Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Fathul Khoir

NPM : 10119230124

TUGAS

Baby Blues Syundrome

A. Definisi

Stres pasca persalinan/Baby blues syndrome/ postnatal blues/ maternity


blues, merupakan salah satu bentuk depresi yang sangat ringan yang biasanya
terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan dan cenderung lebih buruk
sekitar hari ketiga atau keempat pasca persalinan. Hampir sebagian besar ibu yang
baru melahirkan mengalami baby blues.

Baby blues adalah keadaan dimana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/ gangguan suasana hati setelah persalinan
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, ataupun dengan dirinya
sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan
hormon yang melibatkan progesteron dan estrogen dalam tubuh ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional ibu.
B. Epidemiologi
Postpartum blues sangat umum terjadi dan diperkirakan terjadi pada sekitar
50% atau lebih wanita dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Depresi berat pascapersalinan kira-kira 4 hingga 11 kali lebih sering terjadi pada
wanita yang mengalami postpartum blues.
C. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belumdiketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar

1
estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setel
ahmelahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karenaestrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitusuatu enzim otak yang bekerja mengaktifasi adrenalin dan serotonin
yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas
3. Latar belakang psikososial ibu, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami,
keluarga, dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini,
apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya
dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu atau berkeluh -kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau
timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem
dengan orang tua dan mertua, problem dengan anak sebelumnya
4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
5. Ibu belum siap menghadapi persalinan. Ada beberapa pendapat yang
menyebutkan bahwa post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan
hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita
tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat
tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih
mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara
sosial dan emosional.
6. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
psikologi ibu seperti adanya pembengkakan pada payudara yang
menyebabkan rasa nyeri ataupun jahitan yang belum sembuh.
7. Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang
lain, merasa terisolasi.
8. Masalah medis dalam kehamilan (hipertensi gestasional, diabetes melitus,
disfungsi tiroid).
2
9. Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan yang bersifat trauma
(seksio cesaria, epistomi)
10. Kelahiran anak dengan kecacatan-penyakit
11. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik. Orang yang mempunyai latar
belakang gangguan mental dan pernah bermasalah secara psikis sebelum
hamil, berisiko tinggi mengalami postpartum blues. Resikonya bisa 2-3 kali
lipat dibandingkan mereka yang tidak mempunyai latar belakang masalah
tersebut.
12. Karakter pribadi (harga diri, ketidak dewasaan)
13. Stress dalam keluarga, misalnya : Faktor ekonomi memburuk, persoalan
dengan suami, problem dengan mertua, stress yang dialami wanita itu sendiri
misalnya ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, stress melihat
bayi sakit, rasa bosan dengan hidup yang dijalani.
D. Patofisiologi
Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis
dan faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat
mendadak pada ibu. Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara
mendadak mengalami penurunan 72 jam setelah melahirkan sedangkan hormon
menyusui mengalami peningkatan. Hal ini kemudian memodulasi ekstabilitas
otak, sehingga menyebabkan sub unit reseptor GABA teraktivasi, GABA
merupakan suatu reseptor ionotropik yang terdapat diberbagai belahan otak dan
memiliki kadar yang tinggi yaitu 1000 kali lebih tinggi dari kadar neorotransmiter,
disamping untuk memperantarai hambatan simpatik yang cepat, GABA
juga berfungsi untuk mengambat ion cloroda masuk kedalam darah, jika kadar ion
clorida dalam darah meningkat maka akan menghasilkan kecemasan
yang berkepanjangan , dan akan menyebabkan terlepasnya beberapa hormon otak l
aintanpa kendali, dan memicu terjadinya peningkatan Corticotropin-
Releasing Hormone (CRH) dikelenjar hipotalamus. CRH akan merangsang
kelenjer adrenaluntuk menghasilkan hormon kortisol. Hormon kortisol adalah
suatu hormon yangmenyebabkan kekecewaan, kesedihan, perasaan tertekan, dan
ketakutan yang berlebihan.
3
E. Gambaran klinis
Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat
dan berganti-ganti (mood swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu
makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas, dan merasa
kesepian.
Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby
blues syndrome adalah sebagai berikut :
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai menangis tanpa
sebab.
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.
c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu
memperhatikan dan khawatir terhadap bayinya.
f. Tidak percaya diri.
g. Sulit beristirahat dengan tenang.
h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.
i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.
j. Perasaan takut untuk menyakiti dirinya sendiri atau bayinya.
F. Diagnosis
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM)
IV, Babyblues dikategorikan dalam Major Depression. Terdapat gejala berupa
kesedihan, disfori, sering menangis dan ketergantungan untuk “lengket”. Kondisi
ini berlangsung beberapa hari, perubahan emosi padahari puncak yaitu hari ke 4
atau ke 5 dan kembali normal pada hari ke 10.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrinig ini dapat dipergunakan
beberapa kuesioner dengan alat bantu. Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
4
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues. Kuesioner ini
terdiri dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban
yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan
yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu
dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Nilai scoring lebih besar 12
memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis
postpartum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin
dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

5
G. Penatalaksanaan

1. Psikoterapi
Dapat diajarkan mengenai mekanisme pemecahan masalah dan
merencanakantujuan yang realistis, terapi marital, dan terapi keluarga juga
membantu.

2. Anti depresan
Sangat dianjurkan pemberian antidepresan pada kasus yang
berat.Antidepresan yang digunakan seperti: Fluoxetine (Prozac) 10-60
mg/hari,Sertraline (Zoloft) 50-200 mg/hari, Paroxetine (Paxil) 20-60
mg/hari,Citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari, atau escitalopram (Lexapro) 10-
20mg/hari. Bila ibu menyusui pertimbangkan keuntungan dan efek samping
antidepresan

3. Terapi hormonal
Pergantian hormon esterogen diharapkan dapat mengatasi penurunan
esterogen yang berkaitan dengan kelahiran secara cepat. Walaupun data yang
ada masih terbatas.
Dengan terapi yang tepat, baby blues syndrome dapat diatasi dalam
beberapa bulan, beberapa kasus dijumpai mencapai satu tahun. Penting melanj
utkan terapi walaupun keadaan telah terasi. Terlalu cepat menghentikan
pengobatan dapat menyebabkan relaps.
H. Pencegahan
1. Persiapan diri yang baik, artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan
sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang
baik dan mengurangi terjadinya resiko depresi post partum.
2. Olahraga dan nutrisi yang cukup sehingga dapat menjaga kondisi dan stamina
yang dapat membuat keadaan emosi juga menjadi lebih baik.
3. Dukungan mental dan lingkungan sekitar. Dukungan mental sangat diperlukan
pada periode post partum, dukungan ini tak hanya dari suami tapi dari
keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.
4. Ungkapkan apa yang dirasakan, ibu post partum tidak boleh memendam
6
perasaan sendiri. Jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik
dengan suami maupun teman terdekat. Petugas kesehatan dapat membantu ibu
untuk mengungkapkan perasaan dan emosi ibu agar lebih nyaman.
5. Mencari informasi tentang depresi postpartum, sang ibu juga harus
mempelajari keadaan dirinya sehingga ketika sadar terhadap kondisi ini akan
mendapat bantuan secepatnya.
6. Menghindari perubahan hidup yang drastis, maksudnya perubahan hidup yang
drastis sesudah kelahiran akan berpengaruh terhadap emosional ibu sehingga
sebisa mungkin sebaiknya dihindari misalnya pindah kerja, pindah kerumah
yang baru. Hiduplah dengan wajar seperti sebelum melahirkan.
7. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah,
merawat tanaman, dan pekerjaan rumah tangga lainnya yang dapat membantu
melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.

Anda mungkin juga menyukai