Anda di halaman 1dari 40

LATAR BELAKANG.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. TUJUAN.
Adapun tujaun dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi
mahasiswa S1 keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan
masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.
C. RUMUSAN MASALAH.
1. Menguraikan keseimbangan intake & output?
2. Fisiologi keseimbangna cairan & elektrolit?
3. Nilai normal kebutuhan cairan pada berbagai umur perkembangan?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan
elektrolit?

Bab 2
Landasan materi
1. Konsep Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.
Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan
yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah
ini :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).
1. 3 hari 3,0 250-300
2 . 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.
Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.

Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran


semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh
dengan cara :
Diffusi
Filtrasi
Osmosis
Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat
berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah
perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut
menembus membran kapiler dan sel yaitu :
Permebelitas membran kapiler dan sel
Konsenterasi
Potensial listrik
Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang
rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan
perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif.
Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi
dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi
pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma
dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada
kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan
hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan
oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh
albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial
disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus
ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang
terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan
yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant

dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan


dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.

4. Proses Keperawatan .
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau


resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa
Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan
elektrolit
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan
anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan
di
ekstraseluler.
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume
cairan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter
dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan

c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.


d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
4. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
Intake dan output dalam batas keseimbangan
Elektrolit serum dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal.

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan
system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 1 sangat mengharapkan
kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai keseimbangan cairan dan
elektrolit berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan
menguraikan mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan

dan elektrolit, faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,


gangguan keseimbangan cairan dan elektolit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
1.2.2 Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
1.2.3 Bagaimana cairan dan elektolit dalam tubuh manusia?
1.2.4 Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
1.2.5 Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia?
1.2.6 Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.7 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.8 Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam tubuh manusia
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit
1.3.8 Untuk mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dan elektolit

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri

adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai

cairan

tubuh.

Cairan

dan

elektrolit

masuk

ke

dalam

tubuh

melalui

makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian


tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
2.2 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1.

Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.

2.

Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit
dannon-elektrolit.

a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan
arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya

untuk

saling

berikatan

satu

sama

lain(

miliekuivalen/liter

). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)

Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama
adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K). Sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama
adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4).
b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara
klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari
jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+,
sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, ClCairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma
darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,
jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan
keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
adalah : kation dan anion.
2.3.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan

elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),


Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian
yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler
maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :
N

Elektrolit

o.
1.

Kation :

2.

Ekstraseluler

Interstitial

Intraseluler Plasma

Natrium (Na+)

144,0 mEq

137,0 mEq

10 mEq

Kalium (K+)

5,0 mEq

4,7 mEq

141 mEq

Kalsium (Ca++)

2,5 mEq

2,4 mEq

Magnesium (Mg ++)


. Anion :

1,5 mEq

1,4 mEq

31 mEq

Klorida (Cl-)

107,0 mEq

112,7 mEq

4 mEq

Bikarbonat (HCO3-)

27,0 mEq

28,3 mEq

10 mEq

2,0 mEq

2,0 mEq

11 mEq

0,5 mEq

0,5 mEq

1 mEq

Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein

1,2 mEq
0,2 mEq
4 mEq
2.4 Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
2.4.1 Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu
sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke
dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon
dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam
cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah
dan konsentrasi zat terlarut.

f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi
ideal yaitu 37C.
2.4.2 Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel terutama denga
adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan akan
berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus implus saraf dan mengakibatkan terjadinya
kontraksi otot.
2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh
Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,
cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan
dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme
pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan
dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga
konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal,
yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area
berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan
melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah
satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya
yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan
tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul
untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain,
transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk
mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel
melalui suatu proses yang disebut pompa natrium-kalium.

2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


2.6.1 Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik
(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
1) Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa
haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor
yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan osmolalitas pada
cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan
muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut :
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan
angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron
yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi
jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c) Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar.
Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak
nyaman akibat penurunan saliva.
2) Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam neurohipofisis
pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas
dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi stres,
trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-obatan.
Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air
dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopresin karena
mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
3) Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum,
dan sistem rennin-angiotensin.
4) Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan
dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan
motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
reabsorpsi natrium.
5) Glukortikoid. Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar
volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar

glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong,


2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran
cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,
yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
a. Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas
otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui
kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada
paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400
ml/hari.
b. Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi
demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
c. Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan
setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg
BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10C.
d. Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada individu
dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
2.6.2 Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi
keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.

Elektrolit

berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi


reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh
adalah kation dan anion.
a) Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium
diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan
keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan
dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi utama
natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel
dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem pompa natrium-kalium. Regulasi ion natrium
dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran urin.
Kalium(K+). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium
diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan

keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion
kalium di tubulus ginjal.
Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan muscle,
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan
thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
b) Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi :
Klorida (Cl-). Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi
mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah 95-105 mEq/l.
Bikarbonat(Cl-). Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat di
cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal
bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
Fosfat(PO42-). Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain itu,
fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asambasa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak
di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas

menyebabkan

peningkatan

proses

metabolisme

dalam

tubuh.

Hal

ini

mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah


cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.

c.

Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,
cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami

kehilangan

cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
e.

simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress
juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi

produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit

ginjal

dan

kardiovaskuler

sangat

mempengaruhi

proses

regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh


g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
i.

dan air dalam tubuh.


Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.


Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.
2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit
2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau
sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan adalah suatu
kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang
ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi
ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk
ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit
volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada
jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di
antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada
dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan
eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu
dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.

b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat
tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu
gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar
natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih (overhidrasi)
adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan
natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi
umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul
terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah
perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang
setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan
edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema
non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini
karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi
infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.
Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas
ronkhi basah.
2.6.2 Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di
cairan

ekstrasel

yang

menyebabkan

perubahan

tekanan

osmotic.

Perubahan

ini

mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom
ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon
[SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria,
dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural,
postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium

untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan
intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan,
kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria
karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering,
pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar
natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
b. Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan
ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan
kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala
defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta
denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum
<3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang
sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi
hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab
insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala
hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia,
dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l,
sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di
cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda
dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,
gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi
kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain
itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia
adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan
letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium
serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil

rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang


menyebar.
d. Hipomagnesemia

dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar

magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi
alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk.
Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi
meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini
dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang
mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam
serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala
yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental,
kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan
dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi
hiperkloremia

menyebabkan

penurunan

bikarbonat

sehingga

menimbulkan

ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan,


letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105
mEq/l.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di
dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi
akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan
gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang
tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul
pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif
yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka
tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan

eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan
osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total
body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu
ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka
cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan
pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami

menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
A, Aziz Alimul H.2009:Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, Perry.2009:Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku. Jakarta: Salemba Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta:
EGC

makalah keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Keseimbangan cairan dan elektrolit pada manusia adalah salah satu materi penting yang
harus kita pelajari dalam ilmu dasar keperawatan, yang mana cairan tubuh memiliki arti satu
kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal volume dan unsur-unsur yang
dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen (hubungan osmotic). Dengan dibuatnya
makalah ini untuk memenuhi persyaratan tugas yang wajib diselesaikan, dan tentunya
menjadi suatu bahan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi kami.
1.2
1.
2.
3.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pergerakan cairan tubuh manusia?
Bagaimanakah pengaturan pertukaran cairan (difusi, osmosis, filtrasi) pada tubuh manusia?
Bagaimanakah sistem koloid pada tubuh manusia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pergerakan cairan tubuh manusia
2. Untuk mengetahui pengaturan pertukaran cairan (difusi, osmosis, filtrasi) pada tubuh
manusia
3. Untuk mengetahui sistem koloid pada manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENDAHULUAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis).Mekanisme regulator penting untung mengendalikan keseimbangan volume,
komposisi, dan keseimbangan asam-basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal
atau saat terjadi abnormalitas, seperti penyakit atau trauma.

Mekanisme Homeostatis

Homeostasis adalah proses untuk mempertahankan lingkungan internal dalam keadaan stabil
yang melibatkan semua sistem organ yang dimiliki manusia.

2.2. KESEIMBANGAN CAIRAN (cairan tubuh )


A. Pengertian
Cairan tubuh adalah satu kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal
volume dan unsur-unsur yang dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen
(hubungan osmotik).
B. Jumlah dan Distribusi
Jumlah cairan tubuh hampir 57 %
Pada berat 70 kg jumlah cairan 40 liter
Pada Neonatus ~ 75 %, gemuk 45 %
Sumber : air diminum dan metabolisme
Total per hari 2400 ml
Kehilangan cairan :
Sensible : urine, keringat, feces ~ 1700 ml
Insensible : pernafasan, kulit ~ 700 ml
Kehilangan cairan meningkat pada suhu panas (3400 ml) dan pd gerak (6700
ml)
Jumlah total air seseorang dg BB rata-rata 70 kg adalah sekitar 40 liter ( 57% BB total)
Sejumlah kecil air disintesis di dlm tubuh sbg akibat oksidasi hidrogen dlm makanan, yaitu
sekitar 150 250 ml/hari tergantung pd kecepatan metabolisme
Masukan cairan normal termsk disintesis di dlm tubuh, rata-rata sekitar 2400 ml
Kira-kira seperenam jaringan tubuh merupakan ruang antara sel-sel, yg bersama-sama
dinamakan interstisial. Cairan di dalam ruangan ini dinamai cairan intertisial.
C. Kompartemen Cairan Tubuh
1. Kompertemen Cairan Intraselular (CIS) mengacu pada cairan dalam miliaran sel tubuh.
Kurang lebih dua pertiga cairan tubuh adalah cairan intraselular.

2. Kompertemen Cairan Ekstraselular (CES) yang terdiri dari seluruh cairan tubuh di luar sel,
mengandung sepertiga air tubuh.
Terdiri dari :
1) Cairan interstisial adalah Cairan di sekitar sel tubuh dan limfe adalah cairan dalam pembuluh
limfatik. Gabungan kedua cairan ini mencapai tiga perempatan CES.
2) Plasma darah adalah bagian cairan dari darah dan mencapai seperempat CES.
3) Serebrospinal adalah cairan yang terdapat di otak sampai sumsum tulang belakang.
4) Intraokuler adalah sifat khusus, sekresi &difusi
5) GITadalah cairan yang terdapat pada pencernaan.
6)

Potensial space adalah cairan

interpleura, peritoneal space, perikardial, ruang sendi.

Bertambah pada beberapa penyakit.


3. Komposisi Kompartemen Cairan
CES. Plasma darah dan cairan interstisial memiliki isi yang sama yaitu ion natrium dan
klorida serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion kalium, kalsium,
magnesium, fosfat, sulfat, dan asam organik.Perbedaannya adalah dalam hal protein ; plasma

mengandung lebih banyak protein dan cairan interstisial mengandung sangat sedikit protein.
CIS. Akibat pompa natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium dan kalium
interaselular berlawanan dengan yang ada dalam CES. Ion kalium intraselular berkonsentrasi
tinggi dan ion natrium intraselular berkonsentrasi rendah.Konsentrasi protein dalam sel

tinggi, yaitu sekitar empat kali konsentrasi dalam plasma.


4. Pergerakan Cairan AntarKompartemen
a. Antara Sel dan CES
Distribusi air di dalam dan di luar sel bergabtung pada tekanan osmotic
Tekanan osmotik berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut total (osmolalitas) di dalam dan

diluar sel. Air akan bergerak dari regia berosmolalitas rendah ke regia berosmolalitas tinggi.
Normalnya, osmolalitas di dalam dan luar sel adalah sama dan tidak ada penarikan atau

pengeluaran air menuju dan keluar sel.


Jika zat terlarut atau air tidak bertambah atau hilang,ekuilibrium osmotic sementara akan
tergantung. Air kemudian akan bergerak masuk atau keluar sel sampai ekuilibrium baru

tercapai.
b. Antara plasma dan cairan interstisial
Pergerakan air menembus membrane sel kapiler di atur oleh tekanan hidrostatik dan osmotic

sesuai tekanan yang di jelskan dalam hopetesis starling-landis.


Peningkatan tekanan hidrostatik kapilar atau penuran tekanan osmotic koloid plasma
mengakibatkan semakin banyak cairan inters tisial. Sebaliknya, penurunan tekanan

hidrostatik kapilar atau peningkatan tekanan osmotic koloid plasma menyebabkan pergerakan
cairan interstisial kedalam kapilar.
D. Keadaan Keadaan Khusus
1) Asupan dan Output air harian dari seseorang dengan aktivitas sedang dan suhu tubuh
adalah seimbang, yaitu sekitar 2.500 ml. dalam tubuh yang sehat, penyesuaian terhadap
keseimbangan air terjadi melalui peningkatan asupan air dalam mekanisme haus atau melalui
penurunan keluaran air oleh ginjal.
a. Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.
1) Makanan yang ditelan mengandung sekitar 700 ml air. Daging mengandung 50% sampai
75% dan beberapa jenis buah dan sayuran mengandung 95% air.
2) Air atau minuman lain yang konsumsi mencapai sekitar 1.600 ml.
3) Air metabolic yang dihasilkan melalui katabolisme mencapai sekitar 300ml. Katabolisme 1
g lemak menghasilkan 1,07 ml air; 1g karbohidrat, 0,55 ml air; dan 1 g protein , 0,41 ml air.
b. Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
1) Ginjal bertanggung jawab untuk kehilangan air terbesar (sekitar 1.500 ml).
2) Air juga hilang melalui kulit, yaitu saat berkeringatan dan melalui perspirasi tak kasat mata
(sekitar 500 ml), melalui evaporasi paru (300 ml), dan melalui saluran gastrointestinal (200
ml).
2) Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan air.
a. Pengaturan haus. Mekanisme haus di kendalikan oleh pusat haus dalam hipotalamus. Pusat
ini mengandung saraf spesifik yang disebut osmoreseptor yang letaknya dekat dengan
b.

neuron yang mensekresi hormon antidiuretik (ADH).


Stimulus utama untuk pusat haus adalah peningkatan osmolatitas plasma dan penurunan

1)

volume darah.
Peningkatan osmolatitas CES, seperti yang di akibatkan oleh ingesti natrium klorida
menyebabkan osmoreseptor kehilangan air, mengecil dan berdepolarisasi. Implus member
sinyal korteks serebral untuk memulai sensasi haus yang dapat dihilangkan dengan

meminium air.
2) Penurunan volume darah (tekanan darah), seperti yang terjadi akibat hemoragi, dirasakan
oleh baroreseptor kardiovaskular, dan mengaktifkan mekanisme haus. Juga, pelepasan renin
oleh ginjal mengakibatkan produksi angiotensin yang berlangsung bekerja pada otak intuk
menstimulasi sensasi haus.
3) Mulut dan kerongkongan kering menyebabkan sensasi haus.
3) Pengaturan hormonal untuk keluaran air.
a. ADH diproduksi untuk merespon stimulus osmotik dan nonosmotik yang sama yang
menyebabkan

sensasi

haus.

penurunankeluaran urine.
1) Peningkatan osmolatitas

ADH

mengakibatkan

plasma

menstimulasi

retensi

air

osmoreseptor

oleh

ginjal

dan

hipotalamus

dan

menyebabkan refleks sekresi ADH. Peningkatan konsentrasi ion natrium (hipernatremia) dan
glukosa (hiperglikemia) plasma merupakan stimulus utama untuk pelepasan ADH.

2) Penurunan volume darah sekitar 10% sampai 15% dirasakan oleh osmoreseptor
hipotalamus dan mengakibatkan peningkatan produksi ADH.
b. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron mengendalikan reabsorpsi ginjal terhadap ion
natrium dan ekskresi ion kalium. Angiontensin menstimulasi aldosteron yang di sekresi oleh
korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus kontortus distal agar reabsorpsi natrium
meningkat. Karena air secara osmotik mengikuti natrium, maka terjadi retensi air.
Peningkatan volume CES akibat retensi air akan menghambat produksi rennin.
E. Gangguan keseimbangan air
1) Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti
melalui mekanisme regulator normal. Dengan demikian tubuh berada dalam keseimbangan
air yang negative. Kehilangan air akibat kondisi abnormal atau stress terjadi melalui
hemoragi, demam, luka bakar, hiperventilasi, muntah, diare, atau keringat yang berlebiah.

2.3. Keseimbangan Elektrolit


A. Gambaran Singkat
1.

Pemeliharaan keseimbangan air dalam tubuh diatur melalui volume CES dan osmolatitas
yang pada gilirannya bergantung pada keseimbangan elektrolit CES karena osmolalitas

menentukan daya penarikan air suatu larutan.


2. Ion Natrium merupakan ion paling banyak (90%) dari kation yang ada dalam CES. Dengan
3.

demikian Natrium dan Anion pasangannya bertanggung jawab untuk osmolatitas CES.
Gangguan pada CES menyebabkan perubahan volume plasma dan tekanan darah. Dengan
demikian mekanisme pengaturan volume dan tekanana darah melibatkan pengendalian

4.

kandungan Natrium dalam tubuh.


Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam milliequivalen per liter
(mEQ/L) yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan listrik yang dibawa
oleh ion dalam setiap liternya.

B. Natrium
1. Keseimbangan sumber utama Natrium adalah makanan. Asupannya berfariasi mulai dari 4G
sampai 20G NaCl. Natrium dikeluarkan melalui kulit, ginjal, dan saluran gastrointestinal.
a. Keseimbangan Natrium positif terjadi jika asupan melebihi keluaran. Karena air terikat
dengan Natrium maka volume CES dan Plasma akan mengikat. Retensi air dan Natrium
dapat mengakibatkan penambahan berat badan dan terjadinya edema. Gagal jantung
kongestif atau penyakit ginjal adalah kondisi klinis yang dapat menyebabkan keseimbangan
natrium positif.
b. Keseimbangan natrium negative terjadi jika keluaran melebihi asupan peningkatan
kehilangan Natrium menyebabkan penurunan volume CES dan plasma dengan disertai
tekanan darah rendah dan sirkulasi yang tidak memadai.

2.

Pengaturan Natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi Natrium oleh ginjal
bukannya melalui asupan Nutrisi. Factor-faktor yang mempengaruhi mekanisme ginjal

meliputi gangguan pada volume darah, tekanan darah, atau natrium plasm.
a. Laju filtrasi glomelular (GFR) mengatur jumlah Natrium yang difiltrasi.
1) Contoh : penurunan tekanan darah mengakibatkan refleks vasokontriksi arteriol averen yang
mengurangi aliran darah kedalam glomerulus. Akibatnya, GFR menurun jumlah natrium yang
difiltrasi berkurang, jumlah natrium dan air yang diekskresi berkurang sehingga simpanan
garam dan air akan menaikkan tekanan darah.
2) Sebaliknya, Peningkatan kadar natrium darah yang disertai peningkatan tekanan darah pada
b.

akhirnya akan meningkatkan GFR dan ekskresi natrium serta air.


Aldosteron menstimulasi reabsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul dan saluran
distal ginjal serta dari kelenjar keringat, kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Ini
meningkatkan ekskresi ion kalium dan hydrogen pada tubulus kontortus distal dan duktus

pengumpul kendali pada sekresi aldosteron memiliki beberapa komponen.


1) System renin/angiostensin/aldosteron
a. Renin dilepaskan dari apparatus jukstaglomelularginjal untuk merespon tekanan darah yang
rendah, konsentrasi natrium yang rendah, penurunan tekanan arteri, dan kehilangan
air(hipopolemia).
b. Renin bergabung dengan angiotensinogen substrat dalam plasma dan merubahnya menjadi
c.

angiotensin 1 dan angiotensin 1 diubah dalam paru-paru menjadi angiotensin 2.


Angiotensin 2 yang secara tidak teraktivitasi dalam beberapa menit memiliki beberapa aksi
fisiologios langsung.
I.

Angiotensin 2 menstimulasi pelepasan aldosteron dari zoma

glomerulosa korteks adrenal.


II.
Angiotensin 2 menstimulasi haus.
III.
Angiotensin menstimulasi sekresi ADH dan ACTH. ACTH
mempertahankan pertumbuhan zona glomerulosa.
IV.
Angiotensin 2 adalah fase vasokonstriktor peningkatan kuat
2)

yang menyebabkan pengingkatan tekanan darah.


Kalium. Peningkatan konsentrasi ion kalium plasma sebesar 10% (hiperkalemia) secara
langsung menstimulasi pelepasan aldosteron.

Pelepasan aldosteron akan meningkatkan

sekresi K+ dalam tubulus kontortus distal saat natrium diabsorpsi.


C. Kalium
1.

Keseimbangan. Kalium adalah kation intraselular utama (95%). Ion ini secara normal
dikonsumsi dan di ekskresi dalam dalam jumlah yang seimbang, yaitu 10% dari asupan
harian diekskresi dalam feses dan 90% dalam urine.

2.

Fungsi. Kalium penting dalam aktivitas listrik saraf dan jaringan otot. Ion ini
mempertahankan osmolalitas dalam sel dan penting dalam metabolism selular. Kalium dalam

3.

CES memengaruhi keseimbangan asam basa cairan ini.


Pengaturan kadar kalium darah dikendalikan oleh aldosteron. Hormon lain yang

menstimulasi asupan selular terhadap kalium adalah insulin dan epimifrin.


4. Ketidakseimbangan kalium.
a) Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat terjadi akibat muntah dan diare, asupan natrium
berlebih, penyakit ginjal, atau akibat penggunaan obat diuretic untuk hipertensi dan edema.
Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia jantung.
b) Kalium berlebih (hiperkalemia) terjadi akibat ekskresi ginjal yang inadekuat. Hiperkalimia
dapat menyebabkan fibrilasi jantung dan membahayakan kehidupan.
D. Kalsium dan Fosfat
1. Distribusi
a) Kalsium pada dasarnya adalah elektrolit ekstraselular. Sebagian besar kalsium (99%) berada
dalam rangka, tempat nya berikatan dengan fosfat dalam bentuk Kristal hidroksiapatit
matriks. Sisanya berada di CES dan sejumlah jaringan.
b) Konsentrasi fosfat dalam CIS tinggi dan dalam CES rendah. Produk konsentrasi kalsium dan
fosfat dalam plasma akan tetap konstan walaupun ada peningkatan atau penuruna salah satu
ion. Umumnya, perubahan konsentrasi fosfat dalam CES hanya memiliki sedikit atau bahkan
2.

tidak memili efek fisiologis.


Keseimbangan. Faktor yang memengaruhi jumlah kalsium dalam plasma adalah jumlah
kalsium yang dikonsumsi, jumlah yang di absorpsi dari saluarn pencernaan, dan jumlah yang

diekskresi dalam urine feses.


3. Fungsi. Selain peran stukturalnya dalam tulang dan gigi, kalsium CES diatur secara seksama
karena penting dalam motilitas sel, pembekuan darah, kontraksi otot, konduksi saraf, respons
hormonal, dan proses sekretorik. Kebalikan dari fosfat, perubahan konsentrasi ion kalsium
memiliki efek yang signifikan.
4. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam CES dan plasma darah terutama dilakukan melalui
mekanisme hormonal.
a) Hormon paratiroid (dari kelenjar paratiroid) menstimulasi osteoklas dalam tulang untuk
melepas kalsium dan fosfat ke dalam CES. Hormon ini meningkatkan absorpsi kalsium dari
saluran pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Juga menurunkan ekskresi kalsium .
Konsentrasi kalsium darah yang rendah akan menstimulkasi pelepasan hormone paratiroid.
b) Kalsitonin (dari kelenjar tiroid) dilepas unutuk merespon konsentrasi kalsium darah yang
tinggi. Kalsitonin menghambat osteoklas dan menstimulasi osteoblas untuk membentuk
tulang.
c) Vitamin D. Esensial untuk pembentukan tulang baru, diaktifasi oleh hormone tiroid. Vitamin
ini meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal.

d) Motulator lain untuk kadar kalsium darah antara lain stress mekanis pada tulang, aktivitas
muscular yang berat dan lama, perubahan ph darah, dan hormon kelamin.
E. Anionlain, seperti klorida dan bikarbonat, diatur bersamaan dengan pengaturan ion natrium
dan keseimbangan asam basa tubuh. Sulfat, nitrat dan laktat memiliki maksimum transpor
(transport maximum). Jika maksimum transpornya terlewati ion yang berlebihan akan di
ekskresi

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis).
1. Keseimbangan Cairan

Pengertian
Cairan tubuh adalah satu kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal
volume dan unsur-unsur yang dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen

(hubungan osmotik).
Jumlah dan Distribusi
Jumlah cairan tubuh hampir 57 %
Sumber : air diminum dan metabolisme
Kehilangan cairan :

Kehilangan cairan meningkat pada suhu panas (3400 ml) dan pd gerak (6700 ml)
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompertemen Cairan Intraselular (CIS)
Kompertemen Cairan Ekstraselular (CES)

Komposisi Kompartemen Cairan


Pergerakan Cairan AntarKompartemen
Antara Sel dan CES
Antara plasma dan cairan interstisial

Keadaan Keadaan Khusus


Asupan dan Output air harian

Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.


Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan
air.
Pengaturan hormonal untuk keluaran air.

Gangguan keseimbangan air


Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti melalui
mekanisme regulator normal.

2. Keseimbangan Elektrolit
Gambaran Singkat

a.

Pemeliharaan keseimbangan air dalam tubuh diatur melalui volume CES dan osmolatitas
yang pada gilirannya bergantung pada keseimbangan elektrolit CES karena osmolalitas

menentukan daya penarikan air suatu larutan.


b. Ion Natrium merupakan ion paling banyak (90%) dari kation yang ada dalam CES. Dengan
demikian Natrium dan Anion pasangannya bertanggung jawab untuk osmolatitas CES.
c. Gangguan pada CES menyebabkan perubahan volume plasma dan tekanan darah. Dengan
demikian mekanisme pengaturan volume dan tekanana darah melibatkan pengendalian
kandungan Natrium dalam tubuh.
d. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam milliequivalen per liter
(mEQ/L) yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan listrik yang dibawa
oleh ion dalam setiap liternya.
Natrium
Kalium
Kalsium dan Fosfat
Anion lain

Daftar Pustaka
Sloane, Ethel. 2003.Anatomi dan Fisiologi.Buku Kedokteran EGC;Jakarta.
Diposkan oleh runi asih di 21.46
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: IDK III
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (30)

o November (8)
o April (3)
o Maret (19)

kanker payudara adalah jenis kanker penyebab kemat...

kanker serviks: ciri, penyebab dan pencegahan kank...

makalah muskuloskeletan

makalah bunyi dan cahaya

makalah fisiologi tidur

makalah teori dan konsep keperawatan

makalah komunikasi umum dalam keperawatan

makalah keseimbangan cairan dan elektrolit

makalah kulit

makalah anatomi fisiologi ginjal

makalah inkontinensia urine

makalah urine

think to learn

badai pasti berlalu

intropeksi diri

indahnya kebersamaan

sahabat

suka-sayang-merana

Rabbit

Mengenai Saya

runi asih
hi....
salam kenal dari aku, namaku runiasih, kalian bisa panggil runi atau asih, tanggal lahir
06 oktober 1994, sekarang aku masih bergelut dengan kuliahku di STIKes Wira
Medika Bali.
yang ingin tau lebih banyak lagi tentang runi, staytune trus yaa di akun ini :D
Lihat profil lengkapku

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh
lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari
cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur
secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya
terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan
mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total. Today Deal
$50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total : 1. Cairan Interstitiel: bagian
cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma darah. 2. Cairan
Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis. Merupakan suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahann yang
tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. v KONSEP
DASAR a. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh 1) Volume cairan Total jumlah
volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira2 60% dari BB pria dan 50%
dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas
sampai dengan 39 th untuk pria 60% dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB.
Usia 45-60 th untuk pria usia 55% dari BB dan wanita 47 % dari BB. Usia diatas
60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dai BB. Lemak jaringan
sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak
daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria. 2) Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler
dan ekstraselular. Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB,
sedangkan Cairan Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma

(Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti
limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS) (misalnya cairan cerebrospinalis,
sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3
%. b. Fungsi Cairan 1) Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature
tubuh. 2) Transport nutrient ke sel 3) Transport hasil sisa metabolism 4) Transport
hormone 5) Pelumas antar organ 6) Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam
system kardiovaskuler. c. Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan ditentukan
oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500
ml, dan kulit 600-800 ml. d. Pergerakan Cairan Tubuh Mekanisme pergerakan
cairan tubuh melalui 3 proses yaitu ; 1) Difusi Merupakan proses dimana partikel
yang terdapat dala cairan bergerak rai konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didisfusikan menembus
membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran moleku, konsentrasi
larutan, dan temperature. 2) Osmosis Merupakan bergeraknya pelarut bersih
seperti air, melalui membrane semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi
lebih rendah ke kkonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik. 3) Transpor
aktif Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. e. Pengaturan
Keseimbangan Cairan 1) Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga : a) Penurunan
fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus. b)
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga. 2)
Anti Diuretik Hormon (ADH) ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisisi dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini
meningkatkan rearbsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air. 3) Aldosteron Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang
bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang konsentrasi kalium, natrium serum dan system
angiotensin rennin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia. 4)
Prostaglandin Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan
dan berfungsi dalam merespn radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi
uterus dan mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal, prostaglandin bereran
mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH. 5)
Glukokortikoid Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah
naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan cairan (volume darah). f. Cara Penularan Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti : 1) Ginjal a) Merupakan
pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam c) Pada
orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari. d) Jumlah urine yang
dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron. 2) Kulit a) Hilangnya cairan melalui kulit

diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat b)
Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature
lingkungan yang meningkat dan demam. c) Disebut Insensible Water Loss (IWL)
sekitar 15 20 ml/24 jam. 3) Paru paru a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam. 4)
Gastrointestinal a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100 200 ml. b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1O C. g. Masalah keseimbangan cairan 1) Hipovolemik Adalah kondisi
akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH
dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut. Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda tanda penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak anak adanya penurunana jumlah air mata. 2)
Hipervolemia Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi
pada saat : a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air b) Fungsi
ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air c) Kelebihan
pembarian cairan d) Perpindaha CIT ke plasma. Gejala : sesak nafas,
peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes, edema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop. h. Ketidakseimbangan
asam basa 1) Asidosis respiratorik Disebabkan karena kegagalan system
pernafasan dalam membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan,
peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll). 2)
Alkalosis respiratorik Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada
kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH > 7,45. Penyebab : hiperventilasi
alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia dan emboli
paru. 3) Asidosis metabolic Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau
kehilangan basa. pH arteri < 7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt. Gejala ;
pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma. 4) Alkalosis
metabolic Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada
cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45.
Penyebab : mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO3 antasid, soda kue)
untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa keembung. Gejala : apatis, lemah,
gengguan mental, kram dan pusing Perbandingan antara Bikarbonat, pH dan
PaCo2 pada gangguan asam basa sederhana dapat dilihat pada table di bawah
ini : Gangguan Asam Basa HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 As. Metabolik Alk.
Metabolik As. Respiratorik Alk. Respiratorik Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan

Berat Badan. NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24 JAM) 1 3 hari 3,0 250 300 2 1
tahun 9,5 1150 1300 3 2 tahun 11,8 1350 1500 4 6 tahun 20 1800 2000 5
10 tahun 28,7 2000 2500 6 14 tahun 45 2200 2700 7 18 tahun (Adult) 54
2200 - 2700 B. PENGERTIAN ELEKTROLIT Elektrolit adalah substansi yanag
menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling
esensial yaitu : Pengaturan elektrolit a. Natrium (sodium) 1) Merupaka kation
paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES) 2) Na+ mempenagruhi
keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot. 3) Sodium diatur oleh
intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148
mEq/lt. b. Kalium (potassium) a) Merupakan kation utama dalam CIS b) Berfungsi
sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. c) Diperlukan untuk
pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam basa,
karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5
mEq/lt. c. Kalsium a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi
jantung, pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi. b) Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. c) Hormone paratiroid
mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. d) Hormon
thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang. d. Magnesium a)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. b) Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya 1,5-2,5
mEq/lt. e. Klorida a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt. f.
Bikarbinat a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan CES dan CIS. b) Bikarbonat diatur oleh ginjal. g. Fosfat a) Merupakan anion
buffer dalam CIS dan CES b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan pengaturan asam basa. c)
Pengaturan oleh hormone paratiroid 2. Gejala klinis kekurangan elektrolit : a.
Haus b. Anoreksia c. Perubahan tanda-tanda vital d. Lemas atau pucat e. Anak
rewel f. Kejang-kejang g. Kulit dingin h. Rasa malas C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT 1. Usia Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh,
metabolism yang diperlukan dan berat badan. 2. Temperature lingkungan Panas
yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari. 3. Diet Pada saat tubuh kekurangan
niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini menimblkan
pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler. 4. Stres Stres dapat
menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine. 5. Sakit Keadaan
pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan. D. CARA MENGHITUNG INFUS Dewasa
(Makro dengan 20 tetes / menit) Tetesan / menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3 Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x
factor tetesan Lama infuse (jam) x 60 menit Catatan : factor tetesan infuse
bermacam macam, dapat dilihat pada label infuse (10 per menit, 15 per menit,
20 tetes per menit). Anak Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) E. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan medis utama

diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan


tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan
penyakit. 2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan
glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik
seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk
menurunkan motilitas. 3. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius
telah teridentifiksi atau bila diare sangat berat. 4. Terapi cairan intra vena
mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan lansia.
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai