Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI DAN BOUNDING ATTACHMENT


DENGAN KONDISI PSIKOLOGI IBU POSTPARTUM DI RSUD
KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2017

Lastri Mei Winarni1), Esty Winarni2), Marthia Ikhlasiah3)


1,2)
STIKes Yatsi Tangerang
3)
Universitas Muhammadiyah Tangerang

meidilastri@gmail.com

ABSTRAK
Berdasarkan penelitian Idaiani tahun 2012, prevalensi rasa sedih pasca melahirkan di Indonesia sebesar
2,32%. Ibu nifas memerlukan bantuan pasangan untuk menjalankan peran barunya sebagai ibu, dukungan
suami penting sebagai strategi koping saat ibu postpartum mengalami stres. Bounding attachment
merupakan gambaran ikatan dan interaksi antara ibu dan bayi. Tindakan ini dapat membantu pengeluaran
hormon oksitosin yang dapat mengurangi stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dukungan
suami dan bounding attachment dengan kondisi psikologi ibu postpartum di RSUD Kabupaten Tangerang
Tahun 2017. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitis. Populasi penelitian ini seluruh ibu yang
melahirkan bulan Mei 2017 di RSUD Kabupaten Tangerang 163 orang. Jumlah sampel berdasarkan rumus
Slovin sejumlah 116 ibu postpartum. Teknik pengambilan sampel menggunakan insidental sampling.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dukungan suami dan bounding attachment, serta Edinburgh
Postpartum Depression Scale (EPDS). Hasilnya terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kondisi
psikologi ibu postpartum, p hasil uji < nilai p (0,021<0,05) dan tidak terdapat hubungan antara perilaku
bounding attachment dengan kondisi psikologi ibu postpartum, p hasil uji > p tabel (0,372>0,05). Kekuatan
hubungan dukungan suami sebesar 0,305 (OR) dan bounding attachment 0,586 (OR). Bidan perlu
memberdayakan suami untuk memberikan dukungan kepada ibu untuk membantu mekanisme koping dalam
mengatasi gangguan psikologis yang dialaminya.
Keyword : Dukungan suami, Bounding Attachment, Psikologi Ibu Postpartum

ABSTRACT
Based on Idaiani's research in 2012, prevalence of postpartum blues in Indonesia was 2.32%. A postpartum
mother needs the help of her partner to play her new role as a mother. When the postpartum mother is
stressed the support of her husband as a coping strategy is important. Bounding attachment is a picture of
bonding and interaction between a mother and her baby. This action can release oxytocin hormone that can
reduce stress. The purpose of this study was to determine the effect ofboth husband support and bounding
attachment towards psychology condition of postpartum mothers in Tangerang’s District Hospital in 2017.
The research used descriptive analytical method. The population of this study was all mothers who gave birth
in May 2017 in the hospital (163 respondents). The number of samples is Based on the Slovin formula an
incidental sampling technique was employed resulted in 116 respondents. The research instruments used
were bothhusband support and bounding attachment questionnaires. In addition, the Edinburgh Postpartu m
Depression Scale (EPDS) was used to assess the psychological condition of the mothers. The results showed
that there was a significant relationship between husband support with psychological condition of postpartum
mother (p value <0,05), while there was no significant relationships between bounding attachment behavior
with psychology condition of postpartum mother ( p > 0, 05). The strength of husband support relationship
was 0.305 (OR) and bounding attachment was 0.586 (OR) respectively. To assist coping mechanisms in
overcoming mild psychological distress among post partum mothers the midwives need to empower the
husbands to provide support to their postpartum mothers.
Keyword: Husband Support, Bounding Attachment, Psychology of Postpartum Mothers
PENDAHULUAN

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 1


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

Masa nifas atau postpartum prevalensi postpartum blues di Kabupaten


merupakan masa yang penuh stress kedua Jember sebesar 25% pada ibu primipara6.
dibandingkan masa kehamilan bagi seorang Postpartum blues dan depresi
ibu. Secara psikologi ibu nifas sering postpartum memiliki dampak besar kepada
mengalami emosi yang labil, sedih dan keadaan ibu dan bayi yang dilahirkannya atau
mudah tersinggung, hal ini merupakan dasar pada anak yang sudah dilahirkan sebelumnya.
terjadinya kelainan psikologik selanjutnya1. Sulitnya interaksi dan komunikasi antara ibu
Pada sebagian besar ibu nifas mengalami yang sedang mengalami gangguan psikologis
ansietas sebagai pencetus stres karena dan depresi dengan anaknya meningkatkan
memiliki perasaan yang diabaikan. Salah satu risiko gangguan tingkah laku dan gangguan
penyebab terjadinya hal ini adalah timbulnya kognitif anak bahkan dapat membahayakan
perhatian baru yang terpusat pada bayi, selain anak. Anak-anak dapat mengalami gangguan
itu labilnya emosi ibu postpartum juga perilaku, gangguan emosional, keterlambatan,
merupakan konsekuensi dari berbagai faktor, berbahasa dan gangguan kognitif lainnya7.
termasuk gangguan emosional yang Dampak depresi postpartum tidak
menyertai kegembiraan dan ketakutan yang hanya mempengaruhi kesehatan ibu, tetapi
dialami ibu selama kehamilan dan persalinan; juga kesejahteraan bayi. Beberapa penyakit
ketidaknyamanan yang terjadi pada masa seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
nifas awal; kelelahan karena kurang tidur; hiperkolesterolemia, gangguan keseimbangan
kecemasan akan kemampuan merawat bayi glukosa, dan non insulin dependent diabetes
dengan tepat; masalah citra tubuh; serta mellitus (NIDDM) merupakan penyakit yang
proses adaptasi hormonal dalam tubuh2. diduga timbul akibat gangguan saat masa
Prevalensi terjadinya gangguan fetal. Salah satu penyebab timbulnya penyakit
ringan psikologi ibu masa postpartum adalah dewasa yang berasal dari fetal (fetal origin of
sekitar 12-20% di dunia. Berdasarkan adult disorder) ialah keturunan dari ibu yang
penelitian Kozhimannil dkk tahun 2009 di mengalami depresi baik antenatal maupun
Negara New Jersey wanita ekonomi lemah postpartum7.
yang mengalami diabetes pregestasional dan Secara umum ibu postpartum
gestasional beresiko mengalami depresi membutuhkan banyak bantuan dari orang
postpartum dua kali lipat. Munk-Olsen dkk terdekat dalam menjalankan peran barunya
pada penelitiannya tahun 2009 menyatakan untuk merawat bayi yang baru dilahirkannya,
bahwa wanita yang mengalami gangguan serta merawat dirinya dalam proses adaptasi
psikiatrik sebelumnya akan mengalami masa nifas untuk kembali ke kondisi sebelum
peningkatan dirawat kembali karena hamil. Dukungan sosial merupakan aspek
gangguan psikiatrik tersebut di bulan pertama penting untuk ibu dalam menyesuaikan diri
setelah melahirkan. Berdasarkan National dengan peran dan aktivitas barunya8. Sumber
Mental Health Association 2004 depresi dukungan sosial dapat dari berbagai sumber
postpartum mayor dan minor terjadi 10-20% seperti suami, keluarga, teman dan sahabat,
pada wanita1. rekan kerja, tenaga kesehatan dan anggota
Menurut Idaiani dkk, prevalensi rasa komunitas masyarakat. Dukungan suami
sedih yang dialami ibu pasca melahirkan di menjadi komponen yang penting karena
Indonesia berkisar 2,32%; ibu yang dengan dukungan dari suami pada ibu
melahirkan bayi prematur 4,8 kali memiliki postpartum dapat meningkatkan harga diri
kemungkinan untuk menderita depresi serta kepercayaan diri untuk menjalankan
postpartum4. Penelitian Ariguna Dira dan peran barunya. Dukungan ini sangat
Wahyuni (2016) di Denpasar terdapat 20,5% diperlukan bagi ibu-ibu yang rentan
ibu postpartum yang mengalami depresi5. mengalami depresi postpartum9.
Berdasarkan penelitian Evawati dkk (2015) Dukungan suami merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh suami dalam

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 2


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

memberikan kasih sayang, perhatian dan banyak, hormon oksitosin akan meningkat12.
penghargaan untuk ibu dan anggota keluarga Kerstin dan Danielle juga menjelaskan bahwa
lainnya agar tercapai kesejahteraan dalam perilaku interaksi sosial seperti bounding
keluarga. Dukungan suami meliputi empat attachment dapat menstimulasi keluarnya
aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan hormon oksitosin21. Hormon oksitosin ini
instrumental, dukungan informasi dan berfungsi sebagai hormon anti-stress,
dukungan penilaian. mengurangi sensitifitas ibu dan rasa nyeri,
Berdasarkan penelitian Al Mutairi di menurunkan efek inflamasi, serta merangsang
Riyadh Saudi Arabia, 25,7% ibu postpartum proses penyembuhan dan pertumbuhan.
memiliki kemungkinan mengalami depresi Selain itu oksitosin dapat mengaktifkan dan
dan 16% tidak mendapatkan dukungan yang mempengaruhi keluarnya hormon dan zat
cukup dari suami10. Dukungan dari pasangan penenang seperti : opioid, serotonin,
memiliki peran penting dalam kondisi dopmine, dan noradrenalin secara alami
psikologis ibu postpartum, sebagian besar ibu dalam tubuh2, 41.
yang mengalami depresi postpartum Oleh karena itu asumsi peneliti jika
disebabkan karena kurangnya dukungan ibu melakukan proses bounding attchment
sosial, rasa tidak percaya diri, depresi saat dengan baik, maka kadar oksitosin akan
kehamilan, rendahnya status sosial ekonomi, meningkat didalam tubuh ibu, sehingga
kualitas pernikahan yang buruk, dan merangsang hormon penenang lain
kehamilan yang tidak diinginkan10. Oleh (serotonin, dopamine, dan noradrenalin). Hal
karena itu, ibu perlu memperbaiki persepsi itu dapat membantu mekanisme koping ibu
mengenai dukungan yang ia perlukan dan dalam mengatasi tingkat stresnya ketika
menjalin komunikasi agar pasangannya menghadapi peran sebagai ibu yang memiliki
mampu memberikan dukungan yang ibu bayi.
perlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
Pada masa nifas ibu juga menjalin untuk menilai pengaruh dukungan suami dan
hubungan dengan bayinya (bounding bounding attachment dengan kondisi
attacment), hubungan kelekatan (bounding) psikologi ibu postpartum di RSUD
antara ibu dan bayi merupakan insting Kabupaten Tangerang Tahun 2017.
manusia yang normal untuk memberikan rasa
aman dan nyaman untuk bayinya, sedangkan METODE
attachment memiliki makna yang lebih luas Desain penelitian ini adalah
dibandingkan bounding. Attachment deskriptif analitis dengan pendekatan cross
menggambarkan tentang bagaimana ibu sectional. Populasi dalam penelitian ini
membangun hubungan antara dirinya dan adalah seluruh ibu yang melahirkan pada
bayi. Bounding attachment juga merupakan bulan Mei 2017 di RSUD Kabupaten
refleksi dari kemampuan ibu menerima Tangerang sejumlah 163 orang. Dalam
kehadiran bayinya serta mencurahkan kasih menentukan besar sampel digunakan rumus
sayangnya. Hal ini membentuk suatu ikatan Slovin dengan α = 0,05. Hasil perhitungan
batin yang kuat antara ibu dan bayi. Ikatan diperlukan sampel sejumlah 116 ibu
batin ini dapat dibangun dengan interaksi postpartum. Kriteria inklusi untuk responden
berupa sentuhan, belaian, ungkapan cinta, adalah ibu nifas hari kedua sampai hari
tatapan penuh kasih dan sayang dari ibu ketujuh, riwayat persalinan normal dan tidak
untuk bayi2-31. normal, dan ibu bersedia menjadi responden.
Aktifitas bounding attachment yang Teknik pengambilan sampel menggunakan
dilakukan ibu kepada bayi menimbulkan rasa insidental sampling, yaitu teknik
kasih sayang dan cinta sebagai ibu, Feldman pengambilan sampel secara kebetulan pada
menjelaskan bahwa ketika ibu menyentuh dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi.
menggendong bayi dengan frekuensi lebih Instrumen penelitian menggunakan kuesioner

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 3


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

dukungan suami dan bounding attachment, Hasil penelitian ini dikategorikan


serta Edinburgh Postpartum Depression sebagai berikut : kondisi psikologis ibu
Scale (EPDS) untuk mengukur kondisi normal jika responden menjawab dengan skor
psikologis ibu. 1-8, kondisi psikologis ibu kemungkinan
Sebelum dilakukan pengambilan data depresi ringan (Postpartum Blues) jika
dilakukan uji etik terlebih dahulu oleh responden menjawab dengan skor 9-11,
Komite Etik RSUD Kabupaten Tangerang. kondisi psikologis ibu depresi berat jika
Setelah mendapatkan ethical approval, maka responden menjawab dengan skor 12-30,
pengambilan data dapat dilakukan. Teknik dukungan suami baik jika responden
pengumpulan data dilakukan dengan menjawab dengan skor antara 20-30,
menggunakan kuesioner untuk menilai dukungan suami kurang baik jika responden
dukungan suami dan bounding attachment menjawab dengan skor antara 0-19, bounding
yang diisi oleh ibu dengan didampingi oleh attachment ibu baik jika gabungan antara
bidan penanggungjawab ruang nifas. nilai kuesioner dan lembar observasi antara 7-
Selanjutnya dilakukan observasi selama 10- 10, dan bounding attachment ibu kurang baik
15 menit mengenai perilaku ibu dalam jika gabungan antara nilai kuesioner dan
berinteraksi dengan bayi baru lahir oleh lembar observasi antara <6.
peneliti untuk mengukur sejauh mana
bounding attachment yang dilakukan oleh Berdasarkan penelitian yang telah
ibu. Waktu yang dibutuhkan ibu untuk dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
mengisi kuesioner sekitar 5-10 menit, 1. Univariat
sedangkan observasi bounding attachment
membutuhkan waktu 10-15 menit. Sebelum Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Ibu
Postpartum di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun
ibu mengisi kuesioner diberikan penjelasan 2017
terlebih dahulu mengenai tujuan penelitian, Variabel Jumlah Persentase
jika ibu bersedia menjadi responden ibu perlu Usia Ibu
menandatangani lembar persetujuan yang  Beresiko 32 27,6
dilampirkan dalam setiap kuesioner.  Tidak Beresiko 84 72,4
Kuesioner dukungan suami, Jumlah 116 100
Paritas Ibu
bounding attachment dan lembar observasi
 Primipara 45 38,8
disusun berdasarkan kerangka teori dukungan  Multipara 71 61,2
suami dan bounding attachment. Kemudian Jumlah 116 100
kuesioner tersebut dilakukan uji validitas Pendidikan Ibu
terhadap 15 responden di Klinik Az-Zahra,  Rendah 44 37,9
dengan nilai r hasil uji (0,602-0,896 > r tabel  Tinggi 72 62,1
Jumlah 116 100
(0,553) untuk kuesioner dukungan suami dan
Pekerjaan Ibu
nilai uji reliabilitas (rx) = 0,788. Kuesioner  Bekerja 54 46,6
bounding attachment memiliki nilai r hasil uji  Tidak bekerja 62 53,4
(0,582-0,788) > r tabel (0,553) dan nilai uji Jumlah 116 100
relibilitas (rx) = 0,745. Kuesioner untuk
mengukur kondisi psikologis ibu postpartum Berdasarkan tabel 1.1 diketahui
menggunakan Edinburgh Postpartum bahwa ibu postpartum yang memiliki usia
Depression Scale (EPDS) telah teruji secara beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun) sebesar
validitas dengan nilai koefisien korelasinya 27,6% dan usia yang tidak beresiko (20-35
sebesar 0,361 sampai 0,463 dan tahun) sebesar 72,4%. Hasil penelitian ini
reliabilitasnya (rx)= 0,861 . 13 sesuai dengan penelitian Kusumastuti dkk
yang menyatakan bahwa usia ibu nifas yang
HASIL DAN PEMBAHASAN beresiko sebesar 7,6%, dan usia tidak
beresiko sebesar 82,4%14. Usia merupakan

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 4


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

faktor penting bagi ibu untuk melaksanakan ibu yang bekerja dapat memenuhi kebutuhan
tugas reproduksinya. Banyak penelitian sosial dan memiliki alternatif lain selain
menunjukkan bahwa usia <20 tahun maupun rutinitas domestik di Rumah. Ibu yang
>35 tahun memiliki resiko yang tinggi bekerja juga memiliki perasaan sederajat
terhadap kejadian komplikasi obstetri.5 dengan pasangan dibandingkan ibu rumah
National Center for Health Statistics tangga, yang menjadi penguat ikatan diantara
menjelaskan bahwa banyak studi yang pasangan.16
menunjukkan usia tidak berhubungan dengan Kondisi psikologi ibu postpartum
kejadian depresi postpartum, tetapi ibu yang adalah suatu keadaan emosional dan perasaan
memiliki usia lebih tua cenderung mengalami yang dialami oleh ibu selama tujuh hari
peningkatan pada resiko hipertensi dan terakhir dan mempengaruhi perilaku ibu
diabetes dan hal tersebut sangat berhubungan dalam memenuhi perawatan untuk diri sendiri
dengan resiko tinggi. Berdasarkan penelitian dan bayinya pada masa postpartum. Kondisi
Giulia et al, usia ibu yang rentan terkena psikologi ibu dikategorikan normal jika ibu
depresi adalah sekitar 40-44 tahun lebih masih dapat merasakan hal-hal yang
tinggi dibandingkan usia ibu antara 30-35 menyenangkan dan bahagia setelah
tahun.15 persalinannya. Kondisi psikologi ibu dalam
Sedangkan Ibu postpartum primipara kategori kemungkinan depresi ringan jika ibu
sebesar 38,8%, dan ibu postpartum multipara memiliki gejala seperti menyalahkan diri
61,2%. Hasil penelitian ini tidak sesuai sendiri; cemas, khawatir atau takut tanpa
dengan penelitian Kusumastuti dkk yang sebab; sulit tidur; tidak merasa bahagia; dan
52,7% ibu adalah primipara dan 47,3% ibu memiliki ketidakmampuan untuk merawat
adalah multipara.64 diri sendiri maupun bayinya.7 Berikut
Untuk Pendidikan ibu postpartum gambaran mengenai kondisi psikologi pada
yang rendah (antara SD- SMP) sebesar 37,9% responden :
dan Ibu postpartum yang berpendidikan
tinggi (antara SMU – Perguruan Tinggi Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Kondisi Psikologi Ibu
sebesar 62,1%. Hasil penelitian ini tidak Postpartum di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun
2017
sesuai dengan penelitian Kusumastuti dkk Variabel Jumlah Persentase
yang menyatakan bahwa hasil penelitiannya
mengenai proporsi responden lebih banyak Kondisi Psikologi
berpendidikan rendah sebesar 43%64. Asumsi  Normal 84 72,4
peneliti saat ini pendidikan wanita semakin  Kemungkinan 32 27,6
maju. Peluang ibu untuk mengaktualisasikan Depresi Ringan
(Postpartum Blues)
dirinya lebih terbuka dibandingkan zaman Jumlah 116 100
dahulu. Oleh karena itu rata-rata ibu sudah
memiliki pendidikan menengah umum atau Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui
perguruan tinggi. Akan tetapi yang perlu bahwa kondisi psikologi ibu postprtum di
ditingkatkan pada ibu adalah pengetahuan RSUD Kabupaten Tangerang 72,4% memiliki
mengenai tanda dan gejala depresi kondisi psikologi normal, dan 27,6%
postpartum serta bagaimana cara kemungkinan depresi ringan (Postpartum
penanggulangannya, agar dampak negatif dari Blues). Hasil penelitian ini sesuai dengan
depresi postpartum dapat dihindari. penelitian Kusumastuti dkk yang
Ibu postpartum yang bekerja sebesar menyampaikan hasil bahwa Proporsi kejadian
46,6%, dan ibu postpartum yang tidak bekerja depresi postpartum di RSUD Kebumen
sebesar 53,4%. Kejadian depresi postpartum adalah untuk kemungkinan depresi rendah
lebih sering terjadi pada ibu yang tidak 75,8%, yang mengalami baby blues 15,4%,
bekerja dibandingkan dengan ibu yang kemungkinan depresi postpartum 2,2% dan
bekerja. Penelitian Neha menyatakan bahwa yang mengalami depresi postpartum adalah

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 5


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

6,6%.6 Sedangkan penelitian Evawati dkk instrumental, dukungan informasi dan


menjelaskan bahwa kejadian depresi dukungan penilaian. Dukungan suami
postpartum pada 40 ibu nifas primipara usia dikategorikan kurang baik jika suami hanya
muda 25% mengalami depresi dan 75% tidak memberikan satu atau dua aspek dari keempat
mengalami depresi.6 aspek dukungan untuk ibu postpartum.8
Depresi postpartum didefinisikan Berikut gambaran dukungan suami pada
sebagai salah satu kelainan yang dialami oleh penelitian ini :
ibu pascapersalinan yang disertai gejala
kesedihan, lemah, kecemasan, tangisan, Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami
mudah marah atau tersinggung dan perubahan pada Ibu Postpartum di RSUD Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
pola makan atau pola tidur yang timbul dalam Variabel Jumlah Persentase
1 minggu pasca persalinan7. Depresi
postpartum dibedakan menjadi tiga Dukungan Suami
klasifikasi, yaitu postpartum blues, depresi  Baik 91 78,4
pasca persalinan, dan psikosis pasca  Kurang Baik 25 25,6
persalinan. Postpartum blues ialah keadaan Jumlah 116 100
transien dari peningkatan reaktifitas
emosional yang dialami oleh separuh dari Berdasarkan tabel 1.3 diketahui
wanita dalam jangka waktu satu minggu bahwa dukungan suami pada ibu postpartum
pasca persalinan. Gejala klinis jelas terlihat di RSUD Kabupaten Tangerang 78,4% baik,
dari hari ke 3 hingga hari ke 5, kemudian dan 25,6% kurang baik. Hasil penelitian ini
menghilang dalam beberapa jam hingga sesuai dengan hasil penelitian Evawati dkk
beberapa hari kemudian. Postpartum blues yang menyatakan bahwa 77,5% dukungan
termsuk kategori gejala depresi ringan. Hal suami optimal dan 22,5% dukungan suami
ini dibedakan dengan depresi pasca kurang optimal.6
persalinan yang membutuhkan waktu 2 Bounding attachment merupakan
minggu untuk mendiagnosa, disertai dengan gambaran hubungan antara ibu dan bayi yang
gejala perasaan bersalah, kehilangan direfleksikan dari interaksi diantara
konsentrasi, dan pikiran untuk bunuh diri. keduanya. Bounding attachment
Psikosis pasca persalinan adalah bentuk dikategorikan baik jika ibu membangun
terburuk dari kelainan psikiatri pasca interaksi dengan bayinya melalui tindakan
persalinan, terjadi pada minggu ke 2 hingga 4 seperti menggendong bayinya, memeluk
pasca persalinan. Gejala klinis psikosis bayinya, membelai bayinya, tersenyum ketika
postpartum terdiri dari kebingungan, menatap bayinya , menyusui bayinya
perubahan mood yang cepat, delusi, serta berinisiatif untuk melakukan perawatan
halusinasi, paranoid, perilaku tidak bayinya sendiri, sedangkan bounding
terorganisir, gangguan penilaian, dan attachment dikategorikan kurang baik jika ibu
gangguan fungsi. Psikosis pasca persalinan jarang melakukan interaksi dengan bayinya,
pada umumnya merupakan gangguan bipolar misalnya bayi lebih sering dibiarkan berada
namun bisa merupakan perburukan dari di boks bayi, ibu malas menyusui, bayi lebih
gangguan depresi mayor. 7 sering digendong oleh nenek atau keluarga
Dukungan suami merupakan yang lain, dan ibu tidak memiliki inisiatif
sekumpulan tindakan yang dilakukan oleh untuk merawat bayinya sendiri.9 Berikut
suami dalam memberikan kasih sayang, gambaran bounding attachment pada
perhatian, dan penghargaan untuk ibu penelitian yang disajikan pada tabel 1.4
maupun bayinya. Dukungan suami mengenai perilaku bounding attchment yang
dikategorikan baik jika suami memberikan dilakukan oleh ibu postpartum di RSUD
dukungan meliputi empat aspek dukungan, Kabupaten 86,2% baik, dan 13,8% kurang
yaitu : dukungan emosional, dukungan baik.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 6


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Bounding attachment  Baik 100 86,2


pada Ibu Postpartum di RSUD Kabupaten  Kurang Baik 16 13,8
Tangerang Tahun 2017 Jumlah 116 100
Variabel Jumlah Persentase

Bounding Attachment

2. Bivariat
Tabel 2.1 Hubungan antar Dukungan Suami dengan Kondisi Psikologi Ibu Postpartum di RSUD Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
Variabel Kondisi Psikologi Ibu Postpartum Total p value OR

Dukungan Normal % Kemungkinan % Jumlah % 0,021 0,305


Suami Depresi Ringan (0,121-
(Postpartum 0,772)
Blues
Baik 71 61,2 20 17,2 91 78,4
Kurang Baik 13 11,2 12 10,3 25 21,6
Jumlah 84 72,4 32 27,5 116 100

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui masa nifas, dibandingkan ibu yang kurang
bahwa ibu yang kondisi psikologis pasca mendapatkan dukungan suami. Hasil
persalinan dalam kategori “Normal” dengan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
dukungan suami baik sebesar 61,2%, ibu Susanti yang menunjukkan bahwa dari 18
yang kondisi psikologis pasca persalinan responden yang mendapatkan dukungan
dalam kategori “Normal” dengan dukungan negatif 14 diantaranya mengalami Post
suami kurang baik sebesar 11,2%. Kemudian partum blues dan 4 (22,2%) diantaranya tidak
ibu yang mengalami kemungkinan depresi mengalami post partum blues dan dari 13
ringan (Postpartum Blues) dengan dukungan responden yang mendapatkan dukungan
suami baik sebesar 17,2% dan ibu yang positif 10 (76,9%) diantaranya tidak
mengalami kemungkinan depresi ringan mengalami post partum blues dan 3 (23,1%)
(Postpartum Blues) dengan dukungan suami lainnya mengalami post partum blues.
kurang baik sebesar 10,3%. Hasil uji Chi Dukungan suami sangat dibutuhkan ibu
square menyatakan bahwa p hasil uji < p ketika menghadapi masa berat postpartum.
tabel maka bermakna ada hubungan antara National Institute of Mental Health
dukungan suami dengan kondisi psikologi ibu menjelaskan bahwa keluarga dapat membantu
postpartum di RSUD Kabupaten Tangerang. ibu yang mengalami depresi postpartum
Ibu dengan dukungan suami yang dengan memberikan dukungan emosional dan
baik memiliki risiko 0,305 kali untuk membantu tugas ibu sehari-hari dalam
mengalami gangguan psikologi ringan saat mengasuh bayi10.

Tabel 2.2 Hubungan antar Bounding Attachment dengan Kondisi Psikologi Ibu Postpartum di RSUD
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Variabel Kondisi Psikologi Ibu Postpartum Total p value OR

Bounding Normal % Kemungkina % Jumlah % 0,372 0,586

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 7


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

Attachment n Depresi (0,194-


Ringan 1,770)
(Postpartum
Blues)
Baik 74 61,2 26 17,2 100 78,4
Kurang Baik 10 11,2 6 10,3 16 21,6
Jumlah 84 72,4 32 27,5 116 100

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui melakukan pijat pada bayi baru lahir yang
bahwa Ibu dengan kondisi psikologis pasca dilakukan ibu dapat meningkatkan ikatan
persalinan dalam kategori “Normal” dan batin (bounding attachment) antara ibu dan
bounding attachmentnya baik sebesar 61,2% bayi.12
dan ibu yang kondisi psikologis pasca
persalinan dalam kategori “Normal” dengan 3. Multivariat
bounding attachmentnya kurang baik sebesar Analisis multivariat dilakukan
11,2%. Kemudian ibu yang mengalami dengan uji regresi logistik yang merupakan
kemungkinan depresi ringan (Postpartum sebuah pendekatan untuk memprediksi
Blues) dengan bounding attachmentnya baik pengaruh antara variabel independen dan
sekitar 17,2% dan ibu yang mengalami variabel dependen. Variabel independen yang
kemungkinan depresi ringan (Postpartum dimasukkan dalam analisis ini adalah usia,
Blues) dengan bounding attachmentnya paritas, pendidikan, pekerjaan, dukungan
kurang baik sekitar 10,3%. Dari hasil uji Chi suami dan bounding attachment yang
square diketahui bahwa nilai p hasil uji > p dikaitkan dengan variabel dependen yaitu
tabel bermakna tidak ada hubungan antara kondisi psikologis ibu postpartum di RSUD
bounding attachment dengan kondisi Kabupaten Tangerang. Regresi logistik
psikologi ibu postpartum di RSUD menggunakan pendekatan non linier log
Kabupaten Tangerang. transformasi untuk memprediksi odds ratio.
Ibu yang melakukan bounding Odd dalam regresi logistik sering dinyatakan
attachment dengan baik mempunyai sebagai probabilitas
kemungkinan 0,586 kali untuk mengalami Pengukuran interaksi antar variabel
gangguan psikologi ringan saat masa nifas, tidak dilakukan dalam penelitian ini. Hasilnya
dibandingkan ibu yang kurang baik diketahui bahwa paritas memiliki nilai
melakukan bounding attachment. Depresi Exp(B) 3,852; lebih besar dibandingkan
postpartum juga menghambat proses ikatan variabel yang lain, sehingga ibu dengan
hubungan antara ibu dan bayi11. Sedangkan primipara memiliki kecenderungan
penelitian Gurol et al menyatakan bahwa mengalami depresi postpartum.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Paritas 1,349 ,546 6,100 1 ,014 3,852 1,321 11,233
Pendidikan ,173 ,611 ,081 1 ,777 1,189 ,359 3,937

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 8


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

Usia -,165 ,632 ,068 1 ,794 ,848 ,246 2,929


Pekerjaan ,320 ,486 ,433 1 ,510 1,377 ,531 3,567
Bounding_2 ,027 ,659 ,002 1 ,968 1,027 ,282 3,735
Dukungan_2 -1,839 ,503 13,351 1 ,000 ,159 ,059 ,426
Constant -,944 ,884 1,140 1 ,286 ,389
a. Variable(s) entered on step 1: Paritas, Pendidikan, Usia, Pekerjaan, Bounding_2, Dukungan_2.

Berdasarkan kolom postpartum14. Penelitian Marks menyatakan


Sig.menginformasikan bahwa signifikan bahwa pasangan yang suportif menjalankan
pengaruh variabel paritas dan dukungan perannya, dapat mengurangi tingkat stress ibu
suami terhadap kondisi psikologi ibu dan meningkatkan “mood” ibu baru.15
postpartum, karena nilai Sig < 0,05. Hasil penelitian ini belum berhasil
Kolom Exp(B) menginformasikan membuktikan bahwa aktifitas ibu dalam
jenis pengaruh pada variabel yang melakukan bounding attachment dapat
berpengaruh signifikan. Jika nilainya diatas membantu ibu mengatasi gangguan
satu “1”, berarti resikonya lebih besar untuk psikologisnya. Namun Buckley 2014,
mengalami depresi pada masa postpartum. menjelaskan bahwa tindakan skin to skin
Disini variabel paritas dan pekerjaan ibu antara ibu dan bayi dapat merangsang
beresiko lebih tinggi mengalami depresi pengeluaran hormon Beta Endorfin dan
dibandingkan variabel yang lain. Sedangkan oksitosin yang memberikan efek
usia dan dukungan suami memiliki nilai menenangkan16. Pengeluaran oksitosin ini
kurang dari satu “1”. mengaktifkan secara terpusat sistem saraf
Hasil penelitian ini sejalan dengan parasimpatis yang mendorong munculnya
penelitian Al Mutairi di Riyadh Saudi Arabia, rasa tenang, perasaan terhubung antara ibu
yang menyatakan bahwa sekitar 16% ibu dan bayi, proses penyembuhan dan
postpartum tidak mendapatkan dukungan pertumbuhan. Oksitosin mengurangi aktifitas
yang cukup dari suami, sebagian besar ibu sistem saraf simpatis dengan mengurangi rasa
yang mengalami depresi postpartum takut dan stress yang dialmi ibu postpartum.16
disebabkan karena kurangnya dukungan Proses interaksi (bounding attachment)
sosial, kurangnya rasa percaya diri, pernah yang dibangun antara ibu dan bayi baru lahir
mengalami depresi saat kehamilan, rendahnya kemudian berlanjut pada aktifitas menyusui,
status sosial ekonomi, kualitas pernikahan dimana ketika proses menyusui berlangsung
yang buruk, dan kehamilan yang tidak maka terjadi peningkatan hormon oksitosin di
diinginkan130. Dukungan suami memberikan dalam tubuh ibu, sehingga proses laktasi
efek yang luar biasa untuk mengurangi stress dapat membantu mengurngi respon ibu
atau gangguan psikologis ibu postpartum, terhadap paparan stress fisik dan
17
penelitian Shaila dkk menjelaskan bahwa psikososial . Hal ini didukung oleh
terdapat perbedaan gejala depresi antara penelitian Altemus yang melakukan
kelompok kontrol dengan kelompok perbandingan antara 10 orang ibu menyusui
intervensi. Pada kelompok intervensi, ibu dibndingkaan dengan 10 orang ibu yang tidak
postpartum mendapatkan dukungan sosial menyusui. Hasil penelitian Altemus
termasuk dukungan pasangan dalam menjelaskan bahwa respon plasma
mengatasi gangguan psikologisnya8. Adenocorticotrophic Hormone (ACTH),
Penelitian Affonso dkk menyatakan bahwa kortisol, glukosa dan kadar Norepinephrin
hubungan pernikahan yang kurang baik dapat pada ibu yang menyusui menurun, hal ini
menjadi faktor prediktor terjadinya depresi menunjukkan bahwa sistem neurohormonal
postpartum. Kurangnya komunikasi antar responsif terhadap stress tertahan pada ibu
pasangan lebih sering dikeluhkan oleh ibu yang menyusui.18
yang mengalami gangguan psikologis

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 9


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

KESIMPULAN 7. Gondo HK. Skrinning Edinburgh


Ada pengaruh antara dukungan suami Postnatal Depression Scale (EPDS) Pada
dengan kondisi psikologi ibu postpartum, Postpartum Blues Surabaya: Bagian
sedangkan bounding attachment tidak Obstetri & Ginekologi Fakultas
mempengaruhi kondisi psikologi ibu Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
postpartum. Surabaya 2016.
Bidan perlu memberdayakan suami 8. Shaila Misri, Xanthoula Kostaras, Don
untuk memberikan dukungan kepada ibu Fox, Kostaras D. The Impact of Partner
untuk membantu mekanisme koping dalam Support in the Treatment of Postpartum
mengatasi gangguan psikologis yang dialami Depression. JPsychiatry. 2000;45:554-8.
ibu selama postpartum. Salah satu cara bidan 9. Ross-Davie M; Butcher G; Davidson M;
dalam memberdayakan suami untuk Allely CSFJPCTC. Bonding and
memberikan dukungan saat masa postpartum Attachment in the peri-natal period:
adalah dengan mengenalkan tentang Supporting rich and enjoyable
perubahan dan adaptasi psikologis ibu masa relationships for life. 2014.
postpartum kepada suami sejak pemeriksaan 10. Health NIOM. Postpartum Depression
antenatal care, mengingatkan suami untuk Facts. 2017 [cited; Available from:
mendengarkan cerita dan keluh kesah ibu https://www.nimh.nih.gov/health/publicat
baik masa antenatal maupun postpartum, ions/postpartum-depression-
serta membantu ibu menghubungi tenaga facts/index.shtml
kesehatan jika menemukan adanya gangguan 11. O'Higgins M, Roberts IS, Glover V,
psikologis pada masa postpartum. Taylor A. Mother-child bonding at 1
year; associations with symptoms of
postnatal depression and bonding in the
DAFTAR PUSTAKA first few weeks. Arch Womens Ment
1. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Health. 2013 Oct;16(5):381-9.
Rouse, Spong. Obstetri Williams. Jakarta: 12. Gürol A, Polat S. The Effects of Baby
EGC; 2012. Massage on Attachment between Mother
2. Kerstin UM, Prime DK. Oxytocin effects and their Infants. Asian Nursing
in mothers and infants during Research. 2012 2012/03/01/;6(1):35-41.
breastfeeding. Infant. 2013;9(6):201-6. 13. Almutairi AF, Salam M, Alanazi S,
3. Lothian JA. Maternal-Infant Attachment, Alweldawi M, Alsomali N, Alotaibi N.
Naturally. The Journal of Perinatal Impact of help-seeking behavior and
Education. 1999 Fall;8(4):viii-xi. partner support on postpartum depression
4. Markus Heinrichs, Domes G. among Saudi women. Neuropsychiatric
Neuropeptides and social behaviour: Disease and Treatment. 2017;13:1929-36.
effects of oxytocin and vasopressin in 14. Affonso D, Lovett S, Paul S, Arizmendi
humans. Progress in Brain Research. T, Nussbaum R, Newman L, et al.
2008;170. Predictors of depression symptoms
5. Hadijono SR. Ilmu Kebidanan. Jakarta: during pregnancy and postpartum.
PT. Bina Pustaka Prawirohardjo; 2012. Journal of Psychosomatic Obstetrics &
Gynecology. 1991 1991/01/01;12(4):255-
6. Kusumastuti, Dyah Puji Astuti, Susi 71.
Hendriyati. Hubungan antara 15. Marks M, Wieck A, Checkley S, Kumar
Karakteristik Individu dengan Depresi C. How does marriage protect women
Postpartum di Rumah Sakit Umum with histories of affective disorder from
Daerah Kebumen. Jurnal Involusi post-partum relapse? Br J Med Psychol.
Kebidanan. 2015;5(9):1-17. 1996 Dec;69 ( Pt 4):329-42.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 10


Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu

16. Buckley SJ. Executive Summary of Breastfeeding. The Journal of Perinatal


Hormonal Physiology of Childbearing: Education. 2014 Fall;23(4):211-7.
Evidence and Implications for Women, 18. Altemus M, Deuster PA, Galliven E,
Babies, and Maternity Care. The Journal Carter CS, Gold PW. Suppression of
of Perinatal Education. 2015;24(3):145- hypothalmic-pituitary-adrenal axis
53. responses to stress in lactating women. J
17. Crenshaw JT. Healthy Birth Practice #6: Clin Endocrinol Metab. 1995
Keep Mother and Baby Together— It’s Oct;80(10):2954-9.
Best for Mother, Baby, and

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.2, 2018 | 11

Anda mungkin juga menyukai