya bersama pengikutnya, yaitu Ranggalawe, Sora, dan Nambi menyelamatkan
diri ke Madura. Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan bangsa Cina dalam menyerang
Jayakatwang. Raden Wijaya menghasut para pasukan Cina. Ia mengatakan bahwa
Jayakatwang adalah Kertanegara yang mereka cari. Pasukan Cina menyerang Jayakatwang.
Terbunuhnya Jayakatwang mengakhiri riwayat Kerajaan Singasari.
Kerajaan Budha di Indonesia

Agama budha merupakan salah satu agama yang berasal dari India, masuknya agama Budha
ke Indonesia hampir bersamaan waktunya dengan agama Hindu. Agama Budha mendahului
terlebih dahulu dari pada agama Hindu, namun persebarannya lebih agama Hindu, hal ini
terlihat dari banyaknya keberadaan kerajaan Hindu di Indonesia daripada agam Budha di
Indonesia . berikut beberapa kerajaan Budha di Indonesia:

 Kerajaan Budha Kalinga


Kerajaan Budha Kalinga dibangun pada abad 6 M tepatnya di Jawa Tengah, Kerajaan
Budha Kalinga dipimpin seorang ratu yang dikenal dengan Ratu Shima. Kerajaan Budha
Kalinga meninggalkan beberapa prasasti seperti prasasti Tuk Mas yang pada saat itu
didapatkan dari lereng Gunung Merbabu di desa Dakawu, Jawa Tengah.

 Kerajaan Budha Sriwijaya


Kerajaan Budha Sriwijaya dibangun pada abad 7 M oleh seorang raja bernama Pertaman
Sri Jayanegara. Kerajaan Budha Sriwijaya berpusat di daerah Palembang, SumSel. Pada
saat pemerintahan Raja Balaputradewa Kerajaan Budha Sriwijaya mengalami masa
keemasan. Raja Balaputradewa sendiri merupakan putra mahkota Sumaratunggayang
berasal dari Jawa. Pada saat pemerintahan Raja Balaputradewa, Kerajaan Budha
Sriwijaya mengusai seluruh daerah Sumatra, Kalbar, Semenanjung Melayu serta Jawa
Barat. Maka dari itu Kerajaan Budha Sriwijaya mendapat sebutan Kerajaan Nusantara.
Kerajaan Budha Sriwijayameninggalkan beberapa sejarah, diantaranya: dua candi yang
terdiri dari Candi Muara Takus dan Candi Biara Bakal, beberapa Prasasti diantaranya:
Prasati Kedukan Bukit, Prasati Telaga Batu, Prasasti Karang

 Kerajaan Budha Mataram


Kerajaan Budha Mataram merupakan kerjaaan yang pada awalnya adalah kerajaan Hindu,
namun saat kerajaaan ini jatuh ketangan Dinasti Syailendra, kerajaan Mataram menjadi
Kerajaan Budha Mataram. Kerajaan Budha Mataram meninggalkan beberapa sejarah,
diantaranya: beberapa candi yang terdiri dari: Candi Kalasan di Jawa Tengah, Candi
Sewu di Jawa Tengah, Candi Borobudur di Jawa tengah, Candi Plaosan di Jawa Tengah
serta Candi Mendut di Jawa Tengah. Dan peninggalan sejarah berupa beberapa Prasasti,
Prasasti-Prasasti tersebuat antara lain:
 Prasasti Kalasan dibuat pada abad 778 Masehi, prasasti ini berisi tentang kisah
seoarang raja berasal dari Dinasti Sanjaya yang berhasil membuat Raja Rakai
Panaangkaran untuk membangun sebuah tempat suci untuk Dewi Tara serta
membangun wihara yang diperuntukkan untuk para biksu yang berada di Kalasan.
 Prasasti Ratu Boko yang dibuat pada abad 856 Masehi, prasasti ini berisi tentang
kekalahan Raja Balaputradewa pada perang yang melawan kakak iparnya sendiri
yaitu Raja Rakai Pikatan.
 Prasasti Sojomerto, prasasti ini berisi tentang hikayat yang menceritakan seseorang
bernama Raja Syailendra, yang menganut agama Budha.
 Prasasti Sangkhara, prasasti ini berisi tentang Raja Hakai Panangkaran yang awalnya
beragama Hindu dan berpindah keyakinan pada Buddha.
 Prasasti Kluraj dibuat pada abad 782 Masehi, prasasti ini berisi tentang pembuatan
arca yang diberi nama arca Manjusri, arca ini merupakan perwujudan dari Buddha
Wisnu, dan Sanggha yang menyerupai dengan Trimurti yaitu, dewa Brahmana, dewa
Wisnu serta dewa Siwa.
KLIPING
KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH
NAMA : GUSTIFAT BACHTI
KELAS : VII.E.

SMP NEGERI 8 METRO


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai