Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Azmi Hakim (1102012170)

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kapiler Darah


LO 1.1. Definisi Kapiler Darah

Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopis kecil (paling kecil) antara arteriol dan venula;
tempat yang mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke jaringan tubuh. Semua aktivitas
lain dari sistem ini diarahkan untuk distribusi adekuat darah segar ke kapiler untuk pertukaran
semua sel
http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler/

LO 1.2. Struktur Kapiler Darah

a. Dinding kapiler sangat tipis (dengan ketebalan 1m; sebagai perbandingan, garis
tengah rambut manusia adalah 100 m). Kapiler hanya terdiri dari selapis sel endotel
gepeng. Tidak terdapat jaringan ikat atau otot polos.
b. Setiap kapiler sangat sempit (diameter rata-rata 7 m), sehingga sel-sel darah merah
(diameter 8 m) terperas satu-satu ketika melewatinya. Dengan demikian, kandungan
plasma berkontak langsung dengan bagian dalam dinding kapiler atau hanya berdifusi
dalam jarak dekat dirinya.
c. Jumlah = 10 40 miliar
d. Luas total potongan melintang = 6.000 cm2

LO 1.3. Fungsi Kapiler Darah


Setiap saat, hanya 5% dari darah yang beredar berada di dalam kapiler, namun 5%
inilah bagian yang terpenting dari volume darah karena O 2 dan nutrient masuk ke cairan
interstisial dan CO2 dan produk sisa masuk ke aliran darah melalui dinding kapiler sistemik,
pertukaran melewati dinding kapiler ini pernting untuk kehidupan jaringan, menentukan
distribusi cairan ekstrasel antar plasma dan cairan interstrisium.
LO 1.4. Sirkulasi Kapiler Darah
Tekanan kapiler sangat bervariasi, tetapi umumnya nilai tekanan di dasar kuku
manusia adalah 32 mmHg di ujung arteriol dan 15 mmHg di ujung vena. Kapiler berukuran
pendek, tetapi darah bergerak lambat (sekitar 0,07 cm/s) karena besarnya luas penampang
total kapiler. Waktu transit dari ujung arteriolar ke ujung venula pada kapiler yang berukuran
rata-rata adalah 1-2 detik. Darah mengalir lebih lambat di kapiler daripada di bagian sirkulasi
lainnya. Percabangan kapiler yang luas juga merupakan penyebab lambatnya aliran darah
melalui kapiler. Melambatnya darah memberikan waktu yang cukup bagi darah dan jaringan
untuk saling bertukar nutrient dan produk sisa metabolik, yaitu tugas utama sistem sirkulasi
keseluruhan. Pada saat kapiler-kapiler menyatu membentuk vena, luas potongan melintang
total kembali berkurang, dan darah mengalir lebih cepat untuk kembali ke jantung.

LO 1.5. Gangguan Sirkulasi Kapiler Darah


Salah satu gangguan pada sirkulasi darah adalah edema, yaitu pembengkakan
jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal. Edema dapat terjadi karena penimbunan
berlebihan cairan interstisium apabila salah satu gaya fisik yang bekerja pada dinding kapiler
menjadi abnormal. Etiologi edema dapat dikelompokkan menjadi empat kategori umum:
Penurunan konsentrasi plasma
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
Peningkatan tekanan vena
Penyumbatan pembuluh limfe

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Biokimiawi & Fisiologi Kelebihan Cairan Tubuh


LO 2.1. Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju metabolism adalah aktivitas, suhu, lingkungan,
panjang siang hari, musim, usia, jenis kelamin, berat badan, ukuran tubuh, jenis makanan
yang dimetabolisme, dan kehamilan.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2112/B04rbr.pdf?sequence=4

LO 2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kelebihan Cairan Tubuh


1. Tekanan darah kapiler (Pc)
2. Tekanan koloid plasma (p)
3. Tekanan hidrostatik cairan interstisium (PIF)
4. Tekanan osmotik Tekanan osmotik koloid cairan interstisium (IF)
Tekanan osmotic kristaloid
5. Tekanan hidrostatik
LO 2.3 Klasifikasi
Gaya yang mempengaruhi perpindahan cairan menembus dinding kapiler adalah:
1. Tekanan darah kapiler (Pc) adalah tekanan cairan atau hidrostatik darah yang
bekerja pda bagian dalam dinding kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong cairan
ke luar kapiler untuk masuk ke dalam cairan interstisium.
2. Tekanan koloid plasma (p), yang juga dikenal sebagai tekanan onkotik, adalah
suatu gaya yang disebabkan oleh dispersi koloid protein-protein plasma; tekanan ini
mendorong pergerakan cairan ke dalam kapiler
3. Tekanan hidrostatik cairan interstisium (P IF) adalah tekanan cairan yang bekerja di
bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini cenderung
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler
4. Tekanan osmotik koloid cairan interstisium (IF) / Tekanan onkotik adalah
tekanan osmotik yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi,
misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan
filtrasi
5. Tekanan osmotik kristaloid adalah tekanan osmotik yang dirimbulkan oleh mineral
dan ion mineral
6. Tekanan hidrostatik adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang sangat
ditentukan oleh tekanan darah, tekanan ini semakin menurun kea rah perifer

Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler adalah
tekanan darah kapiler dan tekanan osmotic koloid cairan interstisium. Dua tekanan yang
cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah tekanan osmotic koloid plasma
dan tekanan hidrostatik cairan interstisium.

LO 2.4. Mekanisme Pertukaran Cairan


Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamika) mencakup penyerapan air di dalam usus,
masuk ke pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air
mengalami filtrasi ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel melalui proses
difusi, sebaliknya air dalam sel keluar kembali ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh
darah.
Pergerakan air juga meliputi filtrasi di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin),
ekskresi air ke saluran cerna sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta
pergerakan air ke kulit dan saluran napas yang keluar sebagai keringat dan uap air.
Pergerakan cairan tersebut bergantung kepada tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.
Membran sel bersifat permeable selektif. Pergerakan cairan yang terjadi melalui difusi
yang terdiri dari dua mekanisme, yaitu transport pasif dan transport aktif.
Transpor pasif adalah proses osmosis sederhana berdasarkan perbedaan tekanan
osmotik yang tidak memerlukan energi. Air, molekul kecil tak bermuatan dapat melintas
membran sel dengan transport pasif (osmosis). Transpor pasif membawa air dari tekanan
osmotik rendah ke tekanan osmotik tinggi dan membawa molekul lain dari tekanan osmotik
tinggi ke tekanan osmotik rendah sehingga terjadi suatu keseimbangan osmotik baru.
Transpor aktif adalah suatu proses difusi yang memerlukan bantuan suatu zat
pembawa (carrier) atau suatu kanal tertentu, yang memerlukan energi. Trasnpor aktif
membawa molekul ke daerah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, dengan demikian sel
dapat mempetahankan komposisi lingkungan internal yang berbeda dengan lingkungan di
sekitarnya.
Pergerakan cairan antara kapiler dan jaringan tubuh terutama ditentukan oleh tekanan
hidrostatik dan osmotik koloid (tekanan onkotik) yang terutama berasal dari protein darah.
Tekanan onkotik relatif stabil, berkisar 25 mmHg. Filtrasi cairan di awal kapiler disebabkan
oleh tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan onkotik. Pada kapiler bagian proksimal (dekat
arteriol) tekanan hidrostatik 40 mmHg. Air didorong dari plasma ke dalam cairan interstisium
dengan tekanan 15 mmHg, sehingga terjadi filtrasi cairan secara terus-menerus dari kapiler
ke interstisium.
Pada bagian distal kapiler tekanan hidrostatik turun menjadi 10 mmHg. Sebagian
besar air dari cairan interstisium ditarik kembali ke dalam plasma dengan tekanan 15 mmHg.
Sebagian besar cairan yang difiltrasi di kapiler bagian proksmal kembali ke baigan kapiler
distal karena tarikan tekanan osmotik. Cairan yang tertinggal, disalurkan melalui saluran
limfe. Sisa air yang ditampung melalui sistem limfatik dibawa kembali ke sistem vena.

LO 2.5. Letak Terjadinya Gangguan


Bila gangguannya berupa edema, lokasinya yaitu: menyeluruh (generalisata) dan lokal

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Tubuh karena Kelebihan Cairan

LO 3.1. Definisi Edema dan Asites


Edema adalah suatu keadaan dengan akumulasi cairan di jaringan interstisium secara
berlebihan akibat oenambahan volume yang melebihi kapasitas menyerapan
pembuluh limfe
Asites adalah suatu keadaan dengan akumulasi cairan di rongga perut (ruangan di
antar jaringan yang melapisi perut dan organ-organ di dalam perut)

LO 3.2. Klasifikasi Edema dan Asites


Menurut lokasi, edema dapat dibagi menjadi:
Edema menyeluruh (generalisata), disebabkan oleh penurunan tekanan osmotik koloid
pada hipoproteinemia
Edema lokal, disebabkan oleh kerusakan kapiler, konstriksi sirkulasi (vena regional)
atau obstruksi drainase limfatik

Tingkat asites dapat ditentukan oleh semikuantitatif sebagai berikut:


Level 1: bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik yang sangat menyeluruh.
Level 2: mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik biasa tetapi dalam jumlah
minimal cairan.
Level 3: dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus tetapi tidak tegang permukaan
perut.
Level 4: asites permagna.

LO 3.3 Faktor Edema dan Asites


Terdapat dua faktor penentu terjadinya edema, antara lain: (1) perubahan
hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya cairan intravaskular ke jaringan
interstisium dan (2) retensi natrium di ginjal.
Sedangkan faktor penyebab terjadinya asites antara lain: infeksi bakteri, menderita
gagal jantung kongestif, menderita pankreatitis, gagal liver akut, menderita sirosis hati,
sindrom nefrotik

LO 3.4. Patofisiologi Edema dan Asites


Edema
Pada keadaan volume sirkulasi efektif yang rendah misalnya pada gagal jantung
kongestif, sirosis hati, dan sindrom nefrotik, jumlah total natrium tubuh akan meningkat
karena terjadi retensi natrium ginjal akibat peningkatan sistem renin-angiostenin-aldosteron.
Akibat semua ini terjadi penimbunan air dalam jaringan interstisium yang akan menimbulkan
edema umum
Asites
Pada umumnya, disebabkan karena penyakit hati dan ketidakmampuan hati
memproduksi protein yang cukup untuk meretensi cairan di aliran darah. Pada keadaan
fisiologis, cairan dapat berada di pembuluh darah karena tekanan onkotik. Gaya tarik protein
menjaga air dari kebocoran pembuluh kapiler darah ke interstisium. Seiring dengan penyakit
hati yang kian memburuk, kemampuan untuk memproduksi protein berkurang sehingga
tekanan onkotik menurun karena kurangnya protein total dalam tubuh yang menyebabkan
cairan masuk ke dalam interstisium.

LO 3.5. Gejala Edema dan Asites


Gejala pada edema antara lain: sesak napas, ortopnea (napas pendek pada posisi berbaring)
Gejala pada asites antara lain: pembengkakan pada abdomen karena kelebihan cairan, perut
terasa berat, napas pendek, kebingungan (pada kasus sirosis hati karena ensefalopati)
LO 3.6. Pemeiksaan Laboratorium untuk Edema dan Asites
Pemeriksaan laboratorium untuk edema yaitu
Nilai gas darah arteri yang menunjukkan penurunan PCo2 dan alkalosis pada adanya
edema pulmoner.
Foto rontgen dada menunjukkan tanda kongestif vaskular pulmoner
Natrium dan osmolalitas seum menurun akibat dari kelebihan retensi air( missal pada
gagal ginjal kronis)

Pemeriksaan laboratorium untuk asites yaitu cek darah lengkap yang berguna untuk
mengetahui infeksi yang berpotensial dengan gejala leukosit meningkat, anemia (kadar Hb
menurun), keping darah menurun.
LO 3.7. Penatalaksanaan Edema dan Asites
Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi: (1) memperbaiki penyakit dasar bila
mungkin, (2) restriksi asupan natrium untuk meminimalisasi retensi air, dan (3) pemberian
diuretik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian diuretik untuk penanggulangan
edema adalah (1) saat yang tepat, (2) risiko yang akan dihadapi bila edema dikurangi, dan (3)
waktu yang dibutuhkan untuk menanggulangi edema, cepat atau lambat.
Penanggulangan pada pasien yang mengidap penyakit hati karena sirosis adalah
meniadakan akan alcohol merupakan langkah pertama dan paling penting untuk
meminimalisasi kerusakan hati lebih jauh. Obat yang mengandung asetaminofen karena dapat
merusak hati untuk bermetabolisme

Sumber
Ganong, W.F. 2012
Horne dan Swearingen. 2001
http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-ascites-atu-asites-167.html
http://www.emedicinehealth.com/ascites/article_em.htm#ascites_overview
Sherwood, L, 2001
UPK-PKB FKUI. 2008

Anda mungkin juga menyukai