Anda di halaman 1dari 15

KESULTANAN CIREBON

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad
ke-15 dan 16 masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan
pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara
Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” antara
kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan
Cirebon yang tidak didominasi kabudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan


negara Islam kesultanan Cirebon. Letak dalem agung pakungwati sekarang menjadi keratin
kasepuhan Cirebon.

A. AWAL MULA BERDIRINYA KESULTANAN CIREBON


Pada tahun 1302, Cirebon mempunyai 3 daerah otonom di bawah kekuasaan
kerajaaan Pajajaran yang masing-masing dikuasai oleh Mangkubumi. 3 daerah otonom
itu adalah Singapura atau Mertasinga yang dikepalai oleh Mangkubumi Singapura.
Daerah persambangan yang dikepalai oleh Ki Ageng Jumajan Jati. Dan daerah Japura
yang dikepalai oleh Ki Ageng Japura. Ketiga daerah otonom tersebut masing-masing
mengirimkan upeti setiap tahunnya kepada kerajaan Pajajaran. Semula Cirebon
termasuk dalam daerah kekuasaan Kerajaan pajajaran, namun sudah diberitakan masuk
ke dalam daerah Jawa di bawah kekuasaan Kerajaan Demak.
Saat itu Cirebon dikuasai oleh Lebe Usa Syarif Hidayatullah atau yang sering
dikenal dengan Sunan Gunung Jati telah datang di Cirebon pada tahun 1470. Syarif
Hidayatullah datang untuk mengajarkan agama Islam. Ia mengajarkan agama Islam di
Gunung Sembung. Syarif Hidyatullah adalah putra dari wanita asal Galuh, Caruban.
Wanita tersebut adalah Nyai Rara Santang yaitu adik dari Pangeran Cakrabuana
pemimpin Cirebon.
Syarif Hidayatullah mengajarkan agama Islam ditemani dengan uaknya Haji
Abdullah Iman dan pangeran Cakrabumi atau pangeran Cakrabuana. Haji Abdullah Iman
dan pangeran Cakrabuana sudah lebih dahulu berada atau tinggal di Cirebon. Syarif
Hidayatullah menikah dengan Pakungwati. Pakungwati adalah putri dari Pangeran
Walangsungsang yang merupakan penguasa Cirebon. Syarif Hidayatullah menggantikan
mertuanya sebagai penguasa Cirebon pada tahun 1479. Setelah menikah dan menjadi
penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah membangun dan mendirikan sebuah kraton.
Kraton itu diberi nama Kraton Pakungwati. Kraton Pakungwati terletak di sebelah timur
kraton Sultan Kasepuluhan sekarang ini.
Syarif hidayatullah terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Ia menjadi salah
seorang Wali Sanga. Syarif Hidyatullah mendapat julukan Pandita Ratu sejak ia berfungsi
sebagai penyebar agama Islam di tanah Sunda dan sebagai kepala pemerintahan. Bon
Semenjak Sarif Hidayatullah menjadi penguasa di Cirebon, Cirebon menghentikan upeti
ke pusat kerajaan Pajajaran di pangkuan. Sejak saat itulah Cirebon menjadi kerajaan
yang dikepalai oleh Syarif Hidayatullah.
Kerajaan Cirebon merupakan bagian dari administratif Jawa Barat. Cirebon
sendiri mempunyai arti seperti di daerah-daerah lainnya. Cirebon berasal dari bahasa
Sunda “ci” yang berati air, sedangkan “rebon” berarti udang. Cirebon mempunyai arti
sungai udang atau kota udang. Cirebon didirikan pada 1 Sura 1445 M, oleh Pangeran
Cakrabuana.

B. MASA KEJAYAAN KESULTANAN CIREBON


Cirebon menjadi salah satu kota dagang dan pelabuhan ekspor impor di pesisir
utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara
maupun dengan bagian dunia lainnya. Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan
ketika dipimpin oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah
merupakan putra wanita asal Galuh-Caruban yaitu Nyai Rara Santang adik dari Pangeran
Cakrabuana pemimpin Caruban yang menikah dengan Maulana Sultan Muhammad.
Ketika Syarif Hidayatullah berusia duapuluh tahun, ia pergi ke Makkah berguru kepada
Syeh Tajamuddin Al Ubri, di sini ia tinggal selama dua tahun, setelah tamat dari Syeh
Tajamuddin kemudian Syarif Hidayatullah meneruskan pelajaran kepada Syeh Ataillah
Syazalli, masih di Mekkah juga selama dua tahun.
Ketika Cirebon mengalami kejayaan pada masa Syarif Hidayatullah, sudah tidak
diragukan lagi, karena pengalaman ilmu yang didapat sangat luar biasa. Itu dapat kita
lihat dari beliau mempunyai dua guru besar yang ada di Mekkah. Syarif Hidayatullah
juga pernah belajar Tasawuf di Bagdad. Beliau di Bagdad belajar Tasawuf selama dua
tahun. Kemudian beliau kembali ke negerinya yaitu Oqnah Yutra. Kemudian beliau
memutuskan untuk pergi ke Jawa karena beliau ingin menjadi mubaligh di Jawa. Dalam
perjalanannya ke pulau Jawa, Syarif Hidayatullah sempat singgah di Gujarat. Setelah dari
Gujarat, Syarif Hidayatullah singgah dan tinggal pula di Samudera Pasai, sebuah tempat
di Aceh yang pada masa itu sudah merupakan Kerajaan Islam yang cukup besar karena
sudah berdiri sejak 1296.
Kemudian Syarif Hidayatullah melanjutkan perjalanannya ke Banten, lalu ke
Ampel. Setelah dari Ampel kemudian beliau menuju Cirebon untuk menyiarkan agama
Islam atas perintah dari para wali. Di sisi lain, Syarif Hidayatullah merupakan keponakan
dari Pangeran Cakrabuana pemimpin Caruban. Mendirikan pesantren di Cirebon
merupakan hal yang mudah bagi Syarif Hidayatullah. Diperkirakan pada waktu itu, ada
beberapa orang dari Banten yang sengaja datang ke Pasambangan menemui Syeh
Jati(yang sudah dikenal di Banten karena pernah tinggal di Banten beberapa waktu
lamanya setibanya dari Samudera Pasai), dan mengajukan permohonan kepada Syeh
Jati untuk memberikan pelajaran agama Islam di Banten.
Ketika berada di Banten, Syeh Jati atau Syarif Hidayatullah diminta untuk segera
kembali ke Cirebon oleh Pangeran Cakrabuana. Karena kehadiran dan tenaganya yang
sangat dibutuhkan di Cirebon. Ternyata Pangeran Cakrabuana sudah lama mempunyai
rencana dan ingin segera merealisasikan rencananya itu untuk menobatkan Syarif
Hidayatullah sebagai penguasa nagari Caruban menggantikan dirinya. Penobatan Syarif
Hidayatullah menjadi Tumenggung di Cirebon merupakan era baru bagi Cirebon.
Beliaulah yang mengganti nama Cirebon yang dulunya adalah Caruban, dan diganti
dengan Cerbon dan terus berkembang menjadi Cirebon.
Masa kejayaan kerajaan Cirebon diawali dari perkembangan Islam. Pada masa
Syarif Hidayatullah Islam berkembang dengan pesat. Memang tujuan utama Syarif
Hidayatullah ke pulau Jawa adalah menjadi mubaligh untuk menyiarkan Islam. Gaya
komunikasi yang digunakan Syarif Hidayatullah dapat membius pribumi Cirebon untuk
masuk Islam. Silsilah dari Syarif Hidayatullah juga dapat dengan mudah menjadi
keyakinan pribumi beliau, yaitu cucu dari Prabu Siliwangi. Kejayaan kerajaan Cirebon
tidak lepas dari campur tangan Pangeran Cakrabuana. Menurut perkiraan beberapa
waktu sebelum penobatan, Syarif Hidayatullah dengan Pangeran Cakrabuana telah
membicarakan tentang berbagai konsep pembangunan negara serta beberapa rencana
operasional.
Pada masa itu, terjadi penyebaran Islam ke Banten(sekitar 1525-1526) dengan
penempatan putra Syarif Hidayatullah, yaitu Maulana Hasanuddin, setelah menurunkan
pemerintahan Pucuk Unum, penguasa kadipaten dari kerajaan Sunda Pajajaran yang
berkedudukan di Banten Girang. Setelah Islam, pusat pemerintahan Maulana
Hasanuddin terletak di Surowan dekat muara Cibanten.
Sudah jelas bahwa Syarif Hidayatullah memperluas wilayah dengan penyerangan
daerah-daerah kecil untuk menyebarkan Islam. Ini penting dilakukan supaya Islam dapat
tersebar dengan cepat. Upaya ini juga dilakukan untuk mendapatkan pengaruh yang
kuat dari wilayah-wilayah lain di Jawa bagian barat. Pada suatu ketika Syarif
Hidayatullah pergi ke Demak untuk membantu membangun masjid yang sekarang
dikenal dengan Saka Guru. Ketika merujuk dari sumbangsih Syarif Hidayatullah dalam
pembangunan masjid Demak, ini merupakan salah satu strategi Syarif Hidayatullah
dalam melakukan hubungan abatar kerajaan. Karena pada waktu itu di Demak juga
berdiri kerajaan yang besar di bawah pimpinan Raden Patah. Hubungan ini dilakukan
supaya eksistensi dari Cirebon dapat terjaga.
Ketika berada di Demak dan para wali berkumpul, mungkin Syarif Hidayatullah
menyempatkan untuk membahas masalah-masalah kerajaan-kerajaan yang masih
belum terdapat agama Islam. Setibanya di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengadakan
rapat yang menghasilkan kebijakan politik, sikap politik kerajaan Cirebon terhadap
kerajaan Pajajaran yaitu tidak bersedia lagi mengirim upeti(bulubhekti) kepada
Pajajaran yang disalurkan melalui Adipati Galuh. Tindakan ini awalnya mendapatkan
respon keras dari Prabu Siliwangi, akan tetapi kemudian Prabu Siliwangi seakan-akan
membiarkan keputusan yang diambil oleh Syarif Hidayatullah. Karena Prabu Siliwangi
menghindari perang saudara. Mungkin juga dikarenakan hubungan antara Cirebon
dengan Demak yang semakin erat. Sehingga Prabu Siliwangi tidak dapat mengambil
sikap keras. Sejak Syarif Hidayatullah menjabat, Bandar Cirebon makin ramai baik untuk
berhubungan laut antar Persia-Mesir dan Arab, Cina, Campa dan lain-lain.
Kepemimpinan Syarif Hidayatullah yang juga seorang wali berhasil mempercepat
perkembangan Cirebon sebagai syiar Islam dan juga perdagangan. Sunan Gunung Jati
atau Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568 dan dimakamkan di Bukit Sembung yang
juga dikenal dengan makam Gunung Jati. Kemudian digantikan oleh Panembahan Ratu
putra Pangeran Suwarga.

C. PENYEBAB KERUNTUHAN KESULTANAN CIREBON


Kesultanan Cirebon terbagi menjadi 3 kesultanan yaitu, Keraton Kasepuhan
dipegang oleh Sultan Sepuh, Keraton Kanoman dipegang oleh Sultan Anom, dan keratin
Karicebonan dipegang oleh Panembahan Karicebonan. Mereka hanya mengurusi
kerajaan masing-masing. Mengakibatkan kerajaan Cirebon perlahan-lahan mulai hancur.
Setelah Sultan Panembahan Gerilya wafat pada tahun 1702, terjadi perebutan
kekuasaan di antara kedua putranya, yaitu antara Pangeran Marta Wijaya dan Pangeran
Wangsakerta. Di samping itu adanya campur tangan VOC yang mengadu domba mereka
membuat persaudaraan mereka menjadi permusuhan.
D. SILSILAH KESULTANAN CIREBON
 SILSILAH PARA SULTAN KANOMAN
1. Sunan Gunung Jati Syech Hidayahtullah
2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
3. Panembahan Sedang Kemuning
4. Panembahan Ratu Cirebon
5. Panembahan Mande Gayem
6. Panembahan Girilaya
 Para Sultan :
1. Sultan Kanoman I (Sultan Badridin)
2. Sultan Kanoman II ( Sultan Muhamamad Chadirudin)
3. Sultan Kanoman III (Sultan Muhamamad Alimudin)
4. Sultan Kanoman IV (Sultan Muhamamad Chadirudin)
5. Sultan Kanoman V (Sultan Muhamamad Imammudin)
6. Sultan Kanoman VI (Sultan Muhamamad Kamaroedin I)
7. Sultan Kanoman VII (Sultan Muhamamad Kamaroedin )
8. Sultan Kanoman VIII (Sultan Muhamamad Dulkarnaen)
9. Sultan Kanoman IX (Sultan Muhamamad Nurbuat)
10. Sultan Kanoman X (Sultan Muhamamad Nurus)
11. Sultan Kanoman XI (Sultan Muhamamad Jalalludin)

 SILSILAH SULTAN KASEPUHAN CIREBON


1. Pangeran Pasarean
2. Pangeran Dipati Carbon
3. Panembahan Ratu
4. Pangeran Dipati Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Raja Syamsudin
7. Sultan Raja Tajularipin Jamaludin
8. Sultan Sepuh Raja Jaenudin
9. Sultan Sepuh Raja Suna Moh Jaenudin
10. Sultan Sepuh Safidin Matangaji
11. Sultan Sepuh Hasanudin
12. Sultan Sepuh I
13. Sultan Sepuh Raja Samsudin I
14. Sultan Sepuh Raja Samsudin II
15. Sultan Sepuh Raja Ningrat
16. Sultan Sepuh Jamaludin Aluda
17. Sultan Sepuh Raja Rajaningrat
18. Sultan Pangeran Raja Adipati H. Maulana Pakuningrat, SH
19. Sultan Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat

 SILSILAH SULTAN KERATON KECERIBONAN


1. Pangeran Pasarean
2. Pangeran Dipati Carbon
3. Panembahan Ratu Pangeran Dipati Anom Carbon
4. Pangeran Dipati Anom Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Moh Badridini Kanoman
7. Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman
8. Sultan Anom Alimudin
9. Sultan Anom Moh Kaerudin
10. Sultan Carbon Kaeribonan
11. Pangeran Raja Madenda
12. Pangeran Raja Denda Wijaya
13. Pangeran Raharja Madenda
14. Pangeran Raja Madenda
15. Pangeran Sidek Arjaningrat
16. Pangeran Harkat Nata Diningrat
17. Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat
18. KGPH Abdulgani Nata Diningrat Dekarangga

 SILSILAH PANEMBAHAN CIREBON


1. Sunan Gunung Jati Syech Hidayatullah
2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
3. Panembahan Sedang Kemuning
4. Panembahan Ratu Cirebon
5. Panembahan Mande Gayem
6. Panembahan Girilaya
7. Pangeran Wangsakerta (Panembahan Cirebon I)
8. Panembahan Cirebon II (Syech Moch. Abdullah)
9. Panembahan Cirebon III (Syech Moch. Abdullah II)
10. Panembahan Syech Kalibata
11. Panembahan Syech Moch. Abdurrohman
12. Panembahan Syech Moch. Yusuf
13. Panembahan Moch. Abdullah
14. Panembahan Jaga Raksa
15. K.H Moch. Syafe’i
16. K.H Moch. Muskawi
17. H. Moch. Parma
18. H. Salimmudin
19. Hj. Siti Ruqoyah
E. PENINGGALAN KESULTANAN CIREBON
1. Peninggalan Kerajaan Cirebon Keraton
Kesultanan Cirebon meninggalkan beberapa keraton yang antara lain keraton
Kasepuhan Cirebon, Keraton Kanomanan, dan Keraton Kacirebonan.
a) Keraton Kasepuhan Cirebon kini terletak di Kec. Lemah Wungkuk, Kotamadya
Cirebon. Ia merupakan pusat pemerintahan dari kesultanan Cirebon pada
masa silam. Di keraton ini akan dapat kita jumpai bangunan-bangunan
dengan gaya arsitekturnya yang unik, kereta Singa Barong, benda-benda
kuno dan naskah kuno.
b) Keraton Kanoman adalah keraton yang didirikan oleh Sultan Anom I pada
tahun 1678. Letaknya berada di 300 meter sebelah utara keraton Kasepuhan.
Keraton ini telah berdiri sejak wafatnya Panembahan Girilaya.

c) Keraton Kacirebonan adalah keraton terkecil yang dimiliki kesultanan


Cirebon. Letaknya berada di 1 km barat daya Keraton Kasepuhan. Di
dalamnya juga terdapat berbagai benda-benda bersejarah peninggalan
kerajaan Cirebon seperti keris, wayang, gamelan, dan perlengkapan perang.
2. Peninggalan Berupa Masjid
Selain mewarisi peninggalan sejarah berupa keraton, Kerajaan Cirebon juga
meninggalkan beberapa bangunan masjid. Adanya bangunan-bangunan masjid kuno
tersebut tentu bisa menjadi bukti bahwa syiar Islam pada masa itu memang telah
berkembang dengan sangat pesat. Adapun beberapa masjid peninggalan kerajaan
Cirebon tersebut antara lain
a) Masjid Sang Cipta Rasa adalah masjid yang dibangun Wali Songo pada
tahun 1498 di kompleks keraton Kasepuhan. Berdasarkan cerita rakyat,
masjid ini didirikan hanya dalam waktu 1 malam saja. Subuh keesokan
harinya masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh tersebut telah
digunakan untuk sholat berjamaah.

b) Masjid Jami Pakuncen berada di Tegal Arum, Kab. Tegal - Jawa Tengah.
Masjid ini didirikan oleh Sunan Amangkurat I sebagai tempat pentin
untuk keperluan syiar Islam di tanah Cirebon pada masa itu.
3. Peninggalan Berupa Makam
Pemakaman muslim kuno yang kini masih terpelihara juga merupakan
peninggalan yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di
Kesultanan Cirebon. Di antara makam tersebut misalnya makam Sunan Gunung Jati
dan makam para penguasa kerajaan lainnya. Kompleks pemakaman peninggalan
Kerajaan Cirebon terletak di Keraton Cirebon, 6 km dari pusat Kota Cirebon, Jawa
Barat. Di hari Jumat, kompleks pemakaman ini sangat ramai karena banyak orang
dari berbagai daerah datang untuk berziarah dan mengalap berkah. Selain makam
Sunan Gunung Jati, dikompleks ini juga terdapat makam Fatahillah, panglima perang
Batavia. Adapun di dalam kompleks tersebut, ada banyak benda-benda bersejarah
seperti perkakas, piring, dan logam-logam kuno yang berasal dari masa kekuasaan
Dinasti Ming, China.
4. Peninggalan Berupa Benda Pusaka
Kesultanan Cirebon juga meninggalkan beberapa benda pusaka dan yang paling
terkenal adalah pusaka yang berwujud kereta, misalnya kereta Singa barong atau
kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini adalah kereta kuno yang berasal dari tahun 1549
buatan cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Panembahan Losari. Kereta ini
memiliki bentuk yang sangat unik dan penuh filosofi. Pada kereta ini terukir pahatan
belalai gajah, kepala naga, dan buroq. Gajah melambangkan persahabatan Cirebon
dan India, naga melambangkan persahabatan Cirebon dan China, sedangkan buroq
melambangkan persahabatan Cirebon dan Mesir. Perlu diketahui bahwa keunikan
kereta ini juga terletak pada bagian sayapnya yang dapat otomatos mengepak ketika
kereta tengah berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

https://googleweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon&ei=NViFe_z
e&lc=id-ID&s=1&m=36&host=www.google.co.id&ts=1491832067&sig=AJsQQ1CeYdZ9vHW9hr--HB-
UEv8u82hOww

googleweblight.com/?lite_url=http://munsirberbagi.blogspot.com/2012/12/sejarah-berdiri-runtuh-dan-
perkembangan_5020.html?m%3D1&ei=UDRP-q87&lc=id-
ID&s=1&m=36&host=www.google.co.id&ts=1491832067&sig=AJsQQ1DHcrxSaJLUvs8A-
MioOn2qdcEJWg

https://bondeznet.blogspot.co.id/2015/12/kerajaan-islam-cirebon.html?m=1

kisahasalusul.blogspot.com/2015/12/8-peninggalan-kerajaan-cirebon-sejarah.html?m=1
Tugas Kelompok

KESULTANAN CIREBON

KELOMPOK 6

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

NUR HIKMAYANTI (32)

AGHNA AZIMATARRUSYDI (02)

ASMI ASIS (15)

ANDI ALIF LAKIPADADA NORMAN (07)

KELAS : X MIA 1

TUGAS : SEJARAH

SMA NEGERI 3 MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai