Anda di halaman 1dari 31

DEPRESI POST PARTUM

Sunarsih,S.SiT.,M.Kes
POST PARTUM BLUES
 Banyak orang menganggap bahwa kehamilan adalah
kodrati yang harus dilalui dan peristiwa alamiah yang
wajar tapi bagi wanita yang mengalami hal tersebut
dapat menjadi episode yang dramatis dan traumatis
yang sangat menentukan kehidupannya dimasa datang.
Hal tersebut menyebabkan ibu mengalami stress diiringi
perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi
emosional dan insensitivitas ibu pasta melahirkan.
 Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan
psikologi yang dalam bahasa kedokterannya adalah
depresi postpartum atau baby blues atau Post partum
Blues. Post partum blues merupakan masa transisi mood
setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70%
wanita.
 Post partum blues atau sering juga disebut
maternity blues atau sindroma ibu baru
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan
efek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan ditandai
dengan gejala-gejala sebagai berikut.
gejala
 Reaksi depresi/sedih/disforia
 Sering menangis
 Mudah tersinggung (iritabilitas)
 Cemas
 Labilitas perasaan
 Cenderung menyalahkan diri sendiri
 Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
 Kelelahan.
 Mudah sedih
 Cepat marah
 Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira
 Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya
 Perasaan bersalah.
 Sangat pelupa
 Postpartum blues tidak berhubungan
berlangsung dengan kesehatan ibu atau
bayinya maupun komplikasi obstetrik tetapi
bagaimanapun faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi perubahan mood ibu.
 Post partum blues dikategorikan sebagai
sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab ini sering tidak dipedulikan dan
diabaikan sehingga tidak terdiagnosa dan
tidak di lakukan asuhan sebagai mana
mestinya
Faktor-faktor penyebab timbulnya post
partum blues :
 Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah.
 Ketidaknyaman fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
 Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks.
 Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
 Latar belakang psikososial wanita
 Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami, keluarga, teman).
 Stress dalam keluarga misal faktor ekonomi memburuk
 Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar,
 Kelelahan pasca melahirkan.
 Perubahan peran yang dialami ibu.
 Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya.
 Problem anak, sibling
Cara mengatasi postpartum blues :
 Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan.
 Bicarakan rasa cemas yang dialami.
 Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru
setelah melahirkan.
 Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi
atau rumah tangga.
 Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
 Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur.
 Berolahraga ringan.
 Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
 Dukungan tenaga kesehatan.
 Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
 Konsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan.
Kesedihan dan dukacita
 Respon berduka
Saat individu kehilangan suatu hubungan, harapan dan impiannya
tentan
 Empat dimensi berkabung diidentifikasi sebagai berikut.
 Syok dan hilang rasa dialami orangtua ketika mereka
mengungkapkan perasaan sangat tidak percaya,
 Mencari dan merindukan dapat diidentifikasi sebagai perasaan
gelisah, marah, bersalah, dan mendua (ambiguitas). Dimensi ini
merupakan suatu kerinduan akan sesuatu yang dapat terjadi dan
merupakan proses pencarian jawaban mengapa kehilangan terjadi.
 Disorganisasi diidentifikasi saat individu yang berkabung mulai
berbalik, dari menguji apa yang nyata menjadi sadar terhadap
realitas kehilangan.
 Reorganisasi terjadi bila individu yang berduka dapat berfungsi di
rumah dan di tempat kerja dengan lebih baik disertai peningkatan
harga diri dan rasa percaya diri.
Tanda dan gejala Berduka
EFEK FISIK EFEK EMOSIONAL DAN/ATAU
 Letih
PSIKOLOGIS
o Menyangkal
 Selera makan hilang o Rasa bersalah
 Kurang tenaga
o Marah
o Benci/dendam
 Berat badan menurun o Pahit/getir
 Nyeri kepala o Depresi
o Sedih
 Pandangan kabur o Merasa gatal
 Sulit bernapas o Konsentrasi pada masalah
o Gagal menerima kenyataan
 Palpitasi
o Terpaku pada kematian
 Berat badan meningkat o Konfusi waktu (time
 Lengan gatal cofusion)
o Iritabilitas (mudah
 Gelisah tersinggung)
Depresi Berat
 Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non
psikotik pada kehamilan namun umumnya terjadi
dalam beberapa minggu sampai bulan setelah
kelahiran.
 Gejala- gejala depresi berat
 perubahan pada mood
 Gangguan pola tidur dan pola makan
 Perubahan mental dan libido
 dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri send
iri atau bayinya
 Depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita/
keluarga yang pernah mengalami kelainan psikiatrik
atau pernah mengalami pre menstrual sindrom.
Kemuingkinan rekuren pada kehamilan berikutnya.
Penatalaksanaan depresi berat :
 Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar
 Terapi psikologis dari psikiater dan psikolog
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti
depresan (hati-hati pemberian anti depresan pada
wanita hamil dan menyusui)
 Pasien dengan percobaan bunch diri
sebakiyaticlakditing-yal sendirian di rumah
 Jika diperlukan lakukan perawatan di RS
 Tidak dianjurkan untuk rooming in/rawat gabung
dengan bayinya.
Psikosis Post Partum
Insiden terjadinya Psikosis Post Partum adalah 1-2
per 1000 kelahiran. Pada kasus stertentu sebaiknya
ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala
yang membahayakan seperti menyakiti diri sendiri
atau bayinya. Rekurensi dalam masa kehamilan
mencapai 20 - 30%. Gejala muncul umumnya dari
beberapa hari sampai 4-6 minggu postpartum.
 Faktor pemicu Psikosis Post Partum
 Adanya riwayat keluarga menderita kelainan
psikiatri
 Riwayat penyakit menderita penyakit psikiatri
 Adanya masalah keluarga clan perkawinan
 Gejala Psikosis Post Partum, diantaranya :
1. Gangguan tidur,
2. Cepat marah,
3. Gaya bicara yang keras,
4. Menarik diri dari pergaulan.

 Penatalaksanaan Psikosis Post Partum


1. Pemberian anti depresan atau lithium
2. Sebaiknya menyusui dihentikan karena anti
depresan disekresi melaluiASI
3. Perawatan di RS.
 
Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS)
 Diluar negeri skrining untuk mendeteksi
gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk
melakukan skrining ini dapat dipergunakan alai
bantu berupa Edinburgh Postnatal Depression
Scale yaitu kuesioner dengan validitas yang teruji
yang dapat mengukur intensitas perubahan
suasana depresi selama 7 hari pasca salin.
 Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat
dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin
dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi
pengisiannya 2 minggu kemudian.
ASUHAN MASA NIFAS NORMAL

Sunarsih,S.SiT.,M.Kes
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal

Evaluasi
Pelaksana asuhan
an asuhan kebidanan
Merencan kebidanan
akan
asuhan
Merumus
kebidanan
kan
diagnosa
Pengkaji /masalah
an data aktual/m
fisik dan asalah
psikosos
ial
potensial
Pengkajian data fisik dan psikososial
 Data subyektif digali langsung dari klien atau keluarganya, sedangkan
data obyektif diambil melalui pemeriksaan baik pemeriksaan umum,
pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan penunjang. Pengkajian data
dalam asuhan masa nifas normal meliputi
a. Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:
• Keluhan yang dirasakan ibu saat ini.
• Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya
pola makan, buang, air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat, mobilisasi.
• Riwayat tentang persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi.
• Obat/Suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi.
• Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran
baru sebagai orangtua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,
kecemasan, kekhawatiran.
• Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari.
• Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI Eksklusif atau tidak), rencana merawat bayi
di rumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orangtua/mertua).
• Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
• Pengetahuan ibu tentang nifas.
•  
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, bidan harus melakukan pemeriksaan
menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu
o Keadaan umum, kesadaran.
o Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan.
o Payudara : pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar, adakah
nyeri dan lecet pada puting), ASI/Kolostrum sudah keluar, adakah
pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.
o Abdomen : Tinggi Fundus Uteri, kontraksi uterus.
o Kandung kemih kosong/penuh.
o Genetalia dan perineum : Pengeluaran Lochea (Jenis wama, jumlah,
bau), odem, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda
infeksi pada lukajahitan, kebersihan perineum, hemorroid pada anus.
o Ekstrimitas bawah : pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki
yang menyebabkan nyeri, edema, homa’s sign, varises.
Berdasarkan data yang diperoleh bidan akan
memperoleh kesimpulan apakah masa
nifas ibu normal atau tidak. Kemungkinan
masalah yang dialami ibu adalah :
 Masalah nyeri.
 Masalah infeksi.
 Masalah cemas, perawatan perinium,
payudara, ASI ekslusif.
 Masalah kebutuhan KB, gizi, tanda bahava,
senam, menyusui.
Bidan juga harus dapat mendeteksi masalah yang
mungkin timbul pada ibu dengan merumuskan
masalah potensial. Masalah potensial belum
terjadi tapi bidan harus sudah berpikir untuk
melakukan antisipasi terhadap masalah potensial.
Langkah ini bersifat antisipatif yang rasional dan
merupakan hal penting dalam asuhan yang aman
dan nyaman. Kemungkinan masalah potensial
yang dialami ibu adalah :
 Gangguan perkemihan.
 Gangguan BAB.
 Gangguan hubungan seksual.
Merencanakan asuhan kebidanan
Berdasarkan diagnosa yang didapat, bidan
dapat merencanakan asuhan pada ibu. Pada
langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
(pengkajian data dan perumusan diagnosa).
Pelaksanaan asuhan kebidanan
 Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat
dilakukan dengan tindakan mandiri atau
kolaborasi.
 Di samping itu diperlukan tindakan
pengawasan pada ibu nifas untuk memastikan
ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Berikan
pendidikan/penyululian sesuai dengan
perencanaan. Pastikan ibu mengikuti rencana
yang disusun. Untuk itu dalam membuat
perencanaan bidan harus selalu
mendiskusikan dengan ibu dan keluarga
sehingga pelaksanaan asuhan menjadi
tanggungjawab bersama.
Evaluasi asuhan kebidanan
 Evaluasi dalam asuhan kebidanan diperlukan
untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang
diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan apakah tindakan yang dilakukan
sudah sesuai dengan perencanaan. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika mernang,
benar efektif dalam pelaksanaannya. Ingat
kembali tujuan asuhan kebidanan yang
diberikan dan evaluasi efektifitas tindakan
untuk mengatasi masalah. Evaluasi dapat
dilakukan saat ibu melakukan kunjungan
ulang. Saat itu bidan dapat melakukan
penilaian keberhasilan asuhan.
EVIDENCE BASED DALAM ASUHAN PASCA
PERSALINAN DAN LAKTASI

Sunarsih,S.SiT.,M.Kes
Persiapan pasien pulang / discharge
planning

Discharge planning adalah suatu proses yang


digunakan untuk memutuskan apa yang perlu
pasien lakukan untuk dapat meningkatkan
kesehatannya. Discharge planning dianggap
sebagai proses yang dimulai saat pasien
masuk dan tidak berakhir sampai pasien
dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak
berarti bahwa pasien telah sembuh total. Ini
hanya berarti bahwa dokter telah menetapkan
bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk
melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi,
2008) 
 Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge
planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis,
dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada
pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang
lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan
dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit
dan masyarakat.
 Menurut William & Wilkins (2009) discharge teaching
harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya
untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home
care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar
pasien :
1. Memahami mengenai penyakitnya
2. Melakukan terapi obat secara efektif
3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati
4. Mengatur level aktivitasnya
5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8. Mengetahui kapan mencari follow up care
 Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain
sebagai berikut (Nursalam, 2011) :
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mendapat panjaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan
untuk menjamin kontinutas keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang
terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan
keperawatan baru.
4. Membantu  kemandirian pasien dalam kesiapan
melakukan keperawatan rumah.
Lama dirawat / how long should stay
 Length Of Stay (Lama dirawat) adalah Jumlah hari-
hari kalender dari  masuk sampai keluar rumah sakit.
Hari pertama masuk RS dihitung , hari keluar RS tidak
dihitung (atau sebaliknya)
 Bila dalam bulan yang sama dapat dicari dengan cara
tanggal keluar dikurangi tangal masuk.
 Pasien yang masuk dan keluar pada hari yg sama : lama
dirawat dihitung 1 hari (walaupun mungkin hanya
dirawat 2 jam ).
 Total lama dirawat merupakan penjumlahan dari lama
dirawat semua pasien yang keluar pada periode waktu
tertentu.
 Perbedaan antara : Hari Perawatan dengan
Lama Dirawat
1. Hari Perawatan
Dihitung pada saat pasien masih dirawat
setiap harinya Hari masuk dihitung, hari
keluar tidak dihitung.
2. Lama Dirawat
Dihitung pada saat pasien sudah keluar
Rawat Inap,  Hari masuk dihitung hari keluar
tidak dihitung atau sebaliknya.
Tugas!
Cari fakta terbaru tentang Breastfeeding

Anda mungkin juga menyukai