Anda di halaman 1dari 7

Cairan Tubuh

Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Dapat
dikatakan bahwa kemampuan untuk bertahan hidup sangat tergantung dari cairan yang terdapat dalam
tubuh. Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan
lemak dalam tubuh.

Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air merupakan perlarut bagi semua yang
terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat air dibagi dengan
berat badan total, yang bervariasi berdasarkan kelamin, umur, dan kandungan lemak yang ada di dalam
tubuh. Air membuat sampai sekitar 60% pada laki-laki dewasa. Sedangkan untuk wanita dewasa
terkandung 50% dari total berat badan. Pada neonates dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa.

Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairab
tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

Oleh karena itu maka tubuh selalu mempertahankan jumlah cairan tubuh dalam keadaan
seimbang yang disebut homeostasis.

Cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen menurut anatomi dan fisiologisnya, yakni cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.

1. Cairan Intraseluler
Merupakan cairan yang terdapat di dalam sel dan meliputi 2/3 dari seluruh cairan
tubuh. Cairan intraseluler yang terdapat pada tiap sel mempunyai komposisi yang berbeda,
tetapi konsentrasi dari tiap komposisi dapat dikatakan sama antara sel yang satu dengan sel
yang lainnya.
2. Cairan Ekstraseluler
Merupakan semua cairan yang terdapat di luar sel dan terdiri dari elektrolit dan
berbagai bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan fungsinya. Cairan
ekstraseluler bergerak secara konstan pada seluruh tubuh, dan ditransport dengan cepat ke
dalam sirkulasi melalui dinding kapiler.
Cairan ekstraseluler terdiri atas beberapa bagian
 Plasma, merupakan bagian non seluler dari darah dan menyusun 25% dari
seluruh cairan eksternal.
 Cairan interstitial, merupakan cairan yang terdapat di antara sel, termasuk
cairan limfe.
 Cairan transeluler, merupakan cairan yang terdapat pada lumen saluran cerna,
keringat, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan pericardial, cairan
intraokuler, cairan synovial, cairan peritoneum, empedu, dan cairan koklea.
Regulasi Cairan Tubuh

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh sistem saraf dan sistem endokrin.
Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor
atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan 8
saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah angiotensin II, aldosteron, dan anti diuretic hormone
(ADH) dan ANP.

Saat terjadi gangguan homeostasis yang mengakibatkan penurunan volume darah dan tekanan
darah, regulasi saraf simpatis dengan waktu yang singkat akan meningkatkan cardiac output dan
tahanan perifer yang meningkatkan tekanan darah. Terjadi pelepasan ADH yang akan meningkatkan
reabsorbsi cairan di ginjal dan menurunkan sekresi urin. Sementara itu aliran ke aparatus
juxtaglumerular ginjal yang menurun akan mengktifkan sistem renin angiotensin. Renin akan dilepaskan
oleh ginjal, menyebabkan sekresi angiotensin I yang akan dikonversi menjadi angiotensin II oleh
angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II akan menyebabkan vasokonstriksi dan merangsang
sekresi aldosteron. Aldosteron akan menghambat sekresi air dan natrium. Adanya regulasi
perangsangan saraf dan hormonal menyebabkan homeostasis tekanan darah dan volume darah menjadi
normal (Edward dan Mythen, 2014; Martini dan kawan-kawan, 2011).

Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone ANP akan meningkatkan
ekskresi volume natrium dan air. ANP merupakan protein yang diproduksi oleh sel-sel otot jantung pada
dinding atrium kanan pada saat diastole. ANP akan disekresi bila volume darah meningkat dan atrium
ginjal meregang secara berlebihan. ANP memasuki sirkulasi dan bekerja pada ginjal yang 9
menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus, penurunan reabsorpsi natrium dan air oleh duktus
koligentes.

ANP dapat menghambat pelepasan ADH, aldosteron, epinephrine, dan norepinephrine, mengurangi
rasa haus, serta menstimulasi vasodilatasi perifer dalam mengkompensasi kelebihan cairan.

Pertukaran cairan tubuh

1. Pemasukan air
Daily intake of water terutama melalui oral. Sekitar 2/3 dari jumlah air yang masuk
dalam bentuk air murni atau minuman lainnya dan sisanya masuk dalam bentuk makanan.
Selain itu, sekitar 150-250 ml cairan disintesa dalam tubuh. Jadi jumlah cairan yang masuk,
termasuk hasil sintesa tubuh sekitae 2300 ml/hari
2. Pengeluaran air
Water loss dalam keadaan normal sebagian besar terjadi melalui urine. Namun pada
keadaan tertentu, seperti pada latihan berat, water loss terjadi melalui keringet. Selain itu,
terjadi juga pengeluaran cairan tersembunyi yang disebut Insensible Water Lose.
Insensible water loss adalah hilangnya cairan melalui proses difusi melalui kulit dan
proses evaporasi melalui saluran pernapasan. Kehilangan cairan melalui proses ini tidak dapat
dirasakan mekanismenya.
Proses Pergerakan / Transpor Jaringan Tubuh

1. Difusi
Proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan
2. Osmosis
Bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan yang
berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik
3. Filtrasi
Merembesnya suatu cairan melalui selaput permeabel
4. Transpor aktif
Proses transpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium
antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih
tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler

Cairan Limfe

Cairan limfe Kata “chyle” berasal dari bahasa Latin yang berarti “juice” dan digunakan untuk
mendeskripsikan cairan limfe yang berasal dari organ intestinal. Lemak dari makanan ditransport lewat
pembuluh limfe menuju ductus thoracicus ke sirkulasi darah vena. Setleah makanan makanan berlemak,
cairan limfe terlihat seperti air susu.

Faktor pendorong gerak cairan limfe

Cairan limfe merupakan cairan yang mirip dengan plasma dengan kadar protein lebih rendah.
Kelenjar limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam saluran limfe jumlah selnya besar.
Faktor-faktornya adalah:

1. Pembuluh limfe mirip vena, memiliki katup yang bergantung pada pergerakan otot rangka
untuk memecah cairan ke jantung.

2. Perlawanan pertama yang dilakukan oleh tubuh adalah dengan respon imun non-spesifik, sel
makrofag dan cairan limfa. Sehingga cairan limfatik mengalir melalui sistem limfatik yang berfungsi juga
dalam sirkulasi sistem imun seluler.

3. Karena fungsi dari sistem saluran limfe juga untuk mengembalikan cairan dan protein dari
jaringan kembali ke darah melalui sistem limfatik, maka faktor pendorong gerak cairan limfe juga
dikarenakan adanya cairan yang keluar dari kapiler darah.

Proses jalannya cairan limfe

Proses jalan limfe di mulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan interstisial yang
mengandung zat-zat makanan didalamnya keluar dari kapiler darah. Setelah keluar dari kapiler darah
kemudian masuk ke dalam jaringanjaringan disekelilingnya. Kemudian akan memberikan zat-zat
makanan dari jaringan. Kemudian setelah itu cairan tersebut akan berkumpul di lekak-lekak jaringan
yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe mengalir melalui jalanjalan limfe. Proses masuknya
seperti pada susunan jalan darah, pertama limfe itu masuk kedalam kapiler. terus antara kapiler yang
satu dengan yang lain bertemu dan akhirnya menjadi besar yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya jalan-
jalan limfe akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus lymphaticus dexter. Ductus
thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang dinamakan systerna cycli. Pada ductus thoracicus ini
menerima limfe dari isi badan dari seluruh pasangan belakang dari dinding dada, dinding perut, daerah
bahu sebelah kiri, leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri. Sedangkan untuk truncus lymphaticus
dexter, pangkalnya menreima limfe dari sebagian besar dinidng dada sebelah kanan, kepala sebelah
kanan, leher sebelah kanan dan bahu sebelah kanan, kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu
berkumpul di kelenjar limfe sebelah kanan, yang tereltak didekat pintu masuk dada., dari perkumpulan
tersebut terdiri dari 3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter

Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh darah. Sebelum limfe
dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di nodus- nodus limfatikus. karena limfe saat di lekak-
lekak jaringan dapat terdapat kuman penyakit dan benda-benda debu seperti zat arang. Jadi sebelum
dialirkan kedalam pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih dahulu. Pembersihan tersebut
terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-kelenjar limfe. Dan kuman- kuman tersebut yang tertahan
disana akan dimusnahkan oleh limfosit yang terdapat di kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang terdapat
kuman yang lebih kuat, hal demikin dapat terjadi, bila terdapat kuman-kuman, dan akibatnya kelenjar
tersebut akan bernanah. Dan kelenjar-kelanjar limfe juga bisa berwarna hitam bila terdapat seperti zat
arang. Setelah masuk ke vasa darah, limfe tersebut pertama akan dibawa ke ren, di ren tersebut zat-zat
yang ada di dalam cairan tersebut akan dikeluarkan. Didalam pembuluh limfe juga terdapat klep-klep
sehingga cairan limfe tidak bisa kembali
Cairan Otak

Cairan Serebrospinal Cairan serebrospinal (CSF) terdapat pada (a) ventrikel otak, (b) sisterna di
sekitar otak, dan (c) ruang subaraknoid di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (Gambar 3-23).
Cairan serebrospinal memiliki volume sekitar 150 mL dan memiliki specific gravity 1.002 hingga 1.009.
Fungsi utama cairan serebrospinal adalah untuk melindungi otak di rongga tengkorak. Jika terjadi
pukulan di kepala yang menggerakkan seluruh bagian otak secara simultan, biasanya tidak ada bagian
otak yang terkompresi oleh pukulan secara langsung. Ketika pukulan pada kepala sangat parah, biasanya
tidak akan merusak bagian otak pada sisi ipsilateral, melainkan pada sisi yang berlawanan. Fenomena ini
dikenal dengan contrecoup dan menggambarkan ruang antara otak dan tengkorak yang berlawanan dari
arah pukulan lalu menyebabkan pergerakan mendadak dari otak. Ketika tengkorak tidak lagi dipengaruhi
oleh pukulan, ruang tersebut akan hancur dan akan terjadi benturan otak dengan bagian dalam
tengkorak.

Pembentukan

Pleksus koroid (pembuluh darah seperti bunga kol yang ditutupi lapisan tipis sel epitel) pada empat
ventrikel serebral merupakan lokasi utama dari pembentukan cairan serebrospinal yang terus dihasilkan
dari pleksus koroid sekitar 30 mL per jam. Dibandingkan dengan cairan ekstraselular lainnya, konsentrasi
sodium dan klorida pada cairan serebrospinal 7% lebih tinggi dan konsentrasi glukosa dan potassium
30% lebih rendah. Perbedaan komposisi dari cairan serebrospinal ini menunjukkan bahwa cairan
serebrospinal merupakan hasil sekresi koroid dan bukan filtrat sederhana dari kapiler. Derajat keasaman
(pH) dari cairan serebrospinal diatur dan dipertahankan pada angka 7,32. Perubahan pada PaCO2 dapat
mengakibatkan perubahan pH cairan serebrospinal, yang menggambarkan kemampuan karbon dioksida
untuk melewati sawar darah otak dengan mudah. Akibatnya, asidosis respirasi akut atau alkalosis
menghasilkan perubahan pada pH cairan serebrospinal. Transport aktif ion bikarbonat akan
mengembalikan pH cairan serebrospinal menjadi 7.32, meskipun terdapat perubahan pada pH arterial.
 Reabsorpsi
Hampir seluruh cairan serebrospinal yang terbentuk setiap hari diserap kembali ke dalam
sirkulasi vena melalui struktur khusus yang dikenal sebagai vili araknoid atau granulation. Vili ini
menonjol dari ruang subaraknoid ke sinus vena otak dan terkadang masuk ke pembuluh darah
sumsum tulang belakang. Vili araknoid merupakan trabekula yang menonjol melalui dinding
vena, menghasilkan area yang sangat permeabel dan memungkinkan aliran cairan serebrospinal
mengalir bebas ke dalam sirkulasi. Besarnya reabsorbsi tergantung pada gradien tekanan antara
cairan serebrospinal dan sirkulasi vena.
 Sirkulasi
Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel serebral lateral dan masuk ke ventrikel ketiga melalui
foramen Monro, dimana cairan serebrospinal ini kemudian bercampur dengan yang cairan
terbentuk disana. Cairan serebrospinal ini lalu melewati saluran Sylvius menuju serebral
ventrikel keempat, dimana Proses keluar masuknya cairan serebrospinal menurut siklus kardiak
masih ada cairan serebrospinal yang dibentuk. Cairan serebrospinal masuk ke magna cisterna
melalui foramen lateral Luschka dan melalui foramen tengah Magendie. Dari titik ini, cairan
serebrospinal mengalir melalui ruang subaraknoid ke serebrum, dimana sebagian besar
merupakan lokasi vili araknoid.
 Hidrosefalus
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal pada neonatus berdampak pada terjadinya hidrosefalus.
Contohnya, pada blokade saluran Sylvius berefek pada ekspansi ventrikel lateral dan ventrikel
serebral ketiga serta kompresi otak. Tipe obstruksi ini mengakibatkan terjadinya hidrosefalus
nonkomunikan yang ditangani dengan pembedahan yaitu pembuatan jalur untuk mengalirkan
cairan serebrospinal di antara sistem ventricular serebral dan ruang subaraknoid.
 Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial normal adalah 15 mmHg. Tekanan ini diatur oleh laju pembentukan dan
resistensi serta reabsorpsi cairan serebrospinal melalui vili araknoid yang ditentukan oleh
tekanan vena. Selain itu, peningkatan aliran darah serebral, seperti saat menghirup anestesi
volatile, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial bersamaan dengan peningkatan
aliran darah serebral dan volume darah serebral. Tekanan darah sistemik tidak mengubah
tekanan intrakranial dalam autoregulasi normal.
 Papilledema
Secara anatomi, dura otak meluas sebagai selubung di sekitar saraf optikus dan terhubung
dengan sklera. Peningkatan tekanan intrakranial akan ditransmisikan ke selubung saraf optik.
Tekanan yang meningkat pada selubung optik menghambat aliran darah di vena retina,
mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler retina dan edema retina. Jaringan pada diskus
optikus menjadi edema dan bengkak pada rongga mata. Pembengkakan diskus optik disebut
papilledema.
 Sawar Darah Otak
Sawar darah otak menggambarkan impermeabilitas dari kapiler pada cairan serebrospinal,
termasuk pleksus koroid, untuk mensirkulasi bahan seperti elektrolit dan bahan eksogen serta
toksin. Akibatnya, sel saraf dan glial pada sistem saraf pusat, hidup dalam lingkungan yang
terkendali. Sawar darah otak dipertahankan oleh hubungan antara sel endotel dan kapiler otak.
Pembentukan kapiler otak oleh sel glial dapat menurunkan permeabilitas. Sawar darah otak
dibentuk minimal saat neonatus dan cenderung untuk terjadi kerusakan pada area yang terkena
radiasi, infeksi atau terkena neoplasma. Sawar darah otak juga relatif permeabel pada daerah
pituitari posterior dan zona pemicu kemoreseptor. Sawar darah otak dikarakteristikkan dengan
transport aktif yang dimediasi oleh pglycoprotein transporter (p-GP). Protein ini merupakan
bagian dari ATP binding cassette (ABC). Transport aktif dari morfin yang keluar dari sistem saraf
pusat difasilitasi oleh p-GP dann bertanggung jawab atas >90 menit penundaan antara bolus
morfin dan efek puncak morfin.

Anda mungkin juga menyukai