Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Osmosis
Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan

yang memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada

pada satu bejana dan dipisahkan oleh lapisan semipermeabel. Kesetimbangan terjadi

akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah

ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi. Saat kesetimbangan

konsentrasi dicapai maka terdapat perbedaan tinggi larutan yang dapat didefinisikan

sebagai tekanan osmosis (Ariyanti dan Widiasa, 2011: 193).

Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk

mencegah terjadinya perpindahan air secara osmosis. Semakin besar perbedaan

konsentrasi di antara dua larutan di kedua sisi membran permeabel selektif, maka

semakin besar tekanan osmotik yang diperlukan untuk menghentikan perpindahan air

secara osmosis. Tekanan osmotik sering juga disebut sebagai tarikan osmotik karena

terlihat seperti menarik air melalui membran (James, dkk., 2006: 29).
Jika sel darah manusia dimasukkan dalam air murni, maka molekul air akan

berdifusi ke dalamnya. Osmosis ini terjadi karena di luar sel (100%) terdapat

konsentrasi air yang lebih tinggi daripada di dalam sel. Air di sekitar sel itu disebut

hipotonik terhadap sitoplasma sel. Dinding sel dari sel darah merah sangat rapuh dan

tidak tahan akan peningkatan tekanan di dalam sel. Akibatnya sel itu pecah. Bila sel

darah merah ditempatkan di dalam air laut, maka air akan keluar dari sel dengan cara

osmosis dan sel mengerut. Hal ini disebabkan karena suatu volume tertentu air laut

mengandung jumlah molekul air yang lebih kecil daripada volume yang sama dari

3
4

sitoplasma sel darah merah. Air laut disebut hipertonik terhadap sitoplasma sel. jika

sel darah merah itu ditempatkan di dalam media dengan konsentrasi air yang sama

dengan sitoplasmanya (plasma darah atau larutan garam 0,9%) sel darah itu tidak

akan dapat tambahan atau kehilangan air dengan cara osmosis sehingga larutan

tersebut bersifat isotonik (Kimball, 1983: 124-125).

B. Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berada dalam konsistensi cair, beredar

dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan

menjalankan fungsi transpor berbagai bahan dan fungsi homeostatis. Penggolongan

darah sebagai suatu jaringan didasarkan atas definisi jaringan, yaitu sekelompok sel

atau beberapa jenis sel yang mempunyai bentuk yang sama dan menjalankan fungsi

tertentu. Sel darah berbeda dengan jaringan lain, sel-sel yang terdapat dalam darah

dan dinamai sebagai sel-sel darah tidaklah terikat satu sama lain membentuk suatu

struktur yang bernama organ, melainkan berada dalam keadaan suspensi dalam suatu

cairan (Sadikin, 2001: 2). Darah tidak hanya mengangkut oksigen dan karbon

dioksida ke dan dari jaringan-jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan

lainnya di seluruh tubuh seperti macam-macam garam (Na+, Cl-, dan HCO3-)

(Kimball, 1983: 514)

Menurut Sadikin (2001: 11), fungsi darah secara umum adalah sebagai

berikut.

1. Alat transport makanan yang diserap dari saluran pencernaan dan diedarkan

ke seluruh tubuh.

2. Alat transpor O2 yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke

seluruh tubuh.
5

3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru-

paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan

ke empedu dan saluran pencernaan sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut

dalam air).

4. Alat transpor antar jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu

jaringan dibuat oleh jaringan lain. Hal ini tampak jelas, misalnya dalam

transpor lipoprotein.

5. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostatis) dalam tubuh termasuk

di dalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh, mengatur keseimbangan

distribusi air dan mempertahankan keseimbangan asam-basa sehingga pH

darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya.

6. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa asing yang umumnya

selalu dianggap punya potensi menimbulkan ancaman.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah ialah sebagai sarana

transport, alat homeostatis dan alat pertahanan. Ketika fungsi tersebut dijalankan

dalam berbagai bentuk dan cara (Sadikin, 2001: 11). Darah terdiri dari sel-sel dan

fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti

air. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang terdiri dari

sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keeping-keping

darah atau trombosit (Kimball, 1983: 515).

Sel-sel darah merah (eritrosit) yang paling banyak jumlahnya diantara ketiga

tipe tersebut. Karena sel ini mengandung senyawa yaitu hemoglobin, maka dengan

sendirinya darah berwarna merah. Sel ini dengan mudah dapat dilihat dengan mudah

dengan bantuan mikroskop pada sediaan hapus darah. Pada sediaan hapus dengan
6

pewarnaan MGG, sel darah merah tampak sebagai sel-sel bulat dengan cirri khas

tidak berinti yang memenutup lapangan pandangan. Bila dilihat dari satu arah, sel

darah merah tampak sebagai lingkaran. Bila dilihat dalam arah yang tegak lurus dari

arah pertama akan tampak bentuk penanpang dwicekung atau bikonkaf dari sel darah

merah (Sadikin, 2001: 12-13).

Sel darah merah memiliki diameter 7,5 µm dan ketebalan tepi 2 µm. Jangka

hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah merah yang telah tua akan ditelan

oleh sel-sel fagositosik yang terdapat dalam hati dan dalam suatu struktur berbentuk

kantung yang disebut limpa. Sebagian besar besi dari hemoglobin didapatkan kembali

untuk digunakan lagi. Sisa molekul hemoglobin dipecah. Beberapa dari hasil

pemecahan ini, pigmen empedu diekskresikan oleh hati ke dalam empedu. Telah

ditaksir bahwa setiap detik tiga juta sel darah meraj mati dan dibersihkan oleh hati

serta limpa (Kimball, 1983: 516).

Sel-sel darah putih umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh

terhadap penyusupan benda asing seperti bakteri yang selalu dipandang mempunyai

kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup individu

(Sadikin, 2001: 43). Sel-sel darah putih (leukosit) jumlahnya jauh lebih kurang dari

pada sel-sel darah merah dan rasio antara kedua tipe tersebut kira-kira 1:700.

Ukurannya berkisar dari limfosit yang tidak jauh lebih besar (10 µm) daripada sel

darah merah, sampai monosit-monosit yang mungkin tiga kali lebih besar (25 µm).

Bentuk sel darah putih sangat bervariasi terutama bila sel-sel ini sedang melalui

kapiler-kapiler (Kimball, 1983: 517).

Trombosit disebut juga platelet atau disebut keping-keping darah adalah

fragmen sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar (megakarsiosit) dalam sumsum
7

tulang. Keping-keping darah berbentuk seperti cakera dan jauh lebih kecil (2 µm) dari

pada sel darah merah. Secara normal, dalam setiap kubik millimeter darah terdapat

antara 150.000-400.000 keping-keping darah (Kimball, 1983: 518).

Umur trombosit setelah terpecah dari sel asalnya dan masuk darah ialah antara

8 sampai 14 hari. Konsentrasi trombosit di dalam darah ialah antara 105 sampai

15.106/mL darah. Perubahan dalam jumlah trombosit umumnya ialah penurunan oelh

karena sering terjadi pada beberapa penyakit dan keadaan patologi tertentu.

Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan

jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka sehingga

tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau

se lasing (Sadikin, 2001: 53).

Cairan di mana sel-sel darah terdapat cairan berwarna kekuning-kuningan

disebut plasma. Komponen terbesar dari plasma darah adalah air. Dalam plasma

darah larut molekul-molekul dan ion-ion yang beraneka ragam. Ini meliputi glukosa

yang bekerja sebagai sumber utama energi untuk sel-sel dan asam amino. Kira-kira

7% plasma terdiri dari molekul-molekul protein. Ini meliputi fibrinogen, suatu

komponen esensial untuk proses pembekuan (Kimball, 1983: 518-519).

C. Larutan

Komposisi elektrolit pada larutan garam seimbang menyerupai komposisi

elektrolit pada cairan ekstraseluler, contohnya adalah larutan ringer laktat (serupa

dengan larutan Hartman). Berdasarkan konsentrasi natriumnya, larutan ini bersifat

hipotonik. Kandungan buffer di dalamnya (contohnya laktat) akan dimetabolisme in

vivo menghasilkan bikarbonat. Larutan ini juga mengandung sejumlah kecil elektrolit

lain seperti kalium, magnesium dan kalsium (Rehatta, dkk., 2019: 365).
8

Sukrosa adalah disakarida yang paling mudah kita kenal yakni gula tebu. Satu

molekul sukrosa terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sukrosa

memiliki rumus umum C12H22O11 dengan massa molekul relatif 342,30 g/mol. sukrosa

diperoleh dari tanaman dan tidak diperoleh dari sumber lain. Sukrosa dalam bentuk

padatan kristal berwarna putih dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sebesar 2000

g/L (25 ºC). Glukosa dan fruktosa terhubung dengan sukrosa melalui ikatan antara

karbon pertama (C1) pada sub unit glukosa dengan karbon kedua (C2) milik fruktosa.

Sukrosa akan meleleh pada suhu 186 ºC (367 ºF) dan membentuk karamel jika

terbakar akan menghasilkan karbon dioksida dan air

(Sumbono, 2019: 31-32).

Aquades atau air kondensat merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari

zat-zat pengotor sehingga bersifat murni. Aquades biasa digunakan sebagai pelarut

dan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor. Aquades diperoleh

dengan cara penyulingan (destilasi) dengan tujuan untuk memperoleh cairan murni

dari cairan yang telah tercemari zat terlarut atau bercampur dengan cairan lain yang

berbeda titik didihnya (Khotimah, dkk., 2017: 34).

Anda mungkin juga menyukai