Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KARYA ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SELAMA KEHAMILAN DAN DUKUNGAN


SUAMI DENGAN DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU

Disusun Oleh
Nama : Analisa Shendy Herwati
NIM : 2202013513

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


LAMONGAN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masa nifas atau nifas mengacu pada waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan organ reproduksi ke keadaan sebelum hamil, atau masa involusi, dari
selesainya persalinan sampai kurang lebih 6 minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017).
Salah satu gangguan kesehatan jiwa yang berkembang pada masa nifas atau masa
nifas adalah depresi pascapersalinan. Gangguan tersebut paling sering terlihat pada
efek persalinan, dialami oleh sekitar 10-15% wanita yang melahirkan, baik untuk
persalinan pertama maupun persalinan berikutnya. Depresi pascapersalinan berbeda
dengan “baby blues” yang cenderung bertahan lebih lama daripada baby blues (Lubis,
2016).
Efek depresi pascapersalinan dapat memengaruhi perkembangan bayi. Jika
tidak diobati, depresi pascapersalinan dapat memiliki efek buruk jangka panjang. Ibu
bisa kecanduan depresi kronis yang kambuh. Sedangkan untuk anak-anak mereka,
depresi ibu yang terus-menerus dapat memengaruhi suasana hati, perilaku, kognisi,
dan hubungan anak-anak di kemudian hari (Stewart, 2013).Oleh karena itu, perlu
dilakukan identifikasi kejadian-kejadian dari sebelum hamil hingga setelah
melahirkan yang merupakan faktor risiko depresi pasca persalinan.
Kesehatan mental ibu diakui sebagai tantangan utama kesehatan masyarakat
global (Organisasi Kesehatan Dunia, 2018). Kecemasan adalah gangguan mental yang
umum selama kehamilan (Glover, 2014). Kecemasan adalah respons normal terhadap
ancaman atau bahaya, tetapi jika kecemasan terus berlanjut dan mengganggu
kehidupan sehari-hari, dapat menjadi masalah kesehatan mental (Anxiety UK,
2018).Semakin cemas ibu, semakin tinggi kadar kortisolnya (Kane et al., 2014).
Kortisol dapat menyebabkan persalinan lama, persalinan, operasi caesar, keguguran,
gangguan pertumbuhan janin, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, risiko
alergi, dan risiko sistem kekebalan yang melemah. (Liou, Wang, & Cheng, 2016;
Pinto et al., 2017)
Menurut penelitian Marks dan kumar (Oktavia dalam Mahmudah, 2016)
menunjukan bahwa kecemasan yang dialami oleh wanita hamil lebih banyak terdapat
pada mereka yang kurang mendapat dukungan sosial. Faktor yang dapat mengurangi
kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan melahirkan adalah adanya dukungan
keluarga misalnya dari suami, orang tua, mertua,dan dukungan dari keluarga lainnya.
Murniarsih dalam Nurwulan (2017) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Sedangkan depresi
postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang mengalami berbagai
gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan, khususnya pada gangguan
depresi spesifik terjadi pada 10-15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan.
Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang dilalui
dengan kegembiraan dan kecemasan serta suka cita. 10-15% wanita dari kehamilan
dan persalinan menunjukan kecemasan yang dialami wanita hamil lebih banyak
terdapat pada mereka yang tidak mendapat dukungan social baik dari suami maupun
keluarga , dari aspek tersebut maka mereka harus mempersiapkan diri dengan lebih
memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. (Purwanto, 2010).
Banyak sekali pengertian atau definisi dukungan sosial sudah dinyatakan sang
para pakar, diantaranya Jonshon & Jonshon (1991) yg menyatakan bahwa dukungan
sosial menjadi pertukaran sumber-sumber isu dengan maksud saling menaikkan
kesejahteraan serta keberadaan orang lain yang bisa diandalkan buat diminta bantuan,
dorongan, penerimaan, serta perhatian bila mengalami kesulitan. Dukungan sosial
bukan hanya sekedar memberi bantuan namun yg krusial merupakan bagaimana
presepsi penerima terhadap makna dari bantuan tersebut. Dukungan suami berupa
perhatian, komunikasi, hubungan emosional yang intim, merupakan faktor yang
paling bermakna sebagai pemicu terjadinya postpartum blues serta depresi
postpartum. dari penelitian didapatkan data bahwa rendahnya atau ketidakpastian
dukungan suami dan famili akan menaikkan peristiwa depresi postpartum (Mary,
2004). berdasarkan penelitian Urbayatun (2010) ada hubungan negatif antara
dukungan sosial dengan kecenderungan depresi postpartum, semakin tinggi taraf
dukungan sosial, maka semakin rendah kesamaan depresi postpartum, dan semakin
rendah taraf dukungan sosial, maka semakin tinggi taraf kecenderungan depresi
postpartum. dari penelitian Kurniasari & Astuti, (2015) terdapat hubungan yg
bermakna antara dukungan suami menggunakan insiden postpartum blues. Dukungan
suami yg dimaksud berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang
intim, artinya faktor yg paling bermakna menjadi pemicu terjadinya postpartum blues
serta depresi postpartum.
berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik buat melakukan penelitian
menggunakan judul hubungan antara kecemasan selama kehamilan dan dukungan
suami menggunakan depresi postpartum di ibu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah terkait masalah penelitian ini
sebagai berikut :
1) Apakah ada hubungan antara kecemasan selama kehamilam dan dukungan suami dengan
depresi postpartum pada ibu?
2) Apakah ada hubungan antara kecemasan selama kehamilam dan dukungan suami dengan

depresi postpartum pada ibu?

3) Apakah ada hubungan antara dukungan suami dengan depresi postpartum pada ibu?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

(1) Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan selama kehamilam dan dukungan suami

dengan depresi postpartum pada ibu.

(2) Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan selama kehamilan dengan depresi

postpartum pada ibu.


(3) Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan depresi postpartum pada

ibu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di bahas teori yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu

depresi postpartum, kecemasan selama kehamilan, dan dukungan suami. Kemudian juga akan

di bahas mengenai kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

1. Depresi Postpartum

1.1 Definisi Depresi Postpartum

Pengalaman memasuki masa awal transisi menjadi seorang mak (motherhood period)
tersebut mengakibatkan kesulitan dan ketidakmampuan ibu primipara buat beradaptasi,
sebagai akibatnya ibu gagal mengikuti keadaan serta mengalami gangguan emosional atau
psikologis, galat satunya Postpartum Depression (PPD). dalam DSM-V Postpartum
Depression diklaim sebagai Major Depressive Disorder With Peripartum Onset, yaitu
gangguan depresi mayor yang muncul di periode kehamilan sampai melahirkan yang
umumnya berlangsung selama 4 minggu selesainya melahirkan (American Psychiatric
Association, 2013)
Depresi postpartum artinya suatu gangguan mood yg terjadi setelah melahirkan dan
merefleksikan disregulasi psikologikal yang artinya indikasi dari gejala depresi mayor
Pradnyana,dkk (2013). syarat depresi postpartum artinya suatu keadaan yg berfokus
dimana sebuah penelitian menerangkan bahwa 25% mak yg baru pertama melahirkan
mengalami depresi postpartum yang berat dan pada mak yang melahirkan anak
selanjutnya sekitar 20% Kusuma (2017). Gangguan mood ini biasanya terjadi dua-6
minggu sehabis melahirkan dengan karakterististik yaitu perasaan depresi, kecemasan yg
hiperbola, insomnia, serta perubahan berat badan Difa & dinni (2018).
Berdasarkan pembagian terstruktur mengenai diatas, bisa disimpulkan bahwa Depresi
postpartum artinya gangguan suasana hati di mak postpatum yang tejadi pada dua minggu
sampai enam bulan selesainya melahirkan serta ditandai dengan perasaan duka kehilangan
tenaga, susah berkonsentrasi, perasaan bersalah serta tidak berharga. tanda dan gejala
depresi postpartum antara lain simpel menangis, mudah putus harapan, tidak bermanfaat
dalam kehidupannya, selalu merasa sedih, hingga adanya cita-cita buat bunuh diri.
2. Kecemasan Dalam Kehamilan

2.1 Definisi kecemasan (tension)


Menurut kamus besar bahasa indonesia kecemasan berasal dari kata “cemas” yang

artinya risau hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2005). cemas ialah perasaan

turned into-turned into, rasa tak tenang, karena khawatir, takut dan gelisah. Sedangkan

makna umum dari kecemasan menurut kamus psikologi adalah kondisi umum yang buram

dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap sesuatu hal, rasa getar, menekan

dan tidak nyaman (Reber & Reber, 2016).

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan

atau ketakutan yang tidak realistik, juga rasional, dan tidak dapat secara intensif

ditampilkan dengan cara-cara yang jelas. Sigmund Freud mengemukakan bahwa yang

disebut cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah sehingga

tidak berani serta tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan

yang seharusnya (Wiramihardja, 2015).

Nietzal, berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari

bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negetif

dan rangsangan fisiologi. Muchlas, mendefinisikan istilah kecemasan sebagai sesuatu

pengalaman subjektif mengenai ketegangan intellectual kesukaran dan tekanan yang

menyertai konflik atau ancaman (Ghufron & Risnawati, 2012).

Maharani & Fakhrurrozi (2014) kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional

yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya, baik itu ancaman yang

berasal dari luar maupun dari dalam individu itu sendiri. Menurut Sondakh kecemasan

merupakan suatu reaksi yang menunjukan terhadap bahaya yang memperingatkan orang

dari dalam, secara naluri, terdapat bahaya dan orang yang bersangkutan mungkin

kehilangan kendali dalam situasi tersebut. Penyebab rasa cemas adalah perasaan bersalah

akibat dari suatu tindakan yang seseorang perbuat dengan menghasilkan sesuatu yang

tidak diharapkan, selain itu rasa takut akan sesuatu hal terjadi pada diri sendiri
menyebabkan seseorang akan menjadi cemas (Rinata & Andiyani, 2018). Kecemasan

adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Meihartati, dkk.,2018).

Menurut Mochtar persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

urin) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan, kemudian menurut Bobak

persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kealam jalan

lahir (Mutmainnah, dkk., 2017).

Sedangkan menurut Fazdria & Harahap (2014) Persalinan adalah peristiwa yang

alami dan normal, tetapi tidak menutup kemungkinan persalinan juga dapat terjadi secara

unusual. Proses persalinan yang mengakibatkan terjadinya aspek-aspek psikologis

sehingga dapat menimbulkan berbagai macam masalah psikologi salah 17 satunya ialah

kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dirasakan dan dialami

oleh ibu hamil menjelang persalinan. Kecemasan yang sering terjadi pada ibu hamil saat

menjelang persalinan yaitu merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan ataupun

pada masa perawatan dan penyembuhan.

Sari & Novriani (2017) mengatakan bahwa kecemasan menghadapi persalinan

terutama kehamilan anak pertama berkaitan dengan emosi ibu yang berpengaruh pada

proses persalinan. Kecemasan yang terjadi pada ibu menghadapi persalinan anak pertama

disebabkan karena adanya ketidak stabilan psikologis yang ibu rasakan. Aprilia (2010)

kecemasan yang paling sering dialami dan dirasakan oleh ibu hamil dimasa persiapan

menghadapi persalinan adalah dengan munculnya ketakutan yang tidak diketahui, karena

ibu hamil sendiri sering tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat proses persalinan.

Murni & Suherni (2014) kecemasan yang dialami oleh ibu hamil biasanya disebabkan

karena persepsi ibu kurang tepat mengenai proses persalinan. Persalinan dipersepsikan
sebagai proses yang menakutkan sehingga bisa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa

atau dengan kata lain munculnya ketakutan-ketakutan yang dialami oleh ibu hamil anak

pertama karena belum pernah memiliki pengalaman mengenai persalinan.

Kecemasan yang dialami para ibu hamil anak pertama menjelang persalinan menurut

Keswamas yaitu mulai dari kecemasan bayi yang lahir akan prematur, cemas terhadap

perkembangan janin di dalam rahim, cemas terhadap kematian bayinya, cemas bayinya

terlahir 18 dengan keadaan cacat, cemas terhadap proses persalinan, cemas terhadap

kemungkinan komplikasi saat persalinan, dan yang terakhir ibu merasa cemas terhadap

rasa nyeri saat menghadapi persalinan (Walangadi, dkk.,2014).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan selama

kehamilan dan menghadapi persalinan yaitu merupakan pengalaman emosional yang tidak

stabil yang dialami oleh ibu sehingga membuat adanya ancaman yang tidak jelas

penyebabnya dan kemudian berpengaruh pada proses persalinan yang akan dihadapi oleh

ibu hamil.

2.2 Aspek-Aspek Kecemasan

Deffenbacher serta Hazaleus mengemukakan bahwa aspek–aspek

kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini (Ghufron & Risnawati, 2012).

1) Kekhawatiran (worry) adalah pikiran negatif wacana dirinya sendiri,

seperti perasaan negative bahwa dia lebih jelas dibandingkan

menggunakan temantemannya.

2) Emosionalitas (imisionality) menjadi reaksi diri terhadap rangsangan saraf

otonomi, seperti jantung berdebardebar, keringat dingin, dan tegang.

3) Gangguan serta hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated

interference) artinya kecenderungan yang dialami seorang yang selalu

tertekan sebab pemikiran yg rasional terhadap tugas.


lalu aspek kecemasan berdasarkan Shah (Ghufron & Risnawati, 2014)

terbagi menjadi 3 aspek yaitu:

1) Aspek fisik, mirip pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat

menyebabkan rasa mual pada perut, ekspresi kering, grogi dan lain-lain.

2) Aspek emosional, mirip timbulnya rasa panik dan rasa takut

3) Aspek mental atau kognitif, mirip timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori,

rasa risi ketidak karuanan dalam berfikir, dan galau

gejala aspek-aspek kecemasan (Hidayah& Atmoko, 2014).

a. Aspek kognitif: sulit konsentrasi, pikiran membingungkan, pikiran yg Mengganggu

selalu ada berulang.

b. Aspek afektif: takut, khawatir, gelisa.

c. Aspek motorik: gemetar, pusing, telapak tangan berkeringat.

sesuai asal aspek-aspek pada atas bisa disimpulkan bahwa, aspek asal kecemasan

artinya seorang akan merasa khawatir, emosional yang tidak stabil, terjadinya hambatan

pada menuntaskan sesuatu, sulit berkonsentrasi, pikiran terganggu, dan tubuh mencicipi

gemetaran, pusing dan tangan berkeringat.

3. Definisi Dukungan Suami

berdasarkan Chaplin (2006) pada Rahayu (2020) dukungan merupakan memenuhi

kebutuhan dan menyediakan apa yang orang lain butuhkan, dukungan mampu diartikan

secara lain memberi motivasi/dorongan, semangat dan nasihat pada keputusan. seseorang

suami merupakan keliru satu anggota keluarga yang sangat dekat menggunakan bunda.

Segala bentuk tindakan yg dilakukan suami yg berkaitan menggunakan masa nifas mak

akan berdampak pada keadaan psikologis mak dan kelancaran ibu dalam menjalani masa

nifasnya. Dukungan yg positif asal suami sangat pada perlukan dalam membantu kondisi

bunda selama masa nifas. jika suami tidak mendukung bunda post partum maka dapat
membuat bunda merasa duka serta kewalahan dalam mengasuh bayinya di minggu

pertama post partum.

Dukungan suami artinya bentuk hubungan yg di dalamnya ada hubungan yg saling

memberi serta menerima donasi yang bersifat konkret. sehingga dapat menyampaikan rasa

cinta serta perhatian.

berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa dukungan suami sangat

berperan dalam membangun kerjasama antara mak dan suami dalam merawat bayi

mereka (fitrah dkk,2017). Dukungan suami menyampaikan taktik buat ibu waktu

mengalami tertekan berguna sebagai strategi preventif bagi bunda buat mengurangi

tertekan dan akbat negatif, jadi dukungan suami sangat diharapkan sang istri sehabis

mengalami persalinan. (Asmayati, 2017).

4. Dukungan Suami

4.1 Aspek Dukungan Suami

Melahirkan dan waktu hamil keadaan yg sangat sensitive bagi wanita,

dukungan suami sangat penting bagi istri tak mampu di anggap sepele, yg bisa

membentuk suasana menjadi positif, di mana mak merasa hari pertama yang sangat

melelahkan. tidak mampu diklaim sepele, persalinan memang merupakan hal yang

melelahkan baik secara fisik atau psikis (Marshall, 2004).

pada anugerah ASI diharapkan kalori yang tidak sedikit, selain bersedia

memberikan on demand, merupakan beliau wajib siap menyusui kapan saja si bayi

ingin menyusu, di saat istirahat atau tengah malam sekalipun. sang sebab itu kelelahan

ibu yang sedemikian rupa sebelumnya rupa sebetulnya bisa diminimalkan dengan

kehadiran atau bantuan orang lain, teruntuk keluarga dan suami.


Dukungan suami mampu diberikan kepada istri dengan cara membantu istri

pada perawatan bayi seperti waktu ibu menyusui, ayah mampu membatu istri dan tak

hanya tidur sepanjang malam,ayah pula bisa membatu menemani bunda, mengganti

popok bisa dilakukan ayah buat membantu, dengan memberikan support serta kasih

saying, bebar-sahih mengerti kondisi istri, sebagai akibatnya istri mencicipi bahwa

beliau tidak merawat bayinya seorang diri. sesudah itu berperan serta pada semua

pekerjaan harian, yg akan mengurangi beban istri (Kathleen, 2000).

Dukungan-dukunga suami berdasarkan Kuntjoro, 2002, merupakan:

a. ada kedekatan emosional

b. Suami memberi kan ijin ke pada istri bisa terlibat pada gerombolan bisa

menyebarkan minat

c. Suami memperhatikan kondisi istrinya

d. Suami menghargai keahlian atau kemampuan istri

e. Suami bisa diandalkan waktu istri membutuhkan suami

f. Suami merupan daerah bergantung buat menyelesaikan dilema sang istri

Menurut Suhita, 2005 Dukungan suamimemiliki 4 aspek yg disesuaikan dengan

situasi yg diperlukan. Adapun aspek dukungan tersebut merupakan

1) Dukungan Emosional

Bentuk dukungan ini melibatkan rasa ikut merasakan, terdapat yg selalu

mendampingi, adanya suasana kehangatan, serta rasa diperhatikan akan membentuk

bunda memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan serta dicintai sang suami

sehingga bunda dapat menghadapi duduk perkara menggunakan lebih baik. Dukungan

ini sangat krusial pada menghadapi keadaan yg dianggap tak bisa dikontrol.

2) Dukungan fragmental
Aspek ini mencakup penyediaan sarana buat mempermudah atau menolong

orang lain menjadi contohnya artinya alat-alat, perlengkapan, dan sarana pendukung

lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu

3) Dukungan Informatif

Aspek ini berupa hadiah berita pada mengatasi masalah pribadi. Terdiri berasal

hadiah nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang diperlukan sang bunda.

4) Dukungan evaluasi

Bentuk penilaian berupa evaluasi yang positif berasal suami, bahwa perubahan-

perubahan yg terjadi di istri setelah melahirkan baik secara fisik atau psikologis

adalah yg masuk akal dan membutuhkan pengertian

sesuai uraian diatas, maka dapat disimpulkan aspek dalam dukungan suami

meliputi dukungan emosional, instrumental, informatif serta penialaian.

4.2 Kerangka Berfikir


menurut Sapto Haryoko, kerangka berfikir merupakan suatu penelitian yg

memakai 2 variabel atau lebih dalam prakteknya. sebagai akibatnya paradigma itu

berisi mengenai variabel-variabel yg akan dibahas pada penelitian.

Berdasarkan pada kajian teori yg memaparkan faktor- faktor yg mensugesti

depresi postpartum, ada antara lain variabel- variabel yang peneliti angkat dalam

penelitian ini, yaitu kecemasan selama kehamilan dan dukungan suami. Selain itu

peneliti pula melihat sesuai penelitian- penelitian terkait sebelumnya.

Peneliti menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang telah menyelidiki

variabel dukungan suami, mirip penelitian yang dilakuk an sang Fairus, (2014).

Terkait hubungan Dukungan Suami menggunakan insiden Depresi Postpartum

di mak Nifas. ciri responden dari 111 mak nifas yang mengalami peristiwa depresi
postpartum dihasilkan 53,dua%, usia resiko tinggi 33,3%, paritas berisiko 15,9% serta

pendidikan rendah 55,9% dengan anlisa data yang digunakan adalah analisa univariat

dan bivariate menggunakan uji chi-square serta multivariate.

hasil penelitain memberikan bahwa proporsi ibu nifas menggunakan depresi

sebanyak 53,dua%. terdapat hubungan antar depresi postpartum menggunakan

dukungan suami (p = 0,000) berarti (p value = < 0,05).

kemudian Penelitian yang dilakukan Ulfa, dkk (2019). Terkait hubungan

dukungan Suami menggunakan peristiwa Depresi Postpartum di bunda Postpartum

pada daerah Kerja Puskesmas Gedongan Kecamatan Megersari Kota Mojokerto.

menggunakan responden sebesar 34 responden. Analisa data yang dipergunakan

adalah uji Mann Whitney dengan yang akan terjadi pvalue = 0,007 ˂ α (0.05) terdapat

hubungan dukungan suami dengan depresi postpartum di mak postpartum di daerah

kerja puskesmas Gedongan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rossy, dkk (2020), terkait

menggunakanilustrasi tingkat Kecemasan dan Depresi Postpartum di ibu Hamil

menggunakan Resiko Tinggi pada Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka.

Sebesar 60 orang ibu hamil dengan risiko tinggi pada Puskesmas. Instrumen yg

dipergunakan ialah kuesioner HARS dan EPDS. Distribusi frekuensi variabel

dianalisis secara deskriptif. akibat penelitian ini menunjukkan rata-rata mak hamil

berada pada usia produktif kehamilan yaitu: 27,6+5,7 tahun. Sebagian akbar

berpendidikan Sekolah Menengah Pertama dan ibu rumah tangga.

Sebagian akbar (96,7%) mempunyai pendapatan pada bawah UMR. rata-rata

saat persalinan merupakan 7,18+2,9 jam dengan sebagian besar persalinan secara

normal. Sebagian akbar responden memiliki kecemasan sedang (48,4%) serta evaluasi

tingkat depresi post-partum menggunakan kategori berat sebesar 83,tiga %. dari


akibat tadi bisa dikatakan bahwa adanya hubungan antara kecemasan yang dialami

ibu hamil dengan kejadian depresi postpartum.

Sesuai uraian variabel variabel dari beberapa hasil penelitian diatas, maka

peneliti mendapatkan akibat bahwa terdapat keterkaitan antara kecemasan selama

kehamilan menggunakan depresi postpartum serta adanya keterkaitan antara

dukungan suami dengan depresi postpartum.

pada Penelitian ini, terdapat 3 variabel yaitu Kecemasan selama kehamilam

( X1), Dukungan Suami (X2) sebagai variabel bebas dan Depresi Postpartum (Y)

menjadi variabel terikat.

3.3 Hipotesis

berdasarkan Teori yang diuraikan, penulis mengajukan hipotesis yg akan diuji

yaitu menjadi berikut :

a. ada korelasi antara kecemasan selama kehamilan menggunakan depresi postpartum

pada ibu

b. terdapat hubungan antara dukungan suami menggunakan depresi postpartum di ibu

pada tempat tinggal

c. ada hubungan antara kecemasan selama kehamilan serta dukungan suami dengan

depresi postpartum di mak di rumah Sakit Cipto Mangunkusumo


BAB III

KESIMPULAN

10-15% wanita dari kehamilan dan persalinan menunjukan kecemasan yang

dialami wanita hamil lebih banyak terdapat pada mereka yang tidak mendapat

dukungan social baik dari suami maupun keluarga , dari aspek tersebut maka mereka

harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya

dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.

Dukungan suami mampu diberikan kepada istri dengan cara membantu istri

pada perawatan bayi seperti waktu ibu menyusui, ayah mampu membatu istri dan

tak hanya tidur sepanjang malam,ayah pula bisa membatu menemani bunda,

mengganti popok bisa dilakukan ayah buat membantu, dengan memberikan support

serta kasih saying, bebar-sahih mengerti kondisi istri, sebagai akibatnya istri

mencicipi bahwa beliau tidak merawat bayinya seorang diri.

Anda mungkin juga menyukai