Anda di halaman 1dari 23

Baby Blues ,Depresi Postpartum

dan Psikosis Postpartum

O L EH :
ANNISA ISTIQAMAH AHMAD
DITA SAMSITA DEWI

P EM B I M B I N G : D R . DE W I S U R I A N Y A . , S P. K J
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako
Rumah Sakit Daerah Undata
2020
Baby Blues

Baby Blues Syndrome (BBS) atau sering disebut


juga dengan istilah maternity blues atau post
partum blues adalah suatu keadaan depresi ringan
yang sifatnya sementara , dialami sebagian besar ibu
yang terjadi sebagai akibat perubahan-perubahan
baik fisiologis, hormonal, maupun psikologis.
Gangguan ini terjadi 14 hari pertama pasca
melahirkan dan terjadi puncak reaksi gangguan pada
atau 4 hari pasca melahirkan.
Epidemiologi

Studi di luar negeri, angka kejadian baby blues


syndrome cenderung tinggi dan bervariasi (26-85%)
Di Indonesia angka kejadian baby blues antara 50-
70% dari wanita pasca persalinan.
> 50% ibu yang mengalami depresi pada kehamilan
sebelumnya akan menjadi depresi kembali pada
kehamilan selanjutnya
Ibu dengan bayi BBLR, 3,64 kali berpeluang lebih
tinggi mengalami baby blues syndrome daripada ibu
dengan bayi normal
Etiopatogenesis

Faktor Psikososial
 Konflik dalam perkawinan
 Sikap ambivalen atau keraguan
yang besar terhadap kehamilan
dan keinginannya untuk
mempunyai anak.
 Riwayat pernah menderita
gangguan depresi sebelumnya
dan atau reaksi terhadap
kejadian tertentu dalam
kehidupannya, termasuk stres
akibat melahirkan anak.
 Stres lingkungan
Gejala Klinis

• Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab

• Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran

• Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja

• Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga

• Menjadi tidak tertarik dengan bayinya atau menjadi terlalu memperhatikan dan khawatir terhadap

bayinya
• Tidak percaya diri

• Sulit beristirahat dengan tenang, namun bila ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur

• Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan

• Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan

• Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri dan bayinya


Diagnosis

Anamnesis
 Semua wanita pasca melahirkan
 Perubahan sikap dan kondisi emosional umumnya 14 hari pertama
pasca melahirkan
 Adanya perasaan cemas, khawatir berlebihan, sedih, dan sering
menangis tanpa sebab jelas
 Adanya perasaan putus asa, ketidakmampuan dalam mengurus anak,
dan rasa bersalah
 Jika gejala menetap >2 minggu dipikirkan kemungkinan postpartum
depression
Kriteria Diagnosis

Bedasarkan “Diagnostic and statistical manual of mental


disorder IV (DSM IV)” baby blues syndrome
dikategorikan dalam major depression/depresi berat
Gejala berupa kesedihan, disforia, dan sering menangis.
Puncak emosi hari ke4-5 dan kembali normal hari ke 10
Penatalaksanaan

Tidak ada perawatan yang khusus


Dukungan dan empati dari keluarga dan staf
kesehatan
Konsultasi kejiwaan umumnya tidak diperlukan
Psikoedukasi: peran baru sebagai ibu, hal mengurus
bayi, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru, dsb
Depresi & Psikosis pasca-melahirkan
 Depresi pasca persalinan adalah depresi yang biasanya terjadi
dalam 1-4 minggu setelah melahirkan. Sering terjadi ketika
melahirkan anak kedua dan ketiga. Gejala mirip seperti depresi
pada umumnya hanya waktu terjadinya yang khusus pada pasca
persalinan. Berbeda dengan postpartum blues yang akan hilang
dengan sendirinya tanpa terapi.
 Depresi pasca melahirkan ditandai dengan mood depresi, anxietas
yang berlebihan, dan insomnia. Onsetnya dalam 3 hingga 6 bulan
setelah persalinan.
 Postpartum depression adalah kondisi yang lebih serius dari
babyblues dan mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru. Ibu dengan
DPM mengalami perasaan sedih dan emosi yang meningkat dan
merasa tertekan, menjadi sensitif, lelah, perasaan bersalah, cemas
dan ketidakmampuan untuk merawat diri dan merawat bayi.
Pada kasus yang jarang (1 sampai 2 dalam 1.000 persalinan), depresi
pasca melahirkan pada perempuan ditandai dengan rasa depresi dan
gagasan bunuh diri. Pada kasus yang berat, depresi dapat mencapai
proporsi psikotik, disertai halusinasi, waham, dan pikiran untuk
membunuh bayi.
Postpartum psychosis
merupakan bentuk DPM yang parah dan membutuhkan penanganan
yang medis segera. Gejalanya muncul secara cepat setelah melahirkan
dan berlangsung antara beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Gejalanya meliputi agitasi yang amat kuat, perilaku yang
menunjukkan kebingungan, perasaan hilang dan malu, insomnia,
paranoid, delusi, halusinasi, hiperaktif, bicara cepat dan mania.
Epidemiologi

Secara epidemiologi depresi postpartum dapat


terjadi pada semua golongan umur persalinan dan
diberbagai daerah di dunia, maupun di indonesia.
Berdasarkan laporan WHO diperkirakan wanita
melahirkan yang mengalami depresi postpartum
ringan
Etiologi

Tingkat stres ibu pasca melahirkan dipengaruhi oleh


dua faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain, fluktuasi hormonal,
faktor psokologis dan kepribadian, adanya riwayat
depresi sebelumnya, riwayat kehamilan, dan
persalinan dengan riwayat komplikasi, persalinan
section caesarea, kesulitan menyusui, dan minimnya
pengetahuan ibu akan perawatan bayi. Sedangkan
faktor eksternal meliputi dukungan sosial kondisi
dan kualitas bayi, dan status mental suami
Patofisiologi

Kadar hormon estrogen dan progresteron menurun


drastis saat persalinan. Perubahan kadar hormon
estrogen dan progresteron pada saat kehamilan
memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin
dan penurunan kadar hormon saat persalinan
menyebabkan terjadinya suatu super sensitivitas
reseptor dopamin yang mencetus terjadinya psikotik
postpartum.
Diagnosis

Postpartum Depression
Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa atau PPDGJ-III pun dijelaskan bahwa
ada tiga gejala utama yang harus muncul pada
gangguan depresi, yakni afek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi
yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
Diagnosis

Berdasarkan kriteria diagnostik DSM-IV :


1. Suasana hati yang depresi
2. Kurangnya kesenangan atau minat
3. Gangguan tidur (insomnia atau hyperinsomnia)
4. Penurunan berat badan
5. Kehilangan energi
6. Agitasi atau keterblakangan perasaan tidak berharga
atau rasa bersalah yang tidak pantas
7. Konsentrasi yang berkurang atau keragu-raguan
8. Adanya keinginan bunuh diri
Diagnosis

Psikosis Postpartum
Menurut DSM IV, tidak ada kriteria bagi gangguan psikotik pada
postpartum. Gejala karakteristik bagi gangguan psikotik pada
postpartum terdiri atas delusi, gangguan kognotif, gangguan
motilitas, mood atau suasana perasaan tak terkontrol dan
halusinasi. Gejala psikotik ini hanya mencakup hal-hal yang
menyangkut keibuan dan kehamilan. DSM IV juga menyetujui
diagnosis gangguan psikotik dan gangguan mood (suasana
perasaan) yang singkat disebakan karena pasca persalinan.
Sedang menurut PPDGJ III, Pedoman diagnostik untuk gangguan
psikiatri pada postpartum (F,53), yaitu:
F.53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat yang Berhubungan
dengan Masa Nifas.
Perbedaan Baby blues syndrome dan Postpartum depression

Karakteristik Baby blues Postpartum depression


syndrome
Insiden 30-75% ibu 10-15% ibu melahirkan
melahirkan
Onset 3-5 hari pasca 3-6 bulan pasca melahirkan
melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Bulan sampai tahun jika tidak
diobati
Stressor terkait Tidak ada Ada, terutama kurang
dukungan
Pengaruh sosial budaya Tidak ada Ada hubungan yang kuat
Riw. Gangguan mood Tidak ada Ada
Riw. Gangguan mood Tidak ada Ada
pada keluarga
Karakteristik Baby blues syndrome Postpartum
depression
Rasa sedih Ada Ada
Mood labil Ada Sering pada awalnya
kemudian depresi secara
bertahap
Anhedonia Ada Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Hampir selalu
Keinginan untuk bunuh Tidak ada Kadang-kadang
diri
Keinginan untuk Jarang Sering
menyakiti bayi
Rasa bersalah dan Tidak ada, jika ada pun Ada dan biasanya berat
ketidakmampuan ringan
 
Baby Blues Postpartum Depression Postpartum
Psychosis
Simtom • Kurang Tidur • Cepat lelah • Menolak makan
Fisik • Hilang tenaga • Gangguan tidur • Tidak mampu
• Hilang nafsu makan • Selera makan menurun menghentikan
atau sangat bernafsu • Sakit kepala aktivitas
makan • Sakit dada • Kebingungan akan
• Merasa lelah setelah • Jantung berdebar-debar kelebihan energi
bangun tidur • Sesak nafas
• Mual dan muntah
Simtom • Cemas dan khawatir • Mudah tersinggung • Sangat bingung
Emosional berlebihan • Perasaan sedih • Hilang ingatan
• Bingung • Hilang harapan • Tidak koheren
• Mencemaskan kondisi • Merasa tidak berdaya • Halusinasi
fisik secara berlebihan • Mood swings  
• Tidak percaya diri • Perasaan tidak adekuar sebagai ibu
• Sedih • Hilang minat
• Perasaan diabaikan • Pemikiran bunuh diri
• Ingin menyakiti orang lain
(termasuk bayi, diri sendiri, dan
suami)
• Perasaan bersalah
Simtom • Sering menangis • Panik • Curiga
Perilaku • Hiperaktif atau senang • Kurang mampu merawat diri • Tidak rasional
berlebihan sendiri • Preokupasi terhadap
• Terlalu sensitif • Enggan melakukan aktivitas hal-hal kecil
• Perasaan mudah menyenangkan
tersinggung • Motivasi menurun
• Tidak perduli terhadap • Enggan bersosialisasi
bayi • Tidak perduli perkembangan bayi
• Sulit mengendalikan perasaan
• Sulit mengambil keputusan
Penatalaksanaan

Non Farmakologi
1. Psikoterapi Individu atau kelompok
(Kognitif perilaku dan terapi interpersonal)
2. Psychoeducational atau dukungan kelompok
juga dapat membantu
Penatalaksanaan

 Farmakologi
 Depresi Postpartum
 Pengobatan ini diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau ketika seorang wanita
tidak merespon pengobatan non-farmakologis.
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama danefektif pada wanita
dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresanstandar, misalnya, fluoxetine (Prozac)
10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram
(Celexa) 20-60 mg/hari , atauescitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini
termasuk insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual. Serotonin-
norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlafaxine(Effexor) 75- 300 mg/hari atau
duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangatefektif untuk depresi dan kecemasan.
 Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari)
mungkin berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa 
perempuan lebih merespon obat kategori SSRI. Efek samping dariantidepresan trisiklik termasuk
mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering,sembelit, dan disfungsi seksual.
 Psikosis Posspartum
 Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan
memerlukan perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat
untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5
mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan
anti psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium,valproid acid,
carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat anti psikotik dan
benzodiapezine
Prognisis

Hampir pada semua kasus depresi postpartum prognosisnya


adalah baik,kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70%
dalam waktu 6 bulan dan 30%kemungkinan rekurensi pada
kehamilan yang berikutnya. Prognosis pada
serangan pertama relatif lebih baik, seperti juga pada skizofre
nia yang mempunyai penyakitfisik sebagai faktor presipitasi.
Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan
psikotik dalam waktu relatif singkat dan kemungkinan terjadi
nya lagi diperkirakan berkisar antara 15-30%.
Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dibanding
gangguan psikotik  pada postpartum lainnya
Terima Kasih...

Anda mungkin juga menyukai