Anda di halaman 1dari 11

NAMA : LINAWATI

NIM : 220607251
KELAS : F2 S1 KEBIDANAN
MK : PSIKOLOGI

1. CARA MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGI YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERSALINAN
Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara
bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa
persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat
proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini
menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik dan psikologis (Amalia, 2009).
Ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan akan meningkatkan resiko
ketidakseimbangan emosional ibu setelah melahirkan. Kecemasan selama kehamilan terkait
dengan depresi postpartum dan juga lemahnya ikatan (bonding) dengan bayi. Cemas selama
kehamilan juga meningkatkan resiko keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin,
serta dapat menyebabkan colic pada bayi baru lahir (Bakshi, 2008).
Menurut Sundeen (2008), terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan ibu primigravida, beberapa diantaranya yaitu usia, tingkat pendidikan, pekerjaan
dan paritas ibu hamil.
Konseling kelompok pra persalinan mampu menurunkan kecemasan yang dialami
primigravida dengan beberapa proses yang dilakukan di dalamnya. Gangguan psikologis seperti
kecemasan dan depresi dapat terjadi salah satunya karena masalah yang dipendam dan
dilupakan. Dan pada umumnya, orang yang menghadapi masalah-masalah emosional, mereka
menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, dan menjengkelkan seringkali tidak
mau mengungkapkannya kepada orang lain. Kenyataannya, suatu masalah yang makin
dipendam dan diusahakan untuk dilupakan seringkali memicu berbagai ganggun fisik dan
psikologis. Dalam kegiatan konseling kelompok pra-persalinan ini, primigravida didorong untuk
dapat mengungkapkan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
Dengan memanfaatkan dinamika kelompok, primigravida di stimuli untuk saling
berdiskusi dan mampu mengungkapkan segala macam perasaan, emosi, atau pikiran-pikiran
yang menggangunya dengan tujuan untuk membantu melepaskan dari penderitaan
emosional yang dialami oleh primigravida. Pelepasan emosi-emosi yang terpendam ini,
sering disebut sebagai katarsis.
Dalam konseling kelompok pra-persalinan, orang lain (atau ibu hamil yang dianggap
memiliki kesamaan latar belakang) dalam satu kelompok berperan sebagai media katarsis atau
penampung segala macam keluhan subjek yang mengungkapkan segala macam perasaan, emosi
atau pikiran-pikiran yang menggangunya dengan harapan dapat meringankan beban
primigravida. Pada pelaksanaannya, konseling kelompok pra- persalinan membuat primigravida
menangis saat mengungkapkan perasaan yang mengganggu, hal ini wajar dan diberikan
kesempatan untuk terus menangis hingga puas dan merasa lega. Kemudian, primigravida juga
dibantu untuk melakukan perubahan, mendapatkan pengalaman baru serta pemahaman baru
tentang persalinan yang sehat dan lancar. Singgih (1996:34) menjelaskan bahwa:
“Konseling kelompok mendorong perubahan yang diharapkan terjadi pada konstelasi
kepribadian klien secara menyeluruh. Perubahan yang diharapkan terjadi akan bersifat menetap,
jadi akan mengubah atau mengganti bagian dari kepribadian yang tidak baik (pathologis)
menjadi sesuatu baru yang baik dan bisa diterima oleh pribadinya maupun lingkungan
hidupnya”.
Pada saat primigravida telah mampu mengungkapkan semua perasaan yang menggangu
dan merasa lega, hal tersebutlah yang mendorong penurunan kecemasan yang dialami oleh
primigravida.
Penurunan kecemasan melalui konseling kelompok pra-persalinan terjadi karena adanya
perasaan senasib sepenanggungan yang kemudian mendorong terwujudnya katarsis selama
proses konseling. Selain itu, di dorong pula dengan latihan relaksasi yang membantu
primigravida untuk mempersiapkan body, mind and soul sehingga mampu bekerja secara
harmonis menciptakan kondisi nyaman dan kecemasan mereka teratasi.

2. CARA MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGI PADA SAAT NIFAS UTAMANYA UNTUK MEREKA
YANG MENGALAMI

A. POST PARTUM BLOES


Post partum blues merupakan suatu gangguan psikologis yang dialami ibu pada masa
postpartum, yang ditandai beberapa gejala seperti perubahan mood, merasa terlalu
emosional, mudah menangis, letih, serta bingung dan pikiran kacau. Gejala tersebut
didukung dengan adanya perubahan biologis, stress yang dialami, sosial atau lingkungan.
Keadaan tersebut muncul 2 atau 3 hari setelah kelahiran dan akan menghilang 1 atau 2
minggu (Bobak,Lowdermilk & Jensen, 2005; Quintero, Rojo, Chapela,Mora&Fellix,2014).
Post partum blues sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun
ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kejadian post partum blues
diantaranya seperti perubahan hormon, dimana terjadinya penurunan kadar progesteron dan
estrogen saat pengeluaran plasenta. Hormon estrogen tersebut sangat mempengaruhi sistem
aktifitas enzim monoamin terutama serotin dan dopamin yang dapat mempengaruhi
perubahan suasana hati dan juga terjadinya depresi. Kondisi lain yang mendukung
terjadinya postpartum blues adalah kelemahan fisik, dikarenakan aktifitas dalam merawat
bayi yang sangat menguras energi sehingga membuat ibu merasa kelelahan dan ditambah
dengan tidak adanya bantuan dari keluarga khususnya dari suami (Mansur, 2009; Rai,
Pathak&Sharma,2015).
Adaptasi psikologis Ibu setelah melahirkan, akan mengalami fase-fase sebagai
berikut:
1. Fase Taking In Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian Ibu terutama pada
dirinya sendiri.
2. Fase Taking Hold Periode ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, fase
ini baru mulai merasa mengkhawatirakan ketidakmampuannya dan rasa
tanggungjawab dalam merawat bayinya.
3. Fase Letting Go Fase ini ialah fase mulai menerima tanggungjawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa menyusuaikan
diri, merawat diri dan juga bayinya (Kartini, 1992).
Dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi ibu primipara pada masa transisi
menjadi orangtua dalam merawat bayi. Primipara adalah seorang wanita yang pertama kali
menjalani masa kehamilan hingga proses melahirkan janin, baik janin yang dilahirkan
tersebut hidup ataupun meninggal. Setelah 6 sampai 8 minggu pascapersalinan, seorang ibu
normal mampu menjalani tugasnya sebagai orang tua, namun, pada beberapa ibu sulit
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan masih memerlukan dukungan dalam
menjalani tanggung jawabnya sebagai orang tua (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).

Apabila postpartum blues tidak segera ditangani akan berdampak kepada struktur
dan fungsi keluarga, yang akan mempengaruhi peran ibu. Dampak lain seperti kondisi
gangguan psikis yang lebih berat yang disebut depresi postpartum, dimana ibu akan merasa
bersalah, hilangnya kemauan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ibu juga mengalami
penurunan atau bahkan peningkatan berat badan, menarik diri dari lingkungannya tidak
mampu mengatasi suatu masalah, serta kekhawatiran akan ketidakmampuan dalam
merawat bayi. Pada kondisi yang paling berat, ibu dapat membunuh bayinya sendiri,
kondisi tersebut dinamakan dengan psikosis pascapartum.
Faktor-faktor yang menyebabkan post partum blues yaitu:
1. Pengalaman melahirkan, biasanya pada Ibu yang melahirkan kurang menyenangkan
dapat menyebabkan Ibu sedih.
2. Perasaan sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi karena peningkatan
hormon 3) tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat membuat Ibu merasa
ketidakmampuan untuk merawatnya dengan baik.
3. kesulitan dalam mengalami kewajiban setelah melahirkan.

Cara Mengatasi Gangguan Postpartum Blues


1. Dengan cara pendekatan komonikasi terapetik: a) Membantu pasien mampu
untuk meredakan segala ketegangan emosinya b) Dapat memahami dirinya c) Dapat
mendukung tindakan support mental
2. Dengan cara peningkatan support mental, cara peningkatan support mental yang
dapat dilakukan keluarga yaitu:
 Suami dapat membantu istrinya untuk mengurus bayinya sama-sama.
 Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya.
 Memperbanyak dukungan dari suami.
 Suami mampu menggantikan peran istri ketika istrinya kelelahan.
 Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko terjadinya
postpartum blues yaitu sebagai berikut:
 Pelajari diri sendiri yaitu pelajari dan mencari informasi mengenai pospatum
blues sehingga Ibu sadar terhadap kondisinya.
 Tidur dan makan yang cukup merupakan diet nutrisi cukup penting untuk
kesehatan maka lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup.
 Olahraga merupakan kunci mengurangi terjadinya postpartum blues, sehingga
membuat Ibu merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Ibu.
 Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan, dukungan keluarga atau orang
yang Ibu cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Yakinkan diri Ibu, bahwa
merekan akan selalu berada di sisi Ibu setiap mengalami kesulitan.
Penanganan postpartum blues partisipan terlihat dari kategori pengalihan pikiran
seperti bermain handphone, menonton televisi, membuka youtube, mencari hiburan,
meminta dibuatkan makanan.
Orang yang memberikan dukungan pada ibu yang mengalami postpartum blues yaitu
suami, orang tua, mertua, adik, teman dan tetangga. Menurut teori Friedma, Bowden dan
Jones (2014) respon atau koping keluarga merupakan suatu tindakan atau perlakuan khusus
yang dilakukan keluarga ketika mengalami suatu permasalahan. Bobak, Lowdermilk dan
Jansen (2005) mengatakan pada masa postpartum blues ibu memerlukan dukungan baik
dari suami, keluarga, maupun teman terdekat. Meedya, S., Fahy, K., Kable, A (2010)
mengatakan adanya dukungan keluarga akan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak,
mengingat bantuan tenaga Jurnal Ners Indonesia, Vol. 9, No. 2, Maret 2019 162
professional tidak dapat menggantikan dukungan hari demi hari yang diberikan keluarga
terutama suami kepada ibu dan bayinya
Jhaquin (2010) mengatakan dimana cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
postpartum blues salah satunya yaitu dengan cara mencari hiburan yang dapat mengalihkan
pikiran ibu ketika mengalami postpartum blues hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
hubungan baik dan memahami kondisi yang sedang dirasakan oleh ibu. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Fatimah (2009) bahwa para ibu yang mengalami
postpartum blues membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
kesempatan mereka dari situasi yang menakutkan.

B. DEPRESI POSTPARTUM
Depresi Post Partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang
Ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih
oleh beban terhadap tangungjawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan
apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.
Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang
menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping
itu, Ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang
Ibu. Depresi berat selama 7 haru berturut-turut pasca melahirkan.
Depresi ini dapat terjadi selama 30 hari atau bahkan bisa mencapai 1 tahun ke
depan. Sikap yang ditunjukkan oleh depresi post partum adalah wanita tersebut
menunjukkan kelelahan, mudah marah, dan memiliki nafsu makan yang tidak menentu.
Kadang tiga bulan pertama adalah masa penentuan penyakit untuk Ibu yang menderita
depresi post partum setelah melahirkan tersebut. Mereka secara sosial dan emosional akan
merasa diasingkan, padahal sama sekali tidak seperti itu.

C. POST PARTUM PSIKOSA


Gangguan psikologis Ibu pasca melahirkan gangguan ini menyerang sistem kejiwaan
yang serius. Seorang Ibu yang mengidap gangguan ini memiliki tanda agitasi yang lebat,
sering mengalami pergantian perasaan yang cepat, depresi dan delusi. Ibu yang mengalami
ini disebabkan karena Ibu mengalami ganguan bipolar yaitu ganguan mental yang ditandai
dengan perubahan emosional yang sangat drastis atau bahkan gejala psikologi lainnya
sehingga wanita tersebut memiliki kecenderungan besar untuk mengidap post partum
psikosa.
Beberapa cara yang biasa dilakukan dalam mengatasi beberapa masalah psikologi saat
masa nifas, antara lain:
 Bagikan cerita Ibu dengan suami tentang kesehatan dan segala sesuatu yang membuat
Anda merasa sangat terbebani.
 Sempatkanlah waktu untuk berendam dengan air hangat bersama dengan aroma sabun
relaksasi karena upaya ini akan membuat Anda merasa lebih tenang.
 Jangan membuang waktu sarapan pagi Anda apalagi bersama suami sebelum bekerja di
kantor. Selain Anda dengan suami. Dengan rasa kebersamaan yang meningkat akan
membangkitkan pula untuk mendapatkan energi, hal ini akan meningkatkan
kebersamaan diantara rasa cinta diantara Anda berdua sehingga Anda lebih tenang
keika menghadapi gangguan psikologis yang mungkin terjadi.
 Hindari mengkonsumsi alkohol dan caffeine terlalu berlebihan, bahkan sebaiknya
jangan mengkonsumsinya. Karena kandungan dua zat ini sangat berpengaruh terhadap
psikologis Anda.
 Atur Jadwal tidur, sesuaikan jadwal tidur Anda, usahakan untuk memiliki waktu tidur
yang cukup. Sebab, tidur yang cukup akan berpengaruh terhadap psikologis dan fisik
Anda pasca melahirkan. Nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode post partum.
 Berbagi cerita, selain bercerita dengan suami, Anda juga dapat berbagi cerita dengan
anggota keluarga yang lain. Hal tersebut dikarenakan agar Ibu bisa mendapatkan
dukungan dari seluruh anggota keluarga dan sehingga terhindar dari gangguan
psikologis pada masa nifas. Support dari suami dari mulai kehamilan, persalinan dan
post partum sangat penting, Ibu harus selalu yakin bahwasanya keluarga selalu berada
di samping Ibu setiap Ibu dalam kesulitan.
 Berolahraga. Anda juga harus meluangkan waktu untuk berolahraga yang ringan seperti
lari-lari kecil atau sedikit melakukan gerakan senam di rumah. Hal ini juga akan
membuat Anda merasa lebih tenang dan kondisi tubuh menjadi lebih fit. Merupakan
salah satu cara untuk mengurangi depresi post partum, lakukan peregangan selama 15
menit dengan berjalan kaki setiap hari di sekitar rumah, sehingga membuat Ibu menjadi
lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan pada Ibu.
 Kenali diri Ibu sendiri. Ibu harus bisa aktif mencari informasi, mempelajari serta
memahami mengenai jenis gangguan psiklogis atau jiwa yang biasa terjadi pada masa
nifas atau setelah melahirkan. Kegiatan ini berfungsi untuk Ibu supaya Ibu merasakan
salah satu gejala gangguan psikologis sehingga mudah dan segera ditangani.
 Persiapan. Persiapan yang dimaksud adalah persiapan sebelum waktu persalinan yaitu
dengan sering membaca buku-buku pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan
serta dengan mengikuti kelas-kelas khusus Ibu hamil. Dikarenekan telah melakukan
persiapan sebelumnya akan memperlancar jalannya persalinan sekaligus mengurangi
terjadinya gangguan depresi dan gangguan jiwa pada Ibu di masa nifas.
 Tetap melakukan aktivitas, setelah Ibu selesai melahirkan jangan pernah berpikitr
bahwa Ibu harus benar-benar istirahat full dari pekerjaan rumah, bahkan hal ini
merupakan hal yang salah. Ibu tetap melakukan pekerjaan rumah tapi sesuaikan
kemampuan Ibu dan tetap mengingat bahwa Ibu baru saja melakukan persalinan. Hal
ini membuktikan bahwa, melakukan pekerjaan rumah tangga akan membantu Anda
sedikit melupakan perasaan selama mengalami periode setelah melahirkan.
 Dukungan dari keluarga, tidak hanya memperoleh dukungan secara fisik, Ibu juga perlu
memperoleh dukungan secara emosional dari keluarga, saudara dan lingkungan
terdekat Ibu. Karena dukungan ini, Ibu akan lebih gampang untuk mengatasi rasa
frustasi, stres dan depresi yang muncul pada masa nifas. Dukungan dari suami dan
orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan, dan post partum sangat penting, dalam
meyakinkan diri Ibbahwa keluarga selalu berada di samping Ibu setiap ada kesulitan.
 Berusaha mengendalikan emosi juga salah satu cara mengatasi gangguan psikologis
pada masa nifas.
 Me time, hal yang juga amat penting adalah memberikan waktu sendiri bagi Anda
sendiri. Sesuatu yang bisa Ibu lakukan untuk memanjakan diri Ibu adalah bisa dengan
melakukan hobi yang Anda sukai seperti masak di rumah, menonton film, senam atau
kesenangan yang lain. Tujuannya yaitu untuk menciptakan rasa tenang pada diri Anda
sendiri.
 Bertemu dengan orang baru, cara ini juga dapat mengatasi gangguan psikologis pada
masa nifas. Selepas melahirkan jangan pernah menutup diri untuk tidak bertemu
dengan siapa-siapa. Bahkan hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi Ibu untuk
bertemu dengan ornag-orang baru. Selain untuk memperbanyak teman, mendapatkan
informasi banyak, kegiatan ini juga akan membuat Ibu menjadi lebih nyaman dan
tenang.
 Dukungan emosional, minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan
sehingga Ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stres. Ceritakan pada mereka mengenai
perubahan yang Ibu rasakan, sehingga Ibu merasa lebih baik dari setelahnya. Itulah cara
yang bisa dilakukan Ibu untuk ngatasi gangguan psikologis pada masa nifas atau
setelah persalinan. Ketika Ibu merasakan gangguan psikologis pada masa nifas atau
setelah melahirkkan tidak usah gelisah karena hal ini merupakan sudah harusnya
terjadi. Ibu harus banyak mengikuti kelas-kelas hamil, berkonsultasi dengan dokter
kemudian rajin mencari informasi seputar persalinan akan mencegah gangguan
psikologis yang terjadi pada masa nifas.

4. CARA MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA MENOPOUSE


Menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, induk telur mulai
menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat
diartikan sebagai berhentinya kesuburan.
Cara Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa Menopause Penyesuaian diri lanjut
usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan
bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan
besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang
mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu
atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan
mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih. Sistem emosi
mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi.
Stimulus yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi.
Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak
menyenangkan yang mungkin akan terjadi.
Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin
terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang
nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan
tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran
mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori,
inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.

Beberapa cara untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa menopause adalah sebagai
berikut:
 Terapi Sulih Hormon (TSH) Pengaruh obat hormon dalam terapi sulih hormon
(TSH) bagi wanita menopause hingga saat ini mengandung pro dan kontra.
Sementara penelitian tentang TSH masih terus dilakukan.
 Pola Hidup Sehat Upaya menciptakan pola hidup sehat terutama dilakukan dengan
mengatur menu makanan dan pola makan seimbang. Banyak menu makan sayuran
hijau, buah bijibijian, vitamin dan serat makanan itu akan membantu pencernaan
dan metabolisme tubuh. Selain itu, makanan yang dianjurkan adalah makanan yang
rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, kadar gula, dan garam yang tidak
berlebihan, cukup kalsium, dan zat besi, serta cukup vitamin dan serat.
 Olahraga Olahraga merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
mempertahankan kebugaran. Olahraga yang teratus akan menyehatkan jantung dan
tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana hati.
 Menerima dengan lapangdada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari dan
masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami oleh setiap
wanita.
 Hadapi masalah yang ada satu persatu, jangan sekaligus, berdasarkan prioritasnya.
 Untuk sementara masalah menopause yang menimbulkan perasaan khawatir itu
dihilangkan dan memusatkan pikiran pada sesuatu hal yang sangat berbeda dan
menyenangkan.
 Menulis memo untuk diri sendiri untuk mengeluarkan semua unek-unek mengenai
situasi perubahan fisik dan psikologik yang menimbulkan kekhawatiran, sikap-
sikap orang di lingkungan Anda dsb., Anda akan merasa lebih enak dan dapat
berpikir lebih rasional setelah emosiemosi negatif yang mendasari kekhawatiran
bisa terekspresikan dalam memo itu.
 Menyesuaikan sikap. Tanyalah pada diri sendiri, hikmah positif apa yang dapat
dipelajari saat masa menopause harus dihadapi. Letakkan stressor tersebut dalam
perspektif yang benar, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif menguasai diri dan
hindari sikap pesimis.
 Merubah lingkungan agar tidak lagi berada dalam keadaan yang monoton.
 Mencoba untuk memperbaiki penampilan agar lebih segar dan tampil cantik.
 Mempergunakan setiap waktu luang yang ada dengan melakukan banyak kegiatan
yang positif dan kreatif. Dengan mengembangkan minat baru dan mempelajari
keahlian yang baru akan memberikan perasaan senang bahwa ia bisa berprestasi
 Masuk kegiatan politik atau aktif dikegiatan sosial, serta dapat memiliki atau
menciptakan pekerjaan yang menarik, atau mempunyai pekerjaan dengan
penghasilan yang tetap, akan dapat membuat seseorang merasa dirinya berguna
bagi orang lain dan meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri.
 Pelajarilah dan berlatihlah secara teratur teknik relaksasi yang tepat, teknik-teknik
meditasi, yoga dll.
 Untuk mengatasi masalah pribadi dan lingkungan psikososialnya, perlu konsultasi
dengan psikolog atau konsultasi ke Dokter sesuai dengan keluhan yang dialaminya.

REFERENSI

Yusnidar Israini Suriati, 2020. Buku ajar psikologi kebidanan. LPPI UM PALOPO

Anda mungkin juga menyukai