Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SKI

BIOGRAFI WALI SONGO

Disusun Oleh :
NAMA : DEDE ANDIKA PRATAMA
KLS : IX–3
NO ABS : 07

MTS NEGERI 2 SUMBAWA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BIOGRAFI WALI SONGO

1. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Raden Rahmat atau lebih dikenal dengan Sunan Ampel Merupakan putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim
(Sunan Gresik) dengan Dewi Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan salah satu putri dari Raja
Champa yang masih memiliki termasuk dalam keturunan Dinasti Ming yang terakhir.
Beliau lahir pada tahun 1401 masehi dan wafat pada tahun 1478 masehi. Kemudian pada tahun 1443 beliau
mulai hijrah ke Pulau Jawa. Dalam menyebarkan ajaran Islam , Sunan Ampel melakukan dakwah di daerah
Ampel Denta, Surabaya.
Setelah berhijrah beliau lalu menikah dengan putri Adipati Tuban yang bernama Nyai Ageng Manila. Dari
hasil pernikahan tersebut lahirlah 4 anak yang diberi nama Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang), Syaifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah yang nantinya akan menjadi istri dari
Sunan Kudus.
Di daerah tersebut, Raden Rahmat memberikan fasilitas kepada masyarakat sekitar untuk belajar ilmu agama
Islam dan berkonsultasi dengan mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat terkenal salah
satunya adalah falsafah “Moh Limo“. Kata moh limo berasal dari bahasa jawa yaitu kata moh yang memiliki
arti menolak, sedangkan kata limo berarti lima.
Jadi maksud dari falsafah moh limo tersebut adalah menolak lima hal perkara yang dilarang dalam Islam. Isi
dari falsafah adalah:
 Moh Main (tidak berjudi)
 Moh Maling (tidak mencuri)
 Moh Nogmbe (tinak minum minuman keras atau khamr )
 Moh Madat (tidak menghisap narkoba)
 Moh Madon (tidak main perempuan atau berzina)
Dalam jasanya dalam berdakwah menyebarkan ajaran Islam, salah satu peninggalannya adalah Masjid
Ampel di Ampel Denta.
2. Sunan Gersik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana Malik Ibrahim adalah nama asli dari Sunan Gresik. Beliau merupakan orang pertama yang
menyebarkan ajaran agama Islam pertama kali di tanah Jawa. Selain itu beliau juga seorang Habib, yaitu
silsilah ke 22 dari keturunan Nabi Muhammad SAW.
Sunan Gresik juga baru memulai dakwahnya pada akhir Kerajaan Majapahit. Dalam memulai dakwahnya
beliau merangkul rakyat biasa yang menjadi korban dari perang saudara pada Kerajaan Majapahit.
Pendekatan yang beliau lakukan kepada rakyat dengan melalui cocok tanam dan jalur perdagangan
Sehingga masyarakat tersebut lebih terbantu dalam hal ekonomi dan perlahan mempelajari Islam atas
bimbingan beliau. Seiring dengan berjalannya waktu, orang yang belajar Islam pun semakin banyak dan
akhirnya Sunan Gresik mendirikan sebuah Pondok Pesantren di daerah Leran. Dari pondok tulah beliau
mengajarkan berbagai ilmu hingga akhir hayatnya.
Beliau meninggal pada tahun 1941 dan kemudian dimakamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik. Selama
berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadi sumber perpecahan dalam
masyarakat. Peninggalan sejarah dari Sunan Gresik berupa Masjid Maulana Malik Ibrahim di daerah Leran,
Gresik.

3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

Maulana Makdum Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel.
Sunan Bonang pernah menimba ilmu agama Islam di daerah Pasai, Malaka. Di sana beliau menimba ilmu
kepada Sunan Giri terutama dalam metode dakwah penyebaran Islam agar dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.
Setelah selesai menimba ilmu dari Sunan Gresik, kemudian beliau pulang kembali ke kota Tuban (kota
kelahiran ibunya) lalu mendirikan sebuah Pondok Pesantren. Karena kebanyakan masyarakat Tuban senang
dengan musik, kemudian dalam dakwahnya beliau menggunakan alat musik yaitu gamelan.
Beliau melakukan dakwahnya disela-sela pertunjukan musik tersebut berlangsung. Sehingga ada beberapa
peninggalan bersejarah dari beliau dalam alat musik tradisional yaitu berupa bonang, kenong dan bende.

4. Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)

Beliau adalah salah satu saudara seibu dari Sunan Bonang. Dari beberapa kisah beliau juga dikenal dengan
nama Raden Syaifudin. Setelah Ayahnya wafat beliau juga pernah menimba ilmu agama kepada Sunan
Muria. Setelah selesai kemudian beliau kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk
menyebarkan ajaran Islam.
Seiring dengan berjalannya waktu, sudah banyak sekali murid dari Sunan Drajat. Hingga akhirnya beliau
mendirikan sebuah pondok pesantren di daerah Daleman di Desa Drajat Paciran Lamongan.Dalam
dakwahnya beliau melalui suluk seperti yang pernah diajarkan oleh gurunya yaitu Sunan Muria.
Suluk Petuah adalah salah satu suluk yang beliau sampaikan kepada murid-muridnya. Dalam suluk tersebut
berisi beberapa pesan beliau yang harus ditanamkan dalam diri untuk saling menolong sesama manusia.
Salah satu kutipan dari suluk tersebut adalah:
1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksudnya adalah berilah tongkat kepada orang yang
buta.
2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” yaitu berilah makanan kepada orang yang lapar.
3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksudnya berilah pakaian kepada orang yang
telanjang.
4. “Wenehono ngiyup marang wong kang kudanan” artinya berilah tempat kepada orang yang
kehujanan.
Dan masih banyak lagi suluk lain yang dikenal sebagai peninggalan Raden Syaifudin. Hingga sekarang ini
suluk tersebut dipelajari di pondok-pondok Jawa kuno.
5. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Sunan Kalijaga adalah salah satu diantara walisongo yang terkenal sekali di tanah Jawa. Beliau adalah salah
satu putra dari seorang bupati Tuban pada waktu itu yaitu Arya Wilatika. Ayah dari Sunan Kalijaga sendiri
adalah seorang pemimpin pemberontakan Ronggolawe pada zaman Kerajaan Majapahit.
Ketika muda Raden Syahid telah mewarisi dari semangat ayahnya, beliau pernah memprotes keras terhadap
penarikan pajak yang tidak memiliki rasa kemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit. Kemudian
dibuatlah susunan rencana perampokan kepada seluruh anggota pejabat pajak dan kemudian untuk dibagikan
keseluruh rakyat miskin.
Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti ketika Raden Syahid bertemu dengan seseorang yang
kemudian menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Saat bertemu dengan Sunan Bonang, beliau diberi nasehat
agar berhenti dari tindakannya tersebut, karena untuk melakukan suatu kebaikan tidak harus ditempuh
dengan sesuatu yang buruk.
Dan akhirnya Raden Syahid pun berhenti dari tindakan perampokannya serta kemudian beliau berguru
kepada Sunan Bonang untuk mempelajari ilmu agama. Dari sang gurulah Sunan Kalijaga mendapatkan ide
untuk melakukan dakwah dengan cara yang berbeda yaitu memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dalam pertunjukan tersebut beliau menyisipkan sedikit demi sedikit tentang ajaran Islam. Dan dengan
metode dakwah tersebut akhirnya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Selain berdakwah dengan
wayang dan gamelan, beliau juga menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dalam berbagai kebudayaan lainnya.
Dalam peninggalan dari Sunan Kalijaga ada beberapa kesenian yang telah menjadi seni khas yaitu wayang,
gamelan, ukir dan juga ada beberapa lagu jawa yang terkenal yaitu tembang lir ilir.

6. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)


Sunan Kudus atau dikenal dengan nama Ja’far Shadiq adalah salah satu cucu dari Sunan Ampel. Selain itu
Sunan Kudus juga salah satu keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Dari beberapa sumber, Sunan
Kudus pernah menuntut ilmu di Yerusalem Palestina yang langsung kepada ulama-ulama dari Arab.
Setelah lama menuntut ilmu di sana, kemudian Sunan Kudus pulang ke Jawa lalu mendirikan sebuah pondok
pesantren di daerah Kudus. Untuk mempermudah dalam berdakwah, beliau menyebarkan ajaran Islam
dikalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa dengan menyanggupi menjadi
seorang pemimpin di sana.
Dalam menyebarkan ajaran Islam beliau juga menggunakan metode yang hampir sama dengan Sunan
Kalijaga yaitu melakukan pendekatan terhadap kebudayaan daerah setempat. Dengan keluasan ilmunya,
sampai-sampai para wali memberi gelar kepada Sunan Kudus sebagai Wali Al’ilmi yang berarti orang yang
mempunyai ilmu yang luas.
Selama Sunan Kudus berdakwah ada beberapa peninggalan yang sampai sekarang masih ada yaitu Masjid
Menara Kudus, tempat tersebut memiliki sebuah menara dengan bercorak khas Hindu. Selain menara, beliau
juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.

7. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria adalah salah satu putra dari Sunan Kalijaga dengan istrinya yang bernama Saroh. Selain itu
Sunan Muria juga merupakan keponakan dari Sunan Giri, karena Saroh merupakan adik dari Sunan Giri.
Dalam dakwahnya mengajarkan ajaran Islam, beliau menggunakan metode yang sama dengan ayahnya.
Beliau menyampaikan ajaran Islam dengan melalui kebudayaan dan kesenian jawa. Akan tetapi Sunan
Muria lebih memilih tempat terpencil di pesisir pantai sebagai tempatnya berdakwah. Tempat yang ia pilih
adalah Gunung Muria yang berada di daerah Jawa Tengah.
Dari tempatnya berdakwah telah menyebar ajarannya hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara.
Dimana setiap tempat yang ia datangi hanyalah pedesaan, pesisir pantai dan pegunungan.
Agar dalam berdakwah menarik banyak orang, beliau menggunakan sebuah tembang jawa. Tembang jawa
yang beliau gunakan salah satunya adalah tembang Sinom dan Kinanti. Dalam peninggalannya selama
berdakwah ada sebuah Masjid Muria yang berada di daerah pusat tempat beliau berdakwah.
8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Menurut sejarah Sunan Gunung Jati merupakan salah satu putra dari kerajaan Pajajaran yang bernama
Pangeran Walangsungsang dan adiknya yang bernama Raja Santang. Beliau merupakan salah satu dari
Walisongo yang berdakwah di daerah Jawa Barat. Dalam dakwahnya beliau memilih untuk menyebarkan
ajaran Islam di daerah Cirebon.
Sebelum beliau berdakwah di tanah Jawa, sebenarnya sudah ada seorang ulama yang berasal dari Baghdad
untuk berdakwah di daerah Cirebon. Ulama tersebut bernama Syekh Kahfi dengan membawa dua puluh
muridnya berdakwah di tanah Jawa.
Selain itu Sunan Gunung Jati juga pernah dinobatkan sebagai Raja Cirebon ke 2 pada tahun 1479 dengan
gelar Maulana Jati. Selain di Cirebon beliau juga berdakwah sampai ke Banten. Peninggalan sejarah Sunan
Gunung Jati salah satunya adalah Masjid Agung Banten.

9. Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)

Nama Walisongo yang terakhir adalah Sunan Giri atau biasa dikenal dengan Raden Paku. Beliau adalah
putra dari Syekh Maulana Ishaq, seorang ulama dari Gujarat yang pernah menetap di Pasai atau Aceh.
Sementara ibunya bernama Dewi Sekardadu yang menjadi putri Raja Hindu Blambangan Jawa Timur.
Awal mula Sunan Giri menyebarkan ajaran Islam sejak beliau bertemu dengan Sunan Ampel yang asih
menjadi sepupunya. Setelah itu kemudian beliau disarankan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di
daerah Blambangan, sebelah selatan Banyuwangi Jawa Timur. Saat itu masyarakat Blambangan sedang
tertimpa sebuah penyakit. Hingga putri Raja Blambangan pun juga terkena penyakit tersebut. Akhirnya
Sunan Giri pun dapat menyembuhkan putri tersebut juga para masyarakat Blambangan.
Dalam peninggalannya Sunan Giri juga menciptakan beberapa tembang jawa yang terkenal oleh masyarakat
jawa, yaitu tembang Asmaradana dan Pucung. Selain itu beliau juga menciptakan beberapa lagu anak-anak
dalam bahasa jawa, diantaranya Jamuran, Cublak-cublak suweng, Jithungan dan Delikan yang sekarang
masih ada dikalangan anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai