Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perempuan banyak melewati proses diantaranya proses kehamilan,

melahirkan dan nifas, serta proses perubahan peran menjadi seorang ibu

(Yunitasari & Suryani, 2020). Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan

ovum dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dengan waktu 40 minggu atau 9 bulan

maka dapat disimpulan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan

sperma di dalam atau luar rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta

melalui jalan lahir (Ratnawati, 2014 dalam Yuliakhak, 2019). Kehamilan melibatkan

berbagai perubahan fisiologi antara lain perubahan fisik, serta perubahan

psikologis.

Menurut WHO (2018) mencatat, sekitar 13% ibu hamil mengalami

gangguan kecemasan, umumnya depresi. Di negara-negara berkembang,

persentasenya bahkan bisa mencapai 19,8%, indonesia terdapat 373.000.000 ibu

hamil sedangkan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi proses

persalinan ada sebanyak 107.000.000 ibu hamil (28,7%). Selama kehamilan

kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional yang

kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup

dengan proses kehamilan yang terjadi. Reaksi psikologis dalam kehamilan yang

terjadi yaitu reaksi cemas, dan reaksi panik.

1
2

Adapun masalah pada saat kehamilan diantarnya belum ada kesiapan dalam

menghadapi persalinan karena proses kelahiran pertama kali sehingga belum ada

pengalaman, dan ibu yang hamil kedua atau ketiga ada yang mengalami trauma

saat persalinan sehingga sangat cemas menghadapi persalinan nanti. Kecemasan

ibu bertambah jika suami sedang diluar kota dan belum ada biaya untuk persiapan

persalinan sehingga ibu sangat membutuhkan keberadaan suaminya saat usia

kehamilan sudah hampir mendekati persalinan. Faktor psikologis yang

berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil dan dapat

juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil. Faktor psikologis yang mempengaruhi

kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu

dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Faktor

psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman Ibu, dukungan

keluarga, dan dukungan suami (Elvina et al., 2018).

Setelah kehamilan ibu mengalami masa postpartum yang memiliki makna

unik bagi seorang perempuan memiliki anak akan memberikan nilai positif.

Berperan sebagai seorang ibu menumbuhkan perasaan dibutuhkan yang secara

tidak langsung menimbulkan perasaan positif tersebut. Postpartum merupakan

masa transisi dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis (Anggraini,

2021). Adaptasi fisiologis meliputi proses kembalinya kondisi fisik dan sistem

organ tubuh ibu seperti sebelum hamil, sedangkan adaptasi psikologis meliputi

perubahan emosional dan kesehatan mental. Oleh sebab itu ibu nifas mengalami

penurunan dari segi fisik, psikologis, dan sosial dari kondisi sebelumnya karena

peran barunya. Tanggung jawab untuk melakukan perannya sebagai ibu baru,
3

perawatan bayi dan keluarganya serta proses pemulihan pasca persalinan

membuat ibu cukup rentan mengalami resiko infeksi, penurunan daya tahan

tubuh, perubahan mood atau perubahan perilaku yang terkait dengan kondisi

tubuh dan psikologinya (Delwien Esther, 2018). Ketidaksiapan ibu pada saat

sebelum dan setelah kehamilan ini dapat terjadi pemicu untuk mengalami depresi,

trauma dan postpartum blues.

Postpartum blues merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan akibat

penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari pertama sampai hari

ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke

lima. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,

keadaan ini disebut postpartum blues (Marmi, 2012). Adapun tanda gejalanya

seperti: reaksi depresi, sedih, menangis, mudah tersinggung, perubahan pola

makan, gangguan pola tidur, merasa tidak berharga dan kelelahan. Gejala-gejala

ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari.

Menurut WHO, (2018) mencatat prevalensi postpartum blues secara umum

dalam populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif

yaitu 20-50 tahun. Sementara prevalensi postpartum blues di Negara-negara Asia

cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita pasca persalinan

(Munawaroh, 2018). Angka kejadian postpartum blues Di Indonesia mencapai

23%, sedangkan skrinning dengan menggunakan EPDS didapatkan bahwa 14-

17% wanita postpartum berisiko mengalami postpartum blues (Edward, 2017).

Kejadian postpartum blues ini juga banyak terjadi di negara lain seperti Jepang,
4

angka kejadian postpartum blues mencapai 15-50%, Yunani mencapai 44,5% dan

Prancis mencapai 37,7%. Angka kejadian postpartum blues Di Indonesia

menunjukan angka yang bervariasi di setiap daerah yang berkisaran antara 50-

70% dari seluruh ibu yang melahirkan (Ariesca et al., 2019).

Tingginya angka kejadian postpartum blues pada ibu pasca melahirkan

dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap keadaan psikologis ibu.

Oleh sebab itu diperlukan suatu terapi untuk mengatasi postpartum blues salah

satunya pendekatan dengan terapi non farmakologis yang sering digunakan dalam

pengelolaan stress. Langkah awal pengobatan stres non farmakologis adalah

dengan cara membuat sebuah perubahan baru dalam lingkungan yang dapat

mengurangi akibat stres, seperti melakukan terapi relaksasi yang dapat

mengontrol individu untuk menimbulkan perasaan positif dan relaks, seperti

postnatal yoga.

Tanda dan gejala postpartum blues dapat pula berkurang dengan supported

self-help berupa yoga. Yoga memfokuskan perhatian pada ritme nafas,

mengutamakan kenyamanan serta keamanan dalam berlatih sehingga memberikan

banyak manfaat. Beberapa manfaat yoga secar fisik maupun psikis antara lain

membantu tubuh untuk tetap sehat, kuat, dan aktif, membantu mengurangi sakit

pinggang serta meningkatkan keseimbangan tubuh, belajar teknik pernapasan,

mudah beristirahat karena membantu tubuh menjadi lebih relaks (Sutarman,

2020). Tujuan dari rangkaian latihan yoga untuk menciptakan keseimbangan jiwa

dan raga, kekuatan tubuh, ketenangan, kedamaian, mempersiapkan ibu hamil

secara fisik, mental dan spiritual untuk proses persalinan. Dalam penelitannya
5

menjelaskan bahwa setelah yoga, diketahui serum kortisol dalam darah akan

menurun dan mengubah gelombang otak menjadi gelombang alpha (α).

Gelombang alpha merupakan gelombang di otak yang berada pada frekuensi 8-13

Hz. Biasanya gelombang ini muncul pada saat manusia beristirahat dengan

memejamkan mata, diawal menjelang tidur (Fatonah et al., 2022).

Yoga dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan fisik tubuh untuk

menstabilkan emosi, menguatkan tekad dan keberanian, meningkatkan rasa

percaya diri dan focus. Maka dari itu yoga yang dilakukan selama masa nifas

diharapkan dapat membantu ibu dalam meningkatkan kondisi psikologis,

menguatkan otot tubuh, merelaksasi, menstabilkan emosi dan meningkatkan

kepercayaan dirinya menghadapi peran barunya sebagai ibu. Dengan teknik napas

yang penuh kesadaran, gerakan yang lembut, yoga dapat membantu ibu

meningkatkan energi dan daya tahan tubuh, melepaskan stress dan cemas,

meningkatkan kualitas tidur, mengurangi ketegangan otot, dan keluhan fisik yang

lain seperti: nyeri punggung, nyeri pada daerah sekitar paha dan pinggang (Intan

Imani, 2021).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Fatonah, (2022) di klinik kebidanan

afifah hasilnya selama bulan Oktober 2020-April 2021 di dapatkan ibu nifas

sebanyak 24 orang. Dari jumlah tersebut ditemukan 17 ibu nifas (70.8%)

mengalami gangguan psikologis dengan skala risiko depresi sedang dan 7 orang

(29.2%) mengalami gangguan psikologis dengan skala resiko depresi berat.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal 29 Desember 2022

di Desa Cipasung, dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap 5 orang
6

ibu, 3 orang ibu mengalami postpartum blues. Dari hasil wawancara tersebut ke

lima ibu yang mengalami postpartum blues mengatakan: ibu merasa kelelahan,

merasa cemas, sensitif dan kesal karena hal spele, kesulitan untuk tidur,

cenderung marah, dan merasa khawatir ketika ASI tidak keluar dan khawatir pada

bayinya. Para ibu yang telah melahirkan tersebut dianjurkan oleh bidan atau

perawat untuk melakukan teknik nafas dalam. Sejauh ini belum didapatkan

informasi terkait postnatal yoga diberikan kepada ibu yang mengalami

postpartum blues di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan.

Berdasarkan latar belakang maka penulis terarik untuk meneliti mengenai

“Efektivitas postnatal yoga terhadap penurunan postpartum blues di Desa

Cipasung Kabupaten Kuningan 2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat

dikemukakan adalah “Bagaimanakah efektivitas postnatal yoga dapat mengurangi

postpartum blues di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan 2023?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Menganalisis Efektivitas Postnatal Yoga Terhadap Penurunan

Postpartum Blues.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi gambaran postpartum blues sebelum diberikan

postnatal yoga.
7

2. Untuk mengidentifikasi gambaran postpartum blues setelah diberikan

terapi postnatal yoga.

3. Untuk menganalisis efektivitas postnatal yoga terhadap penurunan

postpartum blues di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep atau teori yang

mendukung pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup

keperawatan matermitas dan keperawatan jiwa.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ibu Postpartum

Sebagai informasi dan motivasi bagi responden untuk

meningkatkan kesehatan psikologis ibu postpartum.

2. Bagi Bidan Desa Cipasung

Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan informasi untuk tempat

penelitian agar dapat mewujudkan ibu postpartum bebas dari penyakit

psikologis, bisa dengan memberikan penyuluhan berupa health education

dan terapi.

3. Bagi Program Studi S1 Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan bacaan dalam rangka

memperkaya khazanah ilmu postnatal yoga terhadap postpartum blues

sehingga tidak menjadi kendala bagi mahasiswa dalam menambah


8

pengetahuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

postpartum blues.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan.

Penulis uraikan penelitian terdahulu yang serupa tetapi memiliki perbedaan

yang cukup jelas, sebagai batasan agar tidak terjadi kesamaan dengan

penelitian ini.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneletian
1. Judul Efektivitas Intervensi Senam dan Yoga dalam
Mengurangi Tingkat Keparahan Depresi
Postpartum pada Wanita Sectio Caesarea :
Uji Coba Terkontrol Acak
Penelitian Nila Trisna Yulianti, Karnilan Lestari Ningsi
Sam (2022)
Subyek Populasi dalam penelitian adalah wanita
bersalin seksio sesarea.
Sampel yang memenuhi kriteria dibagi 2
kelompok yakni kelompok senam nifas
(n=24) dan kelompok yoga (n=24).
Metode Kuantitatif dengan Quasi eksperimental
dengan pre-post test two-group design.
metode simple random sampling,
Hasil Tabel distribusi frekuensi
ibu seksio sesarea, diperoleh data
karakteristik responden berdasarkan umur
yakni mayoritas responden berumur 20-25
tahun dengan frekuensi 14 responden dengan
presentase 58,3%. Berdasarakan pendidikan,
mayoritas responden berpendidikan SMA
dengan frekeuensi 20 responden dengan
presentase 83,3%. Sedangkan mayoritas
responden berstatus karyawan jika diihat dari
karakteristik pekerjaan dengan frekuensi 13
dan presentase 54,6%, serta jika dilihat dari
karakteristik para persalinan, responden
berada pada status Para pertama-kedua
9

dengan sebaran frekeuensi 20 responden


(83,3%). Kelompok senam nifas diperoleh
rata-rata EPDS sebelum perlakuan yaitu
14,17 sedangkan setelah melakukan program
senam nifas diperoleh nilai EPDS yaitu 9,62
dengan nilai standar deviasi 2,619 (Pvalue =
0,000). Pada kelompok yoga didapatkan nilai
rerata EPDS sebelum perlakuan yaitu 14,42,
setelah melakukan program yoga nilai rerata
EPDS mengalami penurunan menjadi 9,96
dengan standar deviasi 2,590 (Pvalue =
0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa
program yoga dapat menurunkan EPDS
sehingga dapat disimpulkan bahwa program
yoga dapat menurunkan EPDS pada wanita
seksio sesarea.
Perbedaan Memiliki perbedaan pada variable penelitian,
subyek penelitian, dan lokasi penelitia. Pada
penelitian Nila Trisna Yulianti, Karnilan
Lestari Ningsi Sam terdapat 3 variabel Senam
dan yoga, depresi Postpartum dan Wanita
Sectio Caesare, subyek penelitiaan post
seksio sesarea, lokasi penelitian di kampus
akademi kebidanan borneo medistra
balikpapan, metode Quasi eksperimental
dengan pre-post test two-group design.
Sedangkan dalam penelitian ini terdapat 3
varibel Afirmasi positif, postnatal yoga dan
postpartum blues, subyek penelitian ibu
postpartum spontan, lokasi penelitian di Desa
Cipasung Kabupaten Kuningan, metode
penelitian pre-eksperimen design dengan one
group pretest posttest.
2. Judul Pengaruh Prenatal Yoga Terhadap Tingkat
Stres Pada Ibu Primigravida Trimester III
Penelitian Galih Jatnika, Fauziah Rudhiati, Aisha
Nurwahidah (2016)
Subyek ibu primigravida trimester III penentuan
besar sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus analitis numerik berpasangan.
Metode Kuantitatif. Quasi eksperiment one group
Pretest Postest without control yaitu
observasi dilakukan dua kali, sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen pada
satu kelompok tanpa pembanding.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian rata-rata tingkat
10

stres pada ibu primigravida trimester III


sebelum prenatal yoga adalah 22,47 (SD =
6,44) dan rata-rata tingkat stres ibu
primigravida trimester III setelah prenatal
yoga adalah 12,18 (SD = 5,02).
uji statistik
rata-rata tingkat stres pada ibu primigravida
trimester III disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara nilai tingkat stres
sebelum dan tingkat stres sesudah intervensi
prenatal yoga (p value = 0,0001 < α = 0,05
Hasil penelitian yang didapatkan menjelaskan
bahwa prenatal yoga dapat menurunkan
tingkat stres ibu hamil primigravida setelah
dibandingkan antara tingkat stres sebelum
dilakukan prenatal yoga yaitu sebesar 22,47,
dengan setelah prenatal yoga yaitu sebesar
12,18. Terdapat penurunan yang bermakna
tingkat stres sebesar 10,29 pada ibu hamil
primigravida setelah diberikan prenatal yoga
2x seminggu selama 2 minggu. (p value =
0,0001).
Perbedaan Memiliki perbedaan pada variable penelitian,
subyek penelitian, dan lokasi penelitia. Pada
penelitian Galih Jatnika, Fauziah Rudhiati,
Aisha Nurwahidah terdapat 2 variabel senam
prenatal yoga dan tingkat kecemasan ibu
hamil, subyek penelitiaan yang memiliki
kecemasan selama kehamilan di trimester III,
lokasi penelitian Kabupaten Mukomuko,
instrument penelitian HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale). Sedangkan dalam
penelitian ini terdapat 3 varibel Afirmasi
positif, postnatal yoga dan postpartum blues,
subyek penelitian ibu postpartum spontan,
lokasi penelitian di Desa Cipasung
Kabupaten Kuningan, metode penelitian pre-
eksperimen design dengan one group pretest
posttest., instrument penelitian edinburgh
postnatal depression scale (EPDS).
3. Judul Pengaruh Postnatal Yoga Terhadap Kualitas
Tidur Ibu Postnatal Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung
Utara.
Penelitian Aprina, Rilyani, Mela Perosaliantika (2021)
Subyek Seluruh ibu nifas sebanyak 28 orang.
11

Metode Jenis penelitian kuantitatif dengan


pendekatan Quasy Eksperimen one group
pre-post test design.
Hasil Mean kualitas tidur pada ibu nifas sebelum
pemberian intervensi 8,79 setelah dilakukan
postnatal yoga 5,50. Ada pengaruh Postnatal
yoga terhadap kualitas tidur ibu postnatal (P-
value 0,000 dan uji t T-test > T terhitung,
13,663>1.291).
Perbedaan Memiliki perbedaan pada variable penelitian,
subyek penelitian, dan lokasi penelitia. Pada
penelitian Aprina, Rilyani, Mela
Perosaliantika terdapat 2 variabel postnatal
yoga dan kualitas tidur ibu postnatal. lokasi
penelitian Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara.,
instrument penelitian PSQI (Pittsburg Sleep
Quality Indeks). Sedangkan dalam penelitian
ini terdapat 2 varibel postnatal yoga dan
postpartum blues, subyek penelitian ibu
postpartum spontan, lokasi penelitian di Desa
Cipasung Kabupaten Kuningan, metode
penelitian pre-eksperimen design dengan one
group pretest posttest., instrument penelitian
edinburgh postnatal depression scale
(EPDS).
4. Judul Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan Antenatal
Penelitian Dewi Hanifah, Shinta Utami (2019)
Subyek ibu hamil trimester I, II dan III
Metode Penelitian ini menggunakan rancangan
bersifat deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional.
Hasil Chi-square
Hasil dari penelitian ditemukan ibu hamil
yang berpartisipasi mengisi kuesioner adalah
144 dari 160 (Respon Rate 90,62%). Ibu
hamil yang mengalami kecemasan antenatal
sebanyak 38 orang (26,4%) dan yang tidak
mengalami kecemasan antenatal sebanyak
106 orang (73,6%).
Faktor yang berhubungan dengan kecemasan
antenatal diantaranya paritas (p=0,003), status
obstetri (p=0,000), usia kehamilan (p=0,001),
dukungan keluarga (p=0,000) dan perilaku
kesehatan (p=0,000).
12

Perbedaan Memiliki perbedaan pada variable penelitian,


subyek penelitian, dan lokasi penelitia. Pada
penelitian Dewi Hanifah, Shinta Utami
terdapat 2 variabel kecemasaan, antenatal,
subyek penelitiaan ibu hamil trimester I, II
dan III, lokasi penelitian di poli kia puskemas
poned sukabumi kota sukabumi, metode
deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Sedangkan dalam penelitian
ini terdapat 3 varibel Afirmasi positif,
postnatal yoga dan postpartum blues, subyek
penelitian ibu postpartum spontan, lokasi
penelitian di Desa Cipasung Kabupaten
Kuningan, metode penelitian pre-eksperimen
design dengan one group pretest posttest.
5. Judul Pengaruh Yoga Postnatal Terhadap Kondisi
Psikologis Ibu Postpartum
Penelitian Sofa Fatonah H.S, Yuliana, Rani, Novita
Widianti (2022)
Subyek 24 responden menggunakan sampel random
sampling
Metode quasi eksperimen one group pre test-post test
design
Hasil Analisa univariat
Sebelum persalinan
24 responden hampir dari setengah ibu
postpartum mengalami gangguan Psikologis
dengan Skala Resiko Depresi sedang dengan
jumlah 17 responden (70.8%), dan ibu
postpartum mengalami gangguan psikologis
dengan skala Resiko depresi berat dengan
julah 7 responden (29,2%).
Analisa Bivariat
Berdasarkan data tabel 3 diatas dengan
menggunakan uji parametric independen
simple t Test, diketahui nilai Sig. (2-tailed)
adalah sebesar 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan rata-rata Pre test dan
Post test yang artinya terdapat pengaruh yoga
postnatal terhadap kondisi psikologis ibu
postpartum.
Perbedaan Memiliki perbedaan pada variable penelitian,
subyek penelitian, dan lokasi penelitia. Pada
penelitian Sofa Fatonah H.S, Yuliana, Rani,
Novita Widianti terdapat 2 variabel yoga
13

postnatal, psikologis ibu postpartum, subyek


penelitiaan ibu postpartum , lokasi penelitian
Klinik Afifah, metode quasi eksperimen one
group pre test-post test design. Sedangkan
dalam penelitian ini terdapat 3 varibel
Afirmasi positif, postnatal yoga dan
postpartum blues, subyek penelitian ibu
postpartum spontan, lokasi penelitian di Desa
Cipasung Kabupaten Kuningan, metode
penelitian pre-eksperimen design dengan one
group pretest posttest.
14

Berdasarkan keaslian penelitian yang telah dijelaskan pada table 1.1 yang

terdiri dari 5 jurnal maka dapat disimpulkan bahwa:

1. jurnal tersebut kebanyakan menggunakan metode penelitian quasi

eksperimen one group pre test-post test design two-group design

sedangkan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-

eksperimen design dengan one group pretest posttest tanpa adanya

kelompok pembanding atau kontrol.

2. Dari kelima jurnal tersebut kebanyak berfokus pada ibu hamil dan

postpartum seksio sesarea sedangkan dalam peneletian ini akan lebih

berfokus pada ibu postpartum spontan.

3. Dari kelima jurnal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terapi

afirmasi potitif dan postnatal yoga pada ibu hamil dan postpartum

terbukti dapat mengurangi gangguan psikologis.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Efektivitas

Postnatal Yoga Terhadap penurunan Postpartum Blues di Desa Cipasung

Kabupaten Kuningan 2023” yang membedakan dengan para peneliti sebelumnya

adalah terletak pada waktu, subyek, serta variabel bebas maupun variable

terikatnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa

antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan

dan kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2014 dalam Yuliakhak

2019)

Kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar

rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir

(Yunitasari & Suryani, 2020).

2.1.2 Tanda Dan Gejala Kehamilan

Tanda dan Gejala Kehamilan diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Tanda dan gejala kehamilan pasti

a. Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya sebagian besar ibu

mulai merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan lima bulan.

b. Bayi dapat dirasakan di dalam rahim semenjak umur kehamilan 6 atau 7

bulan.

c. Denyut jantung bayi dapat terdengar.

Saat usia kehamilan menginjak bulan ke 5 atau 6 denyut jantung bayi

terkadang dapat didengar menggunakan instrumen yang dibuat untuk

mendengarkan, seperti stetoskop atau fetoskop.

15
16

d. Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil.

Tes ini dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di

laboratorium dengan urine atau darah ibu. (Sutanto & Fitriana, 2019)

2. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti

a. Ibu tidak menstruasi

Hal ini seringkali menjadi pertama kehamilan jika ini terjadi ada

kemungkinan ibu hamil, apabila tidak terjadi kehamilan kemungkinan

penyebab tanda lain adalah gizi buruk, masalah emosi, atau menopause.

b. Mual atau ingin muntah

Banyak ibu hamil yang merasakan mual di pagi hari (morning

sickness), namun ada beberapa ibu yang mual sepanjang hari kemungkinan

penyebab lain dari mual adalah penyakit atau parsit.

c. Payudara menjadi peka

Payudara lebih lunak, sensitif, gatal dan berdenyut seperti kesemutan

dan jika disentuh terasa nyeri. Hal ini menunjukkan peningkatan produksi

hormone esterogen dan progesterone.

d. Ada bercak darah dan keram perut

Adanya bercak darah dan keram perut disebabkan oleh implantasi atau

menempelnya embrio ke dinding ovulasi atau lepasnya sel telur matang dari

rahim, hal ini merupakan keadaan yang normal.

e. Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari

Rasa letih dan mengantuk umum dirasakan pada 3 atau 4 bulan

pertama kehamilan, hal ini diakibatkan oleh perubahan hormone dan kerja
17

ginjal, jantung serta paru-paru yang semakin keras untuk ibu dan janin.

Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah anemia, gizi buruk, masalah

emosi dan terlalu banyak bekerja.

f. Sakit kepala

Sakit kepala terjadi karena lelah, mual, dan tegang serta depresi yang

disebabkan oleh perubahan hormon tubuh saat hamil, meningkatnya

pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu hamil pusing setiap ganti posisi.

g. Ibu sering berkemih

Tanda ini terjadi pada 3 bulan pertama yaitu 1 hingga 2 bulan terakhir

kehamilan. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah stress, diabetes,

ataupun infeksi saluran kemih.

h. Sambelit

Sambelit dapat disebabkan oleh meningkatnya hormone progesterone.

Selain mengendurkan otot rahim hormone itu juga mengendurkan otot

dinding usus sehingga memperlambat gerakan usus agar penyerapan nutrisi

janin lebih sempurna.

i. Ngidam

Tidak suka atau tidak ingin makanan tertentu merupakan ciri khas ibu

hamil penyebabnya adalah perubahan hormone.

j. Perut ibu membesar

Setelah 3 atau 4 bulan kehamilan biasanya perut ibu tampak cukup

besar sehingga terlihat dari luar. Kemungkinan penyebab lain tanda ini
18

adalah ibu mengalami kanker atau pertumbuhan lain di dalam tubuhnya

(Sutanto & Fitriana, 2019).

3. Tanda dan gejala kehamilan palsu

Kehamilan palsu merupakan keyakinan dimana seorang wanita

merasakan dirinya sedang hamil namun sebenarnya ia tidak hamil. tanda-tanda

kehamilan palsu diantaranya gangguan menstruasi, perut bertumbuh, payudara

membesar dan mengencang, perubahan pada putting dan mungkin produksi

ASI, merasakan pergerakan janin, mual dan muntah, kenaikan berat badan

(Sutanto AV, 2019)

2.1.3 Macam-Macam Tanda Bahaya Selama Kehamilan

1. Preeklamsia

Preeklamsia merupakan tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria

atau edema yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu

pertama setelah persalinan.

Klasifikasi preeklamsia ada dua yaitu :

1) Preeklamsia Ringan

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi

berbaring terlentang atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau kenaikan

sistolik 30 mmHg atau lebih.

b. Edema umum,kaki, jari, tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1

kg atau lebih per minggu.

c. Proteinuria memiliki berat 0,3 gram atau per liter, kualitatif 1+ atau 2 +

pada urin kateter atau midstream.


19

2) Preeklamsia Berat

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter

c. Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam

d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada

epigastrium

e. Terdapat edema paru dan sianosis. (Ratnawati, 2020)

2. Perdarahan pervaginan

Perdarahan pervagina dalam kehamilan cukup normal pada masa awal

kehamilan, mungkin akan mengalami perdarahan atau spotting. Ciri-ciri

perdarahan tidak normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah, banyak,

kadang – kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa berarti plasenta previa

atau solusio plasenta.

3. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah gejala pre

eklamsia dan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan kejang bahkan

stroke.

4. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur)

Pandangan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit

kepala yang hebat, sehingga terjadi odema pada otak dan meningkatkan

resistensi otak yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, perubahan

penglihatan atau pandangan kabur dapat menjadi tanda dari preeklamsia.


20

5. Nyeri abdomen

Nyeri abdomen yang dirasakan oleh ibu hamil bila tidak ada

hubungannya dengan persalinan adalah tidak normal. Nyeri yang dikatakan

tidak normal apabila ibu merasakan nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang

setelah beristirahat, hal ini kemungkinan karena appendisitis, kehamilan

ektopik, abortus, penyakit radang panggul, gastritis.

6. Bengkak pada wajah atau tangan

Hampir setiap ibu hamil mengalami bengkak normal pada kaki yang

biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau

meninggikan kaki. Hal tersebut menunjukkan tanda bahaya apabila muncul

bengkak pada wajah dan tangan dan tidak hilang setelah beristirahat dan

disertai keluhan fisik lain hal ini dapat merupakan tanda anemia, gagal jantung

atau preeklamsia.

7. Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya

Pada ibu yang sedang hamil ibu akan merasakan gerakan janin yang

berada di kandungannya pada bulan ke 5 atau sebagian ibu akan merasakan

gerakan janin lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 x dalam periode

3 jam gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat

dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Sutanto & Fitriana, 2019).

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari

dalam diri ibu hamil dan dapat juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil. Faktor

psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat
21

berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang

terjadi selama kehamilan. Faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat

berupa pengalaman Ibu, dukungan keluarga, dan dukungan suami (Pradyani,

2019).

2.2 Postpartum

2.2.1 Definisi Postpartum

Masa nifas (postpartum) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau setelah persalinan sampai 42 hari

persalinan merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru (Winkjosastro,

2014).

Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adaptasi dari

seorang ibu postpartum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitif dalam segala

hal, terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya perubahan psikologis

mempunyai peranan yang sangat penting (Susanti & Sulistiyanti, 2018).

Masa nifas dibagi menjadi tiga bagian :

1. Pasca nifas, merupakan masa setelah persalinan sampai 24 jam setelah

persalinan.

2. Nifas dini, adalah 1-7 hari setelah masa persalinan.

3. Nifas lanjut, terjadi pada 1 minggu sampai dengan 6 mingggu setelah

ibu melahirkan bayinya.

Secara psikologis, ibu pasca persalinan akan merasakan gejala-gejala

psikiatrik seperti mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara


22

menyesuaikan diri menjadi seorang ibu, meskipun demikian, adapula ibu yang

tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologis yang dialami tidak

berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut.

2.2.2 Perubahan Psikologis Masa Postpartum

Perubahan psikologis masa nifas adalah proses secara psikologi atau jiwa

seorang ibu setelah melahirkan. Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama

kehamilan, menjelang proses kelahiran, maupun setelah persalinan. Pada peroide

tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Perubahan psikologis

mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini ibu nifas menjadi sangat

sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran

Bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi

ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak

terjadi perubahan psikologis yang patologis.

Menurut Jhaquin, (2010) menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan

melalui fase-fase sebagai berikut :

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama

pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang

diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah

gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya.


23

Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi

yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk

proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang

meningkat.

2. Fase Taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking

hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya

dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri

dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya

meningkat pada fase ini banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru

melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan

mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan

suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress

psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan

memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang

mendasarinya.
24

Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang

merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang

dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri

dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.

2.2.3 Jenis-Jenis Gangguan Psikologis Postpartum

Menurut (Alifah, 2016), jenis gangguan postpartum sebaagai berikut:

a. Postpartum blues

Terjadi pada hari 1–10 setelah melahirkan dan hanya bersifat sementara dengan

gejala gangguan mood, rasa marah, mudah menangis, sedih, nafsu makan

menurun, sulit tidur.

b. Postpartum depression

Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif, merasa bersalah,

lelah cemas, dan dan tidak mampu merawat dirinya dan banyinya.

c. Postpartum psikosis

Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat mengancam dan

membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga memerlukan

pertolongan dari tenaga profesional yaitu psikiater dan pemberian obat.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Postpartum

Sedangkan menurut teori Ramona Marcer (dalam Pradibta, 2009), lebih

menekan pada stress antepartum dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi

teorinya menjadi dua pokok bahasan:


25

a. Efek Stress Anterpartum

Stress anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan

pengalaman negative dari hidup seorang wanita, memberikan dukungan selama

hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu. Bila fungsi keluarganya positif

maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, karena resiko kehamilan

dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan

keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress

anterpartum.

Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat

faktor pendukung:

1. Emotional support yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan

mengerti.

2. Informational support memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan

ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri.

3. Physical support misalnya dengan membantu merawat bayi dan

memberikan tambahan dana.

4. Appraisal support ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya

sendiri dan pencapaiaan peran ibu walaupun perubahan-perubahan terjadi

sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya

sejak awal.

b. Pencapaian peran ibu

Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk

mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer


26

menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang

positif ataupun yang negatif.

2.3 Postpartum Blues

2.3.1 Definisi Postpartum Blues

Postpartum blues merupakan suatu sindrom gangguan afek yang ringan

sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, cenderung akan

memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu

14 hari atau dua minggu postpartum ditandai dengan tangisan singkat, perasaan

kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.

Postpartum blues dapat menjadi masalah yang mengganggu keharmonisan

pasangan suami-istri tidak menyenangkan, serta menimbulkan perasaan-perasaan

tidak nyaman bagi ibu yang mengalaminya (Susanti, 2018).

Postpartum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby

blues, sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam

minggu pertama pasca persalinan atau merupakan kesedihan atau kemurungan

pasca persalinan, yang biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2

hari - 2 minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh perubahan

perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.

Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang

dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama

beberapa bulan kehamilan.


27

2.3.2 Gejala Postpartum Blues

Gejala postpartum blues ringan hanya terjadi dalam hitungan jam atau 1

minggu pertama setelah melahirkan, gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya,

sedangkan pada beberapa kasus postpartum depresion dan postpartum psikosis,

bisa sampai mencelakai diri sendiri bahkan anaknya, sehingga pada penderita

kedua jenis gangguan mental terakhir perlu perawatan yang ketat di rumah sakit

(Irawati & Yuliani, 2014).

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang

ibu, gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke 3 atau hari ke 6 setelah

melahirkan.

Menurut Marmi, (2017) gejala postpartum blues, yaitu :

a. Cemas tanpa sebab.

b. Menangis tanpa sebab.

c. Tidak sabar.

d. Tidak percaya diri.

e. Sensitif.

f. Mudah tersinggung.

g. Merasa kurang menyayangi bayinya.

h. Jika postpartum blues di anggap sepele, keadaan ini bisa berlanjut ke tahap

yang lebih serius dan bisa bertahan dalam dua minggu sampai satu tahun yang

akan berlanjut ke tahap postpartum syndrome atau postpartum depression.

Gejala–gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan

menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
28

masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut

postpartum depression (Irawati & Yuliani, 2014)

2.3.3 Faktor Penyebab Postpartum blues

Faktor penyebab postpartum blues menurut (Yuliani, 2014) yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor Hormonal

Berupa perubahan kadar kortisol, estrogen, progesteron, prolaktin, dan

estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara

bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi

terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang

bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan

dalam suasana hati dan kejadian depresi.

b. Faktor Demografi

Usia yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan

tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya. Sedangkan

postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat dia baru

memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan

juga terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai

riwayat postpartum blues sebelumnya.

c. Faktor Psikologis

Berkurangnya perhatian keluarga terutama suami karena semua perhatian

tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan ibu merasa lelah dan

sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap


29

penampilan fisik si kecil karena tidak sesuai dengan yang di inginkan juga bias

memicu postpartum blues.

d. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

Kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut

memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada persalinan, hal-

hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup lamanya persalinan serta

intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang

melahirkan dengan cara sectio caesarea akan dapat menimbulkan perasaan

takut terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin besar

trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan, akan semakin besar pula

trauma psikis yang muncul.

e. Faktor Sosial

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

gangguan jiwa sebelumnya, status sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan

sosial dari lingkungannya (suami, keluarga, dan teman).

f. Faktor Fisik

Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan,

mengganti popok, dan menimang menguras tenaga apalagi jika tidak ada

bantuan dari suami atau keluarga yang lain.


30

2.3.4 Skrining EPDS

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat yang dirancang

khusus untuk menyaring penyimpangan suasana hati ibu EPDS dikembangkan

pada tahun 1987. EPDS terdiri dari 10 pertanyaan yang harus dijawab oleh ibu

sendiri yang dapat diselesaikan kurang dari 5 menit. EPDS berupa kuesioner baku

untuk mengukur seorang ibu nifas mengalami depresi postpartum atau tidak.

EPDS dapat digunakan pada 2 minggu pasca melahirkan, namun bila hasilnya

meragukan dapat dilakukan pengisiannya 2 minggu kedepan.

EPDS yang dilakukan pada minggu pertama pada wanita yang tidak

menunjukkan gejala depresi dapat memprediksi kemungkinan terjadinya depresi

pasca persalinan pada minggu ke 4 dan 8. Jika postpartum blues tidak segera

ditangani dengan baik akan mengakibatkan keadaan gangguan mental yang lebih

parah lagi atau biasa disebut depresi postpartum yang salah satu tanda gejalanya

adalah keinginan untuk menyakiti bayi atau dirinya sendiri.

2.4 Postnatal Yoga

2.4.1 Definisi Yoga

Yoga merupakan sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang terbentuk

dari kebudayaan India kuno sejak 3.000 SM yang lalu. Yoga atau yuj- dalam

bahasa Sansekerta kuno- berarti union (penyatuan). Penyatuan antara atman (diri)

dan brahman (yang mahakuasa). Intinya, melalui yoga seseorang akan lebih baik

mengenal pikirannya, dan mengenal jiwanya. Semakin ia mengenal seluruh aspek

dirinya itulah maka semakin dekat pula dengan sang penciptanya (Pujastuti,2015)
31

Yoga adalah suatu teknik untuk menghubungkan kesadaran manusia dengan

Ilahi. Pernyataan ini bukan berarti “penyatuan” Tuhan dan manusia secara fisika.

Secara horizontal berarti menyatukan badan, pikiran, hati, dan jiwa dalam

keselarasan yang alami. Sedangkan dalam arti vertical berarti menyatukan

kesadaran diri kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap orang dari berbagai

keyakinan dapat mempelajari teknik-teknik yoga. Yoga bukan hanya di dominasi

orang dewasa. Anak remaja dan anak-anak pun dapat melakukannya. Yoga

bahkan dapat melatih anak untuk mengenal dirinya, sekaligus dapat

mengendalikan luapan emosi (Claire 2019).

Postnatal yoga adalah yoga yang dilakukan selama masa setelah melahirkan

dan menyusui. Wanita setelah melahirkan memiliki kebutuhan yang berdeba

untuk tubuhnya, pemulihan setelah melahirkan bisa dilihat dari aktifitas bekerja

saat sebelum melahirkan. Postnatal yoga menitikberatkan kepada pengembalian

vitalitas tubuh ibu melahirkan ke kondisi semula. Banyak gerakan didalam

postnatal yoga yang bersifat relaksasi dan menambah kelenturan atau fleksibilitas

pada tubuh, gerakan banyak dititikberatkan pada fleksibilitas tubuh bagian bawah

dan fleksibilitas bagian belakang tubuh.

2.4.2 Tingkatan Dalam Yoga

1. Yama (Disiplin Sosial Kemasyarakatan)

Memiliki 5 prinsip universal : kejujuran,anti kekerasan, tidak mencuri, tidak

mengumbar nafsu birahi,dan penguasa hasrat.


32

2. Niyama (Displin Individu)

Memiliki 5 persyaratan: bersih diri, rasa syukur, tidak berlebihan, mawas diri

dan menyembah pada sang Maha Pencipta.

3. Asana (Postur Tubuh)

Menurut Patanjali : “postur yang baik membawa stabilitas dalam tubuh dan

kegunaan pikiran”. Dengan ansana manusia dapat mencapai keseimbangan

antara tubuh dan pikiran.

4. Pranayama (Pengaturan Nafas)

Memiliki tubuh yang terlatih baik sehingga oleh pernafasan dapat maksimal

sehingga mampu melepas jiwa dari tekanan, mengendorkan system syaraf, dan

menenangkan pikiran.

5. Pratyahara (Pengaturan Indera)

Kemampuan melakukan kontrol terhadap pikiran dan segenap panca inderanya

sehingga mampu berkoordinasi dengan baik, lalu mampu membuang semua

elemen negatif.

6. Dharana (Konsentrasi)

Tercapainya kemampuan menguasai konsentrasi dan mendalaminya tanpa

harus mengalami gangguan selama mungikin.

7. Dhyana (Meditasi)

Saat pikiran telah mampu focus pada satu titik tanpa terganggu dalam jangka

waktu panjang, sementara tubuh dan nafas telah bergabung dan menjelma

menjadi satu kesatuan.


33

8. Samadhi

Inilah titik kulminasi dari pencapain yoga. Sebuah pencapaian spiritual dan

rasa damai yang hakiki (lebang, 2015).

2.4.3 Prinsip Dalam Keefektifan Yoga

1. Berlatih Dengan Teratur

Postur yoga membantu meregangkan dan membina otot, serta menguatkan

tulang dan melenturkan sendi. Asana menstimulasi pengeluaran hormon

endorphin - the feel good hormone yang menciptkan rasa nyaman pada tubuh.

2. Benapas Dalam

Bernapas dalam teknik pernapasan yoga penuh meningkatkan kapasitas paru-

paru agar proses bernpas menjadi lebih optimal.

3. Pola Makan Yang Seimbang

Pola makan yang seimbang dan sehat akan meningkatkan imunitas (daya

tahan) tubuh, melancarkan proses alami pencernaan, meningkatkan kesehatan

secara keseluruhan, dan menenangkan pikiran.

4. Beristirahat Cukup

Menjaga ritme yang seimbang antara bekerja dan beristirahat akan

memertahankan tubuh dalam keadaan yang selalu prima dari waktu ke waktu.

5. Berfikir Positif dan Bermeditasi

Berlatih dan bermeditasi akan memurnikan pikiran dari pikiran dan emosi

negatif, serta meningkatkan rasa percaya diri.


34

2.4.4 Manfaat Postnatal Yoga

Berikut adalah manfaat postnatal yoga bagi ibu postpartum:

a. Menguatkan kembali otot panggul, otot perut dan memposisikan kembali

tulang ounggung dalam kondisi yang benar dan baik.

b. Merilekskan dan menyamankan kembali sekitaran leher dan kedua bahu.

c. Memperbaiki postur tubuh.

d. Mengkatkan kesehatan tubuh dan daya tubuh.

e. Mengurangi stres dan ketegangan tubuh.

f. Menambah kesabaran dan ketenangan dalam diri.

g. Membuat ibu pasca persalinan menjadi lebih bahagia menjalani peran barunya

sehingga bounding antara ibu dan bayi semakin baik, dekat dan hangat.

h. Membantu mengembalikan ke bentuk tubuh yang semula.

2.4.5 Syarat Dalam Melakukan Postnatal Yoga

1. Back to the mat

Ibu nifas hanya boleh melakukan peregangan lembut sampai. Dimulai sekitar

2 sampai 4 minggu Postpartum hingga 12 minggu setelah melahirkan vagina

atau dimulai 6 - 8 minggu setelah persalinan.

2. Jika selama yoga perdarahan ibu meningkat, ibu postpartum harus

menurunkan intensitas latihannya.

3. Jika ibu memiliki diastasis recti, ibu diminta beronsultasi dahulu dengan

penyedia layanan kesehatan dan menghindari pose yang akan membuat

diastasis recti lebih buruk.


35

4. Ibu postpartum metalih tubuhnya secara bertahap

5. Jika selama melakukan yoga ada pose yang membuat tidak nyaman, makan

hindari pose tersebut.


36

2.5 Kerangka Teori

menurut

Kehamilan

Pospartum

Psikologis fisiologis
1. Postpartum
blues
2. Postpartum
depresi
3. Postpartum
psikosis Faktor penyebab postpartum blues

Gejala Postpartum blues 1. Faktor hormonal


2. Faktor demogrfi
a. Cemas tanpa sebab. 3. Faktor pengalaman
dalam proses kehamilan dan
b. Menangis tanpa sebab.
persalinan
c. Tidak sabar. 4. Latar belakang psikososial
d. Tidak percaya diri. 5. Faktor sosial
e. Sensitif. 6. Faktor fisik
f. Mudah tersinggung.
g. Merasa kurang menyayangi
bayinya. Postnatal Yoga
h. Jika postpartum blues di
anggap sepele, keadaan ini
Yoga
bisa berlanjut ke tahap yang
lebih serius dan bisa bertahan 1. Yama
dalam dua minggu sampai 2. Niyama
3. Asana
satu tahun yang akan berlanjut
4. pranamaya
ke tahap postpartum syndrome 5. dhanara
atau postpartum depression. 6. dhyana

Bagan 2.6 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : (Alifah, 2016), (Marmi, 2017), (Pradyani, 2019), (Pujastuti,2015).
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINSI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2018), konsep adalah suatu abstraksi yang

dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Sedangkan kerangka

konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Adapun

kerangka konsep dari penelitian ini dijabarkan dalam bentuk bagan yang

terdiri dari variabel bebas yaitu postnatal yoga. Sedangkan variabel

terikatnya adalah postpartum blues. Keterkaitan antar variabel tersebut dapat

dijelaskan dalam kerangka konsep dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Postnatal Yoga Penurunan Pospartum Blues

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Arah Hubungan

37
38

3.2 Definisi Operasional

Menurut Badriah (2019), Definisi operasional adalah suatu definisi

mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik

variabel tersebut yang dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti

sesuai dengan variabel yang terlibat dalam penelitian.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Postnatal Yoga Terhadap Penurunan


Postpartum Blues Di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun
2023
Alat
No Uraian Pengertian Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independen
1. Posnatal Pengertian : Standar Melakukan 1 = sesudah Nominal
Yoga Suatu upaya yang Operasio pemberian diberikan terapi
dilakukan untuk nal Terapi
membantu Prosedur Postnatal 2 = sebelum
menurunkan Yoga terhadap diberikan terapi
postpartum blues penurunan
menggunakan postpartum
Terapi Postnatal blues
Yoga dengan menggunakan
gerakan-gerakan SOP Postnatal
khusus dan Yoga.
pengaturan
pernafasan.
Variabel Dependen
1. Postpartum Pengertian : Lembar Menilai Dari total 10 Ordinal
Blues Postpartum blues Kuesione postpartum item dihasilkan
merupakan suatu r EPDS blues dengan kategori :
perubahan (Edinbur menggunakan 1. Postpartum
suasana hati gh lembar blues ringan ,
psikologis pada postnatal kuesioner jika skor 0-9.
ibu setelah Depressi EPDS 2. Postpartum
melahairkan. Ibu on Scale) (Edinburgh blues sedang,
akan merasa postnatal jika sekor
kesulitan untuk Depression antara 10-12
tifur, kelelahan, Scale) 3. Postpartum
mudah marah, blues berat,
cemas tanpa jika sekor
sebab dan masih >12.
39

banyak gejala
yang muncul.

3.3 Hiopotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu pertanyaan penelitian

yang harus dibuktikan. Hipotesis biasanya dirumuskan dalam bentuk

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat

(Notoatmodjo, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat keefektivitasan postnatal Yoga terhadap penurunan

postpartum blues di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2023.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian Pre-Eksperimen design, dengan

rancangan penelitian yang digunakan yaitu one group pretest posttest design.

Penelitian pre-eksperimen dengan one group pretest posttest merupakan

rancangan penelitian yang bertujuan untuk menguji perubahan-perubahan yang

terjadi setelah adanya eksperimen (program), tanpa adanya kelompok pembanding

atau kontrol (Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemberian postnatal yoga terhadap penurunan postpartum blues di Desa

Cipasung Kabupaten Kuningan 2023.

Pretest Treatment Posttest

01 X 02

Gambar 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X : Teatment postnatal Yoga

01 : pretest

02 : posttest

40
41

4.2 Variabel Penelitian

Menurut (Badriah, 2019), dikatakan bahwa variabel sering disebut juga

peubah, dalam setiap kegiatan penelitian pasti melibatkan dan memusatkan

perhatian pada variabel-variabel yang menjadi amatan. Pada Penelitian ini

terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent).

4.2.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Menurut (Badriah, 2019) variabel bebas adalah variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Terapi

Afirmasi Positif dan Postnatal Yoga.

4.2.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Menurut Badriah (2019), variabel terikat adalah variabel yang diukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah Postpartum Blues.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Menurut Badriah (2019) populasi adalah sebagai kelompok subjek yang

hendak dikenal generalisasi hasil penelitian sebagai suatu populasi, kelompok

subjek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakannya

dari kelompok subjek lain. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu postpartum di

Bulan Januari-Desember 2022 di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan berjumlah

63 orang.
42

4.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Badriah (2019), sampel adalah sebagian dari populasi karena

merupakan bagian dari populasi tentu memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh

populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah

teknik yang dilakukan dengan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah ditentukan

sebelumnya (Notoatmodjo, 2014) Teknik tersebut merupakan pengambilan

sampel yang dilakukan tanpa adanya pengacakan sampel dan didasarkan pada

kriteria inklusi dan eksklusi yang dibuat oleh peneliti . Adapun penentuan sampel

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Adapun

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. ibu yang melahirkan normal.

b. ibu postpartum 4-8 minggu yang berada di Desa Cipasung.

c. bersedia menjadi responden dan menandatangani lembar informed

consent.

d. ibu mampu membaca, menulis dan mendengarkan.

e. ibu mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.


43

2) Kriteria Eklusi

a. Kondisi ibu yang yang sangat lemah dan mengalami penurunan

kesadaran.

b. Ibu yang melahirkan sesar.

c. Ibu postpartum > 9 minggu

Berdasarkan kriteria inklusi, eksklusi dan jumlah sampel tersebut peneliti

mendapatkan 33 responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan

pemberian Terapi Afirmasi Positif dan Postnatal yoga.

4.4 Instrumen Penelitian

Menurut Badriah (2019) “instrumen dapat didefinisikan sebagai alat

pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki

standar validitas dan reliabilitas”. Instrumen penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan

cara meminta ketersediaan subjek atau responden untuk menjawab semua item

pernyataan dan pengamatan dengan cara memberikan tanda silang (X). Kuesioner

merupakan suatu alat pengumpulan data yang sangat fleksibel, terperinci, lengkap,

dan relatif digunakan. Kuesioner juga sering disebut juga sebagai pertanyaan atau

angket (Badriah, 2019).

1. Lembar kuesioner Edinburgh postnatal depression scale

Menurut Heriana (2015), menjelaskan bahwa untuk mengetahui

validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner), maka dilakukan

dengan cara melakukan korelasi skor masing-masing variabel dengan skor


44

totalnya. Edinburgh postnatal depression scalem (EPDS) ialah salah satu

metode untuk mendeteksi depresi pasca persalinan.

Alat ukur ini telah dipakai oleh peneliti sebelumnya yakni Gabrella

Novyanti, (2018) dan Ervina, (2015). Uji validitas tidak dilakukan karena

instrumen sudah di uji validtas oleh Ervina (2015) dengan judul

“Hubungan antara Paritas dan Riwayat Persalinan dengan kejadian

Postpartum blues di Ruang Nifas RSUD 45 Kuningan Tahun 2015”.

Pernyataan dikatakan valid apabila r hasil lebih besar dari r tabel (0,441).

Analisis uji coba pada 10 pernyataan di peroleh r hasil yang lebih besar

pada r tabel berkisar antara 0,447-0,823. Instrumen penelitian dinyatakan

reliabilitas apabila nilai alpha cornbach 0.600. hasil uji reliabilitas

instrument penelitian di dapatkan hasil alpha cornbach sebesar 0,871,

maka seluruh pernyataan pada instrument penelitian ini dinyatakan

reliabel.

Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) terdiri dari 10 pertanyaan

megenai perasaan pasien setelah melahirkan. Pertanyaan-pertanyaan dalam

instrument tersebut diklasifikasikan menjadi :

a. Untuk pertanyaan nomor 1, 2 dan 4 kriteria nilainya adalah: jika

jawaban a (nilai 0), b (nilai 1), c (nilai 2), d (nilai 3)

b. Untuk pertanyaan nilai nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 kriteria

nilainya adalah : jika jawaban a(nilai 3), b (nilai 2), c (nilai 1), d (nilai 0)
45

Nilai maksimum EPDS adalah 30. Dikatakan postpartum blues ringan, jika

skor antara 0-9, postpartum blues sedang, jika skor antara 10-12 dan

postpartum blues berat, jika skor >12.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Sifat dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (Badriah,

2019) “ Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada

subyek sebagai informasi yang dicari, pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan metode kuisioner untuk mendapatkan jenis data

kuantitatif.

1. Data primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara sebelum dan

sesudah diberikan terapi postnatal yoga dengan menggunakan lembar

kuesioner EPDS untuk mengetahui tingkat depresi pada ibu postpartum

sebelum dan setelah diberikan postnatal yoga.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

kuningan dan UPTD Puskesmas Darma. Data yang didapatkan dari

Dinas Kesehatan yaitu jumlah persalinan di Kabupaten Kuningan yang

diketahui mencapai 16.933 kelahiran pada tahun 2021. Data yang di

dapatkan dari UPTD puskesmas darma yaitu jumlah persalinan yang


46

diketahui mencapai 769 kelahiran pada tahun 2021 melalui persalinan

normal dan section caesarea.

4.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode observasi untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Alat pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar kuesioner EPDS untuk

mendeteksi depression postpartum atau postpartum blues sebelum dan sesudah

intervensi dari postnatal yoga yang telah dipatkan di Desa Cipasung selama

penelitian.

Sebelum pemberian postnatal yoga dilakukan, penilitian memberikan

penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian serta

perlakuan apa yang akan diberikan lalu dilanjutkan dengan menandatangani

lembar persetujuan menjadi responden.

Langkah-langkah dalam pemberian terapi Afirmasi positif dan postnatal

yoga:

1. Menyiapkan alat-alat didekat responden

2. Memberi salam dan panggil responden dengan namanya

3. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada responden

Tindakan postnatal yoga yang bertujuan untuk meningkatkan energy,

mengurangi stress dan ketegangan, melawan depresi pasca persalinan dan

memperkuat tubuh. Sehingga membantu dalam penurunan gejala

postpartum blues pada ibu pasca persalinan karena dengan memberikan


47

postnatal yoga dapat menenangkam. Lama pemberian postnatal yoga +-30

menit dengan 2 kali seminggu, pemberian perlakuan dan evaluasi.

Pemberian dilakukan pada pagi yang sebelumnya ibu postpartum dikaji

dahulu skala postpartum blues dengan menggunakan kuesioner EPDS dan

setelah diberikan perlakukan responden kembali dikaji skala postpartum

blues nya menggunakan EPDS kemudian hasil dicatat pada lembar

observasi.

4. Menyiapkan lingkungan yang kondusif dan nyaman

5. Menjaga privasi

6. Memberi kesempatan pada responden untuk bertanya sebelum pemberian

postnatal yoga dan mengisi Kuesioner EPDS

7. Menganjurkan responden untuk tetap relaks

8. Setelah pemberian postnatal yoga selesai observasi kembali skla

postpartum blues dan mengisi kuesioner EPDS

9. Mencatat hasil observasi skala postpartum blues sebelum dan sesudah

pemberian postnatal yoga pada lembar observasi kemudian catat selisih

skala postpartum blues.

10. Merapihkan alan dan posisikan pasien kembali

11. Mengevaluasi hasil tindakan seperti kenyaman dan respon klien sebelum

dan sesudah pemberian postnatal yoga

12. Menyimpulkan hasil kegiatan dan kontrak pertemuan selanjutnya

13. Berpamitan kepada responden


48

Setelah data responden tercukupi yaitu dengan jumlah 33 responden yang

diberikan treatment postnatal yoga, peneliti melakukan pengolahan data

berdasarkan data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian.

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.6.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Heriana (2015) mendefinisikan pengolahan data sebagai salah satu

bagian dari rangkaian penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Agar analisis

penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam proses

pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :

1. Editing

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan memeriksa data yang

ada lalu di periksa apakah data yang ada sudah sesuai dengan jumlah

sampel dan apakah cara pengisiannya sudah benar atau terdapat

kekeliruan.

1) Lengkap : dimana semua pertanyaan sudah terisi dengan jawaban.

2) Jelas : jawaban responden dalam pertanyaan cukup jelas terbaca.

3) Relevan : jawaban yang ditulis apakah sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan.

4) Konsisten : antara pertanyaan dan jawaban sama.

2. Coding

Peneliti memberikan kode tertentu pada setiap data. Peneliti

melakukan keseluruhan hasil pemeriksaan yang berupa kalimat diubah


49

dalam bentuk angka (kode) sesuai dengan keinginan peneliti agar

memudahkan dalam menganalisis data.

a) 1 = sesudah diberikan terapi

b) 2 = sebelum di berikan terapi

c) 1 = postpartum blues ringan, jika skor antara 0-9

d) 2 = postpartum blues sedang, jika skor antara 10-12

e) 3 = postpartum blues berat, jika skor >12

3. Processing

Proses data dilakukan dengan cara memasukan data dari kuesioner

ke Microsoft excel lalu data di proses pada paket program SPSS for

windows dengan melakukan uji normalitas terlebih dahulu kemudian

dilanjutkan menggunakan paired T-test.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang

sudah di entry agar tidak terjadi kekeliruan.

4.6.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan pengolahan statistic yang terdiri dari

analisa univariat dan analisa bivariat.

1. Analisis Univariat

Menurut Badriah (2019), Analisis Univariat adalah analisis yang

dilakukan terhadap setiap variabel dan hasil penelitian. Pada penelitian

ini, analisis univariatnya menggunakan data jenis data kategorik untuk

variable postpartum blues, Rumus untuk menghitung persentase dari


50

masing-masing variabel adalah dengan menggunakan rumus distribusi

frekuensi :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P = Jumlah persentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah total pertanyaan

4.2 Tabel
51

2. Analisis Bivariat

Menurut Badriah (2019) Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga saling berhubungan satu sama lain, dapat dalam

kedudukan yang sejajar dan kedudukan yang merupakan sebab akibat.

Analisis bivariat yang menggunakan data (one group pre-test – post-

test) penurunan postpartrum blues. Sebelum melakukan analisa

bivariate telebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisa data yang

meliputi uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak untuk mengetahui perbedaan antara dua

keadaan atau popilasi. Pada penelitian ini untuk menganalisa data

secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan paired

sample t-test atau uji t berpasangan jika data berdistribusi normal. Jika

data berdistribusi tidak normal maka akan dilakukan menggunakan

wilcoxon signed rank test. Adapun rumus paired sample t-test yang

digunakan adalah sebagai berikut:

d
t=
s /⎷ n

Keterangan :

t = Nilai t hitung

d = Rata-rata selisih nilai 1 dan 2( pre dan post)

s = simpangan baku selisih (beda) nilai

n = ukuran atau besaran sampel


52

Dengan taraf signifikansi 95% (= 0,05). Pedoman dalam menerima

hipotesis adalah: apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka H0 ditolak,

dan apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Rumus uji wilcoxon

signed rank test yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝐍(𝐍+𝟏)
𝐓−
𝟒
Z=
√𝐍(𝐍+𝟏)(𝟐𝐍+𝟏)
𝟐𝟒

Keterangan :

Z = Uji Wilcoxon

T = Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest

N = Jumlah data sampel


53

4.7 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018), Etika Penelitian adalah suatu

pedomanetika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitianyangmelibatkan

antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek peneliti) dan masyarakat

yang akan memperoleh dampak hasil penelitian. Dalam melaksanakan

sebuah penelitian peneliti harus memperhatikan hal hal berikut:

1. Informed Consent (Informasi untuk responden)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti

dengan informan dengan memberikan lembar persetujuan melalui

informed consent, kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan.

Setelah calon responden memahami penjelasan peneliti terkait

penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed

consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Anonymity merupakan menjaga kerahasiaan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden, melainkan inisial nama responden

dan nomor responden pada kuesioner.

3. Confidentiality (Kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah

terkumpul dari responden bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan


54

di file khusus milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden

yang mengetahuinya.

4.8 Waktu, Lokasi dan Jadwal Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Desember 2022 samapai dengan

bulan Mei 2023.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Desa Cipasung Kabupaten

Kuningan.

3. Jadwal Penelitian

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penyusunan Penelitian


Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi
1
Judul
Studi
2
Pendahuluan
Penyusunan
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
Persiapan
5
Penelitian
6 Penelitian
Analisis Data
dan
7
Penyusunan
Pembahasan
Sidang
8
Skripsi
Revisi dan
9
Penggandaan
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. (2021). Efektivitas Senam Nifas Terhadap Peningkatan Skor Kualitas


Hidup Ibu Postpartum Di Praktek Mandiri Bidan Misni Herawati Palembang.
Delima Harapan,79-85.
http://jurnal.akbidharapanmulya.com/index.php/delima/article/download/
119/98/

Badriah, D. L. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung:


Multazam.

Delwien Esther Jacob, S. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas


Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua.
Jurnal Nasinal Ilmu Kesehatan (JNIK), 1, 1-16.
Https://Journal.Unhas.Ac.Id/Index.Php/Jnik/Article/View/4281/2691

Edward. (2017). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika

Elvina, L., ZA, R. N., & Rosdiana, E. (2018). Faktor Yang Berhubungan dengan
Kesiapan Psikologis Ibu Hamil Trimester III dalam Menghadapi Persalinan.
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(2), 176.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v4i2.207

Fairus, M., & Widiyanti, S. (2014). Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian
Depresi Postpartum pada Ibu Nifas. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,
VII(1), 11–18.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM/article/view/260

Fatonah, S., Yuliana, Y., Rani, R., & Widianti, N. (2022). Pengaruh Yoga
Postnatal Terhadap Kondisi Psikologis Ibu Postpartum. Indonesian Health
Issue, 1(1), 34–40. https://doi.org/10.47134/inhis.v1i1.9

Heriana, C. (2015). Manajemen Pengolahan Data Kesehatan. Bandung: PT


Refika Aditama.

Jhaquin, A. (2010). Psikologi Kebidanan, Yogyakarta : Nuha Medika.

Intan Imani Wahdakirana, F. B. (2021). Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi


Kulitas Hidup Postpartum : Study Literarur Review. University Research

55
56

Colloqium, 556-564.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/1446

Lastri Mei Winarni, M. I. (2020). Dampak Latihan Yoga Terhadap Kualitas


Hidup Dan Psikologi Ibu Nifas. Jurnal Kebidanan Malahayati, 9-16.
Http://Ejurnalmalahayati.Ac.Id/Index.Php/Kebidanan/Article/View/2126

Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Car. Pustaka
Belajar.
Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.

Munawaroh. (2018). Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Mekanisme


Koping Menghadapi Post Partum Blues Pada Ibu Sectio Caesaria Di
Bangsal Mawar 1 RSUD Dr. Moewardi,

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ratnawati. (2014). Konsep Dasar Kehamilan. Paper Knowledge . Toward a


Media History of Documents, 7–20. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/7745/5/BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

Sutanto AV, F. Y. (2019). No Title. In Asuhan pada Kehamilan. Pustaka Belajar.

Susanti. 2018. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC

WHO. (2018). Panduan Kesehatan Dalam Kebidanan.

Yuliani., D. I. dan F. (2014). pengaruh faktor psikososial dan cara persalinan


terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas. Pengaruh Faktor
Psikososial Dan Cara Persalinan Terhadap Terjadinya Postpartum Blues
Pada Ibu Nifas, 6.

Yunitasari, E., & Suryani, S. (2020). Post partum blues; Sebuah tinjauan literatur.
Wellness And Healthy Magazine, 2(2), 303–307.
https://doi.org/10.30604/well.022.82000120

Zainiyah R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Afirmasi Terhadap Stres pada


Siswa SDN Nusukan Surakarta.
57

LAMPIRAN
58

Lampiran 1 Surat Permohonan Responden

SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Refinda Yunita Permata Sari
NIM : CKR0190072
Adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan tingkat akhir di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU). Berkenaan sedang melakukan
penelitian untuk menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas Postnatal Yoga
Terhadap Penurunan Postpartum Blues Di Desa Cipasung Kabupaten
Kuningan 2023”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan ibu sebagai
responden, kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya ajukan.
Atas perhatian ibu saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kuningan, Februari 2023

Hormat Saya

Refinda Yunita Permata Sari


59

Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh Refinda Yunita Permata Sari yang berjudul :“Efektivitas

Postnatal Yoga Terhadap Penurunan Postpartum Blues Di Desa Cipasung

Kabupaten Kuningan 2023”.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya dan tanpa ada paksaan dari

pihak manapun.

Kuningan, Februari 2023

Responden

(...................................)
60

Lampiran 3 Surat Pemohonan datad


61

Lampiran 4 Surat ijin studi pendahuluan


62

Lampiran5 lembar kuesioner penelitian

No. Kode Responden :

KUESIONER

EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)

Sumber : Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. 1987. Detection of postnatal
depression: Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British
Journal of Psychiatry 150:782-786, dialih bahasakan oleh Kusuma dewi dkk, 2010 dalam
Jurnal Validation Study of the Edinburgh Postnatal Depression Scale. Jiwa, Indonesian
Psychiatric Quarterly, XXX(2): 99-110

Petunjuk Pengisian Kuesioner :


1. Jumlah pertanyaan ada 10 item dengan empat pilihan jawaban
2. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab sesuai dengan kondisi anda
saat ini dengan memberi tanda silang (X).
3. Apabila terdapat pernyataan yang kurang dimengerti, anda dapat bertanya langsung
kepada peneliti.
A. Identitas Pasien
Inisial Responden : Ny.
Alamat :
Usia :
Tanggal lahir ibu : / / No Tlp :
Tanggal lahir bayi : / /

1. Saya dapat tertawa bila melihat sesuatu yang lucu


a. Sesering mungkin saya lakukan
b. Kurang dibandingkan sebelumnya
c. Sangat kurang dibandingkan sebelumnya
d. Tidak Sama Sekali
2. Saya dapat mengerjakan banyak hal dengan senang
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Tidak Pernah

3. Saya menyalahkan diri sendiri apabila terjadi hal yang tidak menyenangkan
63

a. Ya, setiap waktu


b. Ya, hampir setiap waktu
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak Pernah

4. Saya merasa khawatir dan cemas tanpa alasan yang jelas


a. Tidak sama sekali
b. Sangat jarang
c. Ya, kadang-kadang
d. Ya, sangat Sering
5. Saya merasa ketakutan dan panik tanpa alasan yang jelas
a. Ya, sangat sering
b. Ya, Kadang-kadang
c. Tidak sangat Jarang
d. Tidak sama sekali
6. Segala sesuatu terasa membebani saya sehingga
a. Sebagian besar saya tidak dapat mengatasi sama sekali
b. Kadang-kadang saya tidak dapat mengatasinya
c. Sebagian besar dapat saya mengatasinya
d. Saya dapat mengatasi masalah
7. Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga sulit tidur
a. Ya, Hampir setiap waktu
b. Ya, agak sering
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak sama sekali
8. Saya merasa sedih dan jengkel tanpa alasan
a. Ya, Hampir setiap waktu
b. Ya, agak sering
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak sama sekali
9. Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga saya menangis
a. Ya, Hampir setiap waktu
b. Ya. Agak sering
c. Hanya waktu Tertentu
d. Tidak sama sekali
10. Pernah ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri
a. Ya, Sering
b. Ya, Kadang-kadang
c. Hampir tidak pernah
d. Tidak sama sekali
64

Lampiran 6 Standar operasional prosedur postnatal yoga

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

No POSTNATAL YOGA

1. Pengertian Postnatal yoga merupakan salah satu jenis modifikasi dari


hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu nifas
yang memandukan antara gerakan yang menghubungkan
pernafasan,relaksasasi dan struktur gerakan yoga pelan
dan lembut, sehingga merasakan kenyamanan dan rasa
nyerii berkurang.
2. Tujuan 1. Mengurangi stress dan ketegangan
2. Meningkatkan energy
3. Melawan depresi pasca kehamilan
4. Perkuat tubuh
3. Indikasi Ibu nifas

4. Waktu 2 kali seminggu, intensites latihan 1 kali perlakuan berupa


satu set yoga dan durasinya latihan +- 30 menit setiap
pelaksanaan satu kali latihan sehingga latihan senam dilakukan
sebanyak 4 kali pertemuan yang dilakukan selama 2
minggu.
5. Kontra 1. Ibu pasca persalinan dengan komplikasi nifas
indikasi 2. Ibu pasca persalinan section caesaria dengan riwayat
re-heacting
3. Ibu dengan infeksi pada payudara
6. Persiapan 1. Gunakan pakaian berbahan katun agar menyerap
keringat
pasien 2. Tanpa alas kaki
3. Klien tidak sedang kekenyangan, setidaknya berlatih 2
jam setelah makan berat atau 1 jam setelah makan
ringan
7. Persiapan 1. Pakaian olahraga (sopan dan rapi)
2. Siapkan matras anti-slip agar tidak terpeleset
alat 3. Gunakan alat bantu yang mudah ditemui, seperti
bantal,selimut
9 Cara kerja Pre test
65

1. Berikan salam, perkenalkan nama bidan


2. Panggil klien dengan nama kesukaan
3. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya kegiatan
4. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
5. Kuoesioner EPDS
10 Postnatal yoga
1. Nafas alami
Duduk bersila dengan nyaman dan pejamkan mata.,
Perlahan mulai amati dan rasakan nafas dari dalam
tubuh. Perhatikan lubang hidung dan rasakan udara
mengalir masuk keluar melalui lubang hidung, Ketika
selesai, perlahan buka mata.
2. Pemanasan Leher
Tengok kepala kea rah kiri dan kanan secara
bergantian. Tahan posisi dan bernafas rileks 3 -5 kali.
Rebahkan kepala ke samping kiri dan kanan secara
bergantian , tahan posisi dan bernafas rileks 3-5 kali.
3. peregangan dan pemutirn samping tubuh
Tundukan kepala seluruhnya kebawah dan rasakan
peregangan leher bagian belakPerlahan putarpergelangan
leher dan kepala ke kiri, belakang kanan, dan kembali ke
depan. Lakukan sebanyak 3-4 kali.
4. Peregangan dan pemutiran samping tubuh
buang nafas, regangkan tubuh ke samping, dan
pandangan ke atas tahan lembut posisi ini dan bernafas
normal 3-5 kali ulangi sisi lainnya.
5. Adho Mukhasana Svanasana

Mulailah dengan posisi kaki sejajar. Pada tiap


membuang nafas, tarik perut kea rah tulang belakang
danga melakukan uddiyana bandha untuk mengunci
66

bagian otot pelvic floor.


6. Plank pose

Tarik nafas dan lakukan posisi yoga plank.


Tempatkan pundak diatas pungggung tangan. Tekan
kebelakang melalui tumit, rileks dan pertahankan
posisi ini demudian lakukan posisi dwon dog ke
plank 10 x.
7. Garudasana (eagle pose)

Selipkan kaki kanan ke kaki kiri dan kaitkan jari


kaki di bagian betis. Tempatkan tangan kiri di atas
tangan kanan dan rekapkan telapak tangan. Berdiri
dengan tegak dan tekuk lutut sedikit.
8. Jathara parivartanasana

Tarik lutut keposisi dada, dan tarik perut kedalam


dengan mempertahankan pelvic floor . letakan
telapak tangan pada lantai posisi terbuka dan kaki
membuka memebntuk sudut 90 derajat.
67

9. Elbow to knee pose

Kunci jar tangan dibelakang kepala dan tekuk lutut.


Hembuskan nafas dan luruskan kaki, kemudian
tekuk lutut kiri ke dada dan tempelkan dengan siku
kanan.
10. Matsayana

Julurkan kaki. Ambil nafas dan tekan lengan dengan


siku sehingga bagian dada dan kepala terangkat dari
lantai.
Terminasi

1. Evaluasi respon klien


2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak waktu untuk tindakan sekanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
Post test
1. Kuesioner EPDS
Hasil 1. Merilekskan tubuh dan pikiran
2. Menurunkan kecemasan, ketegangan kelelahan
3. Meningkatkan kecepatan dan kelenturan tubuh
4. Tidur tenang, merasa segar pada pagi hari dan
merasa semnagat untuk melakukan aktivitas.
68

Lampiran 7 Expert Validitas


PENILAIAN UJI VALIDASI BERDASARKAN KONTEN ALAT UKUR
MELALUI EXPERT JUDGEMENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Instansi :
Bidang Kajian :

Telah membaca dan member penilaian terhadap item-item yang terdapat didalam
alat ukur berikut :
Nama Alat Ukur :
Tujuan Pengukuran :
Tujuan Penggunaan :

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, saya menerangkan bahwa alat ukur
tersebut :
Refresentative : mewakili konstruk teori (dimensi dan indikator) yang
hendak di ukur
Relevancy : sesuai dengan tujuan pengukuran
Clarity : item-item jelas dan tidak bias dengan konstruk, dimensi atau
indikator lain *)

Oleh karena itu, item-item yang disusun didalm alat ukur tersebut tidak perlu
direvisi/ di rubah **) agar sesuai dengan dimensi dan indikator yang digunakan.

Kuningan,

(....................................)
*) checklist yang sesuai
**) coret yang tidak perlu
69

Lampiran 8 Dokumentasi

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai