Anda di halaman 1dari 14

Analisis Faktor Maternal Yang Mempengaruhi Depresi Postpartum

Menggunakan Instrumen EPDS


Friska Novira Maya Dewi1, Nova Muhani1*, Nurhalina Sari1,
1-3
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati
*
Corresponding author: muhaninova@malahayati.ac.id
ABSTRAK
Prevalensi kejadian depresi postpartum di dunia diperkirakan berjumlah 1,9% - 82,1% di negara
berkembang dan sekitar 5,2% - 74,0% di negara maju. Hal ini menjadi masalah yang cukup serius
dikarenakan tingginya kasus untuk di negara berkembang seperti Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui analisis faktor maternal yang mempengaruhi depresi postpartum menggunakan instrumen
EPDS di Kota Bandar Lampung tahun 2023. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 251 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu
Pusrposive Sampling menggunakan uji analisis univariat, bivariat dan multivariat. Untuk mengetahui
distribusi frekuensi variabel independen, hubungan variabel dependen (depresi postpartum) dengan
independen (umur, pekerjaan, pendidikan, paritas, riwayat abortus, riwayat depresi, dukungan suami dan
dukungan keluarga) dengan uji Chi Square serta uji multivariat uji regresi logistik adalah uji yang
digunakan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen. Hasil bivariat
dari penelitian ini adalah ada hubungan antara riwayat abortus (p-value 0.013) dengan kejadian depresi
postpartum. Serta hasil analisis multivariat bahwa yang menjadi faktor risiko paling dominan dari
kejadian depresi postpartum adalah riwayat abortus (p-value 0.009) <0.005, sedangkan variabel umur,
dukungan keluarga, paritas, pendidikan, status pekerjaan, dan riwayat depresi menjadi variabel
konfonding.

Kata kunci : Depresi; postpartum; EPDS


ABSTRACT
The prevalence of postpartum depression in the world is estimated to be 1.9% - 82.1% in developing
countries and around 5.2% - 74.0% in developed countries. This is a serious problem because of the high
number of cases in developing countries like Indonesia. The purpose of this study was to determine the
analysis of maternal factors that influence postpartum depression using the EPDS instrument in Bandar
Lampung City in 2023. This research is a quantitative study with a Cross Sectional design with a total
sample of 251 respondents. The sampling technique used was purposive sampling using univariate, bivariate
and multivariate analysis tests. To find out the frequency distribution of the independent variables, the
relationship between the dependent variable (postpartum depression) and the independent variables (age,
occupation, education, parity, history of abortion, history of depression, husband's support and family
support) using the Chi Square Test method and multivariate logistic regression tests is a test used to
determine the most dominant factor affecting the dependent variable. The bivariate result of this study was
that there was a relationship between history of abortion (p-value 0.013) and the incidence of postpartum
depression. As well as the results of multivariate analysis that the most dominant risk factor for postpartum
depression was history of abortion (p-value 0.009) <0.005, while the variables age, family support, parity,
education, employment status, and history of depression were confounding variables.
Keyword: depression; postpartum; EPDS

PENDAHULUAN Gangguan kesehatan mental meliputi


Kesehatan mental adalah suatu keadaan kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar,
(status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan
dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang stress pasca trauma (PTSD), dan psikosis.
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Depresi adalah suatu gangguan kesehatan mental
yang ditandai dengan adanya kesedihan, usia lebih dari 15 tahun sebesar 6,1%. Dengan
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan jumlah total penduduk yang terkena depresi
bersalah atau harga diri rendah, tidur atau nafsu sebesar 700 jiwa. (Kemenkes RI, 2019). Depresi
makan terganggu, perasaan lelah, dan ini dialami sekitar 80% wanita setelah
konsentrasi yang buruk. (WHO, 2017) melahirkan yakni timbul perasaan sedih,dan
Berdasarkan WHO depresi merupakan sebagai emosi yang tidak stabil dan timbul sekitar 2-14
kontribusi global tunggal terbesar disabilitas hari pasca bersalin.(Janiwarty, 2013).
(7,5% dari semua tahun hidup dengan disabilitas Prevalensi kejadian depresi postpartum di dunia
di 2015); gangguan kecemasan menduduki diperkirakan berjumlah 1,9% - 82,1% di negara
peringkat ke-6 (3,4%). Depresi juga merupakan berkembang dan sekitar 5,2% - 74,0% di negara
kontributor utama bunuh diri kematian, yang maju. Hal ini menjadi masalah yang cukup
jumlahnya mendekati 800.000 per tahun. serius dikarenakan tingginya kasus untuk di
Keparahan gejala pada kasus gangguan depresi negara berkembang seperti Indonesia (Murwati
terbagi menjadi dua, mulai dari gejala ringan et al., 2021). Prevalensi depresi postpartum di
sampai gejala berat, dalam waktu beberapa dunia bervariasi mulai dari 6,5% sampai 15%
bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun. selama 1 tahun setelah melahirkan. Terdapat 3
(WHO, 2017). Beberapa faktor yang macam depresi yang berkaitan dengan stres pada
mempengaruhi depresi antara lain usia ibu, ibu pasca melahirkan dengan tingkat keparahan
pendidikan, pekerjaan ibu, status ekonomi, yang bervariasi dari yang paling ringan yaitu
pemberian ASI, dukungan keluarga, kesehatan baby blues syndrome hingga yang paling berat
ibu dan anak, hubungan sosial, dan riwayat adalah postpartum psychosis, dan depresi
psikologis.(Mamlukah & Kumalasari, 2022) postpartum berada diantara kedua keadaan
Menurut data World Health Organization tersebut(Maylani, 2019).
(WHO), depresi lebih banyak terjadi pada Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari
wanita dengan persentase sebesar 5,1%. Tingkat pencatatan program kesehatan keluarga di
prevalensi depresi menurut usia memuncak Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun.
terjadi pada wanita berumur 55-74 tahun sebesar Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian
7,5%. Jumlah seluruh masyarakat yang hidup di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan
dengan depresi secara global adalah sebesar 322 peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar
juta jiwa. Pada tahun 2015, total proporsi 4.627 kematian.(Kemenkes RI., 2021)
populasi dunia dengan kejadian gangguan Di Indonesia khususnya Kota Bandar
depresi diperkirakan sebesar 4,4%. Untuk Lampung, permasalahan Mental Health sendiri
keseluruhan jumlah jiwa yang terkena gangguan belum mendapatkan perhatian lebih dari banyak
depresi bertambah tinggi sebesar 18,4% dari pihak terkhusus kepedulian lebih dari suami
2005 sampai 2015. (WHO, 2017) sendiri ataupun keluarga. Penyebab terjadinya
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, depresi postpartum diantaranya adalah belum
prevalensi tingkat depresi di Indonesia menurut adanya pengalaman dalam persalinan atau belum
pernah melahirkan sebelumnya. Persalinan yang penyebab kejadian depresi pada ibu pasca
kurang lancar akan membuat adanya perubahan persalinan tersebut dengan judul “Analisis
pada psikologis seseorang wanita yang Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Depresi
menyebabkan ada rasa takut, rasa cemas, stress Postpartum di Kota Bandar Lampung Tahun
dan lainnya. 2023”.
Depresi postpartum sendiri disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor riwayat METODE
depresi sebelumnya, faktor dukungan sosial, Jenis penelitian kuantitatif dengan
faktor obstetri (sectio cesaria, persalinan dengan pendekatan cross sectional dilakukan untuk
alat), dan faktor demografi (Maylani, 2019). menjawab pertanyaan dari penelitian. Penelitian
Pentingnya diketahui faktor risiko untuk dilakukan dari Februari sampai dengan Mei 2023
mencegah dampak depresi postpartum. Penelitian ini akan dilakukan di 6 praktik bidan di
Diagnosis dan manajamen tersebut perlu Kota Bandar Lampung dengan besar sampel
dilakukan sejak dini terutama di negara sebanyak 251 responden menggunkan rumus
berkembang karena besarnya jumlah populasi Lemeshow dengan jumlah populasi yang belum
serta tingginya angka kesuburan (Gusfirnandou, diketahui. Teknik pengambilan sampel
2021). Faktor eksternal penyebab depresi menggunakan purposive sampling dengan kriteria
postpartum antara lain dukungan suami, inklusi dan ekslusi dimana dilakukan dilakukan di 6
dukungan keluarga, aspek ekonomi, status praktik bidan di Kota Bandar Lampung. Penelitian
pekerjaan, budaya persalinan (Wahyuni, 2018). ini dilakukan menggunakan lembar kuesioner EPDS
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yang sebelumnya telah di Uji Validitas dan
Setiawati et al., yang menjelaskan bahwasannya Reliabilitas dari hibah penelitian dosen dan
faktor umur, riwayat komplikasi, pekerjaan, pertanyaan lain yang diuji validitas reliabilitas di
pendapatan, dukungan suami, dan problematika Praktek Bidan Siti Hajar yang beralamatkan di Jl.
marital terhadap kejadian depresi postpartum. Raya Natar, Merak Batin, Kec. Natar, Kabupaten
(Setiawati et al., 2022) Lampung Selatan, Lampung 35362, Indonesia
Suami merupakan orang pertama yang Analisis data yang dilakukan meliputi
memberi perhatian dan dukungan pada istri, distribusi frekuensi, analisis bivariat dan analisis
memberikan cinta kasih dan membuat istri multivariat. Análisis distribusi frekuensi dilakukan
merasa terlindungi secara jasmani maupun untuk menjelaskan persentase dari variabel
rohani. Dukungan yang dirasakan oleh istri dari univariat. Analisis bivariat dilakukan menggunakan
suaminya akan mengurangi kekhawatiran, chi-square untuk mengetahui hubungan antara
ketakutan atau kepanikan yang timbul setelah variabel dependen dangn variabel independen.
melahirkan anak pertama. (Nasution, 2021). Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, regregi logistik model faktor risiko untuk
peneliti memilih untuk mendalami dan
menganalisis lebih dalam lagi mengenai
mengetahui variabel yang paling dominan penyebab HASIL DAN PEMBAHASAN
depresi postpartum.
Analisis Univariat
Hasil analisis distribusi frekuensi variabel
di 6 praktik bidan di Kota Bandar Lampung
terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Maternal Dan Dukungan

Variabel Frekuensi Persentase (%)


Umur
20-35 tahun 203 80.9
<20 dan >35 tahun 48 19.1
Paritas
1-2 anak 168 66.9
>2 anak 83 33.1
Pendidikan
Pendidikan dasar 68 27.1
Pendidikan menengah 144 57.4
Perguruan tinggi 39 15.5
Status Pekerjaan
Tidak bekerja 210 83.7
Bekerja 41 16.3
Riwayat Abortus
Tidak pernah 213 84.9
Pernah 38 15.1
Riwayat Depresi
Tidak ada 245 97.6
Ada 6 2.4
Dukungan Suami 251 100
Ada dukungan 195 77.7
Tidak ada dukungan 56 22.3
Dukungan Keluarga
Ada dukungan 183 72.9
Tidak ada dukungan 68 27.1
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat dimana usia tersebut sudah masuk kedalam usia
bahwa ibu yang berumur <20 tahun atau >35 yang beresiko. Risiko tersebut antara lain
tahun sebanyak 48 orang atau (19.1%). Menurut adanya kemungkinan ibu akan melahirkan bayi
suatu penelitian sebelumnya, ibu yang memiliki dengan cacat lahir, adanya peningkatan
umur <20 atau >35 tahun adalah ibu yang kemungkinan keguguran pada ibu,
memiliki kerentanan terhadap kejadian depresi meningkatnya risiko lahir prematur atau dengan
postpartum. Pada penelitian ini, dapat dilihat berat lahir rendah, dan adanya kemungkinan
bahwa masih ada ibu yang melahirkan diusia berbagai komplikasi kehamilan (seperti diabetes
yang beresiko yakni sekitar usia diatas 35 tahun gestasional dan preeklamsia), tak hanya itu hal
yang mungkin beresiko tinggi dampak dari sebesar 57,4% dan distribusi pendidikan yang
melahirkan pada usia >35 tahun yaitu termasuk paling sedikit ada pada jenjang S2 dengan
jenis kelamin dan peningkatan kerentanan jumlah hanya 2 (0,8%) ibu postpartum.
terhadap masalah saat melahirkan yang Pendidikan awal seseorang dimulai pertama kali
membutuhkan operasi caesar.(Setiawati et al., di pendidikan dasar yang kemudian melandasi
2022) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
Berdasarkan tabel diatas frekuensi ibu yang menengah setelah itu barulah menuju kejenjang
memiliki anak 1-2 anak sebanyak 168 ibu atau pendidikan tinggi. (Benyamin Kapisa et al.,
(66.9%) dan yang memiliki anak >2 anak 2021). Pada penelitian ini diketahui bahwa
sebanyak 83 orang atau (33.2%). Ibu yang distribusi frekuensi pendidikan ibu terbanyak
memiliki paritas hanya 1 berpeluang untuk ada pada pendidikan menengah. Semakin tinggi
terkena gangguan kesehatan mental seperti pendidikan yang ditempuh seorang ibu
depresi postpartum dikarenakan pengalaman ibu postpartum akan meningkatkan kemungkinan
yang pertama kali mengalami proses persalinan bertambahnya wawasan yang akan berguna bagi
akan berdampak pada mental ibu serta keluarganya kelak. (Mulyani et al., 2022)
pengalaman ibu yang baru pertama kalinya Hasil analisis distribusi frekuensi variabel status
menjalani peran sebagai seorang ibu. Kelahiran pekerjan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu
anak pertama walau sangat dinantikan oleh yang tidak bekerja memiliki frekuensi lebih besar
seorang ibu dan keluarganya, namun tidak dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Ibu yang
menutup kemungkinan bahwasannya akan tidak bekerja memiliki frekuensi sebanyak 210 ibu
mengganggu kondisi psikologis ibu. (Murwati et atau (83,7%). Sedangkan ibu yang bekerja sebanyak
al., 2021). Untuk kehamilan anak kedua dan 41 ibu dengan persentase sebesar 16,3%. Kegiatan
ketiga adalah paritas yang aman dipandang dari seorang ibu yang menjadi ibu rumah tangga
persepsi kematian maternal. Untuk persalinan sekaligus bekerja lebih besar tingkat terganggunya
lebih dari tiga kali memiliki dampak kerentanan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya dikarenakan
yang cukup berbahaya bagi ibu dengan tingkat harus lebih pandai mengatur waktu saat bekerja
emosi yang kurang bahkan sampai tidak stabil. ditambah waktu untuk mengurus keluarganya.
(Sembiring et al., 2019) Sedangkan ibu yang hanya menjadi seorang ibu
Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui rumah tangga saja, tingkat terganggunya kesehatan
bahwa untuk distribusi jenjang pendidikan ibu mental dan fisiknya lebih rendah karena ibu bisa
postpartum terbanyak ada di jenjang pendidikan mengatur waktunya lebih baik untuk fokus
menengah dengan frekuensi sebanyak 144 ibu mengurus keluarganya serta anaknya. (Mulyani et
dengan persentase sebesar 57,4%. Hasil al., 2022)
penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi Hasil analisis distribusi frekuensi variabel riwyar
pendidikan ibu postpartum di Kota Bandar abortus tertera pada tabel 4.1 diatas menunjukkan
Lampung paling banyak berada di pendidikan bahwa ibu yang tidak pernah mengalami riwayat
menengahsebanyak 144 ibu dengan persentase abortus sebanyak 213 ibu atau (84,9%) dan ibu yang
memiliki riwayat abortus sebanyak 38 ibu atau terdapat ibu postpartum yang terindikasi depresi
(15.1%). Pada penelitian yang dilakukan, ibu yang sebanyak 31 orang atau (87,6%) dan ibu postpartum
memiliki riwayat abortus lebih dari dua kali yang tidak depresi sebanyak 220 orang atau
mempunyai tingkat resiko terkena gangguan (12,4%). Pada penentuan untuk indikasi kejadian
kesehatan mental. Hal ini dikarenakan munculnya depresi menggunakan perhitungan kuesioner EPDS
rasa ketakutan akan keguguran yang terjadi yang dimana skor EPDS perbutir soal diantara 0-3.
sebelumnya secara berulang, lahir mati atau Ibu yang memperoleh skor >9 pada hasil jawaban
kematian bayi akan dianggap sebagai pemicu dari pernyataan EPDS maka ibu postpartum di
gangguan kesehatan mental ibu pada saat diagnosa terindikasi depresi postpartum. Namun jika
melahirkan, pasca melahirkan atau keduanya, yang skor dari jawaban pernyataan EPDS ibu <9 maka
apabila terus menerus terjadi secara beberapa kali ibu tidak terindikasi depresi postpartum. EPDS
maka akan dapat mempengaruhi keadaan psikologis adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk
ibu dan lebih parahnya akan berujung pada mengetahui tingkat depresi pada ibu postpartum. Ibu
depresi. (Kerie et al., 2018; Mulyani et al., 2022) yang terindikasi depresi dapat diketahui lebih awal
Hasil analisis distribusi frekuensi variabel menggunakan instrumen ini. Instrumen EPDS sudah
riwayat depresis tertera pada tabel 4.1 diatas dapat banyak divalidasi di beberapa negara sehingga
dilihat bahwa frekuensi ibu yang pernah terindikasi penggunaannya lebih dapat dipercaya. Hal ini dapat
depresi sebelumnya sebanyak 6 ibu atau (2,4%). pula menjadi pencegahan terhadap gangguan
Sedangkan ibu yang tidak pernah mengalami kesehatan mental pada ibu pospartum. (Cox, J.L.,
depresi sebanyak 245 ibu atau (97,6%). Pada Holden, J & Henshaw, 2014)
penelitian ini menunjukkan bahwa ibu postpartum Hasil analisis distribusi frekuensi variabel
memiliki riwayat depresi sebelumnya lebih sedikit dukungan suami menunjukkan bahwa dari 251
dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah responden, terdapat ibu postpartum sebanyak 195
memiliki riwayat depresi sebelumnya. Hal ini responden atau (77,70%) yang mendapatkan
karena ibu dengan depresi sebelumnya lebih tinggi dukungan dari suaminya sedangkan ibu postpartum
tingkat kecemasan dan rasa ketakutan yang pernah yang tidak mendapatkan dukungan dari suaminya
dirasakan ibu tersebut sebelumnya. (Wang et al., sebanyak 56 orang atau (22,30%). Pada penelitian
2022). Pada ibu dengan riwayat depresi keluarganya ini, dukungan suami diperoleh dengan memberikan
atau memang sebelumnya sudah pernah mengalami 19 pertanyaan kepada ibu dan melihat bagaimana
depresi pada masa kehamilan dan persalinan respon dukungan suami responden terhadap ibu
sebelumnya memiliki tingkat kerentanan yang lebih pada saat setelah melahirkan. Dukungan suami
tinggi untuk terindikasi mengalami depresi diukur dengan pengukuran beberapa pertanyaan dari
postpartum dikarenakan pengalaman yang menjadi berbagai aspek diantaranya aspek informasional,
dampak untuk kedepannya. (Serati & Carnevali, emosional, instrumental, dan aspek penilaian yang
2018) dilakukan oleh suami responden terhitung dari masa
Hasil analisis distribusi frekuensi variabel kehamilan dan persalinan serta setelah persalinan
kejadian depresi diatas yang menunjukkan bahwa atau masa nifas ibu. (Rizty & Kusumiati, 2020).
Dukungan suami sangat penting dan diperlukan oleh dilakukan ataupun diberikan kepada responden
ibu pada masa kehamilan dan nifas untuk menjaga melalui keluarganya.(Pardede et al., 2021; Rizty &
kesehatan dan kondisi psikologis ibu yang mungkin Kusumiati, 2020). Dukungan keluarga sangat
akan berubah setelah memiliki bayi saat pertama dibutuhkan dan menjadi hal yang cukup penting
kalinya ataupun kebeberapa kalinya.(Murwati et al., diberikan kepada responden. Kurangnya dukungan
2021) yang diberikan oleh keluarganya dapat memicu
Hasil analisis distribusi frekuensi variabel terganggunya kondisi psikologis ibu postpartum.
dukungan keluarga tertera menunjukkan distribusi Pada penelitian lain menyebutkan bahwa wanita
frekuensi dukungan keluarga yang dilihat bahwa ibu dengan dukungan keluarga yang rendah maka akan
dengan dukungan keluarga sebanyak 183 ibu meningkatkan kejadian depresi postpartum,
(72,9%) dan ibu yang tidak mendapat dukungan (Lindayani & Marhaeni, 2019).
keluarga sebanyak 68 ibu dengan persentase sebesar
27,1%. Dukungan keluarga diukur dengan cara
Analisis Bivariat
menanyakan beberapa pertanyaan dari beberapa
a. Hubungan antara Umur dengan Kejadian
aspek seperti aspek instrumental, informasional, Depresi Posstpartum
penilaian, maupun aspek emosional yang pernah

Tabel 2
Hubungan antara Umur dengan Kejadian Depresi Postpartum di Wilayah Kota Bandar Lampung

Kejadian Depresi Postpartum


Total OR
Terindikasi
Variabel Tidak depresi P Value 95%
depresi
CI
n % n % n %
Umur 1.263
20-35 tahun 177 87.20% 26 12.80% 203 100% (0.459
0.809
-
<20 dan >35 tahun 43 89.60% 5 10.40% 48 100% 3.480)
Paritas 0.959
1-2 anak 147 87.50% 21 12.50% 168 100% (0.429
1.000
-
>2 anak 73 88.00% 10 12.00% 83 100% 2.142)
Riwayat Abortus 3.265
Tidak pernah 192 90.10% 21 9.90% 213 100% (1.394
0.013
-
Pernah 28 73.70% 10 26.30% 38 100% 7.648)
Riwayat Depresi 3.724
Tidak ada 216 88.20% 29 11.80% 245 100% (0.653
0.162 -
Ada 4 66.70% 2 33.30% 6 100% 21.241
)
Status Pekerjaan 1.596
Tidak bekerja 186 88.60% 24 11.40% 210 100% 0.306 (0.637
Bekerja 34 82.90% 7 17.10% 41 100% -3.995)
Pendidikan
0.299 -
Pendidikan dasar 56 82.40% 12 17.60% 68 100%
Pendidikan
129 89.60% 15 10.40% 144 100%
menengah
Perguruan tinggi 35 89.70% 4 10.30% 39 100%
Dukungan Suami 1.246
Ada dukungan 172 88.20% 23 11.80% 195 100% (0.524
0.646
-
Tidak ada dukungan 48 85.70% 8 14.30% 56 100% 2.962)
Dukungan Keluarga 2.167
Ada dukungan 165 90.20% 18 9.80% 183 100% (0.997
0.054
-
Tidak ada dukungan 55 80.90% 13 19.10% 68 100% 4.707)
Hasil analisis statistik dengan menggunakan Hasil analisis statistik dengan menggunakan
uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α
= 0,05) didapatkan nilai p-value 0,809 atau p- = 0,05) didapatkan nilai p-value 1,000 atau p-
value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang value >0,05 tidak ada hubungan yang bermakna
bermakna antara umur ibu dengan kejadian antara paritas (jumlah anak) ibu dengan kejadian
depresi postpartum serta ibu postpartum yang depresi postpartum di wilayah Kota Bandar
memiliki umur <20 dan >35 tahun memiliki Lampung serta ibu postpartum yang memiliki
peluang terindikasi depresi sebesar 1,263 kali paritas >2 anak memiliki peluang terindikasi
dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-35 depresi sebesar 0.959 kali dibandingkan dengan
tahun di Kota Bandar Lampung. Dari hasil ibu yang memiliki anak 1-2 anak.
penelitian ini didapatkan bahwa faktor risiko Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
umur ibu tidak berhubungan dengan kejadian tidak adanya hubungan antara paritas dengan
depresi postpartum dikarenakan sedikitnya umur kejadian depresi postpartum bertentangan
yang <20 tahun dan >35 tahun serta kejadian dengan salah satu penelitian terkini yang
depresi yang hanya 31 responden dilihat relatif menyebutkan bahwasannya ada hubungan yang
sedikit dari 251 jumlah responden yang diteliti. bermakna antara paritas dengan kejadian depresi
Hasil dari penelitian ini bertentangan dengan postpartum. (Murwati et al., 2021). Sedangkan
beberapa studi penelitian terkini menunjukkan paritas yang rentan terkena depresi postpartum
bahwa ada hubungan antara umur dengan adalah wanita yang pertama kalinya melahirkan
kejadian depresi postpartum. Pada penelitian serta wanita yang >3 kali pernah melahirkan
terkini lainnya, ibu dengan rentang umur <20 sehingga memicu kurang stabilnya emosi yang
tahun dan >35 tahun termasuk kedalam umur berpotensi meningkatkan persalinan yang
yang memiliki kerentanan tinggi untuk beresiko akan mengakibatkan timbulnya rasa
terjadinya depresi. (Setiawati et al., 2022). ketakutan dan kecemasan bahkan dapat
Apabila mengalami kehamilan dan persalinan menyebabkan depresi. (Sembiring et al., 2019)
pada umur yang beresiko maka disarankan untuk Hasil analisis statistik dengan menggunakan
menjaga pola hidup yang sehat serta istirahat uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α
yang cukup agar ibu dan bayi yang dikandung = 0,05) didapatkan nilai p-value 0,013 atau p-
atau dilahirkan tetap sehat. (Murwati et al., value <0,05 artinya ada hubungan yang
2021). bermakna antara riwayat abortus ibu dengan
kejadian depresi postpartum di wilayah Kota riwayat depresi sebelumnya dengan kejadian
Bandar Lampung serta ibu postpartum yang depresi postpartum. Seorang wanita yang pernah
memiliki riwayat abortus memiliki peluang mengalami gangguan depresi sebelumnya lebih
terindikasi depresi sebesar 3.265 kali tinggi tingkat terindikasi depresi dibandingkan
dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah dengan wanita yang tidak pernah mengalami
mengalami abortus. gangguan depresi sebelumnya. (Wang et al.,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian 2022). Wanita yang memiliki riwayat depresi
terkini lainnya diantaranya penelitian yang sebelumnya hendaknya diberikan sebuah
mengatakan bahwa riwayat abortus memiliki perawatan. Perawatan untuk depresi sebelumnya
hubungan yang besar pemicu terjadinya depresi dapat berupa terapi, obat-obatan, atau kombinasi
postpartum. Hal ini terjadi karena berdampak keduanya. Jika perawatan ini tidak mengurangi
pada kejiwaan dan kesiapan mental seorang gejala, terapi stimulasi otak, seperti terapi
wanita serta melawan rasa takut akibat beberapa elektrokonvulsif, dapat menjadi pilihan untuk
kali mengalami keguguran dan kehilangan. dieksplorasi. (Serati & Carnevali, 2018)
(Mulyani et al., 2022). Penyebab lain terjadinya Hasil analisis statistik dengan menggunakan
abortus pada ibu hamil adalah karena faktor uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α
genetik, faktor imun, serta beberapa faktor = 0,05) didapatkan nilai p-value 0,306 atau p-
lainnya bahkan ada juga abortus yang value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang
disebabkan karena adanya rasa trauma terhadap bermakna antara status pekerjaan dengan
sesuatu hal yang memicu pikiran ibu menjadi kejadian depresi postpartum di wilayah Kota
kacau dan mengakibatkan terganggunya Bandar Lampung serta ibu postpartum yang
kesehatan ibu serta bayi dalam kandungannya. bekerja memiliki peluang terindikasi depresi
(Poltekes Kemenkes, 2019). sebesar 1.596 kali dibandingkan dengan ibu
Hasil analisis statistik dengan yang tidak bekerja.
menggunakan uji Chi-Square pada derajat Penelitian ini bertentangan dengan penelitian
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p- lain yang mengatakan bahwa ada hubungan
value 0,162 atau p-value >0,05 artinya tidak ada antara kejadian depresi dengan status ibu yang
hubungan yang bermakna antara riwayat depresi bekerja ataupun ibu yang tidak bekerja.
sebelumnya dengan kejadian depresi postpartum Kelelahan yang diakibatkan dari pekerjaan yang
di wilayah Kota Bandar Lampung serta ibu berlebih akan meningkatkan kurang stabilnya
postpartum yang memiliki riwayat depresi emosi ibu dalam menghadapi kehidupannya.
memiliki peluang terindikasi depresi sebesar (Mulyani et al., 2022). Pada penelitian ini, status
3.724 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak pekerjaan ibu tidak berpengaruh apapun dengan
pernah mengalami depresi sebelumnya. Dari kejadian depresi dikarenakan dari data yang
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa diperoleh hanya sedikit ibu yang bekerja dan
penelitian ini bertentangan dengan penelitian terindikasi depresi. Sisanya masih lebih besar
lain yang dimana terdapat hubungan antara
kejadian depresi walaupun ibu tidak bekerja dan dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan
hanya fokus menjadi ibu rumah tangga. dukungan suami.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan
uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α bertentangan dengan hasil pada penelitian
= 0,05) didapatkan nilai p-value 0,299 atau p- lainnya. Pada penelitian lain mengatakan bahwa
value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang ada hubungan antara dukungan suami dengan
bermakna antara pendidikan dengan kejadian kejadian depresi postpartum. Wanita yang
depresi postpartum di wilayah Kota Bandar mendapatkan dukungan suami setelah
Lampung serta ibu postpartum yang menempuh melahirkan lebih rendah indikasi terkena depresi
pendidikan dasar memiliki peluang terindikasi postpartum dibandingkan dengan wanita yang
depresi sebesar 1.875 kali dibandingkan dengan tidak mendapatkan dukungan suami. (Murwati
ibu yang menempuh pendidikan menengah. et al., 2021). Dukungan pasangan dapat
Hasil penelitian ini bertentangan dengan mengurangi depresi pascapersalinan. Ini adalah
penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa ada faktor untuk mengurangi tingkat depresi
hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu postpartum dimana memiliki efek positif pada
dengan kejadian depresi postpartum. Faktor pengalaman melahirkan wanita, dan telah
pendidikan ibu yang lebih tinggi berpengaruh terbukti menjadi faktor pencegahan depresi
signifikan terhadap keadaan depresi pada ibu pascamelahirkan. Dukungan suami berupa
postpartum. Hal ini dikarenakan ideal self ibu perhatian, komunikasi yang baik dan hubungan
berpendidikan tinggi sangat besar sehingga emosional yang erat merupakan faktor
kecemasan ibu lebih besar ketika dihadapkan terpenting dalam pencegahan depresi pasca
pada tuntutan di luar rumah. Ibu yang melahirkan. Dukungan atau kepositifan seorang
berpendidikan memiliki tingkat keingintahuan pria dapat memberikan wanita kekuatan
yang lebih tinggi tetapi tidak mau menerima tersendiri setelah melahirkan. (Rizty &
informasi. Hal ini dapat membuat ibu rentan Kusumiati, 2020)
mengalami depresi pasca melahirkan.(Mulyani Hasil analisis statistik dengan menggunakan
et al., 2022) uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α
Hasil analisis statistik dengan menggunakan = 0,05) didapatkan nilai p-value 0,054 atau p-
uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% (α value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang
= 0,05) didapatkan nilai p-value 0,646 atau p- bermakna antara dukungan keluarga dengan
value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang kejadian depresi postpartum di wilayah Kota
bermakna antara dukungan suami dengan Bandar Lampung serta ibu postpartum yang
kejadian depresi postpartum di wilayah Kota tidak mendapat dukungan keluarga memiliki
Bandar Lampung serta ibu postpartum yang peluang terindikasi depresi sebesar 2.167 kali
tidak mendapat dukungan suami memiliki dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan
peluang terindikasi depresi sebesar 1.246 kali dukungan keluarga. Hasil dari penelitian ini
bertentangan dengan penelitian sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan mencegah terjadinya kejadian depresi
bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan postpartum pada ibu setelah melahirkan.
kejadian depresi postpartum pada ibu setelah
melahirkan. Wanita yang tidak mendapatkan
dukungan baik itu berupa perhatian atau bantuan Analisis Multivariat
dari keluarganya lebih rentan terindikasi depresi
postpartum dibandingkan dengan wanita yang
mendapatkan dukungan. (Ernawati, 2020)
Kehadiran keluarga dan sanak saudara
yang mendampingi ibu sangat penting.
Kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru
sering membuat bentuk perhatian lebih fokus
kepada bayi daripada ibunya, sehingga
seringkali ibu merasa diabaikan dan kurang
mendapatkan perhatian dari keluarganya.
Keluarga harus memiliki kemampuan untuk
membagi perhatian ke ibu dan bayi guna

Tabel 3
Distribusi hasil akhir pemodelan multivariat
Variabel dependen P Value OR 95% CI
Umur 0.583 1.399 0.421 4.647
Paritas 0.578 0.757 0.284 2.017
Riwayat abortus 0.009 3.194 1.328 7.681
Status pekerjaan 0.197 1.953 0.706 5.404
Pendidikan 0.111 0.587 0.305 1.130
Dukungan keluarga 0.071 2.130 0.937 4.838
Hasil analisis statistik selama beberapa kali sulit untuk
berdasarkan tabel 3 pemodelan memiliki anak dan jumlah anak yang
multivariat menunjukkan bahwa p-value sedikit dipengaruhi pula dengan jarak
dari riwayat abortus sebesar 0.009 kelahiran anak sebelumnya yang
dengan nilai OR 1.328 yang berarti lumayan jauh. Tak hanya itu, bahkan
variabel riwayat abortus mempunyai adapula ibu yang mengalami depresi
peluang sebesar 1.328 kali lebih besar sebelumnya yang diduga karena ada
terkena depresi dibandingkan dengan kaitannya dengan pengalaman abortus
variabel lainnya. Dari hasil penelitian yang pernah dialaminya. Kemudian ibu
yang dilakukan sebelumnya, seorang ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah
yang memiliki riwayat keguguran akan menyebabkan kurangnya
pemahaman mengenai bahaya riwayat mengatakan bahwa riwayat abortus menjadi
abortus yang dapat meningkatkan salah satu faktor risiko tertinggi munculnya
depresi postpartum. depresi pada ibu postpartum. Aborsi dapat
Riwayat abortus atau pengalaman keguguran memicu reaksi seperti kesedihan yang
adalah pengalaman emosional yang akan memengaruhi kesehatan fisik, yang pada waktu
menyisakan traumatis dalam diri seorang wanita selanjutnya dapat meningkatkan risiko depresi
dan telah terbukti menghasilkan lebih besar postpartum. Dapat dicatat bahwa depresi dan
depresi pada kehamilan maupun persalinan kecemasan prenatal juga dapat menyebabkan
berikutnya. Akibatnya, ini wanita bisa menjadi keguguran.(Raghavan et al., 2021)
khawatir dan tertekan selama kehamilan dan Wanita yang bekerja lebih rentan mengalami
persalinan berikutnya. Gejala-gejala seperti rasa keguguran dikarenakan banyaknya kegiatan dan
sakit akibat proses kuretase dari pengalaman aktivitas yang dilakukan menyebabkan
keguguran ini dapat meninggalkan perasaan kelelahan yang dapat memicu gangguan
trauma dan ketakutan serta meningkatkan risiko kesehatan pada janin yang dikandung serta akan
depresi postpartum. (Lin et al., 2022) berdampak pada kejadian abortus. Sedangkan
Walaupun pada penelitian ini tidak ada wanita yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
hubungan antara umur dengan kejadian depresi rumah tangga saja lebih rendah untuk terkena
postpartum, namun tidak menutup kemungkinan keguguran serta kejadian depresi postpartumnya
wanita yang hamil di usia sekitar 20-35 tahun dikarenakan kegiatan yang dilakukan tidak
adalah usia aman dan tidak rentan untuk sebanyak yang di lakukan oleh ibu rumah tangga
mengalami abortus atau keguguran. Sedangkan yang bekerja.(Sesay et al., 2023)
usia wanita yang >35 tahun atau <20 tahun itu
akan lebih tinggi tingkat kerentanan abostus atau KESIMPULAN DAN SARAN
keguguran dikarenakan di umur <20 tahun organ Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat
reproduksi wanita yang belum berfungsi dengan disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
sempurna menyebabkan risiko keguguran yang gangguan kesehatan mental ibu nifas yang
tinggi. Dan ibu yang hamil pada usia >35 tahun disebabkan oleh beberapa faktor. Pada penelitian ini
mungkin akan meningkatkan risiko keguguran dari beberapa faktor yang dianalisis, faktor riwayat
dikarenakan berkurangnya fungsi organ abortus memiliki hubungan dengan kejadian depresi
reproduksi wanita tersebut dan menurunnya postpartum. Kemudian dari analisis multivariat
tingkat kekuatan dari fungsi organ reproduksi ditemukan bahwa riwayat abortus menjadi faktor
serta kesehatan fisik seorang wanita. (Setiawati paling dominan depresi postpartum, sedangkan
et al., 2022) faktor umur, paritas, pendidikan, riwayat depresi,
Dari hasil penelitian ini, wanita yang status pekerjaan, dan dukungan keluarga menjadi
memiliki riwayat abortus juga sangat perlu faktor konfonding depresi postpartum. Demi
mendapatkan dukungan dari suami dan menjaga kesehatan mental ibu dimasa depan,
keluarganya. Dalam penelitian sebelumnya juga
baiknya ibu nifas senantiasa didukung oleh orang postpartum: Studi literature review.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
terdekatnya seperti suami atau keluarganya dan
didampingi bidan yang mengontrol kesehatan ibu Janiwarty, B. ; H. Z. P. (2013). Pendidikan
Psikologi untuk Bidan Suatu teori dan
serta memberikan edukasi terkait kesehatan ibu dan terapannya (D. Hardjono (ed.)). Rapha
bayi. Publishing.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan
Indonesia. In F. Sibuea, B. HArdhana, &
UCAPAN TERIMA KASIH W. Widiantini (Eds.),
Pusdatin.Kemenkes.Go.Id. Kemenkes.
Ucapan terimakasih ditujukan kepada dosen
Kemenkes RI. (2019). Riskesdas 2018 Provinsi
yang telah melibatkan mahasiswa dalam
Lampung. Riset Kesehatan Dasar
penelitian bersama dimana penelitian ini Lampung 2018.
merupakan hibah penelitian yang didanai oleh Kerie, S., Menberu, M., & Niguse, W. (2018).
hibah Kemendikbud dengan judul: Prevalence and associated factors of
postpartum depression in Southwest,
“Pengembangan Edinburgh Postnatal Ethiopia, 2017: A cross-sectional study.
Depression Scale (EPDS) sebagai Instrumen BMC Research Notes, 11(1).
https://doi.org/10.1186/s13104-018-3730-x
Pengukuran Maternal Mental Health di
Lin, Y. H., Chen, C. P., Sun, F. J., & Chen, C.
Indonesia”. Y. (2022). Risk and protective factors
related to immediate postpartum
depression in a baby-friendly hospital of
REFERENSI taiwan. Taiwanese Journal of Obstetrics
Benyamin Kapisa, M., Aisah Bauw, S., Alma, and Gynecology, 61(6), 977–983.
R., & Jurusan, Y. (2021). Analisis Tingkat https://doi.org/10.1016/j.tjog.2022.08.004
Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Terhadap
Lindayani, I. K., & Marhaeni, G. A. (2019).
Pendapatan Kepala Keluarga (KK) di
Prevalensi dan Faktor Risiko Depresi
Kampung Manbesak Distrik Biak Utara
Postpartum di Kota Denpasar Tahun 2019.
Provinsi Papua. Lensa Ekonomi, 15, 131–
Jurnal Midwifery, 8511, 100–109.
150.
https://doi.org/https://doi.org/10.32807/jmu
https://doi.org/https://doi.org/10.30862/len
.v2i2.94
sa.v15i01.145
Mamlukah, & Kumalasari, I. (2022). Efektivitas
Cox, J.L., Holden, J & Henshaw, C. (2014).
Psikoedukasi Zikir terhadap Penurunan
Perinatal Mental Health: The Edinburgh
Tekanan Darah, Kecemasan dan Depresi
Postnatal Depression Scale (EPDS)
Postpartum Ibu Hamil di Masa Pandemi.
Manual (2nd Edn). RCPsych Publications.
Window of Health Jurnalkesehatan, 5(3),
http://www.rcpsych.ac.uk/usefulresources/
622–632.
publications/books/rcpp/9781909726130.a
https://doi.org/https://doi.org/10.33096/wo
spx
h.vi.50
Ernawati, E. (2020). Faktor Yang Berhubungan
Maylani, K. (2019). Postpartum depression
Dengan Kejadian Post Partum Blues Pada
pada ibu ditinjau dari cara melahirkan dan
Ibu Nifas Di Ruang Nuri Rumah Sakit
faktor demografi [Universitas Negeri
Bhayangkara Makassar. Media
Semarang]. https://www.bing.com/ck/a?!
Keperawatan: Politeknik Kesehatan
&&p=1e3842b9e08c7463JmltdHM9MTY
Makassar, 11(1), 25.
3MzgyNzIwMCZpZ3VpZD0yMzBiZGY5
https://doi.org/10.32382/jmk.v11i1.1429
My1iMGM5LTZlMmItMTY2ZS1jZTU3Y
Gusfirnandou, D. (2021). Faktor-faktor yang jEzNDZmMGImaW5zaWQ9NTIxMg&ptn
mempengaruhi kejadian depresi =3&hsh=3&fclid=230bdf93-b0c9-6e2b-
166e-
ce57b1346f0b&psq=depresi+postpartum+ Sembiring, J. B., Pratiwi, D., & Sarumaha, A.
LAMPUNG.pdf&u=a1aHR0cDovL2xpYi5 (2019). Hubungan Usia, Paritas dan Usia
1bm5 Kehamilan dengan Bayi Berat Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Mitra
Mulyani, C., Dekawaty, A., & Suzanna. (2022). Medika Medan. Jurnal Bidan Komunitas,
Faktor-faktor penyebab depresi pasca 2(1), 38.
persalinan. Jurnal Keperawatan Silampari, https://doi.org/10.33085/jbk.v2i1.4110
6(8.5.2017), 2003–2005.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks. Serati, M., & Carnevali, G. (2018). Perinatal
v5i2.3462 depression. Clinical Cases in Psychiatry:
Integrating Translational Neuroscience
Murwati, M., Suroso, S., & Wahyuni, S. (2021). Approaches, 155–170.
Faktor Determinan Depresi Postpartum Di https://doi.org/10.1007/978-3-319-91557-
Wilayah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. 9_9
Jurnal Sipakalebbi, 5(1), 18–31.
https://doi.org/10.24252/jsipakallebbi.v5i1. Sesay, F. R., Anaba, E. A., Manu, A., Maya, E.,
21074 Torpey, K., & Adanu, R. M. K. (2023).
Determinants of induced abortion among
Nasution, M. Z. (2021). Faktor Yang women of reproductive age: evidence from
Mempengaruhi Kejadian Depresi Post the 2013 and 2019 Sierra Leone
Partum Di Puskesmas Siabu Kabupaten Demographic and Health Survey. BMC
Mandailing Natal Tahun 2021 [Universitas Women’s Health, 23(1), 1–10.
Aufa Royhan]. https://doi.org/10.1186/s12905-023-02175-
https://repository.unar.ac.id/jspui/handle/1 9
23456789/3145
Setiawati, D. N., Purnamasari, D., Dainy, N. C.,
Pardede, J. A., Sinaga, T. R., & Sinuhaji, N. Andriyani, & Effendi, R. (2022). Faktor-
(2021). Dukungan keluarga dengan tingkat faktor yang mempengaruhi kejadian
stres narapidana Di Lembaga depresi postpartum di kabupaten bogor
Pemasyarakatan. Jurnal Kesehatan, 4(01), tahun 2019. Media Publikasi Promosi
98–108. Kesehatan Indonesia, 5(8), 1020–1025.
https://doi.org/https://doi.org/10.33096/wo
h.v4i1.298 Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui (1st ed.). Kemenkes
Poltekes Kemenkes. (2019). Modul Teori 3: RI.
Asuhan Kebidanan Persalinan. In
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Wang, N., Mu, M., Liu, Z., Reheman, Z., Yang,
Raya. http://repo.poltekkes- J., Nie, W., Shi, Y., & Nie, J. (2022).
palangkaraya.ac.id/1812/1/MODUL 3.pdf Correlation between primary family
caregiver identity and maternal depression
Raghavan, V., Khan, H. A., Seshu, U., Rai, S. risk in poor rural China. Hong Kong
P., Durairaj, J., Aarthi, G., Sangeetha, C., Medical Journal = Xianggang Yi Xue Za Zhi,
John, S., & Thara, R. (2021). Prevalence
28(6), 457–465.
and risk factors of perinatal depression
https://doi.org/10.12809/hkmj219875
among women in rural Bihar: A
community-based cross-sectional study. WHO. (2017). Depression and Other Common
Asian Journal of Psychiatry, 56(November Mental Disorders. In Obstetrics and
2020), 102552. Gynecology (Vol. 2, Issue 1). WHO.
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2021.102552
Rizty, L. E., & Kusumiati, R. Y. E. (2020).
Hubungan Dukungan Sosial (Suami) dan
Kecenderungan Depresi Postpartum.
Jurnal Jurusan Bimbingan Konseling
Undiksha, 11(2), 112–118.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/ji
bk.v10i2

Anda mungkin juga menyukai