Anda di halaman 1dari 16

Depresi Postpartum

Pembimbing Klinik : dr. Dewi Suryani, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu
Rumah Sakit Daerah Undata
2019
DEFINISI
Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi
yang berat yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran
bayi. Depresi postpartum mungkin muncul terlambat 30
minggu dari postpartum, bahkan sebagian mengatakan
kurang dari 12 bulan pertama postpatum.
EPIDEMIOLOGI
Depresi postpartum merupakan sebuah permasalahan kesehatan
serius di dunia. Sebuah review yang luas pada 59 studi didapatkan
bahwa 13% dari primipara mengalami depresi postpartum selama 12
minggu pasca melahirkan. Laporan baru didapatkan sama tingginya
pada 15% sampel komunitas. Prevalensi keinginan bunuh diri pada
periode postpartum antara 0,2% - 15,4% di antara populasi berbeda.
Beberapa populasi seperti pada etnis dengan status sosial minoritas
didapatkan 40% sampai 50% pada kasus ini.
ETIOLOGI
Penurun cepat tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah melahirkan
dikatakan dapat berkembang menjadi depresi pada wanita dengan depresi
postpartum. Penurunan hormon progesteron signifikan berhubungan dengan
perubahan suasana hati dengan sebuah pengaruh dengan tambahan pada
pola makan. Pada studi lainnya, didapatkan peningkatan serum Cu yang
sejalan dengan terjadinya inflamasi atau disregulasi auto - imun. Ketika tingkat
inflamasi tinggi, penderita akan mengalami gejala depresi seperti lemas, dan
lesu. Kedua, inflamasi akan meningkat evel kortisol, dan akhirnya akan
menurunkan serotonin dengan menurunkan prekursornya, yaitu trypthopan.
DIAGNOSIS
Kriteria DSM - IV terhadap episode depresi mayor dengan onset postpartum
1. Pasien harus memiliki sedikitnya satu dari hal berikut selama waktu 2 minggu

 Penurunan mood atau


 Anhedonia
2. Sedikitnya lima dari simptom berikut harus muncul dalam interval waktu 2
minggu :
• Seringkali merasa tertekan, bahkan hampir setiap hari
• Berkurangnya kesenangan atau minat hampir pada semua aktifitas sehari - hari
• Perubahan selera makanan (ditandai dengan penurunan berat badan)
• Gangguan tidur (insomnia, hiperinsomia)
Lanjutan...
• Retardasi psikomotor atau agitasi hampir setiap hari
• Perasaan berlebihan terhadap hal yang tidak penting atau perasaan bersalah yang
berlebihan atau perasaan tidak berguna
• Kesulitan untuk berkonsentrasi, atau membuat keputusan hampir setiap hari
• Sering berpikir untuk mati, bunuh diri atau rencana untuk bunuh diri
3. Simptom yang muncul menyebabkan gangguan yang signifikan atau distress yang
sosial, berbicara, atau fungsi hidup sehari -hari yang penting
4. Onset postpartum spesifik jika onset simptom terjadi dalam 4 minggu setelah
kelahiran baru
DIAGNOSIS BANDING
Depresi postpartum dibedakan dari baby blues yang timbul
pada mayoritas perempuan pada gejala ini terdapat gangguan
perubahan gejala yang tidak konsisten mempengaruhi
kemampuan dalam menjalankan fungsinya. Psikosis
postpartum muncul sebagai emergensi psikiatri yang
memerlukan intervensi segera karena resiko dapat membunuh
bayi dan melakukan bunuh diri. Biasanya timbul pada 2
minggu pertama setelah melahirkan.
PENATALAKSANAAN
Secara umum, dalam menatalaksanaan ibu dengan depresi
postpartum diberikan dengan pharmakologis, psychotherapy ,
hormonal therapy, dan prophylactic treatment
FARMAKOLOGIS
AGEN ANTIDEPRESI

Pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan depresi postpartum,


diberikan pengobatan dengan antidepresant. Pemberian selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRIs) seharusnya diberikan pada karena golongan obat
tersebut mempunyai resiko efek toksik yang rendah. SSRIs bisa membantu
pasien yang tidak mempunyai respon bagus terhadap tricyclic antidepresant,
golongan antri depresant lainnya dan cenderung toleransi lebih baik dengan
dosis yang rendah. Bagaimanapun, jika pasien sebelumnya mempunyai
respon baik terhadap obat antridepresant jenis lainnya, obat tersebut secara
kuat dipertimbangkan untuk diberikan kembali.
Lanjutan...
Golongan obat lainnya yang digunakan pada pasien depresant
adalah tricyclic antidepresant (TCAs). Cara kerja obat golognan
untuk menurunkan gejala depresi tidak diketahui tetapi jenis
obat dapat menghalangi re-uptake berbagi neurotransmiter
termasuk serotonin dan neuropinephrine pada membran
neuroral.
MENYUSUI
menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu,
namun juga mengurangi tingkat stress pada bayi ketika ibunya
mengalami depresi. Penelitian membandingkan 4 group wanita
yaitu ibu depresi yang menyusui atau melalui susu botol dan
ibu sehat yang menyusui atau melalui susu botol yang hasilnya
dicatat dalam babies electroencephalogram (EEG). Penelitian
menemukan bahwa bayi dari ibu yang depresi dan tidak
menyusui mempunyai pola EEG abnormal.
PSIKOTERAPI

Pada studi yang melibatkan 120 ibu melahirkan, interpersonal


psikoterapi, dengan pengobatan 12 sesi yang infokus pada
perubahan peran dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif
untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan fungsi
psikososial. Sebuah group berdasarkan intervensi pada psikoterapi
interpersonal diberikan selama kehamilan mencegah terjadinya
depresi postpartum. Bagaimanapun, psikoterapi sebagai tambahan
dikombinasikan dengan fluoxetine tidak meningkatkan pengobatan
daripada dengan fluoxetine saja.
HORMONAL REPLACEMENT TERAPY

Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi postpartum. Pada studi
yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup yang diobati dengan
estradiol mempunyai penurunan skor depresi yang signifikan selama bulan pertama.

PROFILAKSIS TREATMENT

Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilam dapat beresiko menjadi
depresi postpartum setelah melahirkan. Terapi preventif setelah melahirkan harus
dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi sebelumnya. Obat yang direspon
pasien sebelum dengan selective-serotonin-seuptake SSRIs inhibitor adalah pilihan
rasional, trocyclic anti depresant TCAs tidak dapat melindungi sebagaimana dibandingkan
dengan plasebo, minimal, penanganan depresi postpartum termasuk pengawasan
terjadinya kekambuhan dengan sebuah rencana intervensi cepat jika ada indikasi.
KESIMPULAN
Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat yang terjadinya
sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi. Depresi postpartum mungkin muncul terlambat
30 minggu dari postpartum, bahkan sebagian mengatakan kurang dari 12 bulan pertama
postpatum. Penurunan cepat tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah melahirkan
dipercaya dapat berkembang menjadi depresi pada wanita dengan depresi postpartum.

Walaupun penyebab depresi ini cenderung pada tingkat penurunan hormon,


beberapa faktor mungkin menjadi peridisposisi pada penderita. Kejadian stress dalam
hidup, riwayat depresi sebelumnya, dan riwayat keluarga yang mengalami gangguan
mood, semua dikenal sebagai prediktor depresi mayor pada wanita.
Kriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pada riwayat dan
gejala-gejala yang tampak mengikuti Diagnostic And Statisctical Manual of Mental
Disorder edisi keempat (DSM-IV)
Lanjutan...
Secara umum, dalam menatalaksanaan ibu dengan depresi postpartum
diberikan dengan farmakologis, psikoterapi, hormonal replacement therapy, dan
profilaksis treatment. Pasien yang telah didiagnosis menderita gejala depresi
postpartum, diberikan pengobatan dengan pemberian obat antidepresant.

Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga
mengurangi tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi. Menyusui
melindungi suasana hati ibu dengan mengurangi tingkat stress. Ketika tingkat
stress rendah, respon inflamasi ibu tidak aktif dan akan mengurangi resiko
depresi. Pemberian psikoterapi yang berfokus pada interpersonal terapi sangat
efektif untuk meredahkan gejala depresi dan meningkatkan fungsi psikososial.
... TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai