com/doc/73744068/Askep-Post-Partum-Blues
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara
langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa
simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum
blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang
ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue)
ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah
kadar tyroid yang sangat rendah. Skrining untuk mendeteksi gangguan
mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin
dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan
sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan
perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta
mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4
(empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus
dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit.
Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas)
memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis
kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa
negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat
dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan
dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan
tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa
saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun
mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila
mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya Untuk minta
pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur
lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri
dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang
mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya.
Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu
ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka
membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga,
mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-
hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep
mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat
diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor
yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para
wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang
memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat
tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Post-partum
blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus
dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi,
membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel,
bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang
mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik.
Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman
secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA POSPARTUM BLUES
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan
sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa
nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan
seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan
anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat
segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi bayi ini cenderung
akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran jaringan atau
berlebih
7) Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perical ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang
dari biasanya.
8) Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai perawatan diri dan
sumber-sumber
9) Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan
perineum.
C. RENCANA KEPERAWATAN
berkurang.
2 Ketidak efektifan Setelah diberikan - Kaji ulang tingkat - Membantu dalam
dengan biokimia diharapkan cedera sewaktu melahirkan, yang cepat dan tepat
- Meningkatkan
efek anastesi, pada ibu tidak terjadi observasi dan catat
sirkulasi dan aliran
profil darah dengan menunjukkan tanda anemia
- Anjurkan mobilisasi darah ke ekstremitas
abnormal ibu dapat
dan latihan dini bawah
mendemonstrasikan - Bahaya eklamsi ada
secara bertahap
prilaku unsur untuk - Kaji ada diatas 72 jam post
menandakan infeksi
- Untuk
memperlancar
sirkulasi ke perineum
dan mengurangi
edema
- Membantu
mencegah
kontaminasi rektal
melalui vagina
5 Perubahan Setelah diberikan - Kaji dan catat - Mengetahui balance
jaringan, efek kecil ditandai dengan berkemih seperti tidak dapat keluar,
liter/hari
6 Resiko tinggi Setelah diberikan - Ajarkan ibu agar - Memberi
boleh melebihi 2
gram% /100dl
7 Kontipasi Setelah diberikan - Anjurkan pasien - Membantu
pada Wc duduk
Kolaborasi
pemberian laksantia
supositoria
8 Kurang Setelah diberikan - Berikan informasi - Membantu
dengan kurang dini dan bayi keluarga berencana dari perubahan fisik
- Berikan informasi
pemahaman, salah bertambah, dengan dan mental
tentang perawatan - Menambah
intervensi, tidak kreteria ibu dapat
bayi yaitu perawatan pengetahuan ibu
tau sumber- mengungkapkan
tali pusat, ari, tentang perawatan
sumber kebutuhan ibu pada
memandikan dan bayi
masa post partum - Memperjelas
imunisasi
dan dapat melakukan - Sarankan agar pemahaman ibu
perawatan bayi,
menyusui, perawatan
perineum
9 Hambatan Setelah diberikan -
Anjurkan mobilisasi - Meningkatkan
immobilitas fisik asuhan keperawatan dan latihan dini sirkulasi dan aliran
2, luka jahitan
berkurang skala 2
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Evaluasi
No. Dx. Kep. Implementasi
(Secara Keseluruhan)
- Kebiasaan
sehari-hari
sebelum
3. 3. Risiko tinggi 1. Meninjau ulang kadar
melahirkan
terhadap cedera hemoglobin serta
berhubungan dengan kehilangan darah sewaktu - Hubungan antara
4. Menyarankan ibu
membersihkan perineal
dari depan ke belakang
4. Melakukan kolaborasi
pemasangan kateter
6. 6. Risiko tinggi 1. Mengajarkan pasien
terhadap kekurangan massage sendiri fundus
volume cairan uteri
berhubungan dengan
2. Mempertahankan cairan
penurunan masukan
peroral 1,5-2 liter/hari
atau penggantian tidak
adekuat kehilangan 3. Mengobservasi perubahan
cairan berlebih suhu, nadi, tekanan darah
4. Melakukan kolaborasi
pemberian laktasia
supositoria
8. 8. Kurang pengetahuan 1. Memberikan informasi - Kondisi luka
atau kebutuhan belajar tentang perawatan diri postpartum
mengenai perawtan (perawatan perinal),
- Jumlah cairan
diri dan bayi perubahan peran, istirahat,
masuk dan
berhubungan dengan keluarga berencana
cairan keluar
kurang pemahaman,
2. Memberikan informasi
salah intervensi, tidak - Kondisi fisik
tentang perawatan bayi
tahu sumber-sumber setelah
yaitu perawatan tali pusat,
mengubah posisi
ari, memandikan dan
tubuh
imunisasi
- Perubahan skala
3. Menyarankan agar
nyeri
mendemonstrasikan apa
yang sudah dipelajari - Tekanan Darah :
(mmHg)
- Nadi : (x/menit)
- Suhu : (C)
- RR : (x/menit)
E. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang
ditetapkan yaitu meliputi ; kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan.
Ibu dan keluarga akan mengembangkan koping yang efektif. Setiap anggota
keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Perawat
dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan
bayi dapat dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya
secara efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat.