Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wahyu Kusuma Dewi

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan

Semester :2

Disusun untuk memenuhi tugas Fisika Kesehatan

Dosen : Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG

Judul : Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Intraselluler
Cairan intraseluler juga dikenal sebagai sitosol atau matriks sitoplasma yang
merupakan cairan dengan banyak properti untuk memastikan proses seluler yang
terjadi baik tanpa kerumitan. Cairan intraseluler terbatas hanya pada bagian dalam
sel dan membran sel adalah batas sitosol. Membran organel memisahkan sitosol
dari matriks organel.
Banyak jalur metabolisme berlangsung dalam cairan intraseluler baik
prokariota dan eukariota. Namun jalur metabolisme eukariotik lebih umum dalam
organel dari pada pada sitosol. Komposisi cairan intraseluler penting diketahui
karena mengandung sebagian besar air dengan beberap ion seperti natrium, kalium,
klorida, magnesium dan beberapa yang lain.
Karena adanya asam amino, protein yang laurt dalam airm dan molekul lain,
sitosol memiliki banyak khasiat. Terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada membran
untuk melokalisasi isi sitosol, ada beberapa kurungan dari cairan intraseluler yang
terjadi melalui gradien konsentrasi, kompleks protein, penyaringan cytoskeletai dan
kompartemen protein. Hal ini penting untuk melihat sitoskeleton yang bukan
merupakan bagian dari cairan intraseluler, tetapi struktur yang menyebabkan
beberapa molekul besar yang terjebak di beberapa tempat.
Cairan intraseluler tidak melakukan tugas tertentu, tetapi membantu dalam
banyak fungsi termasuk transduksi sinyal dalam organel, menyediakan tempat bagi
sitokinesis dan sintesis protein, transportasi molekul dan banyak lainnya. Yangs
semua esensi sejati di bagian dalam dengan konsentrasi yang ideal akan
memastikan bahwa potensi sebanarnya dapat dicapai yang secara langsung berlaku
untuk cairan intraseluler dan kinerja sel.

2. Intravaskuler
Istilah intravaskuler berasal dari kata intra yang berarti ‘dalam’, dan vaskuler
yang berarti ‘pembuluh’. Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan air dan
zat terlarut yang terjadi dalam berkas pembuluh xilem dan floem secara vertikal.
Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air dan zat terlarut oleh xilem dari menuju
daun oleh xilem. Sebaliknya, pengangkutan zat makanan diangkut dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan dilakukan oleh floem.
Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan diawali
dengan penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut
mengalir menuju epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir
menuju korteks dan diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan zat terlarut
masuk ke berkas pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan zat terlarut diteruskan
menuju xilem batang hingga xilem daun. Di dalam xilem daun, zat-zat yang berguna
masuk ke parenkim mesofil daun sebagai bahan proses fotosintesis.
Proses fotosintesis menghasilkan glukosa dan oksigen. Glukosa diangkut
pembuluh floem menuju seluruh jaringan tubuh. Oksigen dikeluarkan tumbuhan
lewat stomata daun. Sementara air sisa metabolisme dikeluarkan lewat proses
transpirasi. Kecepatan pengangkutan zat pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yakni kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah. 
Semakin tinggi kelembaban udara di sekitar tumbuhan, maka difusi yang terjadi di
dalam tumbuhan berlangsung lambat. Sebaliknya, semakin rendah kelembaban
udara lingkungan, difusi di dalam tumbuhan akan semakin cepat.
Semakin tinggi suhu lingkungan di sekitar tumbuhan dan intensitas ncahaya
yang meningkat serta angin yang semakin kencang, maka laju transpirasi tumbuhan
akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, suhu lingkungan, intensitas cahaya, dan
angin yang semakin besar mengakibatkan proses pengangkutan zat berlangsung
lambat. Semakin banyak kandungan air di dalam tanah, maka potensial air semakin
tinggi. Akibatnya, proses transportasi zat pada xilem dan laju transpirasi semakin
meningkat.

3. Interstitial
Cairan yang membasahi dan menyelimuti jaringan seluler dan ditemukan di
sela-sela, ruang di antara sel, juga dikenal sebagai ruang di antara jaringan.
Seseorang akan memiliki rata-rata 20 liter cairan interstitial dalam tubuh mereka,
yang merupakan sekitar 16% dari total berat tubuh, dan memasok nutrisi ke sel-sel
tubuh, serta menjadi sarana untuk menghilangkan atau menghilangkan limbah.
Tubuh manusia memiliki rata-rata antara 4,5 dan 5,5 liter darah, yang berarti
jumlah cairan interstitial yang lebih besar di dalam tubuh. Cairan ini tersusun dari
berbagai elemen, seperti garam, asam amino, hormon, dll..
Ada dua cairan tubuh: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Istilah
pertama meliputi cairan yang ada di dalam sel. Yang kedua mengacu pada cairan
yang berada di luar sel, yang meliputi plasma, cairan transeluler dan cairan
interstitial. Fungsi fisiologis utama dari cairan interstitial adalah bahwa, karena
mereka mandi dan mengelilingi sel-sel jaringan, mereka menyediakan sarana untuk
mengirimkan bahan ke sel, serta komunikasi antar sel dan menghilangkan sisa
metabolisme.
Sistem limfatik adalah struktur anatomi yang mengangkut limfa secara tidak
langsung ke jantung, dan merupakan bagian dari sistem peredaran darah. Di antara
fungsinya, sistem limfatik mengontrol konsentrasi protein dalam interstitium, volume
cairan interstitial dan tekanannya.
Pada gilirannya, getah bening adalah cairan transparan, agak keputihan,
yang mengalir melalui pembuluh limfatik. Cairan ini terjadi setelah cairan meluap
yang meninggalkan kapiler darah ke ruang interstitial. Dengan cara ini, di antara
fungsi getah bening, cairan ini bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan
mengembalikan cairan interstitial ke darah.
Ada sejumlah penyakit atau tanda-tanda klinis yang bermanifestasi dalam
sistem limfatik. Pembentukan edema limfatik atau lymphederma mewakili patologi
yang berhubungan dengan cairan interstitial. Edema dianggap sebagai tanda klinis
yang terdiri dari akumulasi cairan di ruang antar sel atau interstitial, serta di rongga-
rongga organisme. Edema terbentuk ketika ada sekresi cairan yang berlebihan ke
dalam ruang interstitial, atau ketika tidak pulih dengan benar, yang mungkin
disebabkan oleh masalah resorpsi, serta masalah limfatik.
Cairan interstitial terdiri dari pelarut berair, terutama terdiri dari air, zat terlarut
dan protein. Di antara zat terlarut yang dimilikinya, adalah: gula, garam, asam,
hormon, neurotransmiter, limbah dan elektrolit.
Jumlah protein yang ada dalam cairan interstitial kurang dari yang ada dalam
plasma. Komposisi cairan jaringan tergantung pada pertukaran antara sel-sel dalam
jaringan dan darah, oleh karena itu, cairan interstitial memiliki komposisi yang
berbeda di berbagai jaringan dan bagian tubuh.
Cairan interstitial mirip dengan plasma darah, yang merupakan komponen
cairan darah. Kesamaan ini terletak pada kenyataan bahwa air, ion dan zat terlarut
kecil secara terus-menerus dipertukarkan antara plasma dan cairan interstitial.
Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh tekanan darah jantung. Tekanan ini
mendorong air keluar dari kapiler. Ketidakmampuan beberapa protein dalam darah
untuk melewati dinding kapiler menghasilkan potensi air. Air bergerak dari
konsentrasi tinggi, di luar bejana, ke konsentrasi rendah di dalamnya untuk mencapai
kesetimbangan kimia, sementara tekanan osmotik membawa air kembali ke bejana.
Keseimbangan tidak tercapai karena darah di kapiler terus mengalir.
Keseimbangan antara kedua kekuatan berbeda di berbagai titik kapiler. Jadi,
pada ujung arteri pembuluh darah, tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
osmotik, di mana air dan zat terlarut lainnya masuk ke cairan interstitial. Perbedaan
ini disebabkan oleh arah aliran darah dan ketidakseimbangan zat terlarut, yang
mendukung cairan interstitial.
Sistem limfatik melengkapi sistem vena dalam mencegah akumulasi cairan
interstitial yang mengelilingi sel-sel dalam jaringan. Dengan demikian, cairan
interstitial dapat masuk ke pembuluh limfatik di sekitarnya, dan akhirnya berikatan
dengan darah. Ketika proses ini gagal, mungkin ada kehadiran enema. Cairan
interstitial telah memungkinkan pengembangan teknologi baru untuk memantau
diabetes.
Dalam hal ini, pemantauan glukosa terus menerus adalah sistem yang
memungkinkan mengukur tingkat glukosa dalam cairan interstitial dengan
memasukkan sensor kecil di bawah kulit, yang mengirimkan hasilnya ke layar setiap
beberapa menit sekali. Namun, kadar glukosa dalam cairan interstitial tidak persis
sama dengan yang ada dalam darah. Selain itu, kadar glukosa darah naik dan turun
lebih awal dari pada cairan interstitial, sehingga pemantauan glukosa terus menerus
akan menghadirkan penundaan sekitar 10 menit dibandingkan dengan pengukuran
glukosa darah.

A. Korelasi antara ketiga Intraseluler, Intravaskuler dan Interstitial


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna. Distribusi Cairan Tubuh. Didistribusikan dalam dua
kompartemen yang berbeda.
1. Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel
tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari plasma,
bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah
mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh.
2. Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan
intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang
ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan
ekstasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut : Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu
sendiri.
 Dewasa 60%
 Anak-anak 60 – 77%
 Infant 77%
 Embrio 97%
 Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah
mengalami kehilangan jaringan tubuh.
 Intracellular volume = total body water – extracellular volume
 Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
 Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

Fungsi Cairan Tubuh


 Memberi bentuk pada tubuh.
 Berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
 Berperan dalam berbagai fungsi pelumasan.
 Sebagai bantalan.
 Sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit.
 Media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh.
 Untuk performa kerja fisik

Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu :
a) Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga
kedua kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik
juga dapat berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik.
Kecepatan difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam
suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh.
 Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari
molekul besar).
 Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah).
 Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan
kecepatan difusi).
b) Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan
berbeda yang dibatasi suatu membran permeabel yang selektif. Proses
osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh Pergerakan air dan Semi
permeabilitas membran.
c) Transfor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki
gradien elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi
yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk
melintasi membran sel.
d) Tekanan hidrostatis
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh
darah. Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler)
sehingga larutan ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik
ditentukan oleh kekuatan pompa jantung, kecepatan aliran darah,
tekanan darah arteri dan tekanan darah vena
e) Filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler
yang lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati
membran permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke
tempat yang lebih rendah tekanan hidrostatiknya.
f) Tekanan osmotik koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa
berdifusi) dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan
perpindahan cairan antara intravaskuler dan intertisial melewati lapisan
semipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih
besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen
pembuluh darah bila pompa jantung efektif.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
 Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam sistem
sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus
gastrointestinal.
 Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel
 Fase III :Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran
sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

B. Kehilangan cairan tubuh akibat pernapasan, keringat dan penguapan dari kulit
dinamakan Insessible Water Loss (IWL)
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah
akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada
orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

C. Seberapa besar pengaruh kenaikan suhu tubuh terhadap Insessible Water


Loss
Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan melepaskan panas. Walau
tidak berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan dari
permukaan tubuh kita selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat tidak
terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss).
Inspiration perspiration melepaskan panas + 10 kcal/jam dari permukaan kulit. Dari
jalan pernafasan + 7panas dari metabolisme dikeluarkan kcal/jam dengan cara
evaporasi 20 - 25%.

Anda mungkin juga menyukai