Anda di halaman 1dari 23

DEPRESI POSTPARTUM

OLEH: NUR FARADILLA BT MOHAMAD BAKRI

PEMBIMBING: DR. JONLI SP.KJ

PENDAHULUAN
Tunis dan Golbus mengemukakan bahwa kehamilan di samping memberi kebahagiaan yang luar biasa, juga sangat menekan jiwa sebagian wanita. Peran menjadi seorang ibu saat melahirkan bayinya membuat ia merasa telah berfungsi utuh dalam menjalankan kehidupannya dan menambah rasa percaya diri serta menjalani beberapa peran lainnya baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sosial.

Namun sebagian wanita justru merasakan sebaliknya yaitu merasa sedih, marah, kesal, lelah, tidak berarti dan putus asa dalam menjalani hari setelah melahirkan. Perasaan tersebut akan diikuti oleh rasa enggan mengurus bayi, bahkan ingin membunuh bayinya. Adanya potensi stres dalam rentan waktu kehamilan hingga proses melahirkan memungkinkan munculnya masalah psikologis yang disebut depresi postpartum.

Periode

Immediate postpartum Early postpartum Late postpartum

POSTPARTUM

Adaptasi Fisiologi

Perubahan adaptasi fisik seperti pembengkakan payudara, edema dan laserasi perineum, pengeluaran lochea, spasme sfingter kandung kemih, perubahan bentuk tubuh dll yang menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi ibu

Adaptasi Psikologis Orangtua

Adaptasi Parental Adaptasi Psikologis pada Maternal

Adaptasi Psikologis Orangtua


Adaptasi Parental
Kemampuan kognitif dan motorik Kemampuan kognitif dan afektif

Adaptasi Psikologis pada Maternal (Rubin Maternal Phases)


Taking-in (fase ketergantungan) Taking-hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian) Letting-go (fase mandiri)

Depresi Postpartum

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV)

Depresi dipertimbangkan sebagai postpartum jika dimulai selama empat minggu setelah kelahiran. Pola gejala pada wanita dengan depresi postpartum sama pada wanita yang mengalami masa depresi selama tidak hamil.

Klasifikasi (DSM IV)


Postpartum blues

Postpartum depression

Postpartum psychosis

Perbandingan Jenis Gangguan Depresi Postpartum berdasarkan Tanda dan Gejala, Onset dan Durasi
Frekuensi Postpartum blues 50-80% Tanda dan Gejala Sedih, mudah tersinggung, mood labil, terkadang sakit kepala Depresi postpartum 10-15% Letargi, sangat sedih, lebih sensitif, putus asa, hilang harapan, cemas, khawatir yang berlebihan, rasa takut tanpa sebab, gangguan pola tidur Dapat berlangsung pada bulan pertama atau 2 bulan setelah melahirkan Dapat lebih atau kurang dari 3 bulan Jika ada dugaan, perlu konsultasi atau pemeriksaan EPDS, rujuk ke GP, anjurkan ke tenaga ahli Psikosis postpartum 1 dari 500 Kasar bicara, waham, bingung, agitasi, takut, insomnia, depresi berat, ingin bunuh diri/ membunuh bayi

Onset

Beberapa hari setelah melahirkan, antara 3-10 hari Beberapa hari atau kurang Kondisi transisi tidak ada tindakan yang diperlukan, tergantung kebutuhan

Umumnya terjadi pada minggu ke-4 pertama setelah melahirkan Bervariasi Hubungi GP untuk kunjungan rumah segera, jelaskan pada keluarga agar ibu tidak dibiarkan sendiri

Durasi Action

Etiologi
defisiensi nutrisi dan/atau gangguan keseimbangan metabolisme anemia defisiensi besi sensitifitas terhadap fluktuasi dan penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron, hormon gonad dan kadar hormon steroid neuroaktif perubahan kadar sitokin, HPA axis perubahan kadar asam lemak, oksitosin, dan argininvasopressin. Keterlibatan sistem serotonin
UNCLEAR

Biologi

Teori

Psikologis

Etiologi
Hubungan Perubahan Hormonal Pada Masa Nifas Dengan Depresi Postpartum

Peran Axis HPA Dalam Terjadinya Depresi Postpartum

Brain Stresso Stem Stressor (e.g. r LC)

PVN

http://www.biology.ucr.edu/people/faculty/ Garland/HPA_axis.jpg

Faktor demografi

Perubahan hormon

Faktor psikososial

Faktor Resiko

Gejala depresi saat kehamilan

Riwayat gangguan afektif

Diagnosis (DSM IV)


Gejala Depresi Mayor dengan Onset Postpartum.* Depresi mayor adalah didefinisikan dengan adanya lima dari gejala berikut, yang mana salah satu harus adanya mood yang tertekan atau penurunan ketertarikan atau kesenangan**. Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang berat. Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman bahkan ketika bayinya tertidur. Agitasi fisik, atau pelambatan psikomotor Lemah, penurunan energi Merasa kurang berguna Penurunan konsentrasi Adanya keinginan bunuh diri *Dari DSM IV Depresi postpartum diartikan dalam DSM-IV dimulai selama 4 minggu setelah melahirkan **Gejala yang harus ada sepanjang hari hampir setiap hari selama 2 minggu.

Skrining Depresi
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Postpartum Depression Scale (PDSS)

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Dampak

- Gangguan aktivitas sehari-hari - Gangguan dalam berhubungan dengan orang - Resiko menggunakan zat-zat berbahaya - Kemungkinan terjadi peningkatan kearah postpartum psycotic depression - Kemungkinan melakukan suicide/infanticide

- Bayi sering menangis dalam waktu yang lama - Mengalami masalah tidur dan gangguan makan - Kemungkinan mengalami infanticide

- Gangguan tingkah laku - Perkembangan kognitif lambat - Permasalahan sosial - Permasalahan secara emosional - Depresi: resiko munculnya depresi pada usia muda

Penatalaksanaan
Psikoterapi dan psikososial

farmakologis

terapi hormon

prophylactic treatment

Farmakologis
Antidepressant Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) resiko efek toksik yang rendah. Golongan obat lainnya : tricyclic antidepressant (TCAs) dapat menghalangi re-uptake berbagi neurotransmiter termasuk serotonin dan norepinephrine pada membran neuronal. Pada pasien multipara sensitif terhadap efek samping dari pengobatan, pengobatan semestinya dimulai setengah dosis awal selama empat hari, dan selanjutnya akan ditingkatkan dosisnya secara perlahan sampai dosis yang direkomendasi tercapai. Jika pasien merespon terhadap percobaan awal selama 6-8 minggu, dosis yang sama harus diberikan selama minimal 6 bulan setelah toleransi penuh tercapai, dalam hal untuk mencegah kambuhnya efek samping. Jika tidak ada perkembangan setelah 6 bulan terapi pengobatan atau jika pasien merespon namun gejalanya timbul lagi, dirujuk ke psikiater dapat dipertimbangkan.

Hormonal Replacement Therapy

Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi postpartum. Pada studi yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup yang diobati dengan estradiol mempunyai penurunan skor depresi yang signifikan selama bulan pertama.

Psikoterapi dan Psikososial


Interpersonal therapy
12 sesi yang terfokus pada perubahan peran dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan fungsi psikososial.

Cognitive behavioral therapy


Mengubah perilaku persepsi/pemikiran negatif dan mengubah

Parent-training programs

Profilaksis Treatment
Menyusui juga merupakan salah satu treatment yang bersifat profilaksis. Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stres untuk ibu, namun juga menguragi tingkat stres pada bayi ketika ibunya mengalami depresi. Peneliti membandingkan 4 grup wanita yaitu ibu depresi yang menyusui atau melalui susu botol dan ibu sehat yang menyusui atau melalui susu botol yang hasilnya dicatat dalam babies electroencephalogram (EEG). Peneliti menemukan bahwa bayi dari ibu yang depresi dan tidak menyusui mempunyai pola EEG abnormal. Disimpulkan bahwa, menyusui melindungi suasana hati ibu dengan mengurangi tingkat stres. Ketika tingkat stres rendah, respon inflamasi ibu tidak aktif dan akan mengurangi resiko depresi.

KESIMPULAN
Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang mengalami berbagai gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan, khususnya pada gangguan depresi spesifik yang terjadi pada 10%-15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan. Pasien akan mengalami gejala afektif selama periode postpartum, 4 sampai 6 minggu setelah melahirkan. Kriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pada riwayat dan gejala-gejala yang tampak mengikuti DSM-IV. Secara umum, dalam menatalaksanaan ibu dengan depresi postpartum diberikan dengan farmakologis, psikoterapi, hormonal replacement therapy, dan profilaksis treatment.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai