Anda di halaman 1dari 9

https://stikes-nhm.e-journal.

id/OBJ/index

Article
Baby Blues Syndrome Trens In Post-Mother In The Work Area of The Benu-Benua
Community Health Center
1
Rahmawati*, 2Junuda, 3Rita Rukmiyanti
1
Department Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Kendari, Indonesia
2
Rumah Sakit Umum Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari, Indonesia
3
Departemen Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Kendari, Indonesia

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Recieved: March 03, 2021


Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan
Final Revision: March 10, 20221
keluarga dengan kecenderungan sindrom baby blues
Available Online: March 29, 2021
pada ibu pasca melahirkan. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional menggunakan
KEYWORDS pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian meliputi
pasien telah melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas
Dukungan keluarga, Sindrom baby
Benu-Benua berdasarkan buku registrasi rekam medik
blues, Ibu pasca melahirkan
dalam periode Januari-Desember 2019 berjumlah 112
CORRESPONDENCE orang. Jumlah sampel sebanyak 53 orang dan di tentukan
berdasarkan Accidental Sampling. Analisis data yang
Phone: +62 852-4164-1115 dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil
E-mail: rahmawati.kdi82@gmail.com penelitian ini terdapat hubungan sedang antara dukungan
keluarga (0,000) dan paritas (0,003) dengan
kecenderungan sindrom baby blues pada ibu pasca
melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua.
Simpulan terdapat hubungan dukungan keluarga dan
paritas dengan kecenderungan sindrom baby blues pada
ibu pasca melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Benu-
Benua.

I. PENDAHULUAN akan bersemangat mengasuh bayinya,


namun sebagian ibu yang kurang
Pada kelahiran pertama, seorang ibu
berhasil menyesuaikan diri dengan baik
mengalami perubahan kondisi dimana
akan mengalami perubahan emosi
perubahan peran dan bertambahnya
(Dahro, 2012).
tanggung jawab yang harus
Perubahan emosi yang terjadi seperti
dilaksanakan di dalam keluarganya.
mengalami kesedihan atau kemurungan,
Dibutuhkan adanya penyesuaian diri
mudah cemas tanpa sebab, menangis
dalam menghadapi peran dan aktivitas
tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya
baru sebagai seorang ibu terutama pada
diri, sensitif atau mudah tersinggung,
minggu-minggu pertama setelah
serta merasa kurang menyayangi
melahirkan anak. Seorang ibu yang
bayinya. Perasaan-perasaan ini
berhasil dalam menyesuaikan diri
biasanya muncul sementara waktu, yaitu
dengan peran dan aktivitas barunya

Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights


reserved
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

sekitar dua hari hingga dua minggu Belanda tahun 2001 diperkirakan 2-10%
sejak kelahiran bayi atau biasa disebut ibu melahirkan mengidap gangguan ini.
dengan post-partum blues. Masyarakat Menurut (Bobak, Lowdermilk, 2005) di
umum menyebutnya dengan baby blues Indonesia kejadian postpartum blues
atau maternity blues (Dahro, 2012). yaitu 50-70% dan hal ini dapat berlanjut
Sindrom baby blues merupakan sindrom menjadi depresi postpartum blues
gangguan mood ringan yang sering tidak dengan jumlah bervariasi dari 5% hingga
dipedulikan oleh ibu pasca melahirkan, lebih dari 25% setelah ibu melahirkan.
keluarganya atau petugas kesehatan Dari kantor BKKBN Provinsi Aceh pada
yang pada akhirnya sindrom baby blues tahun 2012 mengalami depresi berat
dapat berkembang menjadi depresi setalah melahirkan, gejala depresi
psikopatologis yaitu ibu mengalami seperti tidak nafsu makan dan susah
masalah hubungan perkawinan bahkan tidur merupakan keluhan yang paling
dengan keluarga dan tumbuh kembang sering diutarakan pada ibu pasca
anaknya. Gambaran klinis sindrom baby melahirkan (Fitriana & Nurbaeti, 2015).
blues ditandai dengan episode Penelitian yang telah dilakukan
menangis, merasa depresi, ansietas, (Oktaputrining et al., 2018) menunjukkan
iritabilitas, merasa terpisah dan jauh dari 70% primipara yang kurang memiliki
bayinya, hipokondriasis ringan, sulit tidur dukungan sosial baik dalam bentuk
dan tidak dapat berkonsentrasi (Basant, dukungan emosional, informasi,
Paul J L, 2011). instrumental, penghargaan dari suami,
Suatu penelitian di negara yang pernah keluarga, tetangga maupun tenaga
dilakukan seperti di Swedia, Autralia, kesehatan akan mengalami post partum
Italia dan Indonesia dengan sindrom. Hal ini menunjukan betapa
menggunakan EPDS (Edinburg Post- pentingnya dukungan yang diberikan
natal Depression Scale) tahun 1993 kepada ibu primipara untuk mengurangi
menunjukkan 73% wanita mengalami dampak munculnya postpartun sindrom.
post-partum blues (Munawaroh, 2008). Tingginya penyakit gangguan emosional
Prevalensi kejadian postpartum blues yang terjadi di Tanah Air masih menjadi
dari berbagai negara, berkisar antara 10- masalah besar. Hasil Data Riset
34% dari seluruh persalinan. Angka Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
kejadian postpartum blues di luar negeri 2013, menyatakan bahwa prevalensi
(Jepang) cukup tinggi mencapai 26-85%. gangguan mental emosional yang
Secara global diperkirakan 20% wanita ditujukan dengan gejala-gejala depresi
melahirkan menderita postpartum blues dan kecemasan adalah sebesar 6% atau
(Munawaroh, 2008). sekitar 14 juta orang daru populasi
Penelitian di negara barat menunjukan penduduk Indonesia, dengan
kejadian lebih tinggi menunjukkan menunjukan ibu melahirkan paling tinggi
kejadian lebih tinggi dibandingkan di Indonesia adalah Jawa Tengah sekitar
dengan yang pernah dilaporkan dari 99,89% (Kemenkes, 2014), kecemasan
asia, pada penelitian yang dilakukan pada ibu postpartum yang tidak dapat
terhadap 154 wanita pasca melahirkan teratasi dapat menyebabkan depresi
di Malaysia pada tahun 2009 dilaporkan postpartum dan gangguan mental
angka kejadian 3,9%, terbanyak dari ras lainnya yang menggangu kesehatan.
India (8,9%), Melayu (3,0%), dan tidak Wanita 2 kali lebih banyak mengalami
adanya kasus pada ras Cina. Penelitian kecemasan dibanding pria (Hawari,
di Singapura dilaporkan angka kejadian 2006).
sebesar 1%. Sedangkan penelitian pada Berdasarkan uraian latar belakang
tahun 2010 didapatkan angka post- masalah maka peneliti tertarik untuk
partum blues sekitar 10%-20%. Di meneliti tentang hubungan dukungan

2
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

keluarga dengan kecenderungan pada table 1 dan hubungan antar


sindrom baby blues pada ibu pasca variable yang disajikan pada table 2.
melahirkan di wilayah kerja Puskesmas
Benu-Benua.

II. METODE
Penelitian ini adalah penelitian analitik
observasional dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional. Sampel
penelitian adalah semua ibu yang
melahirkan dan terdata dalam rekam
medik di Puskesmas Benu-Benua dan
keluarga yang tinggal serumah yang
dipilih menggunakan metode accidental
sampling dengan jumlah 53 responden.
Kriteria inklusi sebagai berikut 1)
Masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Benu-Benua, 2) Ibu pasca
melahirkan ≤14 hari, 3) Bersedia
menjadi responden dalam penelitian dan
menandatangani surat persetujuan
setelah penjelasan (informed consent)
4) Keluarga (suami, orang tua,
mertua dan saudara) yang tinggal
serumah dengan ibu pasca melahirkan
sedangkan ibu pasca melahirkan
dengan penyakit kronis atau penyakit
gangguan psikotis dikeluarkan. Cara
pengumpulan data dengan mendatangi
responden untuk melakukan mengisi
kuisioner. Untuk kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini yaitu
kuesioner dukungan suami. Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur
sindrom baby blues (depresi pasca
melahirkan) adalah Edinburgh Postnatal
Depresion Scale (EPDS). Sedangkan
variable paritas ditanyatakan langsung
pada responden tentang frekuensi
melahirkan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji statistik dengan
korelasi Spearman dengan tingkat
kepercayaan 95%.

III. HASIL
Hasil penelitian ini menyajikan beberapa
karakteristik responden yang disajikan

3
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

Table 1. Karakteristik Responden Dukungan Keluarga Pada Ibu Pasca Melahirkan di


Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Pada Kelompok Responden Ibu dan Kelompok
Responden Keluarga
Distribusi
Karakteristik Responden Responden Ibu Responden Keluarga
n % n %
Umur

18 - 25 Tahun 39 73.6 8 15.1


26 - 35 Tahun 11 20.8 15 28.3
36 - 45 Tahun 3 5.7 10 18.9
46 – 55 Tahun 0 0 20 37.7
Jenis Kelamin

Perempuan 53 100 28 52.8


Laki-laki 0 0 25 47.2
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 0 0 0 0
Tamat SMP 9 17 6 11.3
Tamat SMA/SMK 31 58.5 30 56.6
Diploma/Sarjana 13 24.5 17 32.1
Pekerjaan
Tidak Bekerja 38 71.7 20 37.7
Bekerja 15 28.3 33 62.3
Penghasilan

≤ 2.5 juta 43 81.1 40 75.5


≥ 2.5 juta 10 18.9 13 24.5
Paritas
Primipara 38 71.7 0 0
Multipara 15 28.3 0 0
Jenis Persalinan

Normal 43 81.1 0 0
Caesar 10 18.9 0 0
Hubungan Keluarga
Suami 0 0 24 45.3
Orang Tua Kandung 0 0 16 30.2
Mertua 0 0 10 18.9
Saudara Kandung 0 0 3 5.7
Orang yang tinggal Serumah

< 5 Orang 0 0 13 24.5


>5 orang 0 0 40 75.5
EPDS

Kemungkinan Depresi
Rendah 16 30. 0 0
2

Mengalami Sindrom
37 69. 0 0
Baby Blues
8

4
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

Dukungan Keluarga

Baik 0 0 12 22.6
Cukup Baik 0 0 18 34
Kurang Baik 0 0 23 43.4

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden dominan berstatus suami


pada responden ibu dari 53 orang dengan jumlah anggota keluarga
responden umur responden pada ibu dalam rumah dominan > 5 orang.
pasca melahirkan terbanyak adalah Berdasarkan hasil penelitian tentang
responden yang berumur 18-25 tahun status sindroma baby blues dominan
sebanyak 38 orang (73.6%) dengan mengalami gejala pada keluarga yang
tingkat pendidikan terbanyak tamat memiliki hubungan kurang baik
SMA atau sederat. Pekerjaan dengan anggota keluarga dalam
responden terbanyak adalah berstatus rumah.
tidak bekerja dengan penghasilan Hubungan Dukungan Keluaraga
dominan ≤ 2.5 juta per bulan. dengan Kecenderungan Sindrom Baby
Primipara masih mendominasi Blues pada Ibu Pasca Melahirkan di
responden dengan metode persalinan Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
normal. Hubungan antara responden Benua dapat dilihat pada tabel 2
dengan keluarga lain yang menjadi berikut:

Tabel 2. Hubungan Dukungan Keluaraga dengan Kecenderungan Sindrom Baby blues


pada Ibu Pasca Melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua

Variabel
Dukungan
Keluarga Kemungkinan Mengalami
p value r
Depresi Sindrom Total
Rendah Baby Blues
Baik 9 17 3 5.7 12 22.7 0.000 0.525
Cukup 5 9.4 13 24.5 18 33.9
Kurang 2 3.8 21 39.6 23 43.9
Paritas
Multipara 9 17, 6 11,3 15 28,3 0.003 0.408
0

5
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

Primipara 7 13, 31 58,5 38 71,7


2

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari akan muncul gangguan suasana


16 responden (30.2%) yang hati, perasaan sedih dan tekanan
kemungkinan depresi rendah ada 9 yang dialami oleh seorang wanita
orang (17%) yang mendapat dukungan setelah melahirkan yang
keluarga baik, 5 orang (9.4%) yang berlangsung pada minggu pertama
mendapat dukungan keluarga cukup dan kedua. Gangguan tersebut
baik dan ada 2 orang (1.8%) yang disebut dengan post-partum blues.
mendapat dukungan keluarga kurang Berdasarkan hasil penelitian
baik. Sedangkan 37 responden yang telah dilakukan pada 53
(69.8%) yang mengalami sindrom baby responden dengan mengisi
blues ada 3 orang (5.7%) yang kuesioner Edinburgh Postnatal
mendapatkan dukungan keluarga baik, Depresion Scale (EPDS) dan 53
ada 13 orang (24.5%) yang keluarga ibu yang mengisis
mendapatkan dukungan keluarga kuesioner dukungan keluarga
cukup baik dan ad 21 orang (39.6%) diperolah hasil adanya hubungan
yang mendapatkan dukungan keluarga antara kedua variable bahkan
kurang baik. Hasil uji korelasi memiliki status hubungan sedang.
diperoleh p-value = 0.000 dan r = 0,525 Dukungan keluarga
yang menunjukan bahwa terdapat merupakan kegiatan mendukung
korelasi sedang antara dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga dengan kejadian sindrom keluarga, sehingga individu yang
baby blues pada ibu pasca melahirkan. terkait merasakan bahwa dirinya
Pada variabel kedua diperhatikan dan dihargai oleh
menunjukkan bahwa dari 16 keluarganya karena mendapatkan
responden yang kemungkinan depresi bantuan dari orang-orang yang
rendah, dominan memiliki status dianggap berarti dalam hidupnya
multipara sebanyak 9 orang (17%) dan (Alifariki, L.O, Kusnan et al., 2020).
7 orang (13,2%) berstatus primipara. Dukungan keluarga yang
Sedangkan pada 37 ibu yang kurang baik memiliki
menderita sindroma baby blues, kecenderungan terjadinya
dominan berstatus primipara sebanyak perubahan emosi pasca
38 orang (71,7%) dan multipara melahirkan yang lebih besar
sebanyak 15 orang (28,3%). Hasil uji dibandingkan dengan seorang ibu
korelasi diperoleh p-value = 0.003 dan yang mendapatkan dukungan baik
r = 0,408 yang menunjukan bahwa dari keluarga. Dukungan keluarga
terdapat korelasi sedang antara status yang diberikan pada ibu akan
paritas dengan kejadian sindrom baby berpengaruh dalam menjalani
blues pada ibu pasca melahirkan. masa nifas yaitu adanya tanggung
jawab ibu dalam mengurus bayi
IV. DISKUSI dan rumah tangga. Adanya
1. Dukungan keluarga dukungan keluarga yang baik
Secara psikologis, seorang maka tanggung jawab ibu akan
wanita yang baru saja melahirkan lebih ringan dibandingkan dengan
akan mengalami tekanan psikis. tanggung jawab ibu yang
Banyak wanita yang sepintas mendapatkan dukungan keluarga
merasa bahagia dengan kelahiran yang kurang baik.
bayinya, namun sejalan dengan itu

6
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

Dukungan keluarga dapat mengenai hubungan dukungan


diberikan secara emosional yang keluarga dengan post-partum
mencakup rasa cinta dan sayang blues di wilayah kerja puskesmas
yang akan membuat ibu merasa Kajhu kecamatan Baitusalam
diperhatikan, dan dapat kabupaten Aceh Besar tahun 2013
mengurangi kesedihannya, bahwa 85 responden yang
sedangkan pemberian informasi mendapatkan dukungan keluarga
yang meliputi pemberian nasehat mengalami postpartum blues
untuk mengatasi masalah sebanyak 34 responden (40%)
membuat ibu mempunyai tempat dan yang tidak mengalami
untuk mengatasi masalah postpartum blues sebanyak 51
membuat ibu dalam mempelajari responden (60%) dan dari 67
atau beradaptasi dengan peran responden (100%) yang tidak
barunya sebagai ibu, pemberian mendapat dukungan keluarga,
instrumental yang berbentuk mengalami postpartum blues
bantuan dalam merawat bayi sebanyak 41 responden (61,21%)
sehingga ibupun memiliki waktu dan yang tidak mengalami
beristrahat dan memiliki kualitas postpartum blues sebanyak 26
tidur yang baik karena harus responden (38.8%).
terbangun di malam hari untuk Sesuai dengan pendapat
menyusui bayinya dan penilaian (Nirwana, 2011) yaitu faktor yang
membuat ibu merasa dihargai mempengaruhi post-partum blues
usahanya dalam merawat bayi, adalah faktor psikologi yang
dan mendapatkan hubungan meliputi dukungan keluarga
timbal balik dari suami, orang tua khususnya suami. Dalam asuhan
dan mertua hal ini membuat ibu pasca persalinan dukungan
termotivasi untuk melakukan hal keluarga sangat diperlukan.
yang lebih baik lagi dalam Seperti diketahui bahwa di
menjalankan perannya sebagai ibu Indonesia, keputusan suami dan
baru. arahan dari ibu sangat
Dukungan keluarga yang berpengaruh dan menjadi
diberikan kepada ibu akan pedoman penting bagi si ibu dalam
mengurangi terjadinya sindrom praktik asuhan bayinya sehari-hari.
baby blues, hal ini sesuai dengan Bila suami dan keluarga tidak
teori yang dikemukakan oleh mendukung, ibu pasca melahirkan
(Ariyanto, 2009) yang menyatakan biasanya merasa sedih dan
bahwa manfaat dukungan social kewalahan dalam mengasuh
secara efektif menurunkan bayinya di hari-hari pertama
keadaan yang membahayakan setelah melahirkan.
secara psikologis pada saat-saat Hal ini sejalan dengan
penuh ketegangan. Dukungan penelitian yang dilakukan
sosial juga muncul untuk (Fatmawati, 2015) yang
menurunkan kemungkinan sakit menyimpulkan bahwa dukungan
dan mempercepat kesembuhan, keluarga sangat penting dan tidak
dan dukungan keluarga adalah bisa diremehkan, dan yang tidak
salah satu bantuk dari dukungan kalah penting membangun
sosial. suasana positif, dimana ibu
Penelitian ini sejalan dengan merasakan hari-hari pertama yang
penelitian yang dilakukan oleh melelahkan. Oleh sebab itu
(Yulianti, 2013) (Yulianti, 2013) dukungan atau sikap positif dari

7
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

pasangan dan keluarga akan dengan penelitian (Fatmawati,


memberi kekuatan tersendiri bagi 2015) yang menyatakan kejadian
ibu. Bukan hal yang mudah untuk post-partum blues paling banyak
beradaptasi dengan peran baru terjadi pada ibu primipara yang
sebagai ibu, apabila ibu tidak mempunyai peluang 1,94 kali
dapat beradaptasi dengan baik untuk mengalami postpartum
maka akan mengalami gangguan blues dibandingkan dengan ibu
psikologis seperti stress, sehingga multipara.
tidak dapat berfungsi dengan baik Hasil penelitian ini sesuai
sebagai seorang ibu yang akan dengan penelitian (Deal & Holt,
mengganggu hubungan antara ibu 1998), mengemukakan bahwa
dan anak. pada ibu primipara. Wanita
primipara baru memasuki
2. Paritas perannya sebagai seorang ibu,
Hasil penelitian menunjukkan tetapi tidak menutup kemungkinan
adanya hubungan sedang antara terjadi pada ibu yang pernah
status paritas dengan munculnya melahirkan, yaitu jika ibu
gejala sindroma baby blue. mempunyai riwayat postpartum
Ibu primipara lebih berisiko blues sebelumnya.
mengalami baby blues, karena kejadian post-partum blues
pada ibu primipara merupakan sering dialami oleh ibu yang baru
persalinan dan pengalaman pertama kali melahirkan karena
pertama sehingga ibu kurang siap hal ini berhubungan dengan
untuk menghadapi persalinan. kemampuan atau pengalaman ibu
Wanita primipara berada dalam dalam menghadapi masalah-
proses adaptasi, jika sebelum masalah yang terjadi dalam
memiliki anak hanya memikirkan merawat bayi. Ibu yang belum
diri sendiri begitu bayi lahir apabila berpengalaman akan memberikan
ibu tidak paham dengan perannya dampak terhadap perawatan yang
ia akan kebingungan sementara diberikan kepada bayinya.
bayinya harus tetap dirawat Pengetahuan ibu juga mempunyai
(Masruroh, n.d.). Bobak et al pengaruh besar terhadap
menyatakan bahwa ibu primipara perawatan yang dilakukan kepada
yang belum berpengalaman dalam anaknya (Jayasima et al., 2014).
pengasuhan anak termasuk salah
satu kriteria ibu yang rentan
mengalami gangguan emosional V. KESIMPULAN
dan membutuhkan dukungan Semakin kuat dukungan keluarga
tambahan (Alfari, 2014),(Siagian, maka peluang terjadinya sindroma
Heriviyatno J, Alifariki, L.O, 2020). baby blues semakin kecil,
Pada hasil penelitian ini begitupula pada ibu yang
menunjukan bahwa kejadian post- berstatus multipara lebih sedikit
partum terbanyak pada paritas yang menderita sindroma baby
anak pertama (primipara) blues.
sebanyak 68.8%. Hal ini sejalan
DAFTAR PUSTAKA Blues Syndrom.
Alifariki, L.O, Kusnan, A., Binekada, I.
Alfari, I. (2014). Strategi M. C., & Usman, A. N. (2020). The
Penanggulangan (Coping) Pada proxy determinant of
Ibu yang Mengalami Postpartum complementary feeding of the

8
RAHMAWATI / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 2(2021)

breastfed child delivery in less Munawaroh, H. (2008). Hubungan


than 6 months old infant in the Paritas Dengan Kemampuan
fishing community of Buton tribe. Mekanisme Koping Dalam
Enfermeria Clinica, 30, 544–547. Menghadapi Postpartum Blues
Ariyanto, I. (2009). Hubungan Antara Pada Ibu Post Sectio Caesaria Di
Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Bangsal Mawar 1 Rsud Dr.
Dengan Kecemasan Terhadap Moewardi Surakarta. Universitas
Pemutusan Hubungan Kerja Muhammadiyah Surakarta.
(PHK). Universitas Nirwana, A. B. (2011). Psikologi ibu,
Muhammadiyah Surakarta. bayi dan anak.
Basant, Paul J L, I. H. T. (2011). Buku Oktaputrining, D., Susandi, C., &
Ajar Psikologi (2nd ed.). EGC. Suroso, S. (2018). Post partum
Bobak, Lowdermilk, J. (2005). Buku blues: Pentingnya dukungan
Ajar Keperawatan Maternitas sosial dan kepuasan pernikahan
Edisi 4. EGC. pada ibu primipara.
Dahro, A. (2012). Psikologi Kebidanan: Psikodimensia, 16(2), 151–157.
analisis perilaku wanita untuk Siagian, Heriviyatno J, Alifariki, L.O, R.
kesehatan. Jakarta: Salemba La. (2020). Analisis Faktor Yang
Medika. Berhubungan Dengan Usia
Deal, L. W., & Holt, V. L. (1998). Menopause di Puskesmas Wua-
Young maternal age and Wua Kota Kendari. Jurnal
depressive symptoms: results Kesehatan Komunitas, 6(3), 348–
from the 1988 National Maternal 354.
and Infant Health Survey. Yulianti. (2013). Hubungan Dukungan
American Journal of Public Keluarga Dengan Kejadian
Health, 88(2), 266–270. Postpartum Blues. STIKES
Fatmawati, D. A. (2015). Faktor risiko U’Budiyah Banda Aceh. STIKES
yang berpengaruh terhadap U’Budiyah Banda Aceh.
kejadian postpartum blues.
Eduhealth, 5(2).
Fitriana, L. A., & Nurbaeti, S. (2015).
Gambaran kejadian postpartum
blues pada ibu nifas berdasarkan
karakteristik di Rumah Sakit
Umum Tingkat IV Sariningsih Kota
Bandung. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 2(1), 44–
51.
Hawari, D. (2006). Manajemen Stres,
Cemas dan Depresi Edisi 2. Cet.
Pertama. Jakarta: Gaya Baru.
Jayasima, A. M., Deliana, S. M., &
Mabruri, M. I. (2014). Postpartum
Blues Syndrome Pada Kelahiran
Anak Pertama. Developmental
and Clinical Psychology, 3(1).
Masruroh, M. (n.d.). Hubungan antara
Paritas Ibu dengan Kejadian
Postpartum Blues. Jurnal
EduHealth, 3(2), 244560.

Anda mungkin juga menyukai