Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk memoertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikelpartikel
bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup.Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan
negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam-basa.Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang
peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari keseimbangan cairan dan elektrolit?


2.Apa definisi kebutuhan cairan elektrolit
3.Apa sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan elektrolit?
4.bagaimana kebutuhan cairan dan pengaturan elektrolit ?
5.apakah faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan&elektrolit ?
6.apakah masalah pada kebutuhan cairan &elektrolit ?
7.apakah pengertian keseimbangan asam basa?
8.apakah definisi difusi,osmosis,filtrasi ?
9.apakah pengertian oedema ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit Untuk
mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit Untuk
mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit .

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KESEIMBANG CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Pengertian Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuhmembutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
danlingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannyayang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanyadengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungansel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangancairan ini dinamakan “homeostasis”

2. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

3. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit.Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu
liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan
panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih
dingin).

2
4. Kebutuhan Cairan dan Pengaturan Eletrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
Cairan intravaskuler adalah cairan yang berda di dalam sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan didalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara
sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

a. Jenis Cairan Elektrolit

1. Asering
Asering diindikasikan untuk perawatan darah dan kehilangan cairan, tingkat kalsium
yang rendah, Hipokalsemia, kekurangan kalium, ketidakseimbangan elektrolit, natrium
yang rendah dalam darah, kadar natrium yang rendah, kadar kalium rendah, dan kondisi
lainnya. Asering Infusion mengandung komposisi aktif berikut: calcium chaloride
anhydrous, potassium chloride dan sodium chloride. Efek samping Asering yaitu: sakit
perut atau pembengkakan, mual, muntah, kaki lemah atau berat dan detak jantung tak
teratur.
2. Cairan Kristaloida
Kristaloida merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul
kecil yang dapat menembus membrane kapiler dengan mudah. Biasanya volume
pemberian lebih besar, onset lebih besar, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit
dan harga lebih murah.

3
5. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.

b. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Misalnya :

Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

f. Tindakan Medis

4
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

6. Masalah – Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Hipovolume atau Dehidrasi


Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penrunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vascular.
Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial., tubuh akan mengeluarkan cairan
keluar sel.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu sebagai
berikut :
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada
air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume


ekstrasel berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan
cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi
kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen,
serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke
pembuluh darah.

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdarkan derajatnya adalah sebagai


berikut:
a. Dehidrasi berat

5
1) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 liter.
2) Serum natrium 159-166 mEq/l.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria, nadi, dan pernapasan meningkat.
6) Kehilangan cairan mencapai >10% BB.
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 L / antara 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158 mEq/l
3) Mata cekung
c. Dehidrasi ringan
1) Kehilangan cairan mencapai 5% BB
2) Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 L

2. Hipervolume atau Overdehidrasi


Terdapat dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar
jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang
berada di daerah perifer atau akan mencekung setelah di tekan di daerah yang bengkak. Hal ini
disebabkan karena perpimdahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema
tidak
menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan pengumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan
vascular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial, sehingga menyebabkan edeme anasarka (edema yang terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membarn paru-paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah
penumpukan sputum, dyspnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema ini disebabkan oleh
gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan
perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.

B. KESIMBANGAN ASAM BASA

Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam
karbonat. Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol
dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam
dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk
memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang
terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.

6
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal

a. Sistem Buffer

Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir


kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion
hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH
dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan
asam karbonat.Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma
protein,hemoglobin,dan posfat.

b. Pengaturan pernapasan

Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan


karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika
karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi
sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun. Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.

Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan


keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan
bikarbonat.

Paru-Paru Ginjal

CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + HCO3

c. Pengaturan oleh Ginjal

Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-
seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran
selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun
(asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen.
Pada keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan
menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.

7
d. Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
#pH 7,0 adalah netral
# pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
# pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa
kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH
yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa


darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung


terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu
komponenasam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan’karbondioksida
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang’dihasilkan’oleh’sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan(dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan’kecepatan’dan’kedalaman’pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih
asam.

8
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru
mampu’mengatur’pH’darah’menit’demi’menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung


kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru
atau kelainan pernafasan.

C.DIFUSI

Difusi atau diffusion merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke


seluruh dunia. Difusi dijadikan sebagai salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama
sub-ilmu antropologi diakronik.

Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari
satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur
kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-
individu dari kebudayaan lain.

Bentuk-Bentuk Difusi

Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena
dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di
dunia. Hal ini terutama terjadi pada zaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat
manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat
itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.

9
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari
suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena
adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali.
Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli
agama.

Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi
ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari
kelompok
tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung
dengan 3 cara, yaitu :

1. Hubungan symbiotic

Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-
masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo,
Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil
berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan
mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku
tidak berubah.

2. Penetration pacifique (pemasukan secara damai)

Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan


perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-
unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima
dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh
para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja,
dan kadang-kadang dengan paksa.

3. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)

Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkankarena
peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya
kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses
pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan.

Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses difusi
yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku bangsa. Konsep
stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur kebudayaan yang dibawa
ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-
unsur kebudayaan yang dianggapsebagai kebudayaan yang baru oleh warga penerima,
walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing tersebut.

10
Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:

1. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu
lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
2. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan
berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan
penerima.

Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-
unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar
lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.

Contoh-Contoh Difusi

Pada kalangan masyarakat Indonesia, contoh difusi yang terjadi dapat dilihat pada
berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri
merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata
dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa
daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.

Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi
dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru
dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam dua bahagian proses, yakni:

1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang
mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern
ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur
bahasa asing sehingga menjelma menjadibentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan,
ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan
bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa
Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata

OSMOSIS

Pengertian osmosis
Osmosis merupakan suatu proses perpindahan zat pelarut melalui membran semipermiabel
dari larutan berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi (hipertonis) hingga larutan tersebut mencapai konsentrasi seimbang.
Pada proses osmosis suatu partikel molekul zat pelarut bergerak dari larutan encer (konsentrasi

11
rendah) menuju larutan yang lebih pekat (konsentrasi tinggi).

Peristiwa osmosis merupakan salah satu peristiwa yang berlangsung secara alami.
Peristiwa osmosis dapat dikurangi atau dihambat dengan cara meningkatkan tekanan
pada bagian yang lebih pekat (konsentrasi tinggi) melebihi konsentrasi yang lebih encer.
Tekanan yang diaplikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses osmosis dari
pelarut murni atau larutan encer ke dalam larutan yang lebih pekat disebut tekanan
osmotik buatan.

Ada 3 kemungkinan yang akan dialami oleh sel akibat peristiwa osmosisi, yaitu :
a. Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan.
Plasmolisis terjadi apabila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam suatu
larutan hipertonis.
b. Krenasi
Krenasi adalah peristiwa mengkerut sel. Krenasi terjadi apabila sel berada pada
larutan hipertonis.
c. Lisis
Lisis adalah peristiwa robeknya membran plasma sel. Lisis terjadi apabila sel
terjsebut berada pada larutan hipotonis.

FILTRASI

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan
hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari
daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa
Na-K

12
D. OEDEMA

Penyakit edema dalam istilah awam biasa disebut sembab merupakan istilah yang
digunakan pada kondisi medis berupa pembengkakan jaringan lunak. Pembengkakan ini
dapat terjadi sebagai akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan di dalam jaringan lunak
tubuh seperti di bawah kulit.

Edema merupakan gejala penyakit yang sering ditemui, baik pada penyakit yang
ringan seperti pada gigitan serangga dan alergi kulit maupun penyakit yang parah seperti
pada gagal ginjal dan gagal jantung. Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai pengertian
edema dan apa yang menyebabkan edema.

Pengertian Edema Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang


interstitial (celah di antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada
kondisi yang normal secara umum cairan tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di
dalam dua ruangan yaitu pembuluh darah dan ruang – ruang interstitial. Apabila terdapat
gangguan pada keseimbangan pengaturan cairan tubuh, maka cairan dapat berakumulasi
berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga menimbulkan edema. Namun apabila cairan
sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu
rongga – rongga tubuh seperti perut dada dan rongga perut.

Penyebab Terjadinya Edema

Ada banyak kondisi medis yang dapat menjadi penyebab edema, namun pada prinsipnya
edema dapat terjadi sebagai akibat dari empat hal berikut ini :

1. peningkatan tekanan hidrosatik : tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang


mengalir di dalam pembuluh darah. Peningkatan tekanan hidrostatik seperti pada gagal
jantung dan penyakit liver akan menyebabkan adanya hambatan terhadap pada cairan
yang mengalir di dalam pembuluh darah, sehingga cairan cenderung untuk berpindah
ke ruang interstitial.
2. penurunan tekanan onkotik plasma : tekanan onkotik merupakan tekanan yang
mempertahankan cairan tetap di pembuluh darah, tekanan ini dipengaruhi oleh albumin.
Penurunan tekanan onkotik akibat gangguan pembentukan albumin seperti pada
penyakit liver atau kebocoran albumin seperti pada gagal ginjal akan menyebabkan
cairan cenderung untuk berpindah ke ruang interstitial.
3. obstruksi limfatik : hambatan pada aliran cairan limfa seperti pada tumor ganas stadium
lanjut, juga dapat menyebabkan cairan cenderung berpindah ke ruang interstitial
4. peradangan : pada -peradangan baik akut maupun kronis dapat menyebabkan
pelebaran pada celah antar sel sehingga cairan akan lebih banyak terkumpul di ruang
interstitial .

13
Jenis – jenis Edema Pada Manusia

Secara umum edema dapat dibagi menjadi dua jenis edema lokal dan edema general.
Edema lokal ialah apabila pembengkakan terjadi pada sebagian tubuh atau satu sisi tubuh saja,
misalny kaki bengkak, bibir bengkak, mata bengkak, dan sebagainya. Sedangkan edema
general ialah apabila pembengkakan terjadi pada lebih dari satu bagian tubuh. Edema general
disebut edema anasarka apabila akumulasi cairan yang berlebihan terjadi bersamaan dan
tersebar secara luas di dalam semua jaringan dan rongga tubuh yang terjadi pada saat yang
bersamaan. Pada umumnya edema merupakan gejala dari penyakit yang dapat berkurang
hingga menghilang dengan pengobatan terhadap penyebabnya namun apabila edema ini terjadi
pada paru – paru, hal ini merupakan kondisi medis akut yang harus mendapat perhatian dan
penangan yang segera. Edema paru adalah akumulasi cairan berlebihan di dalam alveoli
(kantung udara) paru – paru. Edema paru dapat disebabkan oleh penyakit gagal jantung dan
penyakit gagal ginjal. Pada edema paru, cairan di alveoli tersebut akan menyebabkan gangguan
pada difusi oksigen sehingga oksigen yang masuk ke dalam aliran darah menjadi berkurang.
Kondisi ini menyebabkan penderita sulit bernapas dan bernapas pendek hingga lemas akibat
kekurangan oksigen. Apabila tidak mendapat penanganan segera kekurangan oksigen akibat
edema paru dapat berisiko menyebabkan kematian.

Proses pembentukan oedema

Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang intertisial yang terlokalisai.


Edema terjadi karena hal sebagai berikut.
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume darah.
Peningkatan tekanan hidrostatik mengakibatkan pergerakan cairan ke jaringan
sehingga terjadi penumpukan cairan edema. Di samping itu,peningkatan tekanan
hidrostatik juga berakibat meningkatnya resistansi vaskuler perifer yang kemudian
meningkatkan tekanan ventrikel kiri jantung sehingga berakibat pada adanya edema
pada paru. Keadaan yang dapat meimbulkan edema karena peningkatan tekanan
hidrostatik gagal jantung,obstruks vena pada ibu hamil.
2. Peningkatan 1permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi. Keadaan ini
memungkinkan cairan intravascular akan bergerak ke interstisial.
3. Penurunan tekanan plasma onkotik karena kadar protein plasma rendah seperti
karena malnutrisi,pemyakit ginjal,dan penyait hati. Protein plasma berfungsi menahan
cairan atau volume cairan vascular atau intrasel,sehingga jika terjadi penurunan maka
cairan banyak keluar ke vaskuler atau keluar sel.
4. Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat,sehingga cairan masuk
kembali ke kompartemen vascular.
5. Gagal ginjal yakni pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan penumpukan
cairan dan reabsopsi natrium yang berlebihan mengakibatkan air bertahan pada
interstisial.

14
3 Ketidakseimbangan Volume

a. Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF). Kekurangan volume cairan


ekstraseluler atau hipovolemia didefiniikan sebagai kehilangan cairan tubuh
isotonic,yang disetai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama.
Kekurangan volume isotonic seringkali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hypernatremia. Cairan
isotonik adalah cairab yang konsentrasi/kepekatannya melebihi cairan tubuh,
contohnya cairan yang konsentrasi zat terlarut//kepekatannya melebihi cairran
tubuh,contohnya cairan 5% dalam NaCL ,normal, Dekstrosa 5% dalam RL, Dekstrosa
5%
dalam NaCL 0,45%. Cairan hipotonik adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekatannya kurang dari cairan tubuh,contohnya larutan Glukosa 2,5%,NaCL
0,45 % NaCL 0,33%

b. Kelebihan Volume ECF. Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan
air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira sama-sama. Dengan akan berpindah
ke kompartemen cairan interstisial sehingga menyebabkan edema.
Edema adalahh penumpukan caira interstisial yang berlebihan. Edema dapat
terlokalisasi atau generalisata.

4. Ketidakseimbangan Osmolaritas dan Perubahan Komposisional


Ketidakseimbangan osmolaritas melibatkan zat kadar terlarut dalam cairancairan
tubuh. Oleh karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara
osmotic dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolaris (overhidrasi) adalah
hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium didalam plasma dan hypernatremia
yaitu tingginya kadar natrium didalam plasma.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan
sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Saran

Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga
dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila
kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak
mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien, Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Senin, 26


November 2012 pukul 15.00 WIB

. http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-
danElektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari diakses

17
18

Anda mungkin juga menyukai